PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 54 TAHUN 2007

WALIKOTA TEBING TINGGI JALAN DR. SUTOMO NO. 14 TELP TEBING TINGGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG SERAGAM SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Displin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SEKOLAH UNGGUL SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2017/2018

BERITA NEGARA. ARSIP NASIONAL. Pakaian Dinas. Pegawai. Pencabutan.

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 KOTA BEKASI Jalan KH. Agus Salim No. 181 Telp Fax Bekasi 17112

WALIKOTA PROBOLINGGO

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 LUBUK ALUNG SEKOLAH UNGGUL Tahun Pelajaran 2016/2017

2 Serta Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pe

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 18 Tahun : 2014

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut di atas diperlukan tata tertib siswa yang terdiri dari hak, kewajiban, larangan dan sanksi.

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN JAMINAN PENDIDIKAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

2. Tata tertib ini sifatnya mengikat dan wajib ditaati oleh seluruh siswa

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

Nomor 70 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 70 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2010 TENTANG

NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA SATUAN PENDIDIKAN DI KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG

NOMOR : 12 TAHUN 2010

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 79 TAHUN 2009 TENTANG

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Und

2016, No Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925); 2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang Badan Nasio

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TATA TERTIB PESERTA DIDIK SMA NEGERI 45 JAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

-2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

TATA KRAMA DAN TATA TERTIB SISWA SMA NEGERI 1 SIDOARJO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 72 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB KERJA PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggara Pemil

PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI SAMBAS PERATURAN BUPATI SAMBAS NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG DISIPLIN JAM KERJA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PROVINSI LAMPUNG PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2018 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 14 TAHUN 1994

PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2012

BUPATI BOGOR PERATURAN BUPATI BOGOR NOMOR 6 TAHUN TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN BATIK DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan suasana dan tata kehidupan sekolah yang kondusif serta membentuk lingkungan pendidikan yang berbudaya sekolah, maka perlu adanya pedoman penyusunan tata tertib sekolah; b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Peraturan Walikota Nomor 44 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Sekolah, maka perlu adanya penyempurnaan terhadap ketentuan ketentuan dalam peraturan dimaksud; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b di atas, maka perlu ditetapkan dengan Peraturan Walikota Yogyakarta; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 53,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 859); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035); 1

5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0461/U/1984 tanggal 18 Oktober 1984 tentang Pembinaan Kepesertadidikan; 10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; 11. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 1 Tahun 1992 tentang Yogyakarta Berhati Nyaman (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta Nomor 18 Seri B); 12. Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2008 tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2008 Nomor 41 Seri D); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Yogyakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 3. Walikota adalah Walikota Yogyakarta. 4. Dinas adalah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. 2

6. Kepala Sekolah adalah kepala sekolah dilingkungan Kota Yogyakarta. 7. Peserta didik adalah peserta didik yang mengikuti pendidikan di sekolah. 8. Sekolah adalah satuan pendidikan yang meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 9. Perwakilan Kelas adalah perwakilan peserta didik dari setiap kelas. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Walikota ini adalah sebagai pedoman penyusunan tata tertib peserta didik pada setiap sekolah yang meliputi antara lain: a. waktu pembelajaran; b. pakaian sekolah; c. kartu pelajar; d. penggunaan kendaraan; e. upacara bendera. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 (1) Maksud disusunnya Peraturan Walikota ini sebagai pedoman bagi sekolah dalam menyusun Tata Tertib Sekolah yang disesuaikan dengan visi dan misi masingmasing sekolah. (2) Tujuan disusunnya Peraturan Walikota ini agar terciptanya standar Tata Tertib Sekolah yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Yogyakarta. BAB IV TATA TERTIB Bagian Kesatu Umum Pasal 4 (1) Sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah wajib menyusun tata tertib sekolah dengan berpedoman pada Peraturan Walikota ini. (2) Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota ini, dan dapat mengembangkan sesuai dengan visi misi atau ciri khas sekolah. Bagian Kedua Waktu Pembelajaran Pasal 5 Waktu pembelajaran adalah waktu proses interaksi peserta didik dan pendidik, dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan beban kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah. 3

Pasal 6 (1) Pengaturan tentang waktu kegiatan pembelajaran antara lain meliputi : a. kehadiran peserta didik; b. keterlambatan peserta didik dalam proses pembelajaran; c. istirahat peserta didik; d. pulang sekolah peserta didik; e. peserta didik tidak masuk sekolah; dan f. kegiatan ekstrakurikuler. (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan waktu pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Sekolah. Bagian Ketiga Pakaian Sekolah Pasal 7 (1) Pakaian Sekolah adalah pakaian yang dikenakan oleh peserta didik pada saat mengikuti kegiatan pembelajaran yang meliputi : a. Pakaian Seragam Sekolah; b. Pakaian Upacara Bendera; c. Pakaian Batik Bebas Rapi ; d. Pakaian Seragam Pramuka; e. Pakaian Olahraga; f. Pakaian Ekstrakurikuler; g. Pakaian Praktikum; dan h. Pakaian Khusus Sekolah. (2) Pakaian Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi norma kesusilaan, kesopanan dan kesederhanaan. (3) Pengenaan Pakaian Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka menumbuhkan rasa kebersamaan, tenggang rasa, persatuan dan nasionalisme serta cinta terhadap budaya daerah. Pasal 8 (1) Pakaian Seragam Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a adalah pakaian yang dikenakan oleh peserta didik yang disaturagamkan jenis, rancangan dan warnanya, dengan ketentuan : a. untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) dikenakan pada hari Senin sampai dengan hari Kamis, dengan ketentuan : 1. peserta didik putri mengenakan blus warna putih lengan pendek memakai 1 (satu) saku tanpa tutup di sebelah kiri dipakai dan dimasukkan dalam rok berwarna merah; dan 2. peserta didik putra mengenakan kemeja warna putih lengan pendek memakai satu saku tanpa tutup di sebelah kiri dipakai dan dimasukkan dalam celana berwarna merah. 4

b. untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikenakan pada hari Senin sampai dengan hari Kamis, dengan ketentuan: 1. untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan ketentuan: a) peserta didik putri mengenakan blus warna putih lengan pendek memakai satu saku tanpa tutup di sebelah kiri dipakai dan dimasukkan dalam rok berwarna biru tua; b) peserta didik putra mengenakan kemeja warna putih lengan pendek memakai satu saku tanpa tutup di sebelah kiri dipakai dan dimasukkan dalam celana panjang berwarna biru tua. 2. Untuk jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan ketentuan: a) peserta didik putri mengenakan blus warna putih lengan panjang memakai satu saku tanpa tutup di sebelah kiri dipakai dan dimasukkan dalam rok berwarna abu-abu; b) peserta didik putra mengenakan kemeja warna putih lengan pendek memakai satu saku tanpa tutup di sebelah kiri dipakai dan dimasukkan dalam celana panjang berwarna abu-abu. (2) Ketentuan model pakaian seragam sekolah dan atribut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. Pasal 9 Pakaian Upacara Bendera sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b adalah Pakaian Seragam Sekolah yang dilengkapi topi pet dan dasi dan dikenakan peserta didik pada saat upacara bendera, dengan ketentuan : a. jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) topi pet dan dasi warna merah; b. jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) topi pet dan dasi warna biru tua; dan c. jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) topi pet dan dasi warna abu-abu. Pasal 10 Pakaian Batik Bebas Rapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c adalah pakaian sekolah yang dikenakan peserta didik jenjang SD, SMP, SMA dan SMK yang terbuat dari bahan batik dan diutamakan batik khas Yogyakarta yang dikenakan pada hari Jumat, dengan ketentuan : a. peserta didik putri mengenakan blus batik memakai rok bebas rapi bukan dari bahan jeans; b. peserta didik putra menggunakan kemeja batik memakai celana panjang bebas rapi bukan dari bahan jeans. Pasal 11 (1) Pakaian Seragam Pramuka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d adalah pakaian sekolah yang dikenakan peserta didik jenjang SD, SMP, SMA dan SMK yang dikenakan pada hari Sabtu. (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai bentuk seragam pramuka ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. 5

Pasal 12 (1) Pakaian olahraga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e adalah pakaian yang dikenakan peserta didik saat mengikuti pelajaran olahraga. (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai bentuk dan warna Pakaian Olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Sekolah. Pasal 13 (1) Pakaian Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf f adalah pakaian yang dikenakan oleh peserta didik saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang disyaratkan. (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai Pakaian Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Sekolah. Pasal 14 Pakaian Praktikum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g adalah pakaian yang dikenakan oleh peserta didik SMA dan SMK saat mengikuti kegiatan praktikum dan kegiatan lain yang disyaratkan. Pasal 15 (1) Sekolah dapat mengadakan Pakaian Khusus Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf h dan dapat digunakan pada acara-acara khusus. (2) Pengaturan lebih lanjut mengenai Pakaian Khusus Sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Sekolah. Pasal 16 (1) Peserta didik yang karena keyakinan pribadinya dapat menggunakan Pakaian Seragam Sekolah yang khas. (2) Pakaian Seragam Sekolah Khas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh masing-masing sekolah. Bagian Keempat Kartu Pelajar Pasal 17 (1) Peserta didik wajib memiliki dan membawa Kartu Pelajar. (2) Kartu Pelajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Sekolah. (3) Format dan bentuk Kartu Pelajar ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. Bagian Kelima Penggunaan Kendaraan Pasal 18 (1) Peserta didik jenjang SMP dilarang mengendarai kendaraan bermotor untuk transportasi menuju dan pulang sekolah. (2) Peserta didik jenjang SMA dan SMK dilarang mengendarai kendaraan bermotor roda 4 (empat) untuk transportasi menuju dan pulang sekolah. (3) Peserta didik jenjang SMA dan SMK yang bertempat tinggal kurang dari radius 5 (lima) kilometer dari sekolah dilarang mengendarai kendaraan bermotor untuk transportasi menuju dan pulang sekolah. 6

Bagian Keenam Semangat Kebangsaan Pasal 19 (1) Sekolah berkewajiban mendorong peserta didiknya untuk meningkatkan semangat kebangsaan. (2) Sekolah berkewajiban mendidik peserta didik untuk meningkatkan penghormatan, toleransi, dan persaudaraan antara suku, agama, dan golongan. Pasal 20 (1) Sekolah berkewajiban menyelenggarakan upacara bendera bagi setiap peserta didik 1 (satu) minggu 1 (satu) kali. (2) Pada Hari Besar Nasional sekolah diwajibkan memperingatinya dengan melaksanakan upacara bendera yang dilanjutkan dengan sarasehan mengenai Hari Besar Nasional dimaksud. (3) Hari Besar Nasional yang diperingati dengan upacara bendera ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. Pasal 21 (1) Pada setiap hari saat akan dimulainya kegiatan belajar mengajar, peserta didik pada masing-masing rombel diwajibkan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan pada akhir dilaksanakannya kegiatan belajar mengajar ditutup dengan Lagu Wajib Padamu Negeri. (2) Khusus pada hari Senin, setelah menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Yogyakarta Berhati Nyaman. Bagian Ketujuh Larangan Pasal 22 (1) Peserta didik dilarang melakukan tindakan yang melanggar norma agama, sosial, susila, dan hukum. (2) Peserta didik dilarang meninggalkan lingkungan sekolah pada saat kegiatan belajar mengajar, tanpa izin tertulis dari sekolah. (3) Sekolah wajib menutup pintu gerbang sekolah saat kegiatan belajar mengajar. (4) Pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Sekolah. BAB V MEKANISME PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH Pasal 23 (1) Rancangan Tata Tertib Sekolah ditetapkan menjadi Tata Tertib Sekolah oleh Kepala Sekolah dengan mempertimbangkan masukan Komite Sekolah dan perwakilan kelas yang masing-masing kelas terdiri atas 2 (dua) orang. (2) Tata Tertib Sekolah sebelum ditetapkan oleh kepala sekolah harus mendapatkan persetujuan dari Kepala Dinas. (3) Tata Tertib Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat sebelum dimintakan persetujuan Kepala Dinas harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari penyelenggara sekolah. 7

(4) Persetujuan Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan paling lambat 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya usulan persetujuan Tata Tertib Sekolah. (5) Apabila Tata Tertib Sekolah yang diajukan untuk mendapatkan persetujuan belum memenuhi ketentuan, maka sekolah wajib melakukan perbaikan paling lambat 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya usulan perbaikan. Pasal 24 Setiap ada perubahan terhadap Tata Tertib Sekolah, mekanisme penyusunannya mengacu pada ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 23 Peraturan ini. Pasal 25 Setiap peserta didik berkewajiban menandatangani pernyataan kesanggupan untuk melaksanakan Tata Tertib Sekolah dan disetujui oleh orang tua/wali peserta didik. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TATA TERTIB SEKOLAH Pasal 26 (1) Dinas melaksanakan pembinaan pengelolaan Tata Tertib Sekolah. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pemberian persetujuan, pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, dan konsultasi. (3) Pemberian pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup pedoman perencanaan dan penyusunan tata tertib sekolah, pertanggungjawaban, pemantauan dan evaluasi. (4) Pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup perencanaan dan penyusunan Tata Tertib Sekolah, pelaksanaan, pertanggungjawaban ketertiban yang dilaksanakan secara berkala dan/atau sewaktuwaktu, baik secara menyeluruh kepada seluruh sekolah maupun kepada sekolah tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pasal 27 (1) Dinas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Walikota tentang Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah. (2) Pengawasan dan Pembinaan Tata Tertib Sekolah berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PENGHARGAAN Pasal 28 (1) Peserta didik yang berprestasi akan mendapatkan penghargaan dari sekolah. (2) Pedoman penilaian terhadap peserta didik yang berprestasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. BAB VIII SANKSI Pasal 29 (1) Peserta didik yang melakukan pelanggaran Tata Tertib Sekolah dikenakan sanksi. (2) Pemberian dan jenis sanksi ditentukan sesuai dengan jenis dan tingkat pelanggaran. 8

(3) Untuk menentukan jenis sanksi, dibuat klasifikasi dan pembobotan pelanggaran yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. BAB IX PENUTUP Pasal 30 Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Walikota Nomor 41 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Sekolah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini ke dalam Berita Daerah Kota Yogyakarta. Ditetapkan di Yogyakarta pada tanggal 8 Juli 2011 WALIKOTA YOGYAKARTA ttd Diundangkan di Yogyakarta Pada tanggal 8 Juli 2011 H. HERRY ZUDIANTO SEKRETARIS DAERAH KOTA YOGYAKARTA ttd H. RAPINGUN BERITA DAERAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 57 9