POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

Konsep, Sistem, dan Mata Rantai Agribisnis

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

PENGANTAR. Ir. Suprapti

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) menjelaskan Visi Pertanian Abad 21

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

KONSEP, SISTEM DAN MATA RANTAI AGRIBISNIS ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH III WAWASAN AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, UNIVERSITAS JEMBER 2017

Renstra BKP5K Tahun

BAB l PENDAHULUAN. memiliki daya saing yang relatif baik sehingga dinilai belum mampu

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang

TEKNOLOGI PENGOLAH HASIL PERTANIAN

Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Selatan Visi Sulawesi Selatan sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Gambar I.1 Jumlah Petani Indonesia tahun 2013 (Sumber : BPS, 2013)

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

AGRIBISNIS BERBASIS PETERNAKAN MENGHADAPI ERA PERDAGANGAN BEBAS

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Transkripsi:

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai dengan tuntutan perkembangan pembangunan nasional, organisasi Departemen Pertanian telah memposisikan dirinya menjadi organisasi yang berbasiskan fungsi agribisnis dengan visi Departemen Pertanian yang diarahkan menuju kepada terwujudnya perekonomian nasional yang sehat melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis. Pembangunan sistem agribisnis mengintegrasikan sektor pertanian dengan industri dan jasa terkait dalam suatu kluster industri yang mencakup 5 subsistem, yaitu subsistem agribisnis hulu, subsistem usaha tani ternak, subsistem agribisnis pengolahan, subsistem pemasaran dan subsistem jasa. Dalam kerangka pembangunan organisasi ekonomi rakyat sebagai pelaku utama sistem agribisnis, pembagian tugas dan tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten) perlu dilakukan. Potensi dan peluang pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Permintaan akan produk peternakan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan semakin meningkatnya pendapatan masyarakat. Peluang pasar produk olahan hasil peternakan masih terbuka lebar baik di pasar domestik dan pasar ekspor. Perkembangan dinamika dalam masyarakat dan perubahan gaya hidup rumah tangga semakin meningkatkan permintaan akan produk-produk olahan yang siap saji. Beragamnya jenis produk olahan hasil ternak dengan nilai tambah yang tinggi memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih berbagai alternatif jenis olahan untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan minat masyarakat. Namun demikian juga dijumpai berbagai kendala dan hambatan seperti efisiensi produksi yang masih rendah demikian pula mutu produk yang masih belum dapat memenuhi standar kualitas. Permintaan produk olahan yang masih belum merupakan kebutuhan pokok masyarakat sehingga tingkat konsumsi masih terbatas dan ancaman membanjirnya produk impor sejalan dengan diberlakukannya era pasar global. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, sebagai salah satu direktorat yang berada dibawah Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pengolahan dan pemasaran hasil peternakan. Misi yang diemban oleh direktorat ini adalah sebagai berikut: (1) mendorong terciptanya keterpaduan sentra produksi peternakan dengan industri peternakan dan pasar. (2) mendorong terciptanya daya saing komoditas peternakan dan hasil olahannya di pasar domestik dan pasar ekspor (3) menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya wirausaha dan kelembagaan yang mandiri, serta industri peternakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (4) mendorong terciptanya sistem informasi dan distribusi hasil peternakan yang lebih efektif dan efisien. Program dan kegiatan utama pada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan dilakukan dengan mengintegrasikan ke lima bidang utama yaitu pemasaran domestik, pemasaran internasional, mutu produk olahan, teknologi sarana pengolahan dan teknologi pengolahan. Program pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan dilaksanakan melalui Program Pengembangan Agribisnis (PPA) dan Program Peningkatan Ketahanan Pangan (PPKP). Kedua program tersebut dijabarkan dalam kegiatan utama yang meliputi: (1) Pengembangan Pengolahan Hasil Peternakan, (2) Pengembangan Pemasaran Dalam Negeri, (3) Pengembangan Pemasaran Internasional, dan (4) Pengembangan Sistem Jaminan Mutu. 11

PENDAHULUAN Dalam rangka menyesuaikan dengan tuntutan perkembangan kebijaksanaan yang ada, dewasa ini organisasi Departemen Pertanian merupakan organisasi yang berbasiskan fungsi agribisnis, sehingga rumusan visi Departemen Pertanian diarahkan menuju Terwujudnya perekonomian nasional yang sehat melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan desentralistis. Pembangunan sistem agribisnis itu sendiri merupakan pembangunan yang mengintegrasikan pembangunan sektor pertanian dengan pembangunan industri dan jasa terkait dalam suatu kluster industri yang mencakup 5 sub-sistem, yaitu sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), sub-sistem usaha tani ternak (on-farm agribusiness), sub-sistem agribisnis pengolahan (down-stream agribusiness), subsistem pemasaran dan subsistem jasa. Pembangunan sistem agribisnis berkerakyatan adalah pembangunan sistem agribisnis yang mendayagunakan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang beragam disetiap dan antar daerah. Hal tersebut akan berdaya guna apabila pengelolaannya dilakukan secara lokal dan lebih mengedepankan partisipasi dan kreatifitas rakyat dan organisasi ekonominya di setiap daerah. Peranan pemerintah, baik di pusat maupun daerah akan diarahkan untuk memberdayakan dan memfasilitasi tumbuh-kembangnya kreatifitas rakyat diseluruh daerah. Pembangunan sistem agribisnis yang berkelanjutan berarti pembangunan sistem agribisnis bukan hanya untuk satu generasi, melainkan juga untuk generasi berikutnya. Ia akan memiliki dimensi yang luas, baik secara organisasi, kelembagaan, ekonomi, teknologi dan ekologis. Untuk ini pengelolaan pembangunan pertanian harus dikembangkan dengan melakukan hybridisasi organisasi/kelembagaan tradisional lokal dengan organisasi/kelembagaan modern. Sumberdaya agribisnis pada hakekatnya berada di daerah, karena itu secara alamiah pembangunan sistem agribisnis merupakan pemberdayaan ekonomi daerah. Dengan demikian membangun sistem agribisnis harus terdesentralisasi. Pada saat ini di pusat dan daerah sedang terjadi proses transformasi dan dinamika kelembagaan pembangunan pertanian dalam rangka otonomi daerah. Pembangunan pertanian harus meletakkan kegiatannya pada perumusan kebijaksanaan makro yang menciptakan insentif bagi pengembangan usaha agribisnis, penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan kelembagaan pelayanan dan kelembagaan pelaku agribisnis dalam upaya memberdayakan mereka untuk mengembangkan usaha. Dengan demikian dalam kerangka manajemen pembangunan yang menempatkan peran pemerintah sebagai fasilitator, akselerator dan regulator serta meningkatkan peran masyarakat, mengharuskan program pembangunan mengarah pada pemberdayaan masyarakat. Dalam kerangka pembangunan organisasi ekonomi rakyat banyak, sebagai pelaku utama sistem agribisnis, pembagian tugas dan tanggungjawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten) perlu dilakukan. Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen Pertanian akan difokuskan pada empat hal pokok yaitu (1) memberdayakan dinas-dinas daerah agar mampu mengelola pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerahnya masing-masing, (2) mengorkestra pembangunan sistem dan usaha agribisnis antar daerah (propinsi) agar dapat berjalan secara sinergis dan harmonis, (3) menangani aspek-aspek pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang menyangkut kepentingan beberapa daerah dan atau menangani aspek-aspek pembangunan sistem agribisnis yang tidak efisien dan tidak efektif diserahkan pembangunannya pada suatu daerah (4) 12

menangani dan mengkoordinasikan kebijaksanaan ekonomi sektoral, antar sektor, makro ekonomi dan perdagangan/kerjasama internasional. POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN Subsektor peternakan seperti halnya subsektor lain pada sektor pertanian memiliki potensi dan peluang yang cukup besar dan perlu untuk diantisipasi secara optimal. Permintaan akan produk peternakan terhadap peningkatan pendapatan bersifat sangat elastis yang berarti bahwa adanya perubahan pendapatan dalam masyarakat akan membawa perubahan pada permintaan akan produk olahan peternakan. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan semakin membaiknya perekonomian nasional dan internasional membawa dampak terhadap semakin meningkatnya permintaan akan produk-produk olahan. Dengan diberlakukannya perdagangan bebas, maka terbukalah pasar agribisnis peternakan di pasar internasional, dimana setiap negara harus terbuka dalam menerima produk agribisnis/agroindustri peternakan dari negara lain dengan persyaratan mutu yang telah ditetapkan. Perkembangan dinamika dalam masyarakat dan perubahan gaya hidup rumah tangga membawa dampak pada semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap produk-produk olahan yang siap saji karena keterbatasan waktu dan kesibukan para ibu rumah tangga terutama di daerah perkotaan. Jenis makanan termasuk produk olahan hewani yang mudah disimpan dan tidak memerlukan banyak ruang sementara dan siap disajikan secara fleksibel setiap saat telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat perkotaan. Selain itu, beberapa jenis produk olahan hasil ternak diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti air susu kambing diketahui dapat menyembuhkan asma, TBC dan lain-lain. Penerapan teknologi pada subsistem budidaya peternakan membawa dampak yang nyata terhadap produktivitas seperti terlihat pada peningkatan populasi ayam ras, ruminansia besar dan ruminansia kecil. Penerapan teknologi untuk beberapa jenis pengolahan hasil ternak relatif sederhana dan mudah dikuasai oleh masyarakat termasuk masyarakat pedesaan sehingga dapat memberdayakan peran wanita pedesaan yang cukup strategis dalam pengembangan agroindustri pengolahan hasil ternak di pedesaan. Beragamnya jenis produk olahan hasil ternak dengan nilai tambah yang tinggi memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih berbagai alternatif jenis olahan untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan minat masyarakat. Dibandingkan dengan produk segar, produk olahan memiliki daya tahan yang lebih lama sehingga dapat mengurangi resiko akibat perubahan harga. Hal ini sangat nyata dirasakan terutama dalam kondisi ekonomi yang tidak kondusif dimana harga produk olahan relatif lebih stabil jika dibandingkan dengan produk segar. Segmen pasar poduk agroindustri peternakan sangat luas dan mencakup berbagai kelas dalam masyarakat mulai dari rumah tangga, kafe hingga supermarket baik di wilayah elit perkotaan maupun di wilayah pedesaan. Hal ini dapat dilihat pada menu yang dihidangkan baik dalam acara formal maupun informal dalam masyarakat. Hal ini didukung oleh beberapa faktor diantaranya cita rasa yang menarik, harga yang terjangkau dan jaringan distribusi yang telah meluas mencakup berbagai wilayah. Selain itu, dalam upaya turut menjaga kelestarian lingkungan, pengolahan produk sampingan seperti kulit, tulang dan darah dapat mengurangi resiko pencemaran lingkungan. 13

Secara umum, produk agroindustri dapat meningkatkan efisiensi ekonomi agribisnis secara keseluruhan. Hal ini telah dibuktikan dan dapat dilihat pada peningkatan efisiensi usaha di Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) yang memiliki prospek pasar yang sangat baik di wilayah Bandung dan Jakarta. KENDALA DAN HAMBATAN PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN Pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil peternakan juga menjumpai berbagai kendala dan hambatan. Kendala pada sisi produksi adalah efisiensi produksi yang masih rendah sebagai akibat dari tingginya biaya produksi. Kurangnya pengendalian yang ketat terhadap populasi ternak bibit mengakibatkan terkurasnya stock bibit yang dapat menjadi ancaman kekurangan pasokan bahan baku bagi industri pengolahan. Penanganan yang cermat dan teliti sangat diperlukan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk olahan sesuai dengan standar karena sangat erat kaitannya dengan mutu dan kesehatan produk yang dihasilkan. Hal ini menjadi kendala terutama dalam mengintroduksi teknologi pengolahan di wilayah pedesaan. Pasokan bahan baku dari dalam negeri yang masih belum dapat memenuhi standar kualitas menjadi penyebab masih diimpornya bahan baku dari luar negeri. Tingginya harga komponen bahan baku khususnya yang diimpor dari luar negeri menyebabkan tingginya biaya produksi dan situasi ini sangat dirasakan terutama pada waktu krisis ekonomi. Konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah disebabkan karena rendahnya daya beli masyarakat terhadap komoditas hasil peternakan dan rendahnya pengetahuan gizi masyarakat akan pentingnya protein hewani bagi kesehatan tubuh. Diberlakukannya pasar global membuka peluang bagi masuknya produk impor dari luar negeri yang dapat menjadi ancaman bagi produk yang sama dan sejenis yang diproduksi di dalam negeri. Keterbatasan informasi, promosi dan pembinaan menyebabkan minat masyarakat khususnya di wilayah pedesaan terhadap produk olahan masih rendah. Adanya promosi kepada masyarakat tentang pentingnya mengurangi konsumsi hasil ternak karena diduga dapat menyebabkan penyakit berbahaya menjadi ancaman bagi pemasaran produk hasil peternakan. Pengembangan agribisnis dan agroindustri peternakan dan hasil ikutannya belum berkembang dengan optimal di Indonesia. 14

STRATEGI DAN KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN Dengan adanya reorientasi kebijakan Departemen Pertanian yang semula lebih memfokuskan pada aspek peningkatan produksi semata menjadi lebih berorientasi pasar dengan menerapkan sistem agribisnis, maka Departemen Pertanian telah melakukan perubahan struktur organisasi. Pada awal tahun 2001, dibentuklah Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yang susunan direktorat dibawahnya berdasarkan kelompok subsektor/komoditi yang ada yaitu: perkebunan, tanaman pangan, hortikultura dan peternakan. Sesuai dengan Keppres No. 177 tahun 2000, tugas pokok Direktorat Jendral Bina Pengolahan dan Pemasaran hasil Pertanian (BP2HP) adalah merumuskan dan melaksanakan standardisasi teknis di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Visi Direktorat Jenderal BP2HP adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat khususnya petani melalui pembangunan sistem dan usaha-usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan terdesentralisasi. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, sebagai salah satu direktorat yang berada dibawah Direktorat Jenderal BP2HP, mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan kebijakan, standardisasi dan bimbingan teknis serta evaluasi di bidang pengolahan dan pemasaran hasil peternakan. Misi yang diemban oleh direktorat ini adalah sebagai berikut: (1) mendorong terciptanya keterpaduan sentra produksi peternakan dengan industi peternakan dan pasar (2) Mendorong terciptanya daya saing komoditas peternakan dan hasil olahannya di pasar domestik dan pasar ekspor (3) menciptakan iklim yang kondusif bagi tumbuh kembangnya wirausaha dan kelembagaan yang mandiri, serta industri peternakan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (4) mendorong terciptanya sistem informasi dan distribusi hasil peternakan yang lebih efektif dan efisien. Pendekatan yang dilakukan Direktorat Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan dalam mengemban misi tersebut adalah melalui lima bidang utama yaitu peningkatan pemasaran domestik, peningkatan pemasaran internasional, peningkatan mutu produk olahan, peningkatan penerapan teknologi pengolahan dan peningkatan penyediaan sarana pengolahan. Program dan kegiatan utama pada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan dilakukan dengan mengintegrasikan kelima bidang utama tersebut dan mengacu kepada program Direktorat Jenderal BP2HP yaitu Program Pengembangan Agribisnis dan Program Peningkatan Ketahanan Pangan. Program dan kegiatan tersebut adalah: a. Pengembangan Pengolahan Hasil-Hasil Peternakan dengan kegiatan utama yang meliputi Perumusan kebijakan pengembangan sistem dan usaha-usaha pengolahan hasil peternakan; Penanganan kegiatan pasca panen; Pengembangan sarana usaha pengolahan hasil peternakan skala kecil; Pengembangan usaha pengolahan hasil peternakan skala kecil; Pengembangan teknologi strategis pengolahan hasil peternakan; Pengembangan diversifikasi produk olahan hasil peternakan; dan Pembinaan industri pengolahan hasil peternakan skala usaha menengah dan besar. b. Pengembangan Pemasaran Dalam Negeri dengan kegiatan utama yang meliputi Pengembangan kebijakan pemasaran hasil peternakan dan hasil-hasil olahannya; Pengembangan sistem Informasi pasar; Pengembangan sistem jaringan dan mekanisme usahausaha pemasaran; dan Peningkatan kecintaan terhadap produk peternakan nusantara. 15

c. Pengembangan Pemasaran Internasional dengan kegiatan utama yang meliputi Pengembangan analisis peluang dan hambatan ekspor serta pengendalian impor produk peternakan dan hasil olahannya; Pengembangan kebijakan dan fasilitasi percepatan sistem dan prosedur ekspor produk peternakan dan hasil olahannya; Pengembangan kerjasama internasional bidang pemasaran produk peternakan dan hasil olahannya; dan Peningkatan promosi pemasaran produk peternakan dan hasil olahannya. d. Pengembangan Jaminan Mutu dengan kegiatan utama yang meliputi Pengembangan informasi dan sumberdaya manusia profesional dalam fasilitasi, supervisi dan verifikasi mutu; Pengembangan dan pemasyarakatan standar dan pedoman-pedoman penerapan jaminan mutu; Pembinaan sertifikasi dan lembaga pelayanan sertifikasi yang profesional; Penciptaan jaminan mutu melalui kerjasama strategis; dan Kerjasama dan harmonisasi untuk mengurangi dan menghilangkan hambatan ekspor. PENUTUP Pembangunan pertanian di masa mendatang dihadapkan pada tantangan untuk mewujudkan perekonomian nasional yang sehat melalui pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang sehat, berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan serta desentralisitis. Dalam menjawab tantangan tersebut, kebijakan Departemen Pertanian sekarang lebih diarahkan kepada pembangunan yang berorientasi pasar dengan menerapkan sistem agribisnis yang mengintegrasikan sektor pertanian dengan sektor industri dan jasa terkait. Pengolahan dan pemasaran hasil peternakan sebagai bagian dari mata rantai yang tidak terpisahkan dalam sistem agribisnis mempunyai potensi dan peluang yang perlu diantisipasi secara optimal melalui pelaksanaan program peningkatan pemasaran domestik, pemasaran internasional, peningkatan mutu olahan, peningkatan penerapan teknologi pengolahan dan peningkatan penyediaan sarana pengolahan. 16