BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan wahana pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. 1 Keadaan gizi yang baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang kesehatan (Temu Karya Kader Posyandu dan Kader PKK se

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. yaitu faktor genetik dan non genetik, seperti lingkungan, nutrisi, dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah mengembangkan banyak program yang melibatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 :PENDAHULUAN. masih merupakan masalah kesehatan utama yang banyak ditemukan di. hubungan status gizi dengan frekuensi ISPA (1).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang yang. mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

DATA POSYANDU DESA Jumlah seluruh balita di wilayah Jumlah seluruh balita di posyandu. Jumlah balita yang ditimbang bulan ini di wilayah kerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. rawat jalan klinik Tumbuh Kembang Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya tahun

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

EVALUASI PROGRAM PENANGANAN GIZI KURANG MELALUI ASUHAN COMMUNITY FEEDING CENTER (CFC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya angka harapan hidup (life ecpectancy) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses. sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masa bayi, lalu berkembang menjadi mandiri di akhir masa kanak-kanak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk. meningkatkan pembangunan di bidang kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi berlebihnya lemak dalam tubuh yang sering

PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat. sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi kesehatan menurut WHO dalam buku Design and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

PEDOMAN WAWANCARA. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. optimal baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki inteligensi

MATERI PENYEGARAN KADER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

BAB 1 : PENDAHULUAN. penderita mengalami komplikasi pada organ vital seperti jantung, otak, maupun ginjal.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyelenggaraan pembangunan kesehatan dasar terutama ibu, bayi dan anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan pada Provinsi Jawa Barat 2007 dijumpai dari balita yang. terancam bergizi buruk sebanyak bayi.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia bawah lima tahun (balita) adalah anak yang berusia 0 59 bulan. Pada masa ini pertumbuhan tubuh dan otak sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya, sehingga diperlukan pemantauan tumbuh kembang balita tersebut. Pertumbuhan merupakan suatu perubahan dalam ukuran tubuh dan merupakan sesuatu yang dapat diukur seperti tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Memiliki dampak pada aspek fisik yang dapat diukur dengan alat, sementara itu perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu. Perkembangan lebih ditujukan pada kematangan fungsi alat-alat tubuh. Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan dari lahir hingga dewasa. (1) Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014, sekitar 16% atau 95 juta anak balita di daerah yang kurang berkembang kekurangan berat badan. Tahun 2014 prevalensi gizi kurang Asia Tenggara adalah 16%. Sekitar 45% dari semua kematian anak di bawah usia lima tahun disebabkan oleh kekurangan gizi, kekurangan Vitamin A dan kekurangan zink. (2) Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1457/ MENKES/ SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan disebutkan bahwa pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu dari kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota. Tahun 2014 jumlah populasi balita yang ada di Indonesia sebanyak 24.053.816 anak balita. Terdiri dari 12.369.408 balita laki-laki dan 11.684.408 balita perempuan. Salah satu bentuk upaya pemantauan pertumbuhan balita adalah melalui pos pelayanan terpadu (posyandu) (3-4)

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kegiatan Pemantauan Pertumbuhan Balita dapat dilihat dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita, dimana balita yang sehat tiap bulan naik berat badannya. Untuk mengetahui keadaan balita sehat, maka perlu ditimbang setiap bulannya di Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnya. (4) Cakupan anak ditimbang/subjek (D/S) di Posyandu merupakan indikator tinggi/rendahnya partisipasi masyarakat. D/S merupakan persentase balita yang ditimbang di posyandu dibanding seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk mengetahui adanya penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan balita serta untuk mengoreksi adanya faktor-faktor resiko. Dengan adanya faktor-faktor resiko yang telah diketahui, maka upaya untuk meminimalkan dampak pada anak bisa dicegah. Upaya tersebut diberikan sesuai umur perkembangan balita. Kegunaan deteksi ini adalah untuk mengetahui penyimpangan pada tumbuh kembang bayi dan balita secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan, dan pemulihan dapat diberikan dengan benar sesuai dengan indikasinya (4) Target penimbangan posyandu di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat, namun tidak diiringi dengan pencapaiannya. Tahun 2012 cakupan penimbangan balita di posyandu sebesar 75,1% dengan target yang diberikan 75%. Tahun 2013 cakupan penimbangan sebesar 80,30% dengan target yang di tetapkan

80%. Tahun 2014 cakupan D/S Indonesia belum mencapai target, cakupan yang tercapai sebesar 80% dengan target 85%. (5) Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2014 Provinsi Sumatera Barat memiliki pencapaian cakupan D/S sebesar 84,7%, dengan target yang ditetapkan pada 2014 sebesar 85%. Data Riset Kesehatan Dasar menetapkan Sumatera Barat menempati posisi 10 dalam pencapaian pemantauan pertumbuhan balita 4 kali dalam 6 bulan terakhir dengan pencapaian 40%. (6-7) Kabupaten Solok Tahun 2012 pencapaian cakupan D/S 71,55% dengan target 75%, tahun 2013 pencapaian mengalami penurunan menjadi 61,61% dengan target 80%. Persentasi pencapaian dari cakupan D/S di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Selayo tahun 2013 adalah 69,7% dengan 3.093 jumlah balita. Pencapaian ini masih di bawah target yaitu 80%. Tahun 2014 cakupan D/S adalah 64,1% dengan 2.803 balita, pencapaian cakupan 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 5,6%. Cakupan tersebut tidak mencapai standar yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2014 yaitu 85%. Selisih antara target dan pencapaian pada tahun 2013 adalah 10,3%, sedangkan pada 2014 selisih semakin jauh sebesar 20,9%. Puskesmas Selayo memiliki 52 posyandu, 46 posyandu purnama dan 6 posyandu mandiri (8) Kasus gizi buruk dan kematian balita masih ditemukan di Puskesmas Selayo. Pada tahun 2013 terjadi 4 kasus kematian balita. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah kematian balita sebanyak 6 orang. Kasus balita Bawah Garis Merah (BGM) pada tahun 2013 sebanyak 20 balita dan pada tahun 2014 terjadi penurunan menjadi 18 kasus balita BGM. Tahun 2013 ditemukan 1 balita gizi buruk dan tahun 2014 meningkat menjadi 2 kasus balita gizi buruk. Wilayah kerja

Puskesmas Selayo terdiri 4 nagari yaitu Selayo, Koto Baru, Gantung Ciri dan Koto Hilalang (8) Hasil wawancara dengan kepala Puskesmas Selayo, menyatakan bahwa tidak tercapainya Cakupan D/S disebabkan kurangnya keinginan partisipasi ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu. Koordinator gizi Puskesmas Selayo Kabupaten Solok menyatakan, kendala lapangan yang terjadi adalah karena banyaknya ibu yang tidak membawa anaknya ke posyandu, dikarenakan jarak posyandu yang jauh, masih adanya kader yang belum sepenuhnya aktif memberikan pemberitahuan, dan kesibukan dari orang tuanya yang bekerja sehingga tidak dapat membawa anaknya ke posyandu. Sarana dan prasarana yang ada untuk menunjang pelaksanaan posyandu berupa ruangan pelaksanaan posyandu yang masih ada di laksanakan di rumah warga dan rumah kader posyandu. Dana posyandu yang ada di Kabupaten Solok berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana yang diberikan sebesar Rp 50.000 per posyandu. Posyandu dikelompokan berdasarkan jorong, satu jorong dikelola oleh satu bidan desa, dan saat pelaksanaan posyandu Puskesmas memberikan tenaga bantuan kepada bidan desa dalam melaksanakan posyandu. Jumlah kader dalam satu posyandu terdiri dari empat sampai lima kader, setiap dua kali setahun kader posyandu di berikan pelatihan mengenai posyandu. Penelitian Dudut Eko Juliawan tahun 2010 tentang evaluasi program pencegahan gizi buruk melalui promosi dan pemantauan pertumbuhan balita menyatakan hasil cakupan program penimbangan di posyandu di bawah target, ibu balita gizi kurang dan gizi buruk belum mampu memahami makna pertumbuhan berat badan anak karena pengetahuan terbatas, adanya persepsi yang salah tentang gizi buruk serta masalah ekonomi keluarga. Jumlah kader Posyandu banyak yang

kurang dari 5, keterampilan kader dan petugas kesehatan sangat penting dalam menentukan keberhasilan program. (9) Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis rendahnya cakupan D/S balita di posyandu kewalinagarian Gantung Ciri wilayah kerja Puskesmas Selayo Tahun 2016 dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu input, process dan output. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana Analisis Cakupan D/S Balita di Posyandu Kenagarian Gantung Ciri Wilayah Kerja Puskesmas Selayo Tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi mendalam tentang rendahnya cakupan D/S balita di Posyandu kenagarian Gantung Ciri wilayah kerja Puskesmas Selayo Kabupaten Solok Tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diketahuinya informasi terkait input (tenaga, dana, sarana dan prasarana) rendahnya cakupan D/S balita di Posyandu kenagarian Gantung Ciri wilayah kerja Puskesmas Selayo Kabupaten Solok 2016. 2. Diketahuinya informasi terkait process (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan) rendahnya cakupan D/S balita di Posyandu kenagarian Gantung Ciri wilayah kerja Puskesmas Selayo Kabupaten Solok 2016.

3. Diketahuinya informasi terkait output rendahnya cakupan D/S balita di Posyandu kenagarian Gantung Ciri wilayah kerja Puskesmas Selayo Kabupaten Solok 2016. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas (FKM UNAND). 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu dan menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat 3. Bagi Instansi Puskesmas Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Puskesmas Selayo Kabupaten Solok dalam pengembangan dan peningkatan kinerja Puskesmas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibatasi mengenai cakupan D/S balita di Posyandu kenagarian Gantung Ciri wilayah kerja Puskesmas Selayo Kabupaten Solok, Hal ini dilihat dari unsur-unsur input (tenaga, dana, sarana dan prasarana), process (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan), dan output dari pelaksanaan kegiatan tersebut.