Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 96

ION EXCHANGE DASAR TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Pengaruh Perlakuan Amalgamasi Terhadap Tingkat Perolehan Emas dan Kehilangan Merkuri

Pencemaran air raksa (Hg) sebagai dampak pengolahan bijih emas di Sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten Sukabumi

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengurangan Kesadahan Ca, Mg dan Logam Berat Fe, Mn, Zn dalam Bahan Baku Air Minum dengan Menggunakan Zeolit Asal Cikalong, Tasikmalaya

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus 2012 : 63-74

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

TARIF LINGKUP AKREDITASI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang.

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

MANFAAT ZEOLIT DALAM BIDANG PERTANIAN DAN PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penurunan Kandungan Fosfat dalam Air dengan Zeolit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 Hasil dan Pembahasan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

POTENSI DAN PEMANFAATAN ZEOLIT DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN. Oleh : Herry Rodiana Eddy Kelompok Kerja Mineral S A R I

PROSES PELUNAKAN AIR SADAH MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM LAMPUNG ABSTRAK

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7 Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Oktober 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

POTENSI DAN PEMANFAATAN ZEOLIT DI PROVINSI JAWA BARAT DAN BANTEN

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PENDATAAN PENYEBARAN UNSUR MERKURI PADA WILAYAH PERTAMBANGAN CIBALIUNG, KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

TINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Stuktur Kimia Zeolit

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

22 Desember 2006 Telp. (022) , Faks. (022) s/d 21 Desember 2010 Lingkup Akreditasi

PENURUNAN KADAR BESI OLEH MEDIA ZEOLIT ALAM PONOROGO SECARA KONTINYU IRON REMOVAL BY NATURAL ZEOLITE OF PONOROGO IN CONTINUOUS FLOW

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X PEMAKAIAN MICROWAVE UNTUK OPTIMASI PEMBUATAN ZEOLIT SINTETIS DARI ABU SEKAM PADI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penanaman TiO 2 Pada Tetrahedral Zeolit Alam Untuk Mengatasi Masalah Limbah Non-Biodegradable Pada Industri Tekstil

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

EFISIENSI PENURUNAN KADAR KALSIUM PADA AIR LAUT DENGAN METODA PENUKAR ION YANG MEMANFAATKAN TANAH

AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduknya

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

Transkripsi:

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155-168 PEMANFAATAN ZEOLIT SEBAGAI PENYERAP HG DARI AIR SUNGAI CITAMBAL KECAMATAN CINEAM, KABUPATEN TASIKMALAYA YANG TERCEMAR PENGOLAHAN EMAS DENGAN METODE AMALGAMASI (THE UTILIZATION OF ZEOLIT AS HG ABSORBER IN CITAMBAL RIVER, CINEAM SUBREGENCY, TASIKMALAYA REGENCY, POLLUTED BY GOLD PROCESSING USING AMALGAMATION METHOD) Widodo Pusat Penelitian Geoteknologi-LIPI Komplek LIPI, Jln. Sangkuriang Bandung 40135 Pos-el: wwwidodo01@gmail.com (Diterima 22 Oktober 2012; Disetujui 01 Desember 2012) ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pemanfaatan zeolit asal Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya untuk menurunkan konsentrasi air raksa (Hg) dari percontoh air sungai yang tercemar limbah dari pengolahan bijih emas metode almalgamasi. Percontoh air sungai yang digunakan pada penelitian ini diambil dari Sungai Citambal, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, sedangkan percontoh zeolit sebagai material penyerap diambil dari daerah Sindangkerta, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. Zeolit yang digunakan dalam percobaan berukuran -10 + 14 mesh, 14 + 20 mesh, - 20 + 35 mesh, dan kolom percobaan berupa tabung dengan diameter 10 cm dan panjang 90 cm. Zeolit dengan masing-masing ukuran dimasukkan ke dalam tabung percobaan dengan tinggi zeolit pada kolom percobaan 20 cm. Pada bagian atas dan bawah kolom zeolit diletakkan pasir Galunggung masing-masing 10 cm. Sementara itu percontoh air sungai yang tercemar limbah Hg dengan konsentrasi 0,0088 mg/l dialirkan melalui bagian atas kolom yang berisi zeolit, sedangkan air yang keluar dari kran outlet ditampung untuk dilakukan analisis kimia. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi Hg sebesar 4,55 % - 45,45 %. Penyerapan optimal (45,45 %) adalah zeolit dengan ukuran -20 + 35 mesh yang diaktivasi pada temperatur 400 o C. Konsentrasi Hg turun dari 0,0088 mg/l menjadi 0,0048 mg/l, lebih kecil dari 0,0050 mg/l sebagai syarat air untuk pengairan. Kata kunci : zeolit, aktivasi, air limbah, pengolahan emas ABSTRACT A Zeolite utilization research has been done at Cipatujah, regency of Tasikmalaya. The purpose of the research is to decrease the concentration Hg in waste polluted river water sampel from ore gold processing using almalgamation method. River water percontoh that was used in this research was taken from Citambal River, Cineam subregency, Tasikmalaya Regency, while zeolite percontoh as absorption materials was taken from Sindangkerta, Cipatujah subregency Tasikmalaya Regency. Zeolite used on the experiment measured -10 + 14 mesh, -14 + 20 mesh, -20 + 35 mesh, and the experiment columns were tubes with diameter 10 cm and heigth 90 cm. Each size of zeolite was put into the experiment tube with the heigh of zeolite in each experiment column was 20 cm. Above and bottom part of zeolite column was 10 cm high of Galunggung sand was put above below eac zeolit column. Meanwhile, waste polluted river water percontoh with Hg concentration of 0,0088 mg/l was flowed above the zeolite column, while water came out from outlet tap was kept for chemistry analysis. The Result of the analysis shows that is the concentration of Hg decrease as much as 4,55 % -45,45 %, where optimal absorption (45,45 %) of zeolite of size -20 + 35 mesh which was activated in temperature 400 o C. The concentration of Hg decrease from 0,0088 mg/l to 0,0048 mg/l, smaller than 0,0050 mg/l so it fulfils the water standard for irigation. Keywords : zeolite, activation, waste water, gold processing 155

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi (Widodo) PENDAHULUAN Zeolit terdiri sekelompok mineral aluminasilikat terhidrasi, merupakan produk gunung berapi baik dalam batuan beku atau sedimen (Yuliantie, 1991), mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga dimensinya dan tidak terbatas dengan rongga-rongga. Zeolit secara umum berwarna kehijauan bila basah, berwarna pucat bila kering, bertekstur kristalin, kompak namun agak lunak. Di Jawa Barat bagian selatan terdapat potensi sumberdaya bahan galian mineral yang hingga kini penanganan dan pemanfaatannya belum dikelola secara maksimal, salah satu bahan galian mineral tersebut adalah zeolit. Zeolit dapat digunakan sebagai penyaring, pengayak molekuler, penyerap, penukar kation, mempunyai toleransi yang tinggi terhadap unsur lain, menyerap air dan katalis. Kegunaan zeolit untuk menyerap katalis sebetulnya lebih cocok menggunakan zeolit buatan (sintetis) karena sifat katalis yang dimilikinya, dan sifat ini sangat jarang terdapat pada zeolit alam. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, maka zeolit sering disebut sebagai bahan galian atau mineral multiguna. Zeolit alam umumnya terdapat dalam batuan tufa bersama mineral lainnya, seperti felspar dan kuarsa. Perbandingan Si dan Al yang bervariasi menghasilkan banyak jenis zeolit yang terdapat di alam. Beberapa jenis zeolit yang terdapat di alam adalah klinoptilolit, mordenit, heulandit, ohabasit, dll. (Suganal, 1989). Menurut Sutopo (1991), kation-kation alkali yang dimiliki zeolit merupakan sumber kation yang mudah dipertukarkan melalui penyerapan. Hasil penelitian penyerapan logamlogam berat menggunakan zeolit (Sutopo, 1991) diketahui bahwa zeolit mampu menurunkan kadar besi (Fe) dari 1,466 mg/l menjadi 0,120 mg/l, mangan (Mn) dari 2,220 mg/l menjadi 0,060 mg/l, tembaga (Cu) dari 0,430 mg/l menjadi 0,030 mg/l, dan seng (Zn) dari 0,180 mg/l menjadi 0,110 mg/l. Percobaan dengan memanfaatkan zeolit sebagai penyerap (absorben) air raksa (Hg) yang terdapat dalam air hal ini dimungkinkan, karena zeolit mempunyai sifat sebagai penyerap dan mempunyai struktur yang berongga-rongga. Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 perairan yang mengandung air raksa untuk bahan baku air minum (kelas I) maksimum 0,0010 mg/l, bila angkanya melebihi angka tersebut akan mengganggu kesehatan pengkonsumsinya. Air raksa biasanya masuk ke dalam tubuh manusia lewat pencernaan baik melalui ikan maupun perairan itu sendiri. Air raksa (Hg) dalam bentuk logam sebagian besar dapat disekresikan, sisanya akan menumpuk di ginjal dan sistem saraf yang suatu saat akan mengganggu bila akumulasinya makin banyak. Pada keracunan Hg tingkat awal penderita akan merasa mulutnya kebal, sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah dan sering sakit kepala. Apabila terjadi akumulasi yang lebih dapat berakibat pada degenerasi sel - sel saraf di otak kecil yang menguasai kondisi saraf, gangguan pada luas pandang, degenerasi pada sarung selaput saraf dan bagian otak kecil. Tujuan penelitian ini adalah mengukur seberapa jauh pemanfaatan zeolit dengan aktivasi fisika untuk menyerap air raksa sebagai unsur pencemar dalam air sungai karena kegiatan pengolahan bijih emas menggunakan metode amalgamasi. Pemanfaatan zeolit sebagai bahan penyerap ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah zeolit itu sendiri, sekaligus sebagai salah satu cara untuk mengurangi adannya pencemaran lingkungan. Batasan masalah dalam penelitian adalah pemanfaatan zeolit dengan aktivasi fisika untuk meningkatkan mutu zeolit alam agar memiliki daya serap maupun pertukaran ion yang lebih tinggi. Uji kemanpuan daya serap zeolit hasil aktivasi fisika hanya diujicobakan pada satu unsure saja, yaitu air raksa (Hg). Unsur-unsur pencemar logam-logam lainnya seperti Fe, Mn, Cu, Cd, Zn, Pb, Cr, As, dan ph air tidak dibahas. Dari penelitian ini diharapkan diperoleh spesifikasi zeolit hasil aktivasi fisika yang sesuai dalam penggunaannya sebagai bahan penyerap untuk menurunkan konsentrasi Hg. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi wilayah penambangan zeolit terletak di Desa Sindangkerta, Kecamatan Cineam, Kabupaten Sukabumi, sedangkan lokasi penambangan bijih emas skala kecil dan pengolahan bijih emas metode amalgamasi terletak di Desa Karanglayung, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya (Gambar 1). Secara geologi daerah Cineam termasuk kedalam Hasil Gunung Api Tua (QTvs) sebagaimana tercantum pada Gambar 2. 156

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155-168 Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya 1. Kadipaten 2. Pagerageung 3. Ciawi 4. Sukaresik 5. Jamanis 6. Sukahening 7. Rajapolah 8. Cisayong 9. Cigalontang 10. Sariwangi 11. Leuwisari 12. Padakembang 13. Sukaratu 14. Singaparna 15. Salawu 16. Mangunreja 17. Sukarame 18. Manonjaya 19. Cineam 20. Taraju 21. Puspahiang 22. Tanjungjaya 23. Sukaraja 24. Gunungtanjung 25. Karangjaya 26. Bojonggambir 27. Sodonghilir 28. Parungponteng 29. Jatiwaras 30. Salopa 31. Culamega 32. Bantarkalong 33. Bojongasih 34. Cibalong 35. Cikatomas 36. Cipatujah 37. Karangnunggal 38. Cikalong 39. Pancatengah Gambar 1. Lokasi Penelitian 157

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi (Widodo) Keterangan Qvb Qvg QTvs Tmph Breksi Gunungapi Galunggung Hasil Gunungapi Muda Hasil Gunungapi Tua Formasi Halang Tmpb Tmkl Tomj Formasi Bentang Batugamping Kalipucung Formasi Jampang Sungai Jalan Peta Indeks Gambar 2. Peta Geologi Daerah Cineam dan sekitarnya (Budhitrisna, 1987) 158

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155-168 Hasil Gunung Api Tua terdiri atas perselingan breksi, lava, tufa, dan lahar, bersusunan andesit sampai basal hasil kegiatan gunung api strato Sawal (Budhitrisna, 1987). Mineralisasi di daerah Cikondang Kecamatan Cineam dijumpai pada lava andesit, urat kuarsa banyak dijumpai dalam bentuk veinlets maupun urat berukuran tebal urat berkisar 0,5-1,1 m umumnya mengandung mineral bijih sulfida, jurus urat U 300 o T -U 345 o T dengan Daerah Cineam termasuk ke dalam Anggota Genteng Formasi Jampang (Tmjg), tersusun atas tuf berselingan dengan breksi dasitan bersisipan dengan batugamping (Gambar 3; Supriatna, drr.,1992). Anggota Genteng diperkirakan berumur Oligosen - Miosen Awal, hubungan dengan Formasi Jampang adalah menjemari. KETERANGAN Qal Endapan Aluvium Tmb FORMASI BENTANG Tmkl FORMASI KALIPUCANG Tmjg Anggota Geuleng Formasi Jampang Tomj FORMASI JAMPANG Tgd GRANODIORIT INDEKS PETA Gambar 3. Peta Geologi Daerah Cipatujah dan sekitarnya (Supriatna, drr.,1992). Endapan zeolit di daerah penelitian terdapat pada satuan tuf dari Formasi Jampang, Anggota Genteng, terbentuk dari bahan asal tuf yang mengalami ubahan karena adanya pengaruh hidrotermal, umumnya berwarna putih kehijauan sampai putih keabu-abuan, putih kotor, butiran pasir berukuran kasar sampai halus, homogen, padat dan kompak, ketebalan zeolit yang tersingkap berkisar antara 1 sampai 5 meter (Gambar 4 dan Gambar 5), sumberdaya/potensi zeolit di Cipatujah diperkirakan 4.158.000 ton. Sementara bahan tambahan yang digunakan dalam percobaan penyerapan air raksa dari air sungai tercemar Hg karena adanya pengolahan bijih emas metode amalgamasi adalah pasir Galunggung dari Daerah Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya (Gambar 6). 159

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi (Widodo) Gambar 4. Lokasi pengambilan Percontoh Zeolit (Foto diambil di Cipatujah, 2009). Gambar 5. Titik pengambilan Percontoh Zeolit (Foto diambil di Cipatujah, 2009) 160

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155-168 Gambar 6. Peta Geologi Gunung Galunggung dan sekitarnya (Sumber : Pusat Survei Geologi). Gambar 7. Pasir Galunggung, Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya (Gambar Foto diambil di Sukaratu, tahun 2009) 161

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi (Widodo) Gambar 8. Penambangan bijih emas di pinggir Sungai Citambal (Foto diambil di Cineam, tahun 2009) Kegiatan Pertambangan Penambangan bijih emas skala kecil di Desa Karanglayung, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, dilakukan dengan membuat terowongan (adit) dan sumuran (shaft). Kegiatan penambangan diawali dengan menggali lubang tambang secara mendatar (terowongan) dan secara vertikal (sumuran), kemudian penggalian diteruskan dengan mengikuti arah urat kuarsa yang mengandung emas. Penggalian batuan/bijih emas menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul, palu, dan pahat. Lokasi (titik) awal pembuatan lubang tambang berdasarkan perkiraan keberadaa cebakan bijih emas yang dianggap potensial untuk ditambang, dengan harapan segera mendapatkan bijih emas tanpa memperhitungkan keadaan lingkungan, misal penambangan dekat sungai (Gambar 8). Bijih emas yang didapat kemudian diolah dengan cara amalgamasi menggunakan alat Gelundung, sebagai tenaga penggerak Gelundung dapat digunakan kincir air maupun dinamo (genset). Gelundung yang digerakkan dengan kincir air, berpotensi mencemari air sungai (Gambar 9). TINJAUAN PUSTAKA Adanya kegiatan penambangan dan pengolahan bahan galian (mineral) dapat berakibat timbulnya masalah kualitas lingkungan hidup, yaitu perubahan fisika, kimia, dan biologi lingkungan. Pencemaran air merupakan salah satu percontoh kerusakan yang terjadi pada lingkungan hidup. Pengolahan bijih emas skala kecil di Karang Paningal, Desa Karanglayung, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, menggunakan metode amalgamasi cara langsung. Dalam metode ini semua material (bijih emas, media giling, kapur tohor, air, air raksa) dimasukkan secara bersama-sama pada awal proses, sehingga proses penghalusan bijih emas dan pengikatan emas (bijih emas yang sudah terliberasi) oleh air raksa terjadi secara bersamaan. Metode amalgamasi cara langsung ini kurang efektif dengan beberapa alasan yaitu memerlukan jumlah air raksa relatif lebih banyak, air raksa yang digunakan cepat rusak menjadi butir-butir kecil/flouring (Pelle, 1956), sehingga daya ikat air raksa terhadap emas kurang, dan butir-butir air raksa yang kecil mudah terbuang ke sungai bersama ampas sewaktu dilakukan pendulangan memisahkan ampas dengan amalgam. Dampak proses ini adalah terjadinya pencemaran air sungai (Widodo, 2008). Air raksa termasuk salah satu logam berat, dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah logam berat ini umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Air raksa dalam kondisi temperatur kamar berbentuk zat cair, bila terjadi kontak dengan logam emas akan membentuk larutan padat (Sevruykov drr., 1960). Larutan padat biasa disebut amalgam, yaitu paduan antara air raksa dengan beberapa logam (emas, perak, tembaga, timah, seng). 162

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155-168 Gambar 9. Pengolahan bijih emas menggunakan gelundung yang digerakkan dengan kincir air (Foto diambil di Cineam, tahun 2009) Tabel 1. Hasil Analisis Kimia Zeolit. Oksida Kandungan (%) SiO2 66,38 Al2O3 12,49 Fe2O3 1,48 TiO2 - CaO 1,86 MgO 0,85 K2O 1,84 Na2O 2,02 H2O- 3,78 HD 9,29 Pemanasan untuk tujuan aktivasi dilakukan hingga temperatur 200, 300, 400, dan 500 o C. Setelah pemanasan air pori dan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap yang mengotori pori-pori zeolit akan keluar, sehingga pori-pori zeolit menjadi lebih bersih dan luas permukaan spesifik menjadi lebih besar. Efek semuanya ini mengakibatkan kapasitas tukar ion dan daya serapnya menjadi bertambah. Hasil analisis kimia untuk Hg pada percontoh air sungai tercemar adalah sebesar 0,0088 mg/l (Tabel 2). Percontoh air diambil tidak jauh dari tempat pengolahan bijih emas dengan alat Gelundung (Gambar 9). Zeolit memiliki struktur berongga yang terisi oleh air dan kation yang bisa dipertukarkan, serta memiliki kemampuan untuk melepaskan dan menyerap kembali air dan menukarkan ion tanpa merusak atau merubah struktur atomnya. Ion-ion pada rongga atau kerangka elektrolit berguna untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga pertukaran ion-ion yang terjadi bergantung pada ukuran dan muatan maupun jenis zeolitnya. Kelebihan zeolit yang mempunyai sifat sebagai penukar ion, memungkinkan pemanfaatan zeolit untuk mengurangi konsentrasi logam-logam berat yang terdapat pada air limbah melalui penyerapan. Berdasarkan hasil penelitian Sutopo (1991), zeolit dapat menurunkan kadar besi (Fe) dari 1,466 mg/l menjadi 0,12 mg/l, kemudian mangan (Mn) dari 2,22 mg/l menjadi 0,06 mg/l, tembaga (Cu) dari 0,43 mg/l menjadi 0,03 mg/l dan seng (Zn) dari 0,18 mg/l menjadi 0,11 mg/l. Berdasarkan acuan tersebut di atas, maka dilakukan penelitian menurunkan konsentrasi air raksa (Hg) pada air sungai yang tercemar limbah pengolahan bijih emas metode amalgamasi dengan cara penyerapan menggunakan zeolit dari Sindangkerta Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. Penyerapan (adsorpsi) didefinisikan sebagai proses melekatnya molekul atau zat pada permukaan padatan atau cairan. Gejala adsorpsi timbul sebagai akibat hasil gaya permukaan pada padatan, gas, uap, cairan atau larutan, dan material tersuspensi atau koloid. Kira-kira 20-50 % volume total kristal zeolit terdiri atas ruang terbuka yaitu dari kerangka struktur aluminosilikat dan rongga antarkristal. 163

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi (Widodo) Struktur dalam ini bersifat sangat lekat air (hydrophilic), biasanya penuh dengan air. Bila air ini dikeluarkan baik dengan pemanasan atau dengan evakuasi, zeolit yang telah mengalami dehidrasi menjadi adsorben air yang baik sekali. Dengan mengetahui daya penyerapan zeolit terhadap air tercemar Hg, diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi adanya pencemaran lingkungan. 90 cm influen METODOLOGI Rangkaian kegiatan percobaan meliputi pengambilan percontoh zeolit, air, dan pasir dari lapangan; serta preparasi, analisis kimia, pengaktifan dan percobaan penyerapan percontoh zeolit di laboratorium. Percontoh zeolit dari lapangan berupa bongkah berukuran 10-20 cm dan dipecah dengan palu hingga berukuran <3 cm, kemudian digunakan sebagai umpan (feed) alat penggerus batuan. Alat penggerus yang digunakan adalah ballmill dengan media gerus bola-bola keramik, proses penggerusan dilakukan selama 6 jam. Produk penggerusan ini kemudian disaring dengan saringan getar (vibrating screen), hasilnya dipisahkan dalam beberapa fraksi ukuran -10+14mesh, -14+20 mesh, dan -20+35 mesh. Aktivasi zeolit dilakukan terhadap setiap fraksi secara fisik dengan pemanasan pada temperatur 200, 300, 400, dan 500 o C selama 4 jam. Percobaan penyerapan dilakukan dengan memakai percontoh zeolit dan pasir Galunggung kedalam kolom (tabung) fiber glass dalam posisi tegak (Gambar 10). Material pasir Galunggung terutama terbentuk akibat banjir lahar letusan Gunung Galunggung pada tahun 1982. Pasir ini tersebar luas di sebelah tenggara G. Galunggung, terutama sepanjang daerah aliran S. Cikunir, S. Cibanjaran, S. Ciloseh dan S. Cimampang dengan ketebalan bervariasi antara 1,5 7 m. Pasir Galunggung ini berwarna kehitaman, butirannya masih lepas sehingga mudah sekali digali, pada umumnya bercampur dengan abu halus, dan bermutu baik sebagai pasir beton, (Gambar 7). Percontoh air sungai tercemar dilewatkan secara lambat dari atas kolom. Air yang keluar melalui kran diatur (rata-rata satu liter dalam waktu 60 menit) ditampung dengan beker glas 2.000 ml. Air tersebut selanjutnya dianalisis kimia untuk mengetahui konsentrasi Hg nya. Pasir 10cm 10 cm 20 cm Pasir 10cm 10 cm Zeolit 10 cm HASIL DAN PEMBAHASAN Kran effluent Gambar 10. Kolom percobaan penyerapan menggunakan Zeolit Endapan zeolit di daerah penelitian terdapat pada satuan tuf dari Formasi Jampang, Anggota Genteng, terbentuk dari ubahan tuf karena pengaruh hidrotermal, berwarna putih kehijauan sampai putih keabu-abuan, berbutir halus, homogen, padat, dan kompak. Berdasarkan hasil analisis kimia percontoh zeolit yang digunakan dalam percobaan didominasi oleh SiO 2 dan Al 2 O 3 sebesar 66,38 % dan 12,49%, sedangkan yang lainnya Fe2O3, CaO, MgO, K 2 O, Na 2 O, berjumlah sebesar 8,05 % (Tabel 1). Kandungan mineral percontoh zeolit didominasi oleh mineral mordenit dan klinoptilolit yang mempunyai kestabilan terhadap panas relatif tinggi karena kandungan mineral silika yang tinggi. Percontoh zeolit yang digunakan mengandung 38,25% mordenit dan 28,40 % klinoptilolit dengan nilai kapasitas tukar kation (KTK)nya sekitar 148,00 meq/100 gram. 164

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155-168 Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Fisik & Kimia Air Sungai Citambal. No. Parameter Satuan Konsentrasi 1. ph - 5,24 2. TDS mg/l 1.025 3. TSS mg/l 18 4. Kesadahan mg/l 156,22 5. Kalsium (Ca) mg/l 36,6 6. Magnesium (Mg) mg/l 4,30 7. Natrium (Na) mg/l 155,30 8. Kalium (K) mg/l 18,56 Logam Berat 1. Air raksa (Hg) mg/l 0,0088 2. Besi (Fe) mg/l 0,360 3. Seng (Zn) mg/l 0,650 4. Mangan (Mg) mg/l 1,150 5. Timbal (Pb) mg/l 0,040 6. Tembaga (Cu) mg/l 0,088 7. Kadmium (Cd) mg/l 0,008 8. Kromium (Cr) mg/l 0,005 9. Arsen (As) mg/l 0,022 Tabel 3. Hasil Percobaan Penyerapan Hg. Besar Butir (Mesh) Hasil Penyerapan Hg Temperatur 200 o C Temperatur 300 o C Temperatur 400 o C Temperatur 500 o C - 10 + 14 0,0084 mg/l 4,55 % 0,0079 mg/l 10,23 % 0,0071 mg/l 19,32 % 0,0078 mg/l 11,37 % - 14 + 20 0,0073 mg/l 17,05 % 0,0068 mg/l 22,73 % 0,0062 mg/l 29,55 % 0,0066 mg/l 25,00 % - 20 + 35 0,0063 mg/l 28,41 % 0,0057 mg/l 35,23 % 0,0048 mg/l 45,45 % 0,0055 mg/l 37,50 % 165

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi (Widodo) Gambar 11. Perbandingan hasil penyerapan Hg. Hasil pengukuran kualitas/mutu air terhadap pencemaran air raksa, dievaluasi sesuai dengan pemanfaatannya berdasarkan kelas. Perairan yang mengandung air raksa untuk bahan baku air minum (kelas I) maksimum 0,0010 mg/l, untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, sarana rekreasi air (kelas II dan III) air raksa maksimum 0,0020 mg/l dan untuk pengairan, industri dan PLTA (kelas IV) air raksa maksimum 0,0050 mg/l (Tabel 4). Hasil analisis kimia khususnya Hg pada fraksi -20 + 35 mesh dengan temperatur aktivasi 400 o C kosentrasi Hg sebesar 0,0048 mg/l telah berada di bawah konsentrasi yang diperkenankan untuk pengairan, industri, dan PLTA (kelas IV) yaitu 0,0050 mg/l; tetapi belum memenuhi syarat untuk bahan baku air minum (kelas I) maksimum 0,0010 mg/l maupun untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, sarana rekreasi air (kelas II dan III) air raksa maksimum 0,0020 mg/l (Gambar 11). Untuk memperluas permukaan pori, zeolit dapat diaktivasi dengan asam kuat (H2SO4 / HCl) atau basa kuat (NaOH), sehingga senyawa pengotor seperti besi dapat terlarutkan dan zeolit tersebut dapat mengatur kembali letak atom di dalam rangka yang dapat dipertukarkan dengan kation lain. Perlakuan selanjutnya setelah aktivasi adalah penetralan zeolit dengan aquadest, kemudian dikeringkan. Penggunaan zeolit dalam pengolahan air tercemar limbah dapat didasarkan pada dua parameter penting yang dimiliki zeolit yaitu, nilai kapasitas tukar kation (KTK) dan daya serap terhadap molekul yang tinggi. Tingginya nilai KTK berkaitan erat dengan jenis dan kandungan jumlah zeolit serta mineralogi atau komposisi mineralnya. Makin tinggi kandungan morderit pada zeolit semakin tinggi nilai KTKnya. Sementara daya serap zeolit berhubungan erat dengan luas permukaan spesifik zeolit. Semakin luas permukaan spesifik zeolit, semakin tinggi daya serapnya. Luas permukaan zeolit juga bergantung pada suhu, dengan semakin tinggi suhu maka luas permukaan spesifik juga semakin tinggi. Percobaan perkolasi (Husaini, 1999), regenerasi dilakukan setelah kotoran-kotoran yang menempel pada permukaan zeolit yang digunakan untuk penyerapan dibuang melalui proses cuci balik (back washing), kemudian dilanjutkan pembilasan dengan aquades untuk menghilangkan sisa-sisa larutan (regenerant). Dalam penelitian pengaruh berat zeolit terhadap jumlah ion Fe dan Mn, zeolit menjadi jenuh setelah digunakan selama 42 hari secara terus menerus, dan proses cuci balik dilakukan setiap dua minggu sekali. 166

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 3 Desember 2012 : 155-168 Tabel 4. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas. (Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001) Kelas Parameter Satuan I II III IV ph Besi (Fe) Mangan (Mn) Tembaga (Cu) Kadmium (Cd) Seng (Zn) Timbal (Pb) Kromium (Cr) Arsen (As) Air raksa (Hg) 6-9 6-9 6-9 5-9 mg/l 0,3000 (-) (-) (-) mg/l 0,1000 (-) (-) (-) mg/l 0,0200 0,0200 0,0200 0,2000 mg/l 0,0100 0,0100 0,0100 0,0100 mg/l 0,0500 0,0500 0,0500 2,0000 mg/l 0,0300 0,0300 0,0300 1,0000 mg/l 0,0500 0,0500 0,0500 1,0000 mg/l 0,0500 1,0000 1,0000 1,0000 mg/l 0,0010 0,0020 0,0020 0,0050 Keterangan : Kelas I = bahan baku air minum Kelas II = sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan Kelas III = budidaya ikan tawar, peternakan Kelas IV = pengairan, industri dan PLTA 167

Pemanfaatan Zeolit Sebagai Penyerap Hg Dari Air Sungai Citambal Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya Yang Tercemar Pengolahan Emas Dengan Metode Amalgamasi (Widodo) SIMPULAN 1. Penurunan konsentrasi Hg dapat dilakukan dengan cara penyerapan menggunakan zeolit jenis klinoptilotit dan mordernit. 2. Kapasitas penyerapan zeolit terhadap Hg dipengaruhi oleh ukuran besar butir zeolit dan temperatur aktivasi. Semakin kecil ukuran butir zeolit, maka luas permukaan spesifik dan kapasitas penyerapan semakin besar. Sementara itu semakin tinggi temperatur aktivasi maka kapasitas penyerapannya cenderung semakin besar. 3. Temperatur aktivasi yang optimal adalah sebesar 400 o C dengan kemampuan menyerap 45,45 % untuk ukuran besar butir -20 + 35 mesh, sedangkan temperatur pemanasan dengan aktivasi yang terlalu tinggi (>400 o C) dapat merusak struktur kristal zeolit UCAPAN TERIMA KASIH Dengan tersusunnya makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI Sukabumi atas kepercayaan dan dukunganyang diberikan selama penelitian dilakukan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Achdia Supriadidjaja, BE (telah Purna Bakti dari LIPI), Sugiman dan Rustana atas bantuan dan kerjasamanya yang baik selama penelitian lapangan dan laboratorium dilaksanakan. ACUAN Budhitrisna, T., 1987. Geologi Lembar Tasikmalaya Jawa Barat, Sekala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi Dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung. Husaeni, 1999. Pengolahan Zeolit Alam, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung. Pelle, R., 1956. Mining Engineers Hand Book, Third Edition, Vol. 2, John Willey and Sons Inc., New York. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Sevruykov, N.; Kuzmin, B.; dan Chelishchev, Y., 1960, General Matallurgy, Peace Publisher, Moscow. Suganal, 1989. Penggunaan Zeolit Bayah Untuk Pengolahan Air Limbah Industri Elektroplating Di DKI Jakarta, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM), Bandung. Supriatna, S., Sarmili, L., Sudana, D., dan Koswara, A., 1992. Peta Geologi Lembar Karangnunggal, Jawa. Skala 1:100.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. Sutopo, F.X.R. drr., 1991, Pengkajian Karakteristik Zeolit Cikalong Tasikmalaya dan Pemanfaatannya dalam Pengolahan Air, Laporan teknik Pengolahan No.143, PPTM Bandung. Widodo, 2008, Pengaruh Perlakuan Amalgamasi Terhadap Tingkat Perolehan Emas dan kehilangan Merkuri, Riset-Geologi dan Pertambangan, Jilid 18 No. 1, Bandung. Widodo, Achdia Supriadidjaja, Sugiman, dan Rustana, 2009. Penataan Kawasan Pertambangan Bahan Galian Di Kabupaten Tasikmalaya Propinsi Jawa Barat, Laporan Kegiatan Tahun 2009, UPT Loka Uji Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI, Sukabumi. Yuliantie, A., 1991. Pengaruh Jenis (Asal) dan Ukuran Batuan Zeolit Serta Kecepatan Aliran Air Terhadap Kemampuan Pelunakan Air, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 168