PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP. KEKUATAN TARIK BAJA ST 41 MENGGUNAKAN ELEKTRODA Rb.26

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL. Oleh : BAGUS DWI CAHYONO NPM: Dibimbing oleh: 1. Fatkur Rhohman, M.Pd 2. M. Muslimin Ilham, M.T

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (ST) Pada Program Studi Teknik Mesin UN PGRI Kediri OLEH :

JURNAL PENGARUH JENIS ELEKTRODA DAN ARUS PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA PENGELASAN BAJA ST 41 MENGGUNAKAN LAS SMAW

JURNAL PENGARUH ARUS PENGELASAN DAN SUDUT KAMPUH V TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL PADA PROSES LAS SMAW MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

ARTIKEL ANALISA PENGARUH PERUBAHAN INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125 CC

JURNAL PENGARUH VARIASI DIAMETER ELEKTRODA DAN FLUIDA PENDINGIN PADA PROSES LAS SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA ST 37

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL, SUDUT POTONG UTAMA DAN KADAR SOLUBLE OIL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN HASIL PEMBUBUTAN BAJA ST 37

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

JURNAL TIG WELDING SYSTEM ANALYSIS AND WELDING CONVENTIONAL AND DIFFERENT KIND OF MATERIAL TYPE BETWEEN IRON AND STEEL

PENGARUH KADAR CAMPURAN PENDINGIN DAN VARIASI KECEPATAN PENYAYATAN BAJA ST 37 PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL TERHADAP KEKASARAN BENDA KERJA

JURNAL ANALISA PENGARUH SUDUT PENGARAH ALIRAN DAN DEBIT ALIRAN TERHADAP KINERJA TURBIN KINETIK TIPE POROS VERTIKAL

PENGARUH BENTUK KAMPUH DAN JENIS ELEKTRODA PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL BAJA ST 37 SKRIPSI

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KADAR GARAM DAPUR ( NaCl ) SEBAGAI MEDIA PENDINGIN LAS MIG TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN PLAT BAJA ST. 41

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

ARTIKEL ANALISA VARIASI KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODA BUSI TERHADAP TORSI DAN DAYA MOTOR SUPRA X 125

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Chamdani Achmad

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH RIGI-RIGI AYUNAN TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN PLAT BAJA ST 41 MENGGUNAKAN TEGANGAN 70 A DENGAN ELEKTRODA Rb. 26

Analisa pengaruh variasi kuat arus, media pendingin, dan merk elektroda terhadap kekuatan tarik dan distorsi sudut sambungan baja st 37

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

STUDI KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN SPOT WELDING PADA ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

JURNAL PENGARUH VARIASI KAMPUH V TERBUKA DAN FLUIDA PENDINGIN PADA LAS MIG TERHADAP KEKUATAN TARIK MENGGUNAKAN BAJA ST 41

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

ANGGA INDRA WIDYATAMA

Tabel Perhitungan Waktu Standar

JURNAL. Analisa Head Losses Akibat Perubahan Diameter Penampang, Variasi Material Pipa Dan Debit Aliran Fluida Pada Sambungan Elbow 900

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

JURNAL PENGARUH VARIASI SUDUT PENGELASAN, KUAT ARUS, DAN MEREK ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK MEKANIK SAMBUNGAN PADA BAJA ST 37

JURNAL ANALISA PENGARUH BUSI IRIDIUM DAN PERTALITE TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN SEPEDA MOTOR HONDA VARIO 125

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

Pengelasan dan Pengujian Tarik

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Analisa Pengaruh PerubahanParameter Arus Pada PengelasanMaterial Plat Astm A36 Terhadap Sifat Mekanik DenganPengelasan Smaw

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI TEBAL PELAT DAN BESAR ARUS LISTRIK TERHADAP DISTORSI PADA PENGELASAN MULTILAYER PROSES GMAW DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFER SPRAY

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Pengaruh Hasil Pengelasan Las TIG Terhadap Kekuatan Tarik dan Ketangguhan

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN HASIL PROSES PENGELASAN MIG DAN SMAW PADA MATERIAL ST41 DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN (Air, Collent, dan Es) TERHADAP KEKUATAN TARIK

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

BAB II KERANGKA TEORI

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

Perbandingan Proses Pembelajaran di FTI dan FMIPA ITS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Optimasi Parameter Proses Pemotongan Acrylic terhadap Kekasaran Permukaan Menggunakan Laser Cutting Dengan Metode Response Surface

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode analisa, yaitu suatu usaha

LAMPIRAN A. Daftar Riwayat Hidup. Kartu Mata Kuliah. Surat Keterangan Survey Tugas Akhir

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

Analisa Sifat Mekanik Baja St 41 Pada Proses Pack Carburizing Menggunakan Media Arang Tempurung Kelapa Sawit Dengan Variasi Holding Time

BAB I PENDAHULUAN. pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainnya

ANALISA PENGARUH VARIASI KUAT ARUS DAN JARAK PENGELASAN TERHADAP NILAI KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON RENDAH DENGAN ELEKTRODA 6013 METODE ANAVA

Pengaruh Variasi Posisi Pengelasan. Shield Metal Arc Welding

LAB LAS. Pengelasan SMAW

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA ST 41 MENGGUNAKAN ELEKTRODA Rb.26 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S.T ) Pada Program Studi Teknik Mesin Disusun oleh: ADE YAYAN F. NPM: 12.1.03.01.0054 FAKULTAS TEKNIK (FT) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UN PGRI KEDIRI 2016 1

2

3

PENGARUH ARIASI ARUS PENGELASAN DAN MEDIA PENDINGIN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA ST 41 MENGGUNAKAN ELEKTRODA RB.26 Ade Yayan F. 12.1.03.01.0054 Adeyayan1111@gmail.com Fatkhur Rhohman, M.Pd dan Dr. Suryo Widodo, M.Pd UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Ade Yayan F : Pengaruh Variasi Arus Pengelasan dan Media Pendingin Terhadap Kekuatan Tarik Baja ST 41 Menggunakan Elektroda Rb.26. Skripsi, FT. Mesin, UN PGRI Kediri 2016. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam. Hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi arus pengelasan terhadap kekuatan tarik las SMAW menggunakan variasi arus 70 Amper, 85 Amper dan 95 Amper menggunakan elektroda Rb.26 Hasil penelitian diperoleh bahwa variasi arus pengelasan dan media pendingin las SMAW memberikan pengaruh terhadap kekuatan tarik sambungan las. Kekuatan tarik rata-rata dengan variasi arus 70 Amper yaitu 53,12 kgf/mm 2, dengan variasi arus 85 Amper yaitu 62,48 kgf/mm 2, dengan variasi arus 95 Amper yaitu 65,47 kgf/mm 2. Variasi arus pengelasan berpengaruh terhadap hasil pengujian tarik sambungan las. semakin besar arus pengelasan maka akan semakin besar juga nilai kekuatan tarik plat baja St. 41. Kemudian kekuatan tarik pada variasi media pendingin air yaitu 55,28 kgf/mm 2, dengan media pendingin udara ruangan yaitu 60,36 kgf/mm 2, dengan media pendingin Oli bekas yaitu 65,43 kgf/mm 2. Laju pendinginan berpengaruh terhadap hasil pengujian tarik sambungan las. Semakin epat laju pendinginan setelah pengelasan maka akan semakin menurunkan kekuatan tarik sambungan las plat baja St. 41. Kata kunci: Variasi arus pengelasan, kekuatan tarik, media pendingin. 4

I. Latar Belakang Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin moderen tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena memiliki peranan sangat penting dalam rekayasa dan reparasi logam. sambungan las merupakan salah satu pembuatan sambungan yang secara teknis memerlukan ketrampilan yang tinggi bagi pengelasnya agar diperoleh sambungan dengan kualitas baik. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi : perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. Faktor yang mempengaruhi las adalah prosedur pengelasan yaitu suatu perencanaan untuk pelaksanaan penelitian yang meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut. Faktor produksi pengelasan adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan (meliputi: pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh) (Wiryosumarto, 2000). Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi, tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik. Rancangan las harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas. Sambungan yang digunakan harus ditentukan, oleh karena itu untuk review menghasilkan sambungan yang lebih baik diantaranya, perlu pengetahuan bahan elektroda yang mempunyai karakteristik bahan selaras dengan pengujian yang akan dilakukan. Bahan yang digunakan adalah plat baja ST 41 yang berarti baja memiliki kekuatan tarik 41 kg/ mm 2 atau memiliki tegangan 410-500 N/ mm 2 (Luchsinger, HR, 1981). Proses pengelasan las SMAW (Shield Metal ArcWelding) atau disebut juga Las Busur Listrik adalah proses pengelasan yang menggunakan panas untuk mencairkan material dasar atau logam induk dan elektroda (bahan pengisi). Panas tersebut dihasilkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung elektroda dan permukaan yang akan dilas). Panas yang di hasilkan dari lompatan ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000 o C sampai 4500 o C. sumbar tegangan yang digunakan pada pengelasan SMAW ada 2 macam yaitu : AC (Arus bolak balik) dan DC (Arus searah). Mesin Las arusdc dapat digunakan dengan dua cara yaitu polaritas lurus dan polaritas terbalik. Mesin las DC polaritas lurus (DC-) digunakan bila titik cair bahan induk tinggi dan kapasitas besar, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub negatif dan logam induk dihubungkan dengan kutub positif, 1

sedangkan untuk mesin las DC polaritas terbalik (DC+) digunakan bila titik cair bahan induk rendah dan kapasitas kecil, untuk pemegang elektrodanya dihubungkan dengan kutub positif dan logam induk dihubungkan dengan kutub negatif. Pengelasan dengan busur listrik merupakan salah satu jenis proses pengelasan yang sering dijumpai karena pelaksanaannya cukup sederhana, fleksibel dan tidak memerlukan peralatan yang mahal. Pada umumnya proses pengelasan jenis ini banyak dipergunakan pada bengkel las besar atau kecil. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti Pengaruh Variasi Arus Pengela dan Media Pendingin Terhadap Kekuatan Tarik Baja ST 41 Menggunakan Elektroda R.26 II. METODE Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, yaitu suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat antara dua faktor yang berpengaruh. Eksperimen dilaksanakan dilaboratorium dengan kondisi dan peralatan yang diselesai kan guna memperoleh data tentang pengaruh hasil pengelasan terhadap kekerasan dan kekuatan tarik baja St. 41 dengan elektroda Rb.26. Perhitungan Minitab Minitab merupakan suatu program aplikasi statistika yang banyak digunakan untuk pengolahan data statistik. Kelebihan minitab adalah dapat digunakan dalam pengolahan data statistik untuk tujuan sosial dan teknik. Minitab adalah program statistik yang sangat kuat dengan tingkat akurasi taksiran statistik yang tinggi. Minitab menyediakan beberapa pengolahan data untuk melakukan analisis regresi, membuat anova, membuat alat-alat pengendalian kualitas statistik, membuat desain eksperimen (factorial, response surface dan taguci), membuat peramalan dengan analisis time series, analisa realibilitas dan analisis multivariate, serta menganalisis data kualitatif dengan menggunakan cross tabulation. III. HASIL DAN KESIMPULAN Dari hasil pengujian tarik yang telah dilakukan maka perhitungan uji tarik dari setiap spesimen yang sudah dilakukan pengelasan terhadap baja St.41 menggunakan variasi arus 70 A, 85 A, 95 A dan media pendingin air, udara ruangan dan oli bekas adalah sebagai berikut : 1. hasil pengujian tarik I : Break (titik putus) 13.21 kn, Peak Load (beban puncak) 41.48 kn, Yield Strength (titik luluh) 49.73, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 30.21 kgf/mm 2. 2. hasil pengujian tarik 2 : Break (titik putus) 13.14 kn, Peak Load (beban 2

puncak) 51.78 kn, Yield Strength (titik luluh) 47.06, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 28.23 kgf/mm 2. 3. hasil pengujian tarik 3 : Break (titik putus) 13.11 kn, Peak Load (beban puncak) 56.78 kn, Yield Strength (titik luluh) 48.22, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 29.06 kgf/mm 2. 4. hasil pengujian tarik 4 : Break (titik putus) 13.22 kn, Peak Load (beban puncak) 56.83 kn, Yield Strength (titik luluh) 39.06, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 21.76 kgf/mm 2. 5. hasil pengujian tarik 5 : Break (titik putus) 13.09 kn, Peak Load (beban puncak) 58.44 kn, Yield Strength (titik luluh) 48.73, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 26.35 kgf/mm 2. 6. hasil pengujian tarik 6 : Break (titik putus) 13.04 kn, Peak Load (beban puncak) 61.20 kn, Yield Strength (titik luluh) 47.23, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 26.13 kgf/mm 2 7. hasil pengujian tarik 7 : Break (titik putus) 12.95 kn, Peak Load (beban puncak) 57.84 kn, Yield Strength (titik luluh) 44.82, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 23.34 kgf/mm 2. 8. hasil pengujian tarik 8 : Break (titik putus) 13.9 kn, Peak Load (beban puncak) 60.26 kn, Yield Strength (titik luluh) 46.78, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 25.84 kgf/mm 2. 9. hasil pengujian tarik 9 : Break (titik putus) 13.76 kn, Peak Load (beban puncak) 66.84 kn, Yield Strength (titik luluh) 49.54, Elastis Modulus (modulus elastisitas) 29.54 kgf/mm 2. Untuk mengetahui apakah variabel variasi arus pengelasan dan media pendingin mempunyai pengaruh terhadap kekuatan tarik baja karbon rendah ST 41 setelah dilakukan Analisis variansi (ANAVA). Analisis Variansi mensyaratkan bahwa residual harus memenuhi tiga asumsi, yaitu bersifat identik, independen dan berdistribusi normal. A. Uji Identik Uji identik terpenuhi bila residual tersebar secara acak disekitar harga nol dan tidak membentuk pola tertentu. Hasil uji identik disajikan pada gambar 4.1 di bawah Residual 3000 2000 1000 0-1000 -2000-3000 -4000 50000 Versus Fits (response is KT) 55000 60000 Fitted Value 65000 70000 ini. Gambar 4.1 Plot residual kekuatan tarik versus fitted values Uji identik pada gambar 4.1 diatas menunjukkan residual tersebar secara acak disekitar harga nol dan tidak membentuk 3

pola tertentu. Hal ini menunjukkan asumsi identik terpenuhi. B. Uji Independen Pengujian independen pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan auto correlation function (ACF). Berdasarkn plot ACF yang ditunjukkan pada Gambar 4.2, tidak ada nilai ACF pada tiap lag yang keluar dari batas interval. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada korelasi antar residual artinya residual bersifat independen. Autocorrelation Autocorrelation Function for KT (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0-0.2-0.4-0.6-0.8-1.0 1 2 Lag Gambar 4.2 Plot ACF pada respon kekuatan tarik C. Uji Kenormalan Uji kenormalan residual dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov. Hipotesis yang digunakan adalah: H0 : Residual tidak berdistribusi normal H1 : Residual berdistribusi normal H0 ditolak jika p-value lebih kecil dari pada α = 0,05. Gambar 4.3 menunjukan bahwa dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh p-value 0,049 yang berarti lebih besar dari α = 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa H0 gagal ditolak atau residual normal. Percent 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 40000 50000 Probability Plot of KT Normal 60000 KT 70000 berdistribusi 80000 Gambar 4.3 uji normalitas D. Analisa variansi (ANAVA) Setelah uji Mean 60361 StDev 7471 N 9 KS 0.275 P-Value 0.049 identik, independen dan distribusi normal terpenuhi dilakukan analisis variansi untuk mengetahui variabel proses mana yang memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kekuatan tarik. Analisis variansi (ANAVA) untuk kekuatan tarik diuraikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.12 Analisis variansi (ANAVA) variabel proses terhadap kekuatan tarik. Analysis of Variance for kgf, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P A 2 249236901 249236901 124618450 11.66 0.021 B 2 154564206 154564206 77282103 7.23 0.047 Error 4 42750197 42750197 10687549 Total 8 446551304 S = 3269.18 R-Sq = 90.43% R- Sq(adj) = 80.85% Nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel mengindikasikan bahwa faktor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kekasaran permukaan. Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang digunakan pada uji 4

hipotesis dengan menggunakan distribusi F adalah sebagai berikut: 1. Untuk faktor (A) arus pengelasan H0 : σu 1 = σu 2 H1 : σu 1 σu 2 Kesimpulan: F hitung = 11,66<F(0,05;2;6) = 5,14 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik. 2. Untuk faktor (B) media pendingin H0 : σu 1 = σu 2 H1 : σu 1 σu 2 Kesimpulan: F hitung = 7,23< F(0,05;2;6) = 5,14 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh media pendingin utama terhadap kekuatan tarik. Berdasarkan uji hipotesis distribusi F, maka faktor arus pengelasan dan pendingin memiliki pengaruh terhadap respon kekuatan tarik. Kondisi H0 pada respon kekuatan tarik untuk masing-masing faktor ditunjukkan oleh Tabel 4.4 Tabel 4.13 Kondisi Hipotesis Nol Pada Respon kekuatan tarik Variabel Kondisi H0 Arus pengelasan Ditolak Media pendingin Ditolak Sumber: hasil perhitungan P-value menunjukkan variabel proses mana yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan tarik. P-value yang lebih kecil dari level of significant (α) mengindikasikan bahwa variabel proses tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap respon. Dalam penelitian ini α yang dipakai bernilai 5%. Penarikan kesimpulan menggunakan p-value untuk kekuatan tarik yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 adalah sebagai sebagai berikut: 1. Untuk variabel proses arus pengelasan P-value = 0,021 < α = 0,05, maka secara statistik variabel arus pengelasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kekuatan tarik. 2. Untuk variabel proses media pendingin Mean 66000 64000 62000 60000 58000 56000 54000 52000 P-value = 0,047 < α = 0,05, maka secara statistik variabel media pendingin berpengaruh signifikan terhadap kekuatan tarik. 1 A 2 Main Effects Plot for KT Data Means 3 Gambar 4.4 Main effects plot Karakteristik semakin tinggi nilai kekuatan tarik maka semakin baik (higher is better) digunakan untuk respon kekuatan tarik. Hal ini berarti bahwa nilai kekuatan tarik yang maximum adalah yang paling diinginkan. 1. Dari gambar 4.4 terlihat bahwa pada faktor A level 1 menunjukan kekuatan tarik yang paling rendah, 1 B 2 3 5

level 2 berada ditengah-tengah dan level 3 menunjukan kekuatan tarik paling tinggi. 2. Dari gambar 4.4 terlihat bahwa pada faktor A level 1 menunjukan kekuatan tarik paling rendah, level 2 berada ditengah-tengah dan level 3 menunjukan paling tinggi. E. Pembahasan Hasil Data dari hasil penelitian diketahui ada perbedaan kekuatan tarik dari proses pengelasan dengan tiga variasi arus, yaitu 70 Amper, 85 Amper dan 95 Amper. Kemudian juga pada media pendingin yaitu air, udara ruangan dan oli bekas. Pengujian yang pertama adalah pengujian tarik untuk variasi arus pengelasan 70 Amper dengan media pendingin air, udara ruangan dan oli bekas mempunyai kekuatan tarik lebih rendah dari pada arus 85 Amper dan 95 Amper, arus yang terjadi terlalu rendah menyebaban sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang dihasilkan tidak cukup untuk melelehkan elektroda serta pengelasan yang terjadi kurang maksimal. Pengujian yang kedua adalah pengujian tarik untuk variasi arus pengelasan 85 Amper. Nilai kekuatan tarik pada arus ini memiliki nilai yang lebih besar dibanding variasi arus 70 Amper, tetapi lebih rendah dibanding variasi arus 95 Amper. Pada variasi arus ini, arus yang terjadi cukup stabil dibanding arus 70 Amper. Arus yang stabil ini menyebabkan nyala busur dan pengelasan yang baik. Pengujian yang ketiga adalah pengujian tarik untuk variasi arus pengelasan 95 Amper. Nilai kekuatan tarik pada arus ini memiliki nilai yang paling tinggi dibanding arus yang lain. Pada pengelasan ini busur yang terjadi lebih besar, sehingga percikan busur terlihat lebih besar dan peleburan elektroda lebih cepat. IV. DAFTAR PUSTAKA Alip, M, 1989. Teori dan Praktik Las. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Amanto, H. dan Daryanto. 2003. Ilmu Bahan. Bumi Aksara. Arifin, S, 1997. Las Listrik dan Otogen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Daryanto. 2010. Proses Pengolahan Besi dan Baja. (Ilmu metalurgi). Bandung: Nusa Dua Luchsinger, H.R. 1981. Tool Design. Institut Teknologi Bandung. Nur, Ichlas, 2005. Analisis Pengaruh Media Pendingin dari Proses Perlakuan Panas Terhadap Kekuatan Sambungan Pegas Daun dengan Las SMAW. Jurnal teknik mesin, 2 (1): 18-23. Soetardjo, Moerdijiarto, H, 1997. Petunjuk Praktek Las Asetilin dan Las Listrik. Surabaya Sonawan, H. dan Suratman, R. 2004, Pengantar Untuk Memahami Pengelasan Logam. Bandung: Alfa Beta 6

Sriwidharto, 1987. Petunjuk kerja las. Jakarta: Pradnyaparamita. Suharto, 1990. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Rinekacipta. Wiryosumarto, H. 2000.Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta: Erlangga 7