PENERAPAN METODE EPA (EKSPLORASI, PENGENALAN DAN APLIKASI KONSEP) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

Oleh Saryana PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

PEMBERIAN REWARD PENGARUHNYA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH FISIKA DASAR

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEHNIK TARI BAMBU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS X MA NW TERARA PADA MATERI POKOK TRIGONOMETRI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VI-B SD NEGERI 38 AMPENAN FLORA. Guru SD Negeri 38 Ampenan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TALKING STICK

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

AYUNI DIANA Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PEMASANGAN ANTENA PARABOLA PESERTA DIDIK KELAS XI TAV SMKN 1 SUMARORONG

Ariana Fibriandhini Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

Andrika Wiriyanti Pemerhati Pendidikan Matematika -

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

Olahairullah. Kata Kunci:Media Penugasan Proyek, Keterampilan Proses Mengkomunikasikan Hasil, Hasil Belajar

BAB I PENDAHULUAN. siswa apabila siswa telah terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

Noflion 1, Pebriyenni 1, Hendra Hidayat 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK FUNGSI KOMPOSISI PADA SISWA KELAS XI SMAN 1 TANJUNG

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM TENTANG CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KOMPAK UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR PKn PESERTA DIDIK KELAS VI SDN GEBANGSARI 02

Upaya Guru Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran PKn Dengan Menggunakan Peta Konsep Di Kelas IV SDN 1 Bale

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

Ewisahrani Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta,

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA TEMA INDAHNYA NEGERIKU MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFC DI SDN 07 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 8 ISSN X. Indri

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN MEDIA MOVIE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

Keterangan: rxy : Koefisien Korelasi item soal N : Banyaknya peserta tes X : Jumlah skor item Y : Jumlah skor total

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

Peningkatan Keaktifan Metrik Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Aktif Tipe Modeling The Way pada Kelas XI MOA SMK Purnama 2 Gombong

Diyah Ayu Intan Sari Universitas PGRI Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Lensa Vol. 2 No. 2, ISSN

THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

Transkripsi:

PENERAPAN METODE EPA (EKSPLORASI, PENGENALAN DAN APLIKASI KONSEP) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA Masjudin 1 & Nilawati 2 1 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram 2 Pemerhati Pendidikan Matematika E-mail:- ABSTRAK: Pembelajaran klasikal/tradisional masih diterapkan di Madrasah Aliyah Darussalam Bermi. Dengan metode pembelajaran ini mengakibatkan dalam pembelajaran yang aktif hanya siswa yang mempunyai daya serap lebih cepat (pintar) sedangkansiswa yang lemah daya serapnya menjadi pasif. Olehkarena itu, peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep) dalam proses belajarmengajar. Adapun tujuannya adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok perbandingan trigonometri. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan beberapa siklus kepada siswa kelas X MA Darussalam Bermi sebagai populasi dan siswa kelas XB yang berjumlah 34 orang sebagai sampel penelitiannya.teknik pengumpulan data dilakukan dengan tes evaluasi dan observasi sedangkan teknik analisa datanya dilakukan secara deskriptif. Ketuntasan klasikal yang dicapai pada siklus I adalah 63,33 % sedangkan pada siklus II 93,33 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok trigonometri kelas X B MA Darussalam Bermi. Kata kunci: EPA, Aktivitas, Hasil Belajar, Trigonometri. PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dengan kata lain, pendidikan itu sangat penting untuk dilaksanakan. Salah satunya pendidikan dibidang matematika. Matematika merupakan bahasa simbolis yang berfungsi untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan, serta untuk memudahkan berpikir. Tujuan pendidikan/pembelajaran matematika adalah untuk membentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu masalah baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi prilaku ke arah yang lebih baik. Proses interaksi dalam belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah metode pembelajaran yang diterapkan guru. Berdasar hasil observasi peneliti melalui observasi proses pembelajaran di Madrasah Aliyah(MA) Darussalam Bermi pada tanggal 7-23 Februari 2012 dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah Darussalam Bermi kebanyakan guru-gurunya masih menggunakan metode pembelajaran klasikal/tradisional dimana guru tersebut menyampaikan materi kemudian siswa diberi contoh soal dan latihan, kemudian siswa diminta mengerjakan soal dipapan tulis. Penerapan metode klasikal ini menyebabkan siswa yang aktif hanya siswa yang pintar saja sedangkan siswa yang kurang pintar menjadi pasif. Proses pembelajaran yang demikian kurang efektif dan efisien karena guru mendominasi dalam proses pembelajaran. Di samping itu, sebagian besar siswa merasa malu untuk bertanya kepada gurunya meskipun mereka belum memahami penjelasan guru. Akibatnya, hasil belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal. Hasil belajar siswa kelas X Madrasah Aliyah Darussalam Bermi pada pembelajaran matematika masih rendah. Sebagai gambaran situasi tersebut, berikut ini dicantumkan perolehan nilai ujian semester I siswa kelas X Madrasah Aliyah Darussalam Bermi. 218

Tabel 1. Nilai Rata-rata Ujian Semester I Mata Pelajaran Matematika SiswaKelas X Madrasah Aliyah Darussalam Bermi. No. Kelas Nilai rata-rata Persentase Ketuntasan 1. X A 60,57 34,21% 2. X B 60,53 27,03% 3. X C 60,79 51,43% Sumber: Data : Hasil Ujian semester I kelas X MA Darussalam Bermi Berdasarkan Tabel 1 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata ujian semester mata pelajaran matematika masih rendah dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang berlaku di Madrasah Aliyah Darussalam Berrmi yaitu 85% siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama dengan 60,75 khusus untuk mata pelajaran matematika. Dari Tabel 1.1 juga diketahui bahwa kelas XB memiliki nilai ratarata dan KKM paling rendahdibandingkan dengan kelas yang lain. Berdasar hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas X Madrasah Aliyah Darussalam Bermi, diperoleh informasi bahwa kelas XB kurang aktif dalam kelas, karena sebagian besar siswa kelas XB ketika diberikan tugas berupa soal-soal latihan, hanya beberapa siswa yang aktif mengerjakan dan dapat memecahkan sebagian besar soal, termasuk soal-soal yang dianggap sulit oleh siswa. Sebaliknya, siswa yang belum mampu memecahkan soal malu bertanya dan mendiskusikan dengan temannya tentang bagaimana soal-soal tersebut dipecahkan dan cenderung meminta jawaban dari temannya. Dalam hal ini, tampak bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum dapat melibatkan seluruh siswa aktif dalam menguasai dan memahami konsep/materi pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya adalah dengan mencoba metode pembelajaran EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep). Metode pembelajaran EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep) memberi penekanan pada penggunaan skenario pembelajaran, lembar kegiatan siswa dan lembar observasi yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa, agar siswa termotivasi untuk belajar. Dalam metode pembelajaran EPA siswa diberikan kesempatan untuk melakukan suatu aktivitas yang membangkitkan kreativitas, sikap dan keterampilan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Metode EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep) untuk Meningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Trigonometri di Kelas XB Madrasah Aliyah Darussalam Bermi. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah Untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep) yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok trigonometri di kelas XB Madrasah Aliyah Darussalam Bermi. KAJIAN PUSTAKA 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika Dalam hal belajar mengajar matematika, salah satu hal yang perlu diketahui adalah karakteristik matematika. Dengan mengetahui karakteristik matematika, maka seharusnya dapat pula diketahui bagaimana belajar dan mengajar matematika. Karakteristik matematika yang dimaksud adalah obyek matematika bersifat abstrak, materi matematika disusun secara hirarkis, dan cara penalaran matematika adalah deduktif. Obyek matematika bersifat abstrak, maka belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi. Demikian pula dalam mengajar matematika guru harus mampu mengabstraksikan obyek-obyek matematika dengan baik sehingga siswa dapat memahami obyek matematika yang diajarkan. Materi matematika disusun secara hirarkis artinya suatu topik matematika akan merupakan prasyarat bagi topik berikutnya. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu topik matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi proses belajar mengajar matematika tersebut. Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu. karena dalam belajar matematika memerlukan materi prasyarat untuk memahami materi berikutnya, maka dalam mengajar matematika guru harus mengidentifikasikan materi-materi yang menjadi prasyarat suatu topik mata pelajaran matematika. 219

2. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran (Kunandar, 2010:277). Menurut Djamarah (2002), ada beberapa aktivitas belajar, yaitu: (a) mendengarkan, (b) memandang, (c) menulis dan mencatat, (d) membaca, (e) mengingat, (f) berpikir, (g) latihan dan praktik, dan (h) menyusun paper atau kertas kerja. Dierich (dalam Hamalik, 2009:90) menyatakan kegiatan atau aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagi berikut: a. Kegiatan visual ( visual activities), meliputi membaca, melihat gambargambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain. b. Kegiatan lisan (oral activities), meliputi menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan intruksi. c. Kegiatan mendengarkan ( listening activities), meliputi uraian, percakapan, diskusi, music, dan pidato. d. Kegiatan menulis ( writing activities), meliputi kegiatan menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin. e. Kegiatan menggambar ( drawing activities), meliputi menggambar, membuat grafik, peta atau diagram. f. Kegiatan metric ( motor activities), meliputi kegiatan melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain, berkebun dan berternak. g. Kegiatan mental ( mental activities), meliputi menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubunganhubungan dan membuat keputusan. h. Kegiatan emosional ( emotional activities), meliputi minat, membedakan, berani, tenang, merasa bosan, gembira dan bersemangat. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu bentuk kagiatan belajar berlangsung agar siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilannya agar bermakna. Aktivitas belajar siswa merupakan suatu faktor yang menunjang berhasilnya pengajaran. Sehingga guru harus dapat memilih model dan metode pembelajaran yang mampu merangsang aktivitas belajar siswa. 3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan prilaku siswa akibat belajar. Dengan kata lain, dari suatu proses belajar maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Menurut Sudjana (dalam Kunandar, 2010:276), hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Hasil belajar sangat sering digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan (Purwanto, 2010:44). Oleh karena itu, untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah 4. Metode Pembelajaran EPA Metode EPA pertama kali diperkenalkan oleh Rudi Prakanto, menurutnya metode ini menekankan pada cara belajar sesuai dengan pengetahuan awal. Ide dasar pemikirannya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus-menerus menemukan sendiri melalui kegiatan nyata di sekolah. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode EPA melalui 3 (tiga) tahap yaitu tahap eksplorasi, tahap pengenalan dan tahap aplikasi konsep. Tahap pertama yaitu tahap eksplorasi, bertujuan untuk menggali faktafakta dan konsep yang telah dimiliki oleh siswa. Pada tahap ini guru memberikan tes. Tes yang diberikan kepad siswa adalah tes awal yang berfungsi untuk mengetahui atau memperoleh informasi tentang kemampuan atau pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum mengikuti program pengajaran yang telah disiapkan. Dalam hal ini guru tidak melakukan pembetulan atau menyalahkan jawaban siswa. Hasil tes akan memberikan informasi kepada guru tentang 220

tingkat pemahaman yang tentunya akan bervariasi. Tahap yang kedua tahap pengenalan konsep berupa kegiatan eksperimen untuk memecahkan masalah yang diajukan siswa. Tahap pengenalan konsep menurut teori Hiole (Depdiknas, 2004:25) biasa vasualisasi. Dimana pada tingkat ini siswa mengamati suatu bangun sebagai suatu keseluruhan. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memecahkan masalah yang muncul pada tahap eksplorasi. Bentuk pengenalan konsep dengan melakukan eksperimen kelompok melakukan pengerjaan LKS (lembar kegiatan siswa) dengan bimbingan guru, sehingga siswa akan memperoleh pengalaman langsung dari eksperimen tersebut. Tahap yang ketiga adalah tahap aplikasi. Pada tahap aplikasi konsep berupa pengerjaan soal-soal berdasarkan hasil eksperimen, yang memungkinkan adanya penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi konsep berfungsi untuk memperkuat ingatan siswa atau daya simpan informasi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Sudjana (2002:163), bahwa prinsip aplikasi penting untuk mencapai hasil belajar siswa yang tahan lama dan sifatnya integrasi tiga ranah pendidikan yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Jadi metode EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep) adalah pembelajaran yang memperhatikan awal siswa sebelum memberikan pengetahuan baru. Metode ini menekankan pada kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap eksplorasi, tahap pengenalan dan tahap aplikasi konsep. METODE 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian berangkat dari permasalahan yang ada di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti juga akan terlibat langsung dalam proses belajar mengajar mulai dari awal sampai akhir pelajaran. Hal ini merupakan karakteristik dari penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru/peneliti di dalam kelas, dengan tujuan untuk memperbaiki pengajaran/kinerja guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Basrowi, 2008:13). 2. RancanganPenelitian Adapun rancangan penelitian yangdilakukan dalam penelitian ini dengan menerapkan langkah PTK. Penelitian ini dilaksanakan dalam suatu siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dantahap refleksi (Arikunto, 2010:16). 3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, daftar cocok, pedoman wawancara, lembar/panduan pengamatan, soal tes, dan skala (Trianto,2010:263). Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adaah sebagai berikut : a. Lembar Observasi b. Tes Hasil Belajar (THB) c. Lembar Kerja Siswa (LKS) 4. Teknik Analisa Data a. Data Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa dikatakan tuntas apabila siswa yang diteliti memperoleh nilai lebih dari sama dengan 60,75 dan tuntas secara klasikal minimal 85% dari jumlah siswa yang diteliti. Untuk menganalisis data hasil tes belajar siswa dapat digunakan rumus sebagai berikut: KK= x 100 % Keterangan: KK : Ketuntasan klasikal X : Jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih dari sama denga 60,75 Z : Jumlah siswa yang ikut tes b. Data Hasil Observasi 1) Data Aktivitas Siswa Aktivitas siswa diamati secara klasikal menggunakan lembar observasi. Adapun langkahlangkahnya sebagai berikut: a) Menentukan Skor Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa dengan Rumus: = Keterangan: = Skor rata-rata aktivitas belajar siswa = Total skor aktivitas belajar seluruh siswa = Banyaknya indikator 221

b) Menentukan Skor yang Diperoleh: Skor aktivitas siswa tergantung dari banyaknya siswa dalam kelas yang aktif melaksanakan aktivitas sesuai dengan deskriptor dari sejumlah indikator yang diamati. Adapun aturannya sebagai berikut: Skor 5 diberikan jika semua deskriptor nampak Skor 4 diberikan jika 3 deskriptor nampak Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor nampak Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor nampak Tabel 2. Pedoman Konversi Penilaian Skala 1-5 Interval As MI + 1,5 SDI MI + 0,5 SDI As < MI + 1,5 SDI MI 0,5 SDI As < MI + 0,5 SDI MI 1,5 SDI As < MI 0,5 SDI As < MI -1,5 SDI 2) Data Aktivitas Guru Data hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Menentukan Skor yang Diperoleh Skor setiap individu tergantung banyaknya prilaku yang dilakukan guru dari sejumlah indikator yang diamati. Adapun aturannya adalah sebagai berikut: Skor 4 diberikan jika semua deskriptor nampak Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor yang nampak Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor yang nampak Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor nampak yang dilakukan oleh guru. (Arikunto dalam Mustiadi, 2008:56) Tabel 3. Pedoman Konversi Penilaian Skala 1-5 Interval Ag MI + 1,5 SDI MI + 0,5 SDI Ag < MI + 1,5 SDI MI 0,5 SDI Ag <MI + 0,5 SDI MI 1,5 SDI Ag < MI 0,5 SDI Ag < MI -1,5 SDI Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor nampak c) Menentukan MI dan SDI MI = (skor tertinggi+ skor terendah ) SDI = MI Keterangan: MI SDI : Mean ideal : Standar deviasi ideal Berdasarkan skor standar, maka kriteria untuk menentukan aktivitas belajar siswa dapat dijabarkan pada Tabel 2 berikut ini: Kriteria Sangat aktif Aktif Cukup aktif Kurang aktif Sangat kurang aktif b) Menentukan Skor Rata-Rata Aktivitas Guru Digunakan Rumus: = Keterangan: = Skor rata-rata aktivitas guru = Jumlah skor aktivitas guru = Banyaknya indikator c) Menentukan MI dan SDI MI= (skor tertinggi + skor terendah) SDI= MI Berdasarkan skor standar, maka kriteria untuk menentukan aktivitas guru dapat dijabarkan pada tabel 3 berikut ini: Kriteria Baik sekali Baik Cukup baik Kurang baik Sangat kurang baik 222

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus. Siklus pertama terdiri dari tiga kali pertemuan dan siklus kedua terdiri dari dua kali pertemuan. Adapun hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Hasil Penelitian Siklus I a. Hasil Observasi 1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Item SiklusI Pertemuan I Pertemuan II Jumlah skor aktivitas siswa 20 24 Banyak Indikator 7 7 Nilai rata-rata 2,86 3,43 Kategori Cukup aktif Cukup aktif 2) Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan hasil observasi guru pada siklus I terdapat beberapa deskriptor yang tidak tampak, antara lain: a) Guru tidak memberikan penguatan kepada siswa tentang arti penting pembelajaran b) Guru kurang mengatur waktu dalam melakukan diskusi kelompok c) Guru masih kurang dalam penguasaan kelas sehingga masih ada siswa yang ribut dalam pelaksanaan diskusi kelompok d) Guru tidak maksimal mengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan. 3) Tes Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus I Item Siklus I Keterangan Banyak siswa 34 Banyak siswa yang mengikuti tes 30 Banyak siswa yang tuntas 19 Banyak siswa yang tidak tuntas 11 Total Nilai 1876,5 Nilai rata-rata 62,55 Ketuntasan klasikal 63,33 % Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa adalah 62,55 dari 30 siswa yang mengikuti tes evaluasi terhadap 15 siswa yang tuntas belajar atau siswa yang mendapat nilai 60,75 secara individu, dengan persentase ketuntasan klasikal yaitu 63,33 %.Ini berarti bahwa ketuntasan klasikal pada siklus I belum mencapai ketuntasan klasikal pada indikator keberhasilan yaitu 85%. 2. Hasil Penelitian Siklus II Hasil penelitian siklus II akan diuraikan sebagai berikut: a. Hasil Observasi 1) Hasil Observasi Aktivitas Siswa Hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus II ringkasannya dapat dilihat pada Tabel 6. Lampiran 19 Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Item Siklus II Jumlah skor aktivitas 27 siswa Banyak Indikator 7 Nilai rata-rata 4,43 Kategori Aktif 2) Aktivitas Guru Hasil observasi aktivitas guru pada siklus II lebih meningkat dibandingkan dengan siklus I dan hampir semua deskriptor tampak. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 28. 3) Tes Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 7 berikut: 223

Table 7. Hasil Evaluasi Belajar Siswa Siklus II Item Siklus II Keterangan Banyak siswa 34 Banyak siswa yang mengikuti tes 30 Banyak siswa yang tuntas 28 Banyak siswa yang tidak tuntas 2 Lampiran 34 Total Nilai 2269 Nilai rata-rata 75,63 Ketuntasan klasikal 93,33 % Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dengan ketuntasan belajar klasikal 93,33 % yang berarti bahwa indikator penelitian sudah tercapai. Hal ini juga menandakan bahwa siswa dapat menyerap materi dengan baik yang diajarkan oleh guru dengan metode pembelajaranepa (Eksplorasi. Pengenalan dan Aplikasi Konsep). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data penelitian, menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dari siklus ke siklus. Hal ini dapat digambarkan pada Tabel 8 berikut: Tabel 8. Perbandingan Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus II Item Siklus I Siklus II Keterangan Ketuntasan Klasikal 63,33 % 93,33 % Hasil belajar Skor rata-rata 3,15 4,43 Kategori Cukup aktif Aktif Pada siklus I,hasil observasi aktivitas belajar siswa menunjukkan nilai rata-rata sebesar 3,15 dengan kategori aktif dan ketuntasan belajar klasikal adalah 63,33 % hal ini berarti pada siklus I aktivitas dan hasil belajar siswa belum tercapai sesuai dengan yang ditetapkan dalam indikator penelitian. Pada siklus I sebagian besar siswa tidak disiplin masuk kelas dan hanya beberapa siswa yang aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru serta sebagian kecil yang berani untuk mengungkapkan pendapat, baik berinteraksi dengan guru maupun siswa. Selain itu, siswa juga belum bisa menggunakan waktu secara efisien sehingga diskusi berjalan lambat. Kerjasama dalam diskusipun masih kurang dan siswa juga belum bisa menyimpulkan hasil pembelajaran sendiri. Dalam mengatasi banyaknya kekurangan selama proses pembelajaran siklus I, guru melakukan perbaikan-perbaikan untuk siklus berikutnya dan menambahkan hal-hal yang dianggap kurang agar pada pembelajaran berikutnya berlangsung dengan baik. Adapun pada pelaksanaan siklus II, seperti terlihat pada Tabel 4.5 bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa menunjukkan peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu skor rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 3,86 dengan kategori aktif dan ketuntasan belajar klasikal siswa sebesar 93,33 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada pada siklus II. siklus II hasil penelitian telah tercapai sesuai dengan indikator penelitian yaitu hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan klasiklal di Aktivitas belajar atas 85% dan aktivitas belajar siswa berkategori aktif. Dengan demikian, penelitian bisa dihentikan pada siklus ini. Dari hasil penelitian yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam dua siklus, terjadi peningkatan pemahaman materi dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar klasikal siswa dan keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II. Dengan demikian, penerapan metode EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswapada materi pokok perbandingan trigonometri kelas X B Madrasah Aliyah Darussalam Bermi. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan Aplikasi Konsep) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pokok perbandingan trgonometri kelas X B Madrasah Aliyah Darussalam Bermi. Peningkatan hasil penelitian dapat dilihat dari aktivitas dan ketuntasan belajar klasikal siswa yaitu aktivitas belajar memperoleh skor rata-rata sebesar 3,15 dengan kategori cukup aktif pada siklus I dan sor rata-rata seesar 4,43 dengan kategori aktif Adapun ketuntasan belajar klasikal siswa adalah 63,33 % pada siklus I dan 93,33 % pada siklus II. 224

DAFTAR RUJUKAN Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Aswan dan Djamarah. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Basir, Abdul. 1988. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Airlangga University Press. Basrowi, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan kelas. Bogor: Insan Cendekia. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia. Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Kunandar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Mutadi. 2008. Bergelut dengan Si Asyik Matematika. Jakarta: PT. Listafariska Putra. Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sagala. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Siswanto. 2004. Matematika Inovatif Konsep dan Aplikasinya. Solo: Tiga Serangkai. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sumiatai. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima. 225