DYNAMIC SPECTRUM ACCESS (DSA) DENGAN MEKANISME SPECTRUM SENSING BERBASIS PENDETEKSIAN KANAL DAN BANDWIDTH UNTUK EFISIENSI SPEKTRUM

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut

BAB I PENDAHULUAN. masalah, batasan masalah, serta sistematika penulisan laporan penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian DYNAMIC SPECTRUM ACCESS (DSA) dengan Mekanisme

TINJAUAN PUSTAKA. dengan mencari spectrum holes. Spectrum holes dapat dicari dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penggunaan Spektrum Frekuensi [1]

BAB I PENDAHULUAN. Dimana spektrum frekuensi ini sudah di alokasikan dan terbatas. Terdapat dua

Kinerja Spectrum Sensing dengan Metode Matched Filter Detector pada Radio Kognitif

III. METODE PENELITIAN. Laboratorium Teknik Telekomunikasi. Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas literatur yang mendukung penelitian di antaranya adalah Long

Kinerja Spectrum Sensing Dengan Metode Cyclostationary Feature Detector Pada Radio Kognitif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA SPEKTRUM SENSING MENGGUNAKAN METODE ENERGY DETECTION PADA COGNITIVE RADIO

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA IMPLEMENTASI GREEN COMMUNICATIONS PADA JARINGAN LTE UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI JARINGAN

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

Pengaruh Penggunaan Skema Pengalokasian Daya Waterfilling Berbasis Algoritma Greedy Terhadap Perubahan Efisiensi Spektral Sistem pada jaringan LTE

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan tugas akhir ini adalah: 1. Melakukan upgrading jaringan 2G/3G menuju jaringan Long Term Evolution (LTE) dengan terlebih

ANALISA PERFORMA SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION DALAM CONVOLUTIONAL CODE PADA SISTEM MULTICARRIER DS CDMA. Disusun Oleh: Nama : Rendy Santosa

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2100

EVALUASI PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERSOALAN PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Penulis [7] menggunakan mekanisme spectrum sensing berbasis deteksi energi,

Studi Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Pada Spektrum 1800 MHz Area Kota Bandung Menggunakan Teknik FDD, Studi Kasus PT.

PERANCANGAN ANTENA WAVEGUIDE 6 SLOT PADA FREKUENSI 2,3 GHZ UNTUK APLIKASI LTE-TDD

BAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA SPEKTRUM SENSING MENGGUNAKAN METODE CYCLOSTATIONARY PADA COGNITIVE RADIO

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL...ix

ANALISIS NILAI LEVEL DAYA TERIMA MENGGUNAKAN MODEL WALFISCH-IKEGAMI PADA TEKNOLOGI LONG TERM EVOLUTION (LTE) FREKUENSI 1800 MHz

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

Simulasi dan Analisis Performansi Algoritma Pengalokasian Resource Block dengan Batasan. Daya dan QualityofService pada Sistem LTE Arah Downlink

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ABSTRAK. i ABSTRACT.. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI.. v DAFTAR TABEL.. viii DAFTAR GAMBAR...

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan informasi dan komunikasi terus

SIMULASI DAN ANALISIS DATA TRAFIK SCHEDULING DAN PERFORMANSI PADA SISTEM LTE ARAH DOWNLINK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

ALGORITMA PENGALOKASIAN RESOURCE BLOCK BERBASIS QOS GUARANTEED MENGGUNAKAN ANTENA MIMO 2X2 PADA SISTEM LTE UNTUK MENINGKATKAN SPECTRAL EFFICIENCY

PENGARUH FREQUENCY SELECTIVITY PADA SINGLE CARRIER FREQUENCY DIVISION MULTIPLE ACCESS (SC-FDMA) Endah Budi Purnomowati, Rudy Yuwono, Muthia Rahma 1

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Radio Resource Management dalam Multihop Cellular Network dengan menerapkan Resource Reuse Partition menuju teknologi LTE Advanced

I. PENDAHULUAN. terutama di bidang sistem komunikasi nirkabel (wireless). Sistem wireless

Simulasi Peningkatan Kemampuan Kode Quasi-Orthogonal melalui Rotasi Konstelasi Sinyal ABSTRAK

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

ANALISIS KINERJA SPECTRUM SENSING MENGGUNAKAN METODE MATCHED FILTER PADA COGNITIVE RADIO

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA ROUND ROBIN DAN BEST CQI PADA PENJADWALAN DOWNLINK LTE

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Non-Linier BPSK Dengan Adanya Interferensi Cochannel.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

REDUKSI EFEK INTERFERENSI COCHANNEL PADA DOWNLINK MIMO-OFDM UNTUK SISTEM MOBILE WIMAX

ANALISIS KINERJA SPHERE DECODING PADA SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT

Manajemen Spectrum Sharing Terdistribusi pada Teknologi Dynamic Spectrum Access untuk Radio Kognitif

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan LTE (Long Term Evolution). LTE merupakan teknologi yang

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Alokasi frekuensi 2300 MHz di Indonesia [4]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Realisasi Optical Orthogonal Codes (OOC) dengan korelasi maksimum satu Menggunakan Kode Prima Yang Dimodifikasi

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE) 1800 MHz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengujian Teknik Channel Shortening Pada Multicarrier Modulation Dengan Kriteria Minimum Mean Squared Error (MMSE). ABSTRAK

SIMULASI DAN EVALUASI PACKET DATA LOSS TRANSMISI VIDEO PADA JARINGAN LTE ( LONG TERM EVOLUTION ) ABSTRAK

SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE

PERENCANAAN JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)1800 Mhz DI WILAYAH MAGELANG MENGGUNAKAN BTS EXISTING OPERATOR XYZ

Simulasi Performansi Payload HAPS (High Altitude Platform System) Untuk FWA (Fixed Wireless Access) Pada Sistem CDMA2000 1x

REALISASI ACTIVE NOISE REDUCTION MENGGUNAKAN ADAPTIVE FILTER DENGAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) BERBASIS MIKROKONTROLER LM3S6965 ABSTRAK

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. perang ataupun sebagai bagian dari sistem navigasi pada kapal [1].

Multiple Akses : FDMA, TDMA

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur.

STUDI TENTANG ALOKASI PITA FREKUENSI BWA UNTUK TEKNOLOGI WIMAX TESIS

SIMULASI ESTIMASI FREKUENSI UNTUK QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION MENGGUNAKAN DUA SAMPEL TERDEKAT

BAB I PENDAHULUAN. Sistem radio digital (Digital Audio Broadcasting, DAB, sekarang ini lazim

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

Realisasi Optical Orthogonal Codes (OOC) Menggunakan Kode Prima 2 n

Analisis Kinerja Metode Power Control untuk Manajemen Interferensi Sistem Komunikasi Uplink LTE-Advanced dengan Femtocell

ANALISIS DROP CALL PADA JARINGAN 3G PADA BEBERAPA BASE STATION DI KOTA MEDAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 297 / DIRJEN / 2004 TENTANG

Analisis Perencanaan Jaringan Long Term Evolution (LTE) Frekuensi 900 MHz Pada Perairan Selat Sunda

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

SIMULASI PERHITUNGAN PARAMETER FREKUENSI DOPPLER DISKRIT DAN KOEFISIEN DOPPLER MENGGUNAKAN EXTENDED SUZUKI PROSES TIPE I

BAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti

ANALISIS PENGARUH MODEL PROPAGASI DAN PERUBAHAN TILT ANTENA TERHADAP COVERAGE AREA SISTEM LONG TERM EVOLUTION MENGGUNAKAN SOFTWARE ATOLL

Simulasi Channel Coding Pada Sistem DVB-C (Digital Video Broadcasting-Cable) dengan Kode Reed Solomon

Transkripsi:

DYNAMIC SPECTRUM ACCESS (DSA) DENGAN MEKANISME SPECTRUM SENSING BERBASIS PENDETEKSIAN KANAL DAN BANDWIDTH UNTUK EFISIENSI SPEKTRUM Maria Ulfa Muthmainah 1, Ardian Ulvan 2, Hery Dian Septama 3 Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung, Bandar Lampung Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 1 email : eng.mariaulfa@gmail.com 2 email : ardian.ulvan@unila.ac.id 3 email : hery@unila.ac.id Abstrak Perkembangan teknologi yang semakin pesat dan bertambahnya permintaan akses layanan yang semakin cepat menyebabkan kebutuhan spektrum meningkat. Pada mekanisme Static Spectrum Access (SSA) meningkatnya kebutuhan spektrum tidak diimbangi dengan alokasi spektrum yang ada sehingga terdapat kanal yang tidak digunakan (idle) yang menyebabkan spektrum perlu diefisiensikan. Cara untuk mengelola spektrum agar lebih efisien dapat dilakukan dengan prinsip Dynamic Spectrum Access (DSA). Mekanisme spectrum sensing berbasis pendeteksian kanal dan bandwidth menjadi bahasan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini penentuan kanal idle ditentukan dengan algoritma pendeteksian kanal dan bandwidth. Perhitungan dilakukan dengan menghitung parameter pendeteksian yaitu daya transmit. Besar daya threshold (Pth) dibandingkan dengan besar daya noise (Pnoise). Jika daya threshold lebih besar dari daya noise (Pth > Pnoise) maka kanal idle dinyatakan terdeteksi, sementara sebaliknya kanal idle tidak terdeteksi. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kanal idle terdeteksi pada keseluruhan bandwidth apabila user lain terdeteksi dengan bit rate yang rendah. Bandwidth 5 MHz memiliki ketersedian kanal idle lebih besar dibandingkan 3 MHz, dan 1,4 MHz. Dengan terdeteksinya kanal idle pada suatu bandwidth menjadikan penggunaan spektrum dengan mekanisme spectrum sensing menjadi efisien. Jarak maksimum user untuk dapat melakukan pendeteksian kanal idle sejauh 250 meter (n=3) dan 15 meter (n=4). Kata kunci - efisiensi spektrum, DSA, kanal idle, spectrum sensing. Abstract - The fast development of technology and the increase of service access demand affect the increase of spectrum requirement also increases. In the Static Spectrum Access (SSA) mechanism, the requirement is not equal to available spectrum allocation, thus there are channels which are not used (idle) which allow the spectrum to be more effieciently allocated. The method to overcome the scarcity is by applying Dynamic Spectrum Access (DSA) mechanism. Spectrum Sensing mechanism based on channel and bandwidth detection is conducted in this research. In this research, the idle channel determination was determined by channel and bandwidth detection algorithm. The value of threshold power (Pth) is compared to the value of noise power (Pnoise). If threshold power is greater than noise power, idle channel will be declared as detected, otherwise channel idle will not be detected. The result of calculation show that idle channel is detected on the overall bandwidth if it is detected by another user at a low bit rate. 5 MHz bandwidth has the availability of idle channel greater than 3 MHz, and 1,4 MHz. Detection of idle channel at a bandwidth makes use of spectrum to be more efficient. The user maximum distance to detect the idle channel is as far as 250 meter (n=3) and 15 meter (n=4). Keywords : Spectrum Efficiency, DSA, idle channel, spectrum sensing.

I. PENDAHULUAN Frekuensi merupakan sumber daya alam yang disediakan oleh alam dan penggunaannya terbatas. Rentang frekuensi yang digunakan dalam dunia telekomunikasi berkisar 300 KHz 30 GHz. Alokasi rentang frekuensi ini disebut dengan spektrum. Pada mekanisme konvensional yaitu Static Spectrum Access (SSA) [1], spektrum akan dialokasikan secara statis oleh user baik untuk mengakses layanan ataupun tidak. Apabila spektrum tidak digunakan oleh user untuk mengakses layanan maka terdapat kanal yang tidak digunakan (idle) pada suatu bandwidth. Saat ini perkembangan teknologi dan sistem komunikasi seluler sangat pesat seiring bertambahnya permintaan layanan akses yang semakin cepat. The 3rd Generation Partnership Project (3GPP) mengembangkan jaringan nirkabel yang disebut Long Term Evolution (LTE). LTE menjanjikan kecepatan transmisi data yang lebih tinggi dan mendukung bandwidth yang besar yaitu mencapai 20 MHz [2] dan 100 Mbps untuk akses bergerak [3]. Peningkatan kebutuhan permintaan layanan yang cepat dan transmisi data yang tinggi menyebabkan kebutuhan spektrum meningkat. Mekanisme SSA tersebut menimbulkan masalah berupa kelangkaan alokasi spektrum. Hal tersebut menjadi penyebab alokasi spektrum perlu diefisiensikan. Konsep radio kognitif membagi user menjadi dua kategori berdasarkan prioritas penggunaan kanal yaitu primary user (PU) dan secondary user (SU) [4]. Primary user (PU) merupakan user yang memiliki prioritas tinggi dalam penggunaan kanal, sedangkan secondary user (SU) merupakan user yang menggunakan kanal secara oportunistik. Pada radio kognitif, user equipment (UE) memiliki dua fitur yang membedakannya dengan radio konvensional, yaitu kemampuan kognisi dan kemampuan rekonfigurasi. UE secara aktif melakukan pengukuran untuk merasakan (sense) lingkungan sekitar radio, menganalisi informasi yang diperoleh (learn) dan memutuskan spektrum mana yang akan digunakan dan strategi transmisi yang akan digunakan (optimise) [5]. Konsep radio kognitif ini bekerja berdasarkan prinsip Dynamic Spectrum Access (DSA). Pada DSA, kanal akan dialokasi ke user sesuai dengan permintaan user dalam mengakses layanan. Mekanisme yang digunakan yaitu spectrum sensing. Pada spectrum sensing, SU dapat menggunakan kanal yang tidak sedang digunakan oleh PU (idle) sementara waktu. Apabila PU ingin menggunakan kanal idle tersebut, maka SU harus mencari alokasi spektrum yang tidak sedang digunakan lainnya. Terdapat tiga metode pada spectrum sensing, yaitu deteksi energi, matched filter, dan cyclostatinary feature [6]. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah deteksi energi sehingga pendeteksian kanal idle dilakukan dengan mendeteksi besar energi pada setiap bandwidth spektrum. II. SPECTRUM SENSING A. Spectrum Sensing Spectrum sensing merupakan langkah utama pada radio kognitif untuk mencapai tujuan yaitu dapat memanfaatkan kanal idle dengan kemampuan kognisi untuk mengukur aktivitas elektromagnetik dan mengadaptasi paramater yang sesuai, seperti daya transmisi, modulasi, dan lain-lain. Kemampuan kognisi ini adalah kemampuan radio kognitif untuk merasakan lingkungan sekitar radio, menganalisis informasi yang ditangkap, dan memutuskan tindakan yang sesuai yang terbaik, spektrum mana yang akan digunakan. Kemampuan kognisi ini memungkinkan radio kognitif untuk terus menerus mengamati lingkungan di sekitar radio yang berubah secara dinamis agar menyesuaikan dengan rencana transmisi yang akan digunakan. B. Karakteristik Spectrum Sensing Menurut [7], Spectrum sensing didasarkan pada teknik deteksi sinyal. Deteksi sinyal dapat dapat dideskripsikan sebagai metode untuk mengidentifikasi keberadaan sinyal. Secara analitis, deteksi sinyal diformulasikan sebagai berikut: H1 H0 x(n) = s(n).h + w(n)... (2.1) x(n) = w(n).. (2.2) Dimana, x(n) adalah sinyal yang diterima oleh SU yang ditransmisikan oleh PU, h adalah koefisien kanal, dan w(n) adalah Additive White Gaussian Noise (AWGN) dengan variasi σ 2 w. H0 dan H1 merupakan hipotesis yang menunjukkan keadaan sensing untuk kondisi sinyal PU tidak ada maupun ada. III. PENDETEKSIAN KANAL IDLE Pada pendeteksian kanal idle digunakan algoritma pendeteksian kanal dan bandwidth. Parameter pendeteksian kanal dan bandwidth yang

ditentukan adalah besar daya transmit suatu enodeb. Daya transmit maksimum yang ditransmisikan oleh enodeb dinyatakan dengan daya threshold (Pth). Daya threshold (Pth) dinyatakan sebagai batas pendeteksian kondisi kanal. Daya transmit yang dibangkitkan berdasarkan adanya kedudukan PU menggunakan kanal bandwidth dinyatakan sebagai daya noise (Pnoise). Pendeteksian kanal idle dapat dinyatakan dalam algoritma berikut: 01. Inisiasi Set Jumlah Kanal; 02. Set besar Bandwidth; 03. Menghitung Daya threshold (Pth); Pth = Mmax2 1. NoW Gt. Gr. ( λ 4πd )2 04. Menghitung Daya noise (Pnoise); Pnoise = Mpu2 1. NoW Gt. Gr. ( λ 4πd )2 05. Menentukan Kondisi Kanal; If (Pnoise < Pth) Kanal Idle; else Kanal Tidak Idle ; 06. end V. HASIL DAN ANALISA Hasil yang diperoleh berdasarkan algoritma pendeteksian di atas maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 1. Besar Daya Threshold pada tiap Spektrum Pada gambar 1 menunjukkan hubungan bandwidth terhadap daya threshold (Pth) pada masingmasing spektrum frekuensi. Semakin besar bandwidth semakin besar daya threshold. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas kanal suatu bandwidth semakin besar bila bandwidth yang tersedia semakin besar. IV. MODEL MATEMATIKA Besar bandwidth yang digunakan untuk mengakses layanan dinotasikan sebagai W. Bit rate maksimum dinotasikan sebagai Mmax, sementara bit rate yang digunakan oleh PU dinotasikan sebagai Mpu. Besar Gain pada enodeb maupun user dinotasikan sebagai Gt dan Gr. Spektrum frekuensi dinotasikan dalam λ (λ = c/f). Jarak user terhadap enodeb dinotasikan sebagai d. Daya threshold dan daya noise PU dinyatakan dalam persamaan berikut [8] : Gambar 2. Perbandingan Pnoise dan Pth Bandwidth 1,4 MHz tiap Spektrum Frekuensi Pth = Mmax2 1.NoW Gt.Gr.( λ 4πd )2... (4.1) Pnoise = Mpu2 1.NoW Gt.Gr.( λ 4πd )2. (4.2) Dimana, besar bit rate maksmimum pada suatu bandwidth dinyatakan sebagai berikut [9]: Mmax = Jumlah RB x 12 x OFDMA symbol x tipe modulasi (4.3) Gambar 3. Perbandingan Pnoise dan Pth Bandwidth 3 MHz tiap Spektrum Frekuensi

Gambar 4. Perbandingan Pnoise dan Pth Bandwidth 5 MHz tiap Spektrum Frekuensi Gambar 2, gambar 3, dan gambar 4 menunjukkan perbandingan besar daya noise (Pnoise) terhadap besar daya threshold. Pada masing-masing bandwidth, PU diasumsikan menggunakan kanal bandwidth dengan bit rate sebesar 0,5 Mbps, 1 Mbps, dan 3,5 Mbps. Semakin besar PU menggunakan kanal pada suatu bandwidth, ketersediaan kanal idle semakin kecil. Seperti pada gambar 2, dimana pada bandwidth 1,4 MHz, kanal idle tidak tersedia jika PU menggunakan kanal bandwidth sebesar 3,5 Mbps. Hal ini karena PU telah menggunakan kapasitas maksimum bandwidth. Pada gambar 2 dan gambar 3, hasil menunjukkan bahwa kanal idle terdeteksi semakin besar pada bandwidth 5 MHz. Hal ini dapat dilihat saat PU diasumsikan menggunakan kanal dengan bit rate 3,5 Mbps, ketersediaan kanal idle pada bandwidth 5 MHz lebih besar dibandingkan dengan 3 MHz. Pada radio kognitif, user secara aktif melakukan pengukuran besar daya transmisi. Hasil yang ditunjukkan pada gambar 5 menunjukkan bahwa perubahan jarak menyebabkan daya transmisi mengalami penurunan sehingga daya minimum yang diperlukan untuk melakukan pendeteksian kanal idle tidak terpenuhi. Selain jarak, kondisi lingkungan jangkauan enodeb menjadi faktor tambahan dalam pendeteksian kanal idle. Pada kondisi lingkungan LOS ditunjukkan pada n=2, dan kondisi N-LOS dengan efek shadowing pada n=3-5. Besar dari efek shadowing yang ditimbulkan mengalami penurunan daya transmisi yang signifikan. Hal ini menyebabkan pada jarak tertentu, SU tidak dapat melakukan pendeteksian kanal idle. Jarak maksimum SU dapat melakukan pendeteksian kanal idle pada kondisi N-LOS sejauh 250 meter (n=3) dan 15 meter (n=4). VI. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisa mekanisme spectrum sensing, kanal idle dapat dideteksi dengan menggunakan algoritma pendeteksian kanal dan bandwidth. Ketersediaan kanal idle semakin besar jika bandwidth yang tersedia semakin besar, yaitu 5 MHz dengan besarnya bit rate PU yang diasumsikan terdeteksi sebesar 3,5 Mbps. Kenaikan daya threshold (Pth) atau daya transmisi sebanding dengan besar bit rate, bandwidth, dan frekuensi. Namun demikian besar daya threshold dalam system harus dibatasi tanpa harus mempengaruhi besar bit rate, bandwidth, dan alokasi frekuensi yang digunakan. Pembatasan daya threshold ini dapat dilakukan melalui mekanisme modulasi high rate dan/atau meningkatkan besar gain pada antenna pengirim dan penerima. Jarak mempengaruhi pendeteksian kanal idle, dimana pada jarak tertentu SU tidak diizinkan untuk melakukan pendeteksian. Jarak maksimum SU dapat melakukan pendeteksian kanal idle yaitu 250 meter (n=3) dan 15 meter (n=4). Gambar 5. Besar Daya transmisi yang diterima SU DAFTAR PUSTAKA [1] M. Buddhikot, Milind. 2007. Unserstanding Dynamic Spectrum Access: Models, Taxonomy and Challenges. Proceedings of IEEE DySPAN 2007: Dublin. [2] Lucent, Alcatel. 2009. The LTE Network Architecture. Strategic White Paper: Alcatel Lucent [3] Nohrborg, Magdalena. 2014. LTE. http://www.3gpp.org/technologies/ keywords-acronyms/98-lte diakses pada 3 Mei 2014. [4] ITU Radioo Regulations, International Telecommunication Union. Geneva. 2008. [5] Yucek, T., Arslan, H. A Survey of Spectrum Sensing Algorithms for Cognitive Radio Applications. IEEE Comm. Surv. Tutorials 11(1), 116-130. 2009.

[6] Mounika, Bodepudi, et al. 2013. Spectrum Sensing Techniques and Issues in Cognitive Radio. International Journal of Engineering Trends and Technology (IJETT) Volume4Issue4. [7] Fatih, Refik. 2010. Spectrum sensing techniques for Cognitive radio systems with multiple Antennas. Electronics and Communication Engineering: Izmir Institute of Technology. [8] Dharmatanna, Dewi S. 2014. Efisiensi Energi Pada Jaringan Long Term Evolution (LTE) Dengan Skema Radio Kognitif Dan Kooperatif Base Station. Bandar Lampung: Universitas Lampung. [9] Umam Fahmi, Khotibul. 2014. Analisa Mekanisme Load Balancing Pada Fungsi Self-Organization Network (SON) Berbasis Long Term Evolution (LTE). Bandar Lampung: Universitas Lampung.