BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan analisis laporan keuangan, sebenarnya pintu yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir, 2003). Adapun rumus ROA adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II LANDASAN TEORI. kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan

BAB II URAIAN TEORITIS. Sunarto (2001) yang berjudul Pengaruh Rasio Profitabilitas Dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. akan datang (Tandelilin, 2010:2). Menurut Hartono (2013:7) tipe-tipe investasi

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. Parwati (2005) melakukan penelitian yang berjudul: Faktor-Faktor yang

BAB II. beberapa lembar kertas dengan angka-angka yang tertulis di atasnya, tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham juga berarti sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Ni Luh Putu Ari Cintya Devi dan Luh Komang Sudjarni (2012)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA Pengertian PBV (Price Book Value)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Net Profit Margin (NPM) Lukman Syamsuddin (2007:62) mendefinisikan NPM sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB II LANDASAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. keuntungan bagi investor. Saham yang diperoleh melalui pembelian atau. terbatas (Darmadji dan Fakhrudin, 2012:05).

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan property dan real estate semakin marak diberbagai penjuru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Rinati (2009) melakukan penelitian yang berudul Pengaruh Net Profit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. asset lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Rasio ini dapat dibuat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang pengaruh dividen per share (DPS), earning per share

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Saham

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai performing measurement, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Investasi dan Teori Pasar Modal. Investasi yaitu aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri ini akan memilki prospek yang baik. Dengan pertimbangan tersebut,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berharga seperti saham, sertifikat saham dan obligasi (Pandji dan Piji,

BAB I PENDAHULUAN. modal dikatakan efisiensi secara informasional apabila harga sekuritassekuritasnya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006), pasar modal (capital market)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Husnan (2009:3) menyatakan bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan. meningkatkan profit, hal ini daya tarik bagi investor dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tabungan di bank, digunakan untuk modal usaha sendiri maupun

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada investor, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Capital gain

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Husnan (2005:29), saham merupakan secarik kertas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Harga Saham 2.1.1.1 Pengertian Harga Saham Harga saham di bursa efek akan ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan atas suatu saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat. Sebaliknya, pada saat lebih banyak orang yang menjual saham tersebut dibandingkan dengan orang yang berminat membelinya, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan. Harga saham dapat berubah naik turun dalam hitungan yang begitu cepat. Harga tersebut dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan ke sistem JATS (Jakarta Autonomated Trading System). Pada lantai perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat 400 terminal komputer dimana para floor tracker dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari nasabah. Menurut Darmadji (2006:131) Pada monitor monitor yang memantau perdagangan saham, tertera beberapa istilah harga saham, yaitu: a. Previous price menunjukkan harga pada penutupan hari sebelumnya. b. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu jam 09.30 pagi. c. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.

d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. e. Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham. f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga yang terjadi. g. Close atau Closing Price menunjukkan harga penutupan suatu saham pada saat akhir sesi II, yaitu jam 16.00 sore. 2.1.1.2 Pengertian Saham Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang saham lainnya. Husnan (2005:29), saham merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya. Saham merupakan salah satu dari beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk berinvestasi. Investasi dengan membeli saham suatu perusahaan, berarti investor telah menginvestasikan dana dengan harapan akan mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan kembali saham tersebut. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut dan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut menurut Darmadji (2006:5). Sifat dasar investasi saham adalah memberikan peran bagi investor dalam memperoleh laba perusahaan. Setiap pemegang saham merupakan sebagian pemilik perusahaan, sehingga

mereka berhak atas sebagian dari laba perusahaan. Namun hak tersebut terbatas karena pemegang saham berhak atas bagian penghasilan perusahaan hanya setelah seluruh kewajiban perusahaan dipenuhi. Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai tiga tujuan investasi utama sebagaimana yang dikemukakan oleh Kertonegoro (2010:108) yaitu: a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chips dan saham non-spekulatif lainnya. b. Untuk pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi jangka panjang, sehingga mereka akan mencari saham pertumbuhan untuk memperoleh capital gain atau saham sumber penghasilan untuk mendapat dividen. c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada penerimaan dividen sehingga mereka akan mencari saham penghasilan yang bermutu baik dan hasil tinggi. 2.1.1.3 Jenis-Jenis Saham Dalam transaksi jual dan beli di Bursa Efek, saham merupakan instrumen yang paling dominan diperdagangkan. Menurut Darmadji (2006:6), ada beberapa sudut pandang untuk membedakan jenis-jenis saham yaitu: a. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: 1) Saham Biasa (common stock) Saham biasa merupakan saham yang memiliki hak klaim berdasarkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan. Bila terjadi likuidasi, pemegang saham biasa yang mendapatkan prioritas paling akhir dalam pembagian dividen dari penjualan asset perusahaan. ciri-ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut: a) Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. b) Memiliki hak suara (one share one vote). c) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan paling akhir apabila bangkrut setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi.

2) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen merupakan saham dengan bagian hasil yang tetap dan apabila perusahaan mengalami kerugian maka pemegang saham preferen akan mendapat prioritas utama dalam pembagian hasil atas penjualan asset. Saham preferen mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa. Adapun ciri-ciri dari saham preferen adalah: a) Memiliki hak paling dahulu memperoleh deviden. b) Tidak memiliki hak suara. c) Dapat mempengaruhi manajemen perusahaan terutama dalam pencalonan pengurus. d) Memiliki hak pembayaran sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur apabila perusahaan dilikuidasi. b. Ditinjau dari cara peralihan: 1) Saham Atas Unjuk (Bearer Stocks) Pada saham atas unjuk tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindah tangankan dari satu investor ke investor lainnya. Secara hukum, siapapun yang memegang saham ini, maka akan diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam RUPS. 2) Saham Atas Nama (Registered Stocks) Saham atas nama merupakan saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, di mana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. c. Ditinjau dari kinerja perdagangan: 1) Blue Chip Stocks Saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 2) Income Stocks Saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai. Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan potensi. 3) Growth Stocks Saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. 4) Speculative Stock Saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti.

5) Counter Cyclical Stocks Saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Pada saat resesi ekonomi, harga saham ini tetap tinggi, di mana emitennya mampu memberikan dividen yang tinggi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi pada masa resesi. 2.1.1.4 Analisis Saham Analisis saham umumnya dapat dilakukan oleh para investor dengan mengamati dua pendekatan dasar yaitu: a. Analisis Teknikal Menurut Husnan (2005:349), analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu. Sutrisno (2005:330) menyatakan bahwa: Analisis teknikal adalah pendekatan investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham serta menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan pergerakan harga saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham. Pergerakan harga tersebut dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu seperti adanya pengaruh ekonomi, pengaruh politik, pengaruh statement perdagangan, pengaruh psikologis maupun pengartuh isu-isu lainnya. Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harga saham di periode yang lalu dan upaya untuk menentukan kapan investor harus membeli, menjual atau mempertahankan sahamnya dengan menggunakan indikatorindikator teknis atau menggunakan analisis grafik. Indikator teknis yang

digunakan adalah moving average (trend yang mengikuti pasar), volume perdagangan, dan shortinterest ratio. Sedangkan analisis grafik diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pola seperti key reserval, head and shoulders, dan sebagainya. Analisis ini menggunakan data pasar dari saham, seperti harga dan volume transaksi penjualan saham untuk menentukan nilai saham. b. Analisis Fundamental Analisis fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia dan kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Menurut Husnan (2005:315), analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang dan menetapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisis ini sering disebut sebagai share price forecasting dan sering digunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas. Langkah yang paling penting dalam analisis ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi harga saham. Faktor yang dianalisis merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan, yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja perusahaan.

Menurut Sutrisno (2005:331), mengemukakan analisis fundamental merupakan pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang akan mempengaruhi masa depan perusahaan. Analisis fundamental menitikberatkan pada rasio keuangan dan kejadiankejadian yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Sebagian pakar berpendapat teknik analisis fundamental lebih cocok untuk membuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang dibeli untuk jangka panjang. Beberapa faktor utama atau fundamental yang mempengaruhi harga saham yaitu penjualan, pertumbuhan penjualan, operasional perusahaan, laba, dividen, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), perubahan manajemen, dan pernyataanpernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan. 2.1.1.5 Penilaian Saham Nilai saham yang akan dibayar oleh investor tergantung dari hasil yang diharapkan untuk diterima dan resiko yang terkandung dalam transaksi pembelian saham. Penilaian (valuation) dimaksudkan untuk dapat menentukan nilai suatu saham sehingga perlu diperoleh standar prestasi (standar and performance) yang dapat digunakan untuk menilai manfaat investasi saham yang bersangkutan. Standar prestasi ini berupa nilai instrinsik yang menunjukkan prestasi (hasil dan resiko) di masa depan dari suatu sekuritas.

Secara umum, keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya Halim (2005 : 31), dengan kriteria sebagai berikut : 1) Jika nilai intrinsik > dari harga pasar saham, maka saham tersebut undervalued artinya saham tersebut dinilai terlalu rendah. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dibeli atau ditahan sementara. 2) Jika nilai intrinsik = harga pasar saham, maka saham tersebut menunjukkan nilai yang wajar dan berada dalam kondisi keseimbangan. 3) Jika nilai intrinsik < harga pasar saham, maka saham tersebut overvalued, artinya saham tersebut dinilai terlalu tinggi. Oleh karena itu, saham tersebut sebaiknya dijual. Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental Halim (2005 : 21), antara lain : a. Pendekatan Present Value Pendekatan nilai saat ini (present value) dari suatu saham adalah sama dengan present value arus kas yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Dividen merupakan arus kas bagi para pemegang saham menurut pendekatan the dividen discount model. Model ini dikembangkan menjadi dua model pendekatan yaitu : 1) Model Tanpa Pertumbuhan Dividen (The Zero Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi : a) Keuntungan tidak berubah setiap tahunnya b) Semua keuntungan dibagikan sebagai dividen Sehingga harga saham dirumuskan : Dimana : Po = Harga saham (nilai instrinsik) D = Dividen

r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan) 2) Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth Model) Model ini didasarkan pada asumsi : a) Tidak semua laba dibagikan b) Laba ditahan diinvestasikan kembali Sehingga harga saham dirumuskan : Dimana : Po = Harga saham (nilai instrinsik) Di = Dividen pada periode i r = Required rate of return (tingkat keuntungan yang dianggap relevan atau diharapkan) g = Growth of rate (pertumbuhan laba atau dividen di masa yang akan datang) b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Dalam pendekatan ini harga saham (nilai instrinsik) dirumuskan sebagai berikut : Dimana : Po = harga saham (nilai instrinsik) EPS = Earning Per Share (laba per saham) PER = Price Earning Ratio 2.1.1.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi harga saham tersebut akan ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Jika jumlah penawaran lebih besar dari jumlah permintaan, pada umumnya kurs harga saham akan turun. Sebaliknya jika jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran terhadap suatu efek maka harga saham cenderung akan naik. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal dan eksternal

perusahaan. Menurut Alwi (2008:87), faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham yaitu: 1) Faktor Internal yaitu: a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan. b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang. c. Pengumuman badan direksi manajemen (management board of director announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi. d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi. e. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan penutupan usaha lainnya. f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, Earning Per Share (EPS), Dividen Per Share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain. 2) Faktor Eksternal yaitu: a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah. b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading. d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara. e. Berbagai isu baik dari dalam dan luar negeri.

2.1.2 Return On Assets (ROA) 2.1.2.1 Pengertian Return On Assets (ROA) Menurut Riyanto (2004:336) Return On Assets (ROA) adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Selain itu, Return On Assets (ROA) juga merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan jumlah aktiva yang tersedia diperusahaan. Peningkatan laba ini mempunyai efek yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat dan menaikkan harga saham perusahaan. Modigliani-Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan akan tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya. Return on Assets (ROA) merupakan penilaian profitabilitas atas total asset, dengan cara membandingkan laba setelah pajak dengan rata-rata total aktiva. Menurut Kasmir (2008:202) Return on Assets (ROA) menunjukkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva baik dari modal sendiri maupun dari modal pinjaman investor akan melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola asset. Semakin tinggi tingkat Return on Assets (ROA) maka akan memberikan efek terhadap volume penjualan saham, artinya tinggi rendahnya Return on Assets (ROA) akan mempengaruhi minat

investor dalam melakukan investasi sehingga akan mempengaruhi volume penjualan saham perusahaan begitu pula sebaliknya. Rasio Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.1.2.2 Hubungan Harga Saham dengan Return On Assets (ROA) Menurut Syamsuddin (2009:63) dalam bukunya, manajemen keuangan perusahaan menyatakan bahwa: para pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan baik sekarang maupun masa yang akan datang karena tingkat keuntungan ini akan memengaruhi harga sahamsaham yang mereka miliki. Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor, hal ini menyebabkan rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan dan menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan

aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA, kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut semakin diminati investor, Karena tingkat kembalian akan semakin besar. Hal ini juga berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, ROA akan berpengaruh terhadap harga saham. Jadi, dengan meningkatnya profitabilitas perusahaan berarti meningkatkan harga saham secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan per lembar saham (earning per share) yang akan diterima oleh pemegang saham. 2.1.3 Debt to Equity Ratio (DER) 2.1.3.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) Kasmir (2008:166) menyebutkan bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang diukur dari perbandingan antara total utang dengan ekuitas (modal sendiri). Rasio ini berguna untuk mengetahui perbandingan jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengukur sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Bagi kreditor, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko yang harus ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi investor maupun perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan karena menurut Brigham dan Houston dalam Richard (2013), pendanaan

dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditor. Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio adalah sebagai berikut: 2.1.3.2 Hubungan Harga Saham dengan Debt to Equity Ratio (DER) Menurut Brigham dan Houston dalam Richard (2013), pendanaan dengan utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas dan risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditor. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika Debt to Equity Ratio (DER) tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor. Sebaliknya, jika Debt to Equity Ratio (DER) rendah, ada kemungkinan harga saham perusahaan cenderung tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan akan membagi dividend kepada investor.

2.1.4 Earning Per Share (EPS) 2.1.4.1 Pengertian Earning Per Share (EPS) Menurut Fabozzi (2006:861), earning per share adalah perbandingan antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (laba setelah pajak dikurangi dividen saham preferen) dengan jumlah saham yang beredar selama periode perhitungan yang dilakukan. Dengan demikian, earning per share merupakan besaran pendapatan yang diterima oleh para pemegang saham dari setiap lembar saham biasa yang beredar dalam periode waktu tertentu. Menurut Tandelilin (2010:373), earning per share adalah laba bersih setelah bunga dan pajak yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan. Menurut Baridwan (2007:443), laba bersih per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Tujuan perhitungan earning per share menurut Machfoedz (2006:356), adalah untuk melihat kemajuan (progress) dari operasi perusahaan, menentukan harga saham, dan menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Selanjutnya Syamsudin (2009:66) mengatakan bahwa pada umumnya para pemegang saham tertarik dengan earning per share (EPS) yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan.

Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai earning per share kecil, maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Rasio Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.1.4.2 Hubungan Harga Saham dengan Earning Per Share (EPS) Menurut Weston dan Brigham dalam Priatinah (2012), salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah laba per lembar saham (earning per share). Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar lembar saham (earning per share) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang diinvestasikan para pemegang saham akan memberikan pengaruh positif terhadap harga saham sampai pada batasan dimana laba per lembar saham (earning per share) dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada investor. Oleh sebab itu, earning per share menjadi alat ukur yang

digunakan oleh para investor untuk memperkirakan kinerja perusahaan di masa depan. Pada umumnya pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share, karena hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Semakin tinggi profit yang diterima oleh investor akan memberikan tingkat pengembalian investasi yang cukup baik. Hal ini akan menjadi motivasi bagi investor untuk mau melakukan investasi yang lebih besar lagi yang otomatis akan menaikkan harga saham perusahaan. Jumlah earning per share tidak berarti akan didistribusikan semuanya kepada pemegang saham biasa, karena berapapun jumlah yang akan didistribusikan tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham Darmadji (2006:139). Hal ini akan berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang berhasil ditemukan yang meneliti pengaruh variabel kinerja keuangan terhadap harga saham menunjukan hasil yang berbeda. Berikut ini rincian peneliti terdahulu: Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Peneliti Terdahulu Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil Yuliana (2007) Pengaruh ROE, NPM, EPS dan DER Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ Variabel independen: 1.ROE 2.NPM 3.EPS 4.DER Variabel dependen : 1.Harga saham Hasil uji F menunjukkan bahwa ROE, EPS dan DER berpengaruh Signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menunjukan bahwa Hanya ROE dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Yurico (2010) Priatinah (2012) Pengaruh Cash Devidend Coverage, Operating Cash Flow per Share, Return on Equity, Return on Assets, Total Assets Turnover dan EPS Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS) dan Deviden Per Share (DPS) terhadap harga saham perusahaan pertambangan Variabel independen: 1.Cash Devidend 2.Operating Cash Flow per Share 3.ROE 4.ROA 5.TATO 6.EPS Variabel dependen : 1.Harga Saham Variabel independen: 1.ROI 2.EPS 3.DPS Variabel Hasil uji F menunjukkan bahwa Cash Devidend Coverage, Operating Cash Flow per Share, ROE, ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil uji t menunjukkan bahwa hanya EPS yang berpengaruh signifikan sedangkan yang lain tidak berpengaruh signifikan. Hasil uji F menunjukkan bahwa ROI, EPS, dan DPS secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2010 dependen : 1.Harga saham harga saham. Hasil uji t menunjukan Bahwa variabel ROI, EPS, dan DPS berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap harga saham Richard (2013) Pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen : 1.NPM 2.ROA 3.ROE 4.ROI 5.DER Variabel Dependen : 1.Harga Saham secara parsial variabel Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Investment, dan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara simultan variabel Net Profit Margin, Return On Assets, Return On Investment, dan Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham Muclish (2014) Analisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga Saham pada perusahaan makanan dan minuman Di bursa efek Indonesia Variabel Independen : 1. EPS 2. NPM 3. ROA 4. ROE Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel EPS, NPM, ROA, dan ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sumber: Peneliti (2014) Variabel Dependen : 1. Harga Saham Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel EPS yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel lainnya yaitu NPM, ROA, dan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan teori dengan faktor faktor penting yang telah diketahui dalam masalah tersebut. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut ini: Return On Assets (X 1 ) H 1 Debt to Equity Ratio (X 2 ) H 2 Harga Saham (Y) Earning Per Share (X 3 ) H 3 H 4 Sumber : Peneliti, 2014 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Return On Assets (ROA) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan dimasa yang akan datang adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Rasio ini penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang dilakukan investor disuatu perusahaan

mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh investor, hal ini menyebabkan rasio yang selalu diperhatikan oleh calon investor sebelum menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Semakin tinggi Return On Assets (ROA) maka akan semakin tinggi deviden yang akan di bayar kepada investor sehingga harga saham juga akan semakin tinggi karena investor akan cenderung banyak berinvestasi terhadap perusahaan yang menghasilkan laba. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika Debt to Equity Ratio (DER) tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan cenderung rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan dengan membagi dividend kepada investor. Sebaliknya, jika Debt to Equity Ratio (DER) rendah, ada kemungkinan harga saham perusahaan cenderung tinggi karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan akan membagi dividend kepada investor. Earning per share yang besar menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham. Peningkatan earning per share menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini akan mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan pada perusahaan. Semakin tinggi nilai earning per share akan menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham. Hal ini akan

berakibat dengan meningkatnya laba maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham ikut juga menurun. 2.3.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006 : 135). Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenaranya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di awal, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: H 1 = Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) secara parsial dan simultan berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013.