BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

upaya pengenalan, penelitian, pengujian dan pengembangan khasiat dan keamanan suatu tanaman obat (Wijayakusuma et al,1992). Pengalaman empiris di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

sistemik seperti steroid dan fenotiazin serta dapat disebabkan karena radiasi (Olver and Cassidy,2011). Pengobatan penyakit katarak pada saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang tanaman obat. di Indonesia berawal dari pengetahuan tentang adanya

UJI FITOPREVENTIF KATARAK PADA PEMBERIAN INFUS DAUN KITOLOD (LAURENTIA LONGIFLORA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).

PENGARUH INFUS DAUN KITOLOD (LAURENTIA LONGIFLORA) PERORAL TERHADAP JUMLAH NEUTROFIL DAN LIMFOSIT TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI METHYL NITROSO UREA

berkas cahaya, sehingga disebut fotoreseptor. Dengan kata lain mata digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi ringan atau akut adalah respons awal dan cepat terhadap kerusakan

ENTROPION PADA KUCING

Diabetes dan Penyakit Mata

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Wahyudi dan Rinayati, 2013). astigmatisme. Kedua, adanya kelaianan organik yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. stomatitis apthosa, infeksi virus, seperti herpes simpleks, variola (small pox),

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sistem Saraf Tepi (perifer)

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

BAB 1 PENDAHULUAN. keberadaannya sejak abad 19 (Lawson, 1989). Flora konjungtiva merupakan

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH INFUS DAUN KITOLOD (LAURENTIA LONGIFLORA) TERHADAP HISTOPATOLOGI MATA TIKUS WISTAR KATARAK YANG DIINDUKSI METHYL NITROSO UREA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kornea merupakan lapisan depan bola mata, transparan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan mengelilingi gigi. Gingiva terbagi menjadi gingiva tepi, gingiva cekat dan

KESEHATAN MATA DAN TELINGA

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN KITOLOD (LAURENTIA LONGIFLORA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang. menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari

DICKNA PUTRI ROSSIENY

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenainya. Terdapat tipe - tipe dari luka, diantaranya luka insisi, memar,

I.PENDAHULUAN. tingkat keparahan luka yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang

Pengkajian Sistem Penglihatan Mula Tarigan, SKp. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar miopia berkembang pada anak usia sekolah 1 dan akan stabil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Bagian-bagian yang melindungi mata: 1. Alis mata, berguna untuk menghindarkan masuknya keringat ke mata kita.

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

BAB I PENDAHULUAN. kacamata. Penggunaan lensa kontak makin diminati karena tidak mengubah

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

KLINIK MATA PANGKALAN BUN Dr.AGUS ARIYANTO,SpM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur

PENGARUH INFUS DAUN KITOLOD (LAURENTIA LONGIFLORA) SEBAGAI PENCEGAHAN KATARAK TERHADAP JUMLAH MAKROFAG TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI METHYL NITROSO UREA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab utama kematian. Ada sekitar sepertiga penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

WINDA ANASTASIA CLAUDYA BALEARE PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

BAB I PENDAHULUAN. didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit (Schwartz et al.,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. meliputi empat fase, yakni : fase inflamasi, fase destruktif, fase proliferasi dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Katarak berasal dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Penyebab katarak yang terbanyak adalah usia, tetapi banyak faktor lain seperti trauma, toksin, penyakit sistemik (seperti diabetes), merokok dan herediter (Djing, 2006). Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat didapatkan adanya 10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai 50% pada mereka yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun. Katarak adalah salah satu masalah kesehatan gangguan penglihatan dan kebutaan yang dihadapi masyarakat Indonesia. Angka Kebutaan di Indonesia akibat katarak mencapai (50%). Meningkatnya usia harapan hidup, juga seiring dengan meningkatnya prevalensi gangguan penglihatan dan kebutaan. Hal ini dikarenakan katarak merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada usia lanjut (KemenKes, 2012). Menurut KeMenkes (2010) menyatakan bahwa 1,5 % penduduk Indonesia mengalami kebutaan (Survey Kesehatan Indera tahun 1993-1996) (Djing, 2006) dengan prevalensi penyebab utama katarak (0,78%), glaukoma (0,2%), kelainan refraksi (0,14%) gangguan retina (0,13%), kelainan kornea, (0,10%) dan penyakit mata lain-lain (0,15%). Beberapa penderita katarak kurang menyadari tentang gejala yang dialami, umumnya gejala yang dialami seperti gangguan penglihatan yang ringan. Kekeruhan tersebut 1

terjadi karena adanya proses pengapuran pada lensa mata sehingga lensa mata menjadi buram dan tidak elastis (Djing, 2006). Salah satu penyebab terjadinya katarak adalah Inflamasi. Inflamasi merupakan usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, serta mengatur derajat perbaikan jaringan (Mycek, 2001). Inflamasi ini bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme yang menginvasi tubuh serta menghilangkan aktivitas toksinnya, dan mempersiapkan jaringan bagi kesembuhan serta perbaikan (Mitchell and Richard, 2006). Saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, sampai saat ini tatalaksana masih dilakukan dengan cara pembedahan. Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Setelah proses ekstraksi bagian mata yang dilakukan insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi) (Ilyas, 2002). 2

Pengobatan secara tradisional untuk menyembuhkan penyakit katarak telah cukup banyak dilakukan dengan memanfaatkan tanaman obat. Salah satu tanaman obat yang dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan katarak adalah Kitolod. Kitolod memiliki nama latin Laurentia longiflora. Tanaman ini berasal dari Hindia barat dan banyak tumbuh liar di pinggiran saluran air atau sungai pagar dan tempat-tempat lain yang lembab dan terbuka. Kitolod (Laurentia longiflora) dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 1100 m di atas permukaan laut (Ali, 2003). Menurut Burkill and Allen, air yang diperoleh dari bagian tanaman kitolod bisa digunakan untuk mencegah dan mengobati iritasi mata, serta tanaman kitolod dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan oral dengan kombinasi dari beberapa tanaman berkhasiat lainnya seperti mahkota dewa dan daun kompri, kombinasi dari ketiga tanaman berkhasiat ini dapat menyembuhkan penyakit kanker. Manfaat lain dari air yang diperoleh dari tanaman kitolod bisa digunakan sebagai penyegar mulut dan tenggorokan. Souder berpendapat bahwa, air kitolod yang diteteskan pada mata bisa mengobati kebutaan, sedangkan menurut Morton, kitolod dapat mengobati luka di kulit yang disertai peradangan (Ali, 2003). Pada penelitian ini penulis akan melakukan uji fitopreventif katarak pada pemberian infus daun kitolod (Laurentia longiflora) terhadap jumlah neutrofil dan limfosit T pada tikus yang diinduksi dengan Methyl Nitroso Urea. Fitopreventif berasal dari kata fito (phyto) yang berarti tumbuhan atau tanaman sedangkan preventif mempunyai arti suatu tindakan pencegahan, sehingga uji fitopreventif merupakan uji yang dilakukan dengan menggunakan bahan atau senyawa alami tertentu untuk mencegah 3

terjadinya perkembangan suatu penyakit (Hasler, 1999). Senyawa alami yang dimaksud adalah beberapa tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan untuk mencegah terjadinya sel kanker, salah satunya adalah tanaman kitolod (Laurentia longiflora). Pengamatan yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melihat jumlah neutrofil dan limfosit T saat tikus diinduksi Methyl Nitroso Urea. Pengamatan ini dilakukan karena sifat dari neutrofil yang akan meningkat jika terinfeksi, misalnya infeksi yang diakibatkan pada bakteri, virus dan mikroorganisme asing lainnya (Sudjadi dkk, 2007). Peningkatan ini bisa terjadi dua kali lipat jika dalam kondisi ekstrem. Sedangkan untuk limfosit memiliki kemampuan untuk mengenali antigen (senyawa kimia yang terdapat pada permukaan mikroorganisme dan benda asing) (Aryulina dkk, 2004), sehingga perlu dilakukan pengamatan jumlah neutrofil dan limfosit pada tikus yang telah diinduksi MNU mengingat peran dari kedua profil darah tersebut. Dosis pemberian infus daun kitolod yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 20% b/v, dosis ini berdasarkan hasil penelitian terdahulu (Amaliah, 2014) pada pemberian dosis tersebut pada kondisi katarak dapat mengurangi katarak sebesar 98,6% sedangkan pemberian infus daun kitolod 20% pada kondisi normal tidak menimbulkan efek apapun. Pemberian infus daun kitolod pada dosis yang sama 20% juga dapat menurunkan jumlah neutrofil dan limfosit pada tikus katarak (Cahyani, 2014). Dosis Methyl Nitroso Urea yang diinduksikan secara intraperitoneal (i.p) adalah sebesar 100 mg/kg BB, dosis ini dipilih karena pada penelitian terdahulu dapat menyebabkan katarak pada mata tikus (Cahyani, 2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian infus daun kitolod (Laurentia longiflora) dapat mempengaruhi jumlah neutrofil dan limfosit T pada tikus 4

katarak yang diinduksikan dengan Methyl Nitroso Urea secara intraperitoneal (i.p) 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan landasan teoritis di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah apakah uji fitopreventif infus daun kitolod (Laurentia longiflora) dapat menurunkan jumlah neutrofil dan limfosit T pada tikus katarak yang diinduksi dengan Methyl Nitroso Urea? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh uji fitopreventif infus daun kitolod (Laurentia longiflora) terhadap penurunan jumlah neutrofil dan limfosit T pada tikus katarak yang diinduksi dengan Methyl Nitroso Urea. 1.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis dari penelitian ini adalah uji fitopreventif infus daun kitolod (Laurentia longiflora) dapat menurunkan jumlah neutrofil dan limfosit T pada tikus katarak yang diinduksi dengan Methyl Nitroso Urea. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi dalam pemanfaatan tanaman daun kitolod (Laurentia longiflora) sebagai tanaman obat tradisional untuk pengobatan penyakit katarak, serta untuk menyempurnakan penelitian sebelumnya tentang khasiat ekstrak infus daun kitolod. 5