BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

MUNAKAHAT : IDDAH, RUJUK, FASAKH,KHULU DISEDIAKAN OLEH: SITI NUR ATIQAH

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

TAFSIR AL BAQARAH Talak (Cerai) dalam Islam. Varyzcha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IDDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS PERKAWINAN DIMASA IDDAHDENGAN MENGGUGURKAN KANDUNGAN

BAB IV KOMPARASI ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP STATUS PERKAWINAN KARENA MURTAD

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERNIKAHAN SIRRI SEORANG ISTRI YANG MASIH DALAM PROSES PERCERAIAN

Nafaqah merupakan kewajiban suami terhadap istrinya dalam

Istri-Istri Rasulullah? Adalah Ibunya Orang-Orang Beriman

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

Apakah Wanita yang Dicerai Mendapat Warisan Dari Mantan Suaminya yang Wafat?

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pada semua makhluk Tuhan Yang Masa Esa di mana perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

PERKAHWINAN DALAM ISLAM

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

A. Analisis Implementasi Pemberian Mut ah dan Nafkah Iddah dalam Kasus Cerai Gugat Sebab KDRT dalam Putusan Nomor 12/Pdt.G/ 2012/PTA.Smd.

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Dan Dasar Hukum Hakim. Berdasarkan keterangan pemohon dan termohon serta saksi-saksi dari

Ummu Sulaim Ar-Rumaishah

BAB I PENDAHULUAN. untuk selamanya. Tetapi adakalanya karena sebab-sebab tertentu bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti hitungan. Disebut demikian karena iddah

Munakahat ZULKIFLI, MA

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

Islam Punya Cara Terhormat Untuk Memuliakan Wanita

BAB V PENDAPAT EMPAT IMAM MAZHAB FIKIH DAN HAKIM PENGADILAN AGAMA KOTA PALANGKA RAYA TENTANG PENETAPAN MASA IDAH WANITA YANG DI CERAI

`IDDAH DAN TANTANGAN MODERNITAS. Siti Zulaikha

MASALAH IDDAH DALAM PERSPEKTIF MODERN

1 NIKAH, THALAK, I DDAH, RUJU

BAB III DESKRIPSI TENTANG PERKAWINAN DI MASA IDDAH DI DESA SEDAYULAWAS KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

NIKAH. Oleh : Zakariya Hidayatullah

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam literatur fiqh berbahasa Arab disebut dengan dua

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dalam ikatan yang sah sebagaimana yang diatur dalam Islam,

Oleh: Hj. Sasa Esa Agustiana S.H. PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA

ISTILAH MUNAKAHAT. Oleh: Meor Shukri Panduan ini adalah PERCUMA. Persediaan Perkahwinan Istilah Munakahat

HUKUM-HUKUM HAID. Oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh Al 'Utsaimin

I. PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Salah satu hikmah

Di antara jalan untuk mencapai ketenangan jiwa dan hati yang dituntukan oleh syariat adalah menikah. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

TEMAN WANITA BARU MASUK ISLAM, APAKAH PERLU DIBERITAHU TENTANG HARAMNYA TETAP HIDUP BERSAMA SUAMINYA YANG KAFIR

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

BAB IV ANALISIS PANDANGAN TOKOH MUI JAWA TIMUR TERHADAP PENDAPAT HAKIM PENGADILAN AGAMA PASURUAN TENTANG STATUS ISTRI SETELAH PEMBATALAN NIKAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi utuh. Dalam syariat Islam ikatan perkawinan dapat putus bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. adalah berhimpun atau wata, sedangkan menurut syara artinya adalah suatu

Alhamdulillah.. Segala puji hanya milik Allah Azza Wa Jalla, Dzat yang menciptakan seluruh alam semesta, yang telah memberi sebaik-baik pemberian.

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB IV MASYARAKAT SOJOMERTO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL

Menyoal Poligami dan Kendalanya Jumat, 26 Nopember 04

Adab dan Keutamaan Hari Jumat

RATNA MUTIARA NASUTION

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

Lingkungan Mahasiswa

BAB IV DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

BAB II KONSEP PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN sembarangan. Islam tidak melarangnya, membunuh atau mematikan nafsu

pengadilan menganggap bahwa yang bersangkutan sudah meninggal.

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB V PENUTUP. 1. Rincian pasal-pasal tentang murtad sebagai sebab putusnya perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

BAB II PENGERTIAN TENTANG NAFKAH, NAFKAH IDDAH MUT AH DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu di perhatikan agar perkawinan itu benar-benar berarti dalam hidup

WANITA DAN PEMBUBARAN Perkahwinan dalam Islam Oleh : Abd. Muhsin Ahmad Majalah Sinar Rohani Disember 2001

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kasus yang terbanyak di Pengadilan tersebut.hal ini berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB 5 PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Akibat Hukum Pengabaian Nafkah Terhadap Istri. Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974.

Transkripsi:

BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara 1. Letak Geografis Ditinjau dari segi geografis wilayah Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara terletak 1 M dari permukaan laut. Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara dibatasi: a. Sebelah Utara : Desa Tegalsambi b. Sebelah Timur : Desa Demangan c. Sebelah Selatan : Desa Semat d. Sebelah Barat : Pantai laut Jawa Adapun orbitan atau jarak dari pusat pemerintahan adalah sebagai berikut: a. Jarak ke Ibu Kota Kecamatan terdekat : 8 Km b. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten terdekat : 5 Km c. Lama tempuh ke Ibu Kota Kabupaten terdekat : 10 Menit. 1 2. Kondisi Masyarakat Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Ditinjau dari segi keagamaan, masyarakat Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara mayoritas memeluk agama Islam yaitu sebanyak 1706 jiwa, dengan didukung banyaknya sarana peribadatan ataupun organisasi- 1 Data Monografi Desa Telukawur, 2013 42

43 organisasi keagamaan. Pada segi agama di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara mayoritatas memeluk agama Islam. Sedangkan dari segi organisasi-organisasi keagamaan yang terdapat di Desa Telukawur dan bergerak di bidang keagamaan, antara lain: Nahdlatul Ulama, Wagenan, Fatayat dll. Juga banyaknya jam'iyah-jam'iyah keagamaan, antara lain: Majlis Ta lim Yasinan, Manaqiban, Tahlilan Jum atan dll. Berkaitan dengan hal tersebut, tentunya untuk dapat mendukung perkembangan umat beragama. Di Desa Telukawur telah tersedia sarana dan prasarana tempat peribadatan yang dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Table.3.1 Sarana Dan Prasarana Tempat Peribadatan di Desa Telukawur No Agama Jumlah 1 Masjid 1 2 3 4 5 Musholla Gereja Pura Vihara 6 - - - Dari tabel di atas, terlihat bahwa sarana dan prasarana peribadatan di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara cukup memadai. Ini terlihat dari jumlah banyaknya bangunan, yaitu sebanyak 1 bangunan Masjid dan 3 Musholla. 1. Kondisi Kependudukan

44 Sebelum menyajikan data tentang pendidikan masyarakat Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, lebih dulu akan disajikan data penduduk menurut usia, sebagai berikut: Tabel 3.2 Data Penduduk menurut Tingkat Usia di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara NO USIA JUMLAH 1 0-4 Tahun 115 2 5-9 Tahun 129 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 10-14 Tahun 15-19 Tahun 20-24 Tahun 25-29 Tahun 30-34 Tahun 35-39 Tahun 40-44 Tahun 45-49 Tahun 50-54 Tahun 55-59 Tahun 145 107 89 155 111 153 175 125 124 123 13 60 keatas 155 JUMLAH 1706 Dari data tersebut jelas, bahwa penduduk yang memiliki usia pendidikan adalah 625 orang, berarti hampir mencapai 35 % dari seluruh jumlah penduduk yang ada. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan pemahaman agama dan kualitas hidup. Kecenderungannya semakin tinggi pendidikan suatu masyarakat, maka

45 akan semakin baik kualitas sumberdaya manusia. Mengenai pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara NO Jenis Pendidikan Jumlah 1 TK/PAUD 129 2 SD/Sederajat 145 3 SLTP/Sederajat 147 4 SLTA/Sederajat 155 5 Perguruan Tinggi 46 Total 622 Dari tabel di atas, terlihat bahwa tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa prosentase pendidikan Desa Telukawur mencapai 83 %. Hasil ini mencerminkan, bahwa kesadaran masyarakat Desa Telukawur dalam hal upaya pendidikan bagi putra-putrinya menunjukkan tingkat yang sangat baik. Berdasarkan pada data yang peneliti peroleh dari balai desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara dengan didampingi oleh Bapak Asrofi selaku Petinggi beliau mengatakan bahwasanya jumlah janda yang terdapat di desa tersebut kurang lebih sebanyak 25 janda yang mana dilihat dari segi umurnya mayoritas dari mereka adalah telah berusia lanjut kisaran umur 45-60 dan status janda telah mereka peroleh dalam jangka waktu yang sangat

46 lama dengan waktu penelitian yang peneliti lakukan. Sehingga sulit sekali untuk peneliti mendapatkan informasi dari mereka dikarenakan tenggang No waktu tersebut dimana jarak antara pelaksanaan iddah dengan wawancara yang peneliti lakukan sangat jauh sekali sehingga faktor usia sangat mempengaruhi daya ingat mereka. Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang akurat maka wawancara ini dilaksanakan dengan beberapa janda yang masih dalam jangka waktu yang dekat. Karena adanya perbedaan penyebab dalam memperoleh status janda, sehingga peneliti memberikan klasifikasi dalam penyebab tersebut untuk mempermudah mengetahui jenis iddah yang harus mereka lakukan. Gambaran lebih jelas tentang profil janda desa Telukawur dari segi usia, umur kawin dan jenis iddah yang mereka laksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.3 Tabel 3.4 Profil Umur Kawin dan Usia Janda Serta Jenis Iddah di Desa Telukawur Nama Umur kawin dan umur saat penelitian dilakukan Lama menyandang status janda Jenis iddah 1 Zuilyanti 23 th/ 27 tahun 1 tahun Cerai thalak 2 Eli Lisdiana 18 th/ 27 tahun 5 tahun Cerai thalak 3 Zhulaikha 15 th/ 35 tahun 1 tahun Cerai gugat 4 Zuli 20 th/ 35 tahun 2 tahun Cerai gugat 5 Sutiyah 20 th/ 27 tahun 1 tahun Cerai mati 6 Murmi 15 th/ 43 tahun 2 tahun Cerai mati 7 Sutami 17 th/ 43 tahun 5 tahun Cerai mati 8 Sukinah 15 th/ 60 tahun 3 tahun Cerai mati

47 B. Pandangan hukum Islam terhadap iddah 1. Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa iddah, diantaranya: a. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak. b. Syariat Islam telah mensyariatkan masa 'iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis keturunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah. c. Masa 'iddah disyari'atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad pernikahan. d. Masa 'iddah disyari'atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak memutuskan tali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian. e. Masa 'iddah disyari'atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila wanita yang dicerai sedang hamil. 2. Dasar pensyariatannya. Masa iddah sebenarnya sudah dikenal dimasa jahiliyah. Ketika Islam datang, masalah ini tetap diakui dan dipertahankan. Oleh karena itu para Ulama sepakat bahwa iddah itu wajib, berdasarkan al-qur`ân dan Sunnah. 3. Aturan-Aturan Dalam `Iddah Masa iddah diwajibkan pada semua wanita yang berpisah dari suaminya dengan sebab talak, khulu (gugat cerai), faskh (penggagalan akad pernikahan) atau ditinggal mati, dengan syarat sang suami telah melakukan hubungan suami istri dengannya atau telah diberikan kesempatan dan

48 kemampuan yang cukup untuk melakukannya. Berdasarkan ini, berarti wanita yang dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya sebelum digauli atau belum ada kesempatan untuk itu, maka dia tidak memiliki masa iddah. Allâh Azza wa Jalla berfirman : )االخزاب: ٩٤ ) Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuanperempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. (al-ahzâb/33:49). 2 Berdasarkan keterangan di atas dan berdasarkan penyebab perpisahannya, masalah 'iddah ini dapat dirinci sebagai berikut : a. Wanita Yang Ditinggal Mati Oleh Suaminya Wanita yang ditinggal mati oleh suaminya memiliki dua keadaan : 1) Wanita yang ditinggal mati suaminya ketika sedang hamil. Wanita ini maka masa menunggunya ('iddah) berakhir setelah ia melahirkan bayinya 2) Wanita tersebut tidak hamil. Jika tidak hamil, maka masa 'iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. 3 3) Wanita Yang Diceraikan 2 Departemen Agama RI, Al-qur an dan Terjemahnya, (Surabaya : Surya Cipta Aksara. 1989) hlm.675 3 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm.414

49 Wanita yang dicerai juga ada dua macam yaitu wanita yang dicerai dengan thalak raj i (thalak yang bisa ruju ) dan wanita yang ditalak dengan thalak bâ in (thalak tiga). a. Wanita yang dicerai dengan talak raj i terbagi menjadi beberapa : 1. Wanita yang masih haidh Masa iddah wanita jenis ini adalah tiga kali haidh Oleh karena itu Ibnul Qayyim rahimahullah merajihkan pendapat ini dan mengatakan, Lafazh quru tidak digunakan dalam syariat kecuali untuk pengertian haidh dan tidak ada satu pun digunakan untuk pengertian suci (thuhr), sehingga memahami pengertian quru dalam ayat ini dengan pengertian yang sudah dikenal dalam bahasa syariat lebih baik. Karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada orang yang kena darah istihâdlah : 2. Wanita yang tidak haidh, baik karena belum pernah haidh atau sudah manopause. Bagi wanita yang seperti ini masa 'iddahnya adalah tiga bulan, seperti dijelaskan Allâh Azza wa Jalla dalam firman-nya: )الطلق: ٤ ( Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang

50 masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. (at- Thalaq/65:4). 4 3. Wanita Hamil. Wanita yang hamil bila dicerai memiliki masa iddah yang berakhir dengan melahirka 4. Wanita yang terkena darah istihadhah. Wanita yang terkena darah istihadhah memiliki masa iddah sama dengan wanita haidh. Kemudian bila ia memiliki kebiasaan haidh yang teratur maka wajib baginya untuk memperhatikan kebiasannya dalam hadih dan suci. Apabila telah berlalu tiga kali haidh maka selesailah iddahnya. b. Wanita yang ditalak tiga (talak baa in). Wanita yang telah di talak tiga hanya menunggu sekali haidh saja untuk memastikan dia tidak sedang hamil. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, Wanita yang dicerai dengan tiga kali talak, masa iddahnya sekali haidh. Dengan haidh sekali berarti sudah terbukti bahwa rahim kosong dari janin dan setelah itu ia boleh menikah lagi dengan lelaki lain c. Wanita Yang Melakukan Gugat Cerai (Khulu ). Wanita yang berpisah dengan sebab gugat cerai, masa iddahnya sekali haidh. 4 Departemen Agama RI, Al-qur an dan Terjemahnya, (Surabaya : Surya Cipta Aksara. 1989) hlm. 946

51 Perlu diketahui bersama bahwa selama masa 'iddah, hendaknya wanita atau isteri yang ditalak raj i tetap berada di rumah suaminya, tidak boleh keluar tanpa izin dari suami tersebut. C. Pandangan Hukum Adat Desa Telukawur Tentang Iddah Sama seperti pendapat hukum Islam bahwa Masa iddah (waktu tunggu) adalahs seorang istri yang putus perkawinannya dari suaminya, baik putus karena perceraian, kematian, maupun atas keputusan pengadilan. Pengklasifikasian masa iddah yang peneliti temukan dari jawaban para tokoh-tokoh adat dan pemerintah desa telukawur dapat diuraikan sebagai berikut: 1..Putusnya Perkawinan kartena Ditinggal Mati Suami Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu ditetapkan 130 hari. Ketetapan ini, berlaku bagi istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan tidak hamil. Lain halnya, bila istri yang ditinggal dalam keadaan hamil, waktu tunggunya adalah sampai ia melahirkan. 2. Putus Perkawinan karena Perceraian Seorang istri yang diceraikan oleh suaminya, maka memungkinkan mempunyai beberapa waktu tunggu. Dalam keadaan hamil, istri diceraikan oleh suaminya dalam keadaan hamil maka iddah-nya sampai ia melahirkan kandungannya. Dalam keadaan tidak hamil, istri diceraikan oleh suaminya setelah terjadi hubungan kelamin, bagi seorang istri yang masih datang bulan, waktu tunggunya berlaku 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 hari. Bagi seorang istri yang tidak dating bulan massa iddahnya tiga bulan atau 90 hari. Bagi seorang istri yang pernah haid. Namun, ketika menjalani masa iddah

52 ia tidak haid karena menyusui maka iddahnya tiga kali waktu suci. Dalam keadaan menyusui, maka iddahnya selama satu tahun, akan tetapi bila dalam waktu satu tahun dimaksud ia berhaid kembali, maka iddahnya menjadi tiga kali suci. 3. Putus Perkawinan karena Khulu, Fasakh, dan Li an Kalau masa iddah bagi janda yang putus ikatan perkawinannya karena Khulu (cerai gugat atas dasar tebusan atau iwad dari istri), Fasakh (putus ikatan perkawinan karena salah satu di antara suami atau istri murtad atau sebab lain yang seharusnya dia tidak dibenarkan kawin), atau Li an, maka waktu tunggu berlaku seperti iddah talak. 4. Istri ditalak Raj I kemudian Ditinggal Mati Suami dalam Masa Iddah Apabila seorang istri tertalak raj I kemudian di dalam menjalani masa iddah ditinggal mati oleh suaminya, maka iddahnya berubah menjadi empat bulan sepuluh hari atau 130 hari yang mulai perhitungannya pada saat matinya bekas suaminya. Karakteristik masa iddah tersebut, merupakan ketentuan hukum mengenai tenggang waktu hitungan masa iddah dalam hukum perkawinan Islam. Di antara hikmah yang penting dalam masalah iddah, selain untuk mengetahui keadaan rahim, juga menentukan nasab anak, memberi alokasi waktu yang cukup untuk merenungkan tindakan perceraian, bagi istri yang ditinggal mati suaminya adalah untuk turut berduka cita atau berkabung sekaligus menjaga timbulnya fitnah. Ketentuan tersebut, bukan hanya mengatur

53 masa iddah dalam hal berkabung, melainkan juga mengatur masalah masa berkabung bagi suami yang ditinggal mati oleh istrinya.