PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh hasil bahwa nilai F=96,7, sementara itu nilai F tabel = 3,68, maka nilai

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB V PEMBAHASAN. asap rokok serta ekstrak akuades biji sirsak (KP 1, KP 2 dan KP 3 ). KN yang tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya stres oksidatif pada tikus (Senturk et al., 2001) dan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah salah satu masalah kesehatan utama dalam hidup, dan

BAB V PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Etanol Pegagan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara konsumen rokok terbesar di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB 4 HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saat ini umur harapan hidup di Indonesia sekitar 72 tahun dengan rerata perempuan

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

Kata kunci : Plumbum, malondyaldehide, Integritas membran spermatozoa, Myrmecodia pendans

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

1. PENDAHULUAN. penambah rasa makanan dengan L-Glutamic Acid sebagai komponen asam

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mana asam glutamat-d hanya dapat digunakan oleh organisme tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

raga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada kinerja fisik tubuh dan dapat juga mencegah terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

ASTAXANTHIN ORAL MEMPERTAHANKAN JUMLAH SEL SPERMATOGENIK MENCIT YANG MENGALAMI AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL. Ni Ketut Somoyani 1

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. karbon pewangi (P3), dan kontrol (K) masing-masing terdiri atas 7 tikus.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

I. PENDAHULUAN. makanan tersebut menghasilkan rasa yang lezat dan membuat orang yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat kegiatan industri dan transportasi (Soedomo, 2001). Timbal (Pb) adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran DISUSUN OLEH : ALVIAN YUTA NUGRAHA J

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, terutama usia dewasa. Insidensi dan prevalensinya meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Radikal Bebas dan Reactive Oxygen Species (ROS)

Transkripsi:

1 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi pelatihan fisik berlebih selama 35 hari berupa latihan renang selama 65 menit setiap hari (kelompok kontrol) mengalami penurunan sel-sel spermatogenik baik Spermatogonium A, Spermatosit Pakiten, Spermatid 7 dan Spermatid 16, setelah diperiksa melalui pemeriksaan histologis (Tabel 5.17). Penurunan ini didapat setelah melakukan perhitungan rerata sel-sel spermatogenik pada pre-test kemudian dibandingkan dengan post-test kelompok kontrol yang menunjukkan perbedaan (penurunan) secara bermakna. Penurunan dari sel-sel spermatogenik ini disebabkan oleh degenerasi maupun kerusakan sel-sel spermatogenik yang terbentuk (Maneesh & Jayalekshmi, 2006). Kerusakan sel-sel spermatogenik ini dikarenakan oleh adanya radikal bebas yang terbentuk dari pelatihan fisik secara berlebihan yang dialami hewan coba. Hasil penelitian di atas sesuai dengan beberapa penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Indira, (2008) menunjukkan adanya penurunan sel-sel spermatogenik pada mencit yang menerima pelatihan fisik secara berlebih. Penurunan konsentrasi dan motilitas spermatozoa mencit setelah diberikan pelatihan fisik secara berlebih dilaporkan oleh Binekada (2002). Penelitian yang dilakukan oleh Maslachah (2008), menunjukkan bahwa pelatihan fisik yang berlebih juga menyebabkan peningkatan kadar MDA (Malondialdehide). Senyawa MDA menyebabkan kerusakan membran spermatozoa dan penurunan integritas membran spermatozoa sehingga akan terjadi penurunan kualitas spermatozoa (Hayati, et al. 2006). 69

2 Menurut Adiputra (2008), dinyatakan bahwa pelatihan fisik yang berlebih akan dapat berdampak kurang baik bagi sistem organ dalam tubuh, dalam penelitian ini khususnya berdampak bagi kesehatan reproduksi yaitu dalam proses spermatogenesis. Pelatihan fisik yang berlebih dapat menyebabkan timbulnya radikal bebas, dimana radikal bebas ini menyebabkan timbulnya stres oksidatif. Pelatihan fisik berlebih dapat meningkatkan radikal bebas karena beberapa hal antara lain seperti misalnya selama latihan fisik berlebih, seluruh tubuh mengkonsumsi oksigen (VO 2 ) menjadi 20 kali lebih besar dibandingkan saat istirahat. Mitokondria adalah tempat utama pembentukan spesies oksigen reaktif (SOR) selama latihan melalui jalur tanspor elektron. Akibatnya akan terbentuk radikal bebas superoksida. Radikal bebas superoksida secara cepat akan direduksi menjadi hidrogen peroksida oleh enzim superokside dismutase oleh mitokondria. Bila molekul hidrogen peroksida ini bereaksi dengan logam transisi seperti Fe ++ dan CU ++ akan meningkatkan pembentukan radikal hidroksil. Radikal hidroksil merupakan senyawa yang paling reaktif dan berbahaya. Selain hal itu, terjadi pula kondisi hipoksia relatif yang terjadi di dalam organ hati, ginjal dan usus disebabkan redistribusi aliran darah ke otot yang bekerja. Keadaan ini akan menyebabkan aktivasi xantin oksidase dengan reduksi satu elektron oksigen sehingga akan meningkatkan pembentukan radikal superoksida (Saleh & Agarwal, 2002). Radikal bebas menyebabkan kerusakan sel-sel spermatogenik melalui mekanisme peroksidasi komponen lipid dari membran sel (Saleh & Agarwal, 2002). Kerentanan spermatozoa dari proses lipid peroksidasi karena struktur dari

3 membran sel spermatozoa sangat tinggi kandungan asam lemak tak jenuh khususnya docosahexaenoic dimana penting dalam mengatur proses spermatogenesis dan fluiditas membran. Peroksidasi dari asam lemak tak jenuh yang terjadi pada membran sel spermatozoa adalah reaksi self-propagation, yang dapat meningkatkan disfungsi sel akibat hilangnya fungsi dan integritas membran (Sanocka & Kurpisz, 2004). Stress oksidasi akibat pelatihan fisik berlebih pada spermatozoa akan dapat menyebabkan gangguan pada proses oksidasi fosforilasi sehingga terjadi peningkatan produksi ROS spermatozoa. Peningkatan ROS ini dapat disebabkan juga karena antioksidan yang tersedia dalam sperma tidak mampu lagi mengubah oksigen reaktif menjadi senyawa yang netral (Hayati, et al. 2006). 6.2 Efek Beta Karoten Terhadap Spermatogenesis Mencit yang Mengalami Pelatihan Fisik Berlebih Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa pemberian beta karoten dengan dosis 0,1 mg dan 0,2 mg setiap hari selama 25 hari pada mencit yang menerima pelatihan fisik berlebih (swimming stress) mencegah penurunan jumlah rerata sel-sel spermatogenik (spermatogonium A, spermatosit pakhiten, spermatid 7 dan spermatid 16) setelah diperiksa secara histologis (Tabel 5.9, Tabel 5.11, Tabel 5.13 dan Tabel 5.15). Perbedaan jumlah rerata sel-sel spermatogenik setelah perlakuan (post-test) ini didapatkan setelah diuji secara statistik (One Way Anova) yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok control dengan kedua kelompok perlakuan. Jumlah sel-sel spermatogenik pada kelompok

4 post-test perlakuan 1 dan perlakuan 2 lebih tinggi bandingkan dengan post-test kelompok kontrol dan jumlah rerata sel-sel spermatogenik kelompok perlakuan 1 dan perlakuan 2 hampir sama dengan jumlah rerata sel-sel spermatogenik pre-test pada masing-masing kelompok. Tetapi dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata jumlah sel-sel spermatogenik post-test perlakuan 1 (pemberian beta karoten 0,1 mg) lebih rendah daripada jumlah rerata sel-sel spermatogenik pada perlakuan 2 (pemberian beta karoten 0,2 mg) (Tabel 5.9. sampai Tabel 5.16). Hal ini berarti pemberian beta karoten pada mencit yang mengalami pelatihan fisik secara berlebih dapat mencegah penurunan jumlah sel-sel spermatogenik. Hasil pada penelitian ini juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh Thyagaraju et al., (2008), bahwa pemberian suplemen beta karoten (provitamin A) selama satu bulan pada tikus yang mengalami diabetes yang diinduksi dengan Streptocotozin mampu mengurangi kerusakan jaringan pada testis akibat aktivitas senyawa oksigen reakitf (ROS). Ningtias dan Nugraha (2008) juga melaporkan bahwa pemberian beta karoten 15 mg dan 30 mg dalam bentuk wortel kukus dapat menurunkan kadar malondialdehid dalam plasma manusia yang terpapar polusi kendaraan bermotor. Ini menujukkan bahawa beta karoten dapat mencegah terjadinya peroksidasi lipid oleh radikal bebas. Beta karoten merupakan antioksidan yang memiliki aktifitas biologis menetralisir radikal bebas yang timbul dari reaksi normal biokimiawi tertentu ataupun dari eksogen. Beta karoten juga dapat meredam singlet oxygene, yang dapat memicu pembentukan rantai reaksi radikal bebas selanjutnya. (Roche, 2000).

5 Beta karoten sebagai antioksidan bekerja dengan memutus rantai radikal bebas dan bersifat lipofilik sehingga berperan pada membran sel termasuk sel spermatozoa untuk mencegah peroksidasi lipid (LPO). Peroksidai lipid adalah reaksi rantai yang timbul oleh radikal hidroksil terhadap asam lemak tak jenuh dari fosfilipid dan glikolipid yang menyusun membran sel. Beta karoten mengikat peroksil lipid membentuk senyawa radikal beresonansi yang stabil (Mayes (b), 2002). Beta karoten, vitamin E, vitamin C, glutation dan antioksidan lainnya berperan meredam ROS dengan memberi elektron (elektron donor) kepada ROS yang terbentuk, sehingga menjadi senyawa yang non radikal yang tidak berbahaya terhadap membran sel. Pemberian beta karoten pada pelatihan fisik berlebih dapat mencegah atau memutuskan rantai radikal superoksida menjadi radikal hidrogen peroksida (Mayes(b),2002). 6.3 Efek Pemberian Beta Karoten Terhadap Kualitas Tubulus Seminiferus Mencit yang Mengalami Pelatihan Fisik Berlebih Kelompok mencit yang diberikan pelatihan fisik berlebih menunjukkan adanya penurunan kualitas tubulus seminiferus dengan hilangnya sel-sel intermedia (kategori 3) di dalam tubulus seminiferus dan banyaknya kategori 4 yaitu penurunan spermatogensis dimana penurunan paling sedikit 75% jumlah sel spermatozoa yang terlihat dalam lumen tubulus dengan bentuk intermedia yang utuh. Pemberian beta karoten setiap hari selama 35 hari, kualitas tubulus menunjukkan hampir tidak adanya penurunan kualitas tubulus seminiferus

6 terutama pada kelompok perlakuan yang diberi beta karoten 0,2 mg (perlakuan 2) dibandingkan dengan kelompok yang diberi beta karoten 0,1 mg (perlakuan 1). Tidak adanya penurunan kualitas tubulus seminiferus juga didukung oleh asosiasi sel-sel spermatogenik pada tubulus seminiferus mulai dari membran basalis ke arah lumen yaitu spermatogonium, spermatosit dan spermatid. Terlihat asosiasi sel-sel spermatogenik yang normal dimana susunan sel rapat dan kompak. Lumen tampak terisi penuh oleh spermatozoa baik yang masih menempel pada sel sertoli maupun yang telah mengalami spermisi. Tentunya dengan kualitas tubulus yang baik, sel-sel spermatogenik pun akan berkembang dengan baik. Berbeda dengan kelompok kontrol (yang mendapat pelatihan fisik berlebih), terlihat asosiasi selsel spermatogenik sangat longgar, tidak teratur dan adanya kerusakan dari membran basalis tubulus seminiferus. Pada kelompok yang diberi beta karoten 0,1 mg asosiasi sel-sel spermatogenik tersusun agak longgar dan kurang teratur. Lumen tubulus seminiferus pada kelompok ini mengandung spermatozoa yang lebih sedikit sehingga lumen terlihat tidak penuh. Kualitas tubulus seminiferus kelompok yang diberi beta karoten 0,2 mg meunjukkan tidak adanya perbedaan dengan kelompok yang tidak mendapat pelatihan fisik berlebih (Tabel, 5.27). Hal ini menunjukkan bahwa beta karoten sebagai antioksidan dapat mencegah kerusakan tubulus seminiferus pelatihan fisik berlebih.