BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara 1. Letak Geografis Ditinjau dari segi geografis wilayah Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara terletak 1 M dari permukaan laut. Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara dibatasi: a. Sebelah Utara : Desa Tegalsambi b. Sebelah Timur : Desa Demangan c. Sebelah Selatan : Desa Semat d. Sebelah Barat : Pantai laut Jawa Adapun orbitan atau jarak dari pusat pemerintahan adalah sebagai berikut: a. Jarak ke Ibu Kota Kecamatan terdekat : 8 Km b. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten terdekat : 5 Km c. Lama tempuh ke Ibu Kota Kabupaten terdekat : 10 Menit. 1 2. Kondisi Masyarakat Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Ditinjau dari segi keagamaan, masyarakat Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara mayoritas memeluk agama Islam yaitu sebanyak 1706 jiwa, dengan didukung banyaknya sarana peribadatan ataupun organisasi- 1 Data Monografi Desa Telukawur, 2013 42
43 organisasi keagamaan. Pada segi agama di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara mayoritatas memeluk agama Islam. Sedangkan dari segi organisasi-organisasi keagamaan yang terdapat di Desa Telukawur dan bergerak di bidang keagamaan, antara lain: Nahdlatul Ulama, Wagenan, Fatayat dll. Juga banyaknya jam'iyah-jam'iyah keagamaan, antara lain: Majlis Ta lim Yasinan, Manaqiban, Tahlilan Jum atan dll. Berkaitan dengan hal tersebut, tentunya untuk dapat mendukung perkembangan umat beragama. Di Desa Telukawur telah tersedia sarana dan prasarana tempat peribadatan yang dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut: Table.3.1 Sarana Dan Prasarana Tempat Peribadatan di Desa Telukawur No Agama Jumlah 1 Masjid 1 2 3 4 5 Musholla Gereja Pura Vihara 6 - - - Dari tabel di atas, terlihat bahwa sarana dan prasarana peribadatan di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara cukup memadai. Ini terlihat dari jumlah banyaknya bangunan, yaitu sebanyak 1 bangunan Masjid dan 3 Musholla. 1. Kondisi Kependudukan
44 Sebelum menyajikan data tentang pendidikan masyarakat Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara, lebih dulu akan disajikan data penduduk menurut usia, sebagai berikut: Tabel 3.2 Data Penduduk menurut Tingkat Usia di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara NO USIA JUMLAH 1 0-4 Tahun 115 2 5-9 Tahun 129 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 10-14 Tahun 15-19 Tahun 20-24 Tahun 25-29 Tahun 30-34 Tahun 35-39 Tahun 40-44 Tahun 45-49 Tahun 50-54 Tahun 55-59 Tahun 145 107 89 155 111 153 175 125 124 123 13 60 keatas 155 JUMLAH 1706 Dari data tersebut jelas, bahwa penduduk yang memiliki usia pendidikan adalah 625 orang, berarti hampir mencapai 35 % dari seluruh jumlah penduduk yang ada. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan pemahaman agama dan kualitas hidup. Kecenderungannya semakin tinggi pendidikan suatu masyarakat, maka
45 akan semakin baik kualitas sumberdaya manusia. Mengenai pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara NO Jenis Pendidikan Jumlah 1 TK/PAUD 129 2 SD/Sederajat 145 3 SLTP/Sederajat 147 4 SLTA/Sederajat 155 5 Perguruan Tinggi 46 Total 622 Dari tabel di atas, terlihat bahwa tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk di Desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa prosentase pendidikan Desa Telukawur mencapai 83 %. Hasil ini mencerminkan, bahwa kesadaran masyarakat Desa Telukawur dalam hal upaya pendidikan bagi putra-putrinya menunjukkan tingkat yang sangat baik. Berdasarkan pada data yang peneliti peroleh dari balai desa Telukawur Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara dengan didampingi oleh Bapak Asrofi selaku Petinggi beliau mengatakan bahwasanya jumlah janda yang terdapat di desa tersebut kurang lebih sebanyak 25 janda yang mana dilihat dari segi umurnya mayoritas dari mereka adalah telah berusia lanjut kisaran umur 45-60 dan status janda telah mereka peroleh dalam jangka waktu yang sangat
46 lama dengan waktu penelitian yang peneliti lakukan. Sehingga sulit sekali untuk peneliti mendapatkan informasi dari mereka dikarenakan tenggang No waktu tersebut dimana jarak antara pelaksanaan iddah dengan wawancara yang peneliti lakukan sangat jauh sekali sehingga faktor usia sangat mempengaruhi daya ingat mereka. Oleh karena itu untuk mendapatkan data yang akurat maka wawancara ini dilaksanakan dengan beberapa janda yang masih dalam jangka waktu yang dekat. Karena adanya perbedaan penyebab dalam memperoleh status janda, sehingga peneliti memberikan klasifikasi dalam penyebab tersebut untuk mempermudah mengetahui jenis iddah yang harus mereka lakukan. Gambaran lebih jelas tentang profil janda desa Telukawur dari segi usia, umur kawin dan jenis iddah yang mereka laksanakan dapat dilihat pada Tabel 3.3 Tabel 3.4 Profil Umur Kawin dan Usia Janda Serta Jenis Iddah di Desa Telukawur Nama Umur kawin dan umur saat penelitian dilakukan Lama menyandang status janda Jenis iddah 1 Zuilyanti 23 th/ 27 tahun 1 tahun Cerai thalak 2 Eli Lisdiana 18 th/ 27 tahun 5 tahun Cerai thalak 3 Zhulaikha 15 th/ 35 tahun 1 tahun Cerai gugat 4 Zuli 20 th/ 35 tahun 2 tahun Cerai gugat 5 Sutiyah 20 th/ 27 tahun 1 tahun Cerai mati 6 Murmi 15 th/ 43 tahun 2 tahun Cerai mati 7 Sutami 17 th/ 43 tahun 5 tahun Cerai mati 8 Sukinah 15 th/ 60 tahun 3 tahun Cerai mati
47 B. Pandangan hukum Islam terhadap iddah 1. Para ulama memberikan keterangan tentang hikmah pensyariatan masa iddah, diantaranya: a. Untuk memastikan apakah wanita tersebut sedang hamil atau tidak. b. Syariat Islam telah mensyariatkan masa 'iddah untuk menghindari ketidakjelasan garis keturunan yang muncul jika seorang wanita ditekan untuk segera menikah. c. Masa 'iddah disyari'atkan untuk menunjukkan betapa agung dan mulianya sebuah akad pernikahan. d. Masa 'iddah disyari'atkan agar kaum pria dan wanita berpikir ulang jika hendak memutuskan tali kekeluargaan, terutama dalam kasus perceraian. e. Masa 'iddah disyari'atkan untuk menjaga hak janin berupa nafkah dan lainnya apabila wanita yang dicerai sedang hamil. 2. Dasar pensyariatannya. Masa iddah sebenarnya sudah dikenal dimasa jahiliyah. Ketika Islam datang, masalah ini tetap diakui dan dipertahankan. Oleh karena itu para Ulama sepakat bahwa iddah itu wajib, berdasarkan al-qur`ân dan Sunnah. 3. Aturan-Aturan Dalam `Iddah Masa iddah diwajibkan pada semua wanita yang berpisah dari suaminya dengan sebab talak, khulu (gugat cerai), faskh (penggagalan akad pernikahan) atau ditinggal mati, dengan syarat sang suami telah melakukan hubungan suami istri dengannya atau telah diberikan kesempatan dan
48 kemampuan yang cukup untuk melakukannya. Berdasarkan ini, berarti wanita yang dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya sebelum digauli atau belum ada kesempatan untuk itu, maka dia tidak memiliki masa iddah. Allâh Azza wa Jalla berfirman : )االخزاب: ٩٤ ) Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuanperempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka 'iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. (al-ahzâb/33:49). 2 Berdasarkan keterangan di atas dan berdasarkan penyebab perpisahannya, masalah 'iddah ini dapat dirinci sebagai berikut : a. Wanita Yang Ditinggal Mati Oleh Suaminya Wanita yang ditinggal mati oleh suaminya memiliki dua keadaan : 1) Wanita yang ditinggal mati suaminya ketika sedang hamil. Wanita ini maka masa menunggunya ('iddah) berakhir setelah ia melahirkan bayinya 2) Wanita tersebut tidak hamil. Jika tidak hamil, maka masa 'iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari. 3 3) Wanita Yang Diceraikan 2 Departemen Agama RI, Al-qur an dan Terjemahnya, (Surabaya : Surya Cipta Aksara. 1989) hlm.675 3 Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2000), hlm.414
49 Wanita yang dicerai juga ada dua macam yaitu wanita yang dicerai dengan thalak raj i (thalak yang bisa ruju ) dan wanita yang ditalak dengan thalak bâ in (thalak tiga). a. Wanita yang dicerai dengan talak raj i terbagi menjadi beberapa : 1. Wanita yang masih haidh Masa iddah wanita jenis ini adalah tiga kali haidh Oleh karena itu Ibnul Qayyim rahimahullah merajihkan pendapat ini dan mengatakan, Lafazh quru tidak digunakan dalam syariat kecuali untuk pengertian haidh dan tidak ada satu pun digunakan untuk pengertian suci (thuhr), sehingga memahami pengertian quru dalam ayat ini dengan pengertian yang sudah dikenal dalam bahasa syariat lebih baik. Karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada orang yang kena darah istihâdlah : 2. Wanita yang tidak haidh, baik karena belum pernah haidh atau sudah manopause. Bagi wanita yang seperti ini masa 'iddahnya adalah tiga bulan, seperti dijelaskan Allâh Azza wa Jalla dalam firman-nya: )الطلق: ٤ ( Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang
50 masa iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. (at- Thalaq/65:4). 4 3. Wanita Hamil. Wanita yang hamil bila dicerai memiliki masa iddah yang berakhir dengan melahirka 4. Wanita yang terkena darah istihadhah. Wanita yang terkena darah istihadhah memiliki masa iddah sama dengan wanita haidh. Kemudian bila ia memiliki kebiasaan haidh yang teratur maka wajib baginya untuk memperhatikan kebiasannya dalam hadih dan suci. Apabila telah berlalu tiga kali haidh maka selesailah iddahnya. b. Wanita yang ditalak tiga (talak baa in). Wanita yang telah di talak tiga hanya menunggu sekali haidh saja untuk memastikan dia tidak sedang hamil. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menyatakan, Wanita yang dicerai dengan tiga kali talak, masa iddahnya sekali haidh. Dengan haidh sekali berarti sudah terbukti bahwa rahim kosong dari janin dan setelah itu ia boleh menikah lagi dengan lelaki lain c. Wanita Yang Melakukan Gugat Cerai (Khulu ). Wanita yang berpisah dengan sebab gugat cerai, masa iddahnya sekali haidh. 4 Departemen Agama RI, Al-qur an dan Terjemahnya, (Surabaya : Surya Cipta Aksara. 1989) hlm. 946
51 Perlu diketahui bersama bahwa selama masa 'iddah, hendaknya wanita atau isteri yang ditalak raj i tetap berada di rumah suaminya, tidak boleh keluar tanpa izin dari suami tersebut. C. Pandangan Hukum Adat Desa Telukawur Tentang Iddah Sama seperti pendapat hukum Islam bahwa Masa iddah (waktu tunggu) adalahs seorang istri yang putus perkawinannya dari suaminya, baik putus karena perceraian, kematian, maupun atas keputusan pengadilan. Pengklasifikasian masa iddah yang peneliti temukan dari jawaban para tokoh-tokoh adat dan pemerintah desa telukawur dapat diuraikan sebagai berikut: 1..Putusnya Perkawinan kartena Ditinggal Mati Suami Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu ditetapkan 130 hari. Ketetapan ini, berlaku bagi istri yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan tidak hamil. Lain halnya, bila istri yang ditinggal dalam keadaan hamil, waktu tunggunya adalah sampai ia melahirkan. 2. Putus Perkawinan karena Perceraian Seorang istri yang diceraikan oleh suaminya, maka memungkinkan mempunyai beberapa waktu tunggu. Dalam keadaan hamil, istri diceraikan oleh suaminya dalam keadaan hamil maka iddah-nya sampai ia melahirkan kandungannya. Dalam keadaan tidak hamil, istri diceraikan oleh suaminya setelah terjadi hubungan kelamin, bagi seorang istri yang masih datang bulan, waktu tunggunya berlaku 3 (tiga) kali suci dengan sekurang-kurangnya 90 hari. Bagi seorang istri yang tidak dating bulan massa iddahnya tiga bulan atau 90 hari. Bagi seorang istri yang pernah haid. Namun, ketika menjalani masa iddah
52 ia tidak haid karena menyusui maka iddahnya tiga kali waktu suci. Dalam keadaan menyusui, maka iddahnya selama satu tahun, akan tetapi bila dalam waktu satu tahun dimaksud ia berhaid kembali, maka iddahnya menjadi tiga kali suci. 3. Putus Perkawinan karena Khulu, Fasakh, dan Li an Kalau masa iddah bagi janda yang putus ikatan perkawinannya karena Khulu (cerai gugat atas dasar tebusan atau iwad dari istri), Fasakh (putus ikatan perkawinan karena salah satu di antara suami atau istri murtad atau sebab lain yang seharusnya dia tidak dibenarkan kawin), atau Li an, maka waktu tunggu berlaku seperti iddah talak. 4. Istri ditalak Raj I kemudian Ditinggal Mati Suami dalam Masa Iddah Apabila seorang istri tertalak raj I kemudian di dalam menjalani masa iddah ditinggal mati oleh suaminya, maka iddahnya berubah menjadi empat bulan sepuluh hari atau 130 hari yang mulai perhitungannya pada saat matinya bekas suaminya. Karakteristik masa iddah tersebut, merupakan ketentuan hukum mengenai tenggang waktu hitungan masa iddah dalam hukum perkawinan Islam. Di antara hikmah yang penting dalam masalah iddah, selain untuk mengetahui keadaan rahim, juga menentukan nasab anak, memberi alokasi waktu yang cukup untuk merenungkan tindakan perceraian, bagi istri yang ditinggal mati suaminya adalah untuk turut berduka cita atau berkabung sekaligus menjaga timbulnya fitnah. Ketentuan tersebut, bukan hanya mengatur
53 masa iddah dalam hal berkabung, melainkan juga mengatur masalah masa berkabung bagi suami yang ditinggal mati oleh istrinya.