HUBUNGAN SENSIBILITAS KORNEA DENGAN KADAR HBA1C PADA PASIEN DIABETES MELITUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN SENSIBILITAS KORNEA DENGAN KADAR HBA1C PADA PASIEN DIABETES MELITUS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

HUBUNGAN ANTARA HBA1C DENGAN KADAR HDL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

PERBEDAAN TEAR FILM BREAK UP TIME PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIKA NONPROLIFERATIF DIBANDINGKAN RETINOPATI DIABETIKA PROLIFERATIF

PERBEDAAN KADAR ASAM URAT PADA PENDERITA HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN TANPA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KORELASI LAMA DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK : STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

DAFTAR PUSTAKA. 8. The Global Diabetes Community. Guide to HbA1C. [cited 2014 Oct 12] Available from

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

BAB IV METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN SENSIBILITAS KORNEA SEBELUM DAN SESUDAH OPERASI FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK SENILIS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB III METODE PENELITIAN

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

AZIMA AMINA BINTI AYOB

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MELAKUKAN KONTROL LUKA ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS KUTA I KABUPATEN BADUNG

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KECENDERUNGAN PENDERITA RETINOPATI DIABETIK

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA GLAUKOMA DENGAN KETAATAN MENGGUNAKAN OBAT

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

HUBUNGAN DIABETES MELITUS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh : ANNISA DWI ANDRIANI

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

HUBUNGAN ANTARA PENURUNAN LAJU FILTRASI GLOMERULUS DENGAN BERATNYA ANEMIA PADA PASIEN NEFROPATI DIABETIK DI RSUD DR.

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : Nuruljannah Nazurah Gomes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA GLAUKOMA DENGAN KETAATAN MENGGUNAKAN OBAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dilakukan di Klinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

SELISIH LAMA RAWAT INAP PASIEN JAMKESMAS DIABETES MELLITUS TIPE 2 ANTARA RILL DAN PAKET INA-CBG

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

Kedokteran Universitas Lampung

PERBEDAAN TITER TROMBOSIT DAN LEUKOSIT TERHADAP DERAJAT KLINIS PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) ANAK DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakaan lebih dari 360 juta orang dan diperkirakan akan naik lebih dari dua kali

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

ABSTRAK KESESUAIAN HASIL PEMERIKSAAN GLUKOSURIA UJI BENEDICT DENGAN GLUKOTES CARIK CELUP URIN PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

Transkripsi:

HUBUNGAN SENSIBILITAS KORNEA DENGAN KADAR HBA1C PADA PASIEN DIABETES MELITUS Wulandari Ramadiyani 1, Kentar Arimadyo 2, Tuntas Dhanardhono 3 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 3 Staf Pengajar Ilmu Kedokteran Forensik, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang -Semarang 50275, Telp. 02476928010 ABSTRAK Latar Belakang: Penurunan sensibilitas kornea merupakan salah satu komplikasi DM pada mata yang dapat menimbulkan berbagai masalah seperti penurunan refleks berkedip, perlambatan penyembuhan luka, penurunan aliran dan kualitas air mata, infeksi sampai kerusakan struktur kornea.komplikasi tersebut berhubungan dengan tingginya kadar HbA1c pada pasien DM. Namun, belum banyak penelitian tentang hal tersebut di Indonesia. Tujuan:Untuk mengetahui hubungan antara sensibilitas kornea dengankadar HbA1c pada pasien diabetes melitus di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional, yang menggunakan data dari catatan medik dan pemeriksaan langsung. Pemeriksaan sensibilitas kornea menggunakan alat estesiometer Cochet-Bonnet.Uji statistik yang digunakan adalah uji non-parametrik Spearman. Hasil:Sebanyak 31 pasien DM yang terdiri dari 14 laki-laki dan 17 perempuan dan telah memiliki data HbA1c diperiksa sensibilitas korneanya. Pada kelompok subyek yang memiliki kadar HbA1c memiliki sensibilitas kornea yang lebih baik, yaitu bernilai antara 6 cm dan 5,5 cm dengan rerata 5,88 (SD cm. Sedangkan subyek yang memiliki kadar HbA1c memiliki sensibilitas kornea yang kurang baik bahkan menurun, dengan hasil pengukuran bernilai antara 6 cm dan 3 cm dengan rerata 4,65 (SD cm. Uji nonparametrik Spearman menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p<0,001) antara sensibilitas kornea dengan kadar HbA1c pada pasien DM. Kesimpulan:Terdapat hubungan antara penurunan sensibilitas kornea dengan peningkatan kadar HbA1c pada pasien DM. Kata Kunci:sensibilitas kornea, diabetes melitus, HbA1c ABSTRACT CORRELATION OF CORNEAL SENSIBILITY WITH HBA1C LEVEL IN DIABETES MELLITUS PATIENT Background: The decrease of corneal sensibility is one of the complications from Diabetes Mellitus which happened in the eye and it could lead to several problems including decreased blinking reflex, slowed wound healing, decreased quantity and quality of tear film, infections, and corneal damage. Those complications were associated with the level of HbA1c in DM patients. To these days in Indonesia, only a very few study were found in addressing the problem. Aim:To know the relationship between corneal sensibility and HbA1c level of DM patients in RSUP Dr. Kariadi Semarang Methods: This study is an analytic observational, cross-sectional design, which used both the data from patients medical record and direct corneal examination. Corneal sensibility was 1653

tested using Cochet-Bonnet aesthesiometer. Spearman s rho was chosen for statistical analysis. Results: 31 DM patients consisting of 14 males and 17 females who previously already had their HbA1c level tested in medical records, were put to test their corneal sensibility. Better corneal sensibility (5,88 cm) was found in the group of patients with HbA1c level < 6,5% while those with HbA1c level 6,5% tend to show worse (4,65 cm), even decreasing, corneal sensibility. There was statistically correlation (p<0,001) between corneal sensibility and HbA1c level in DM patients. Conclusion: There was correlation between the decrease of corneal sensibility and the increase HbA1c level in DM patients. Keywords: corneal sensibility, diabetes mellitus, HbA1c PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat tidak terbentuknya insulin oleh sel- pankreas atau ketika insulin tersebut tidak dapat digunakan oleh tubuh secara efektif. 1 Pada tahun 2013, Federasi Diabetes Internasional menyebutkan bahwa sekitar 382 juta orang di dunia mengidap penyakit ini. 2 Di Indonesia penderita diabetes mencapai 8,5 juta orang pada tahun 2000 dan diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi DM mencapai 21,3 juta orang. 3 Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirka apabila terdapat keluhan klasik seperti poliuri, polidipsi, polifagi serta penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pemeriksaan kadar HbA1c oleh American Diabetes Association (ADA) sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandarisasi dengan baik. 1 Apabila tidak dikelola dengan baik, diabetes akan menimbulkan berbagai komplikasi. Salah satu komplikasi DM yang dapat terjadi di mata yaitu penurunan sensibilitas kornea.kornea merupakan salah satu jaringan yang memiliki persarafan yang padat. Pada pasien diabetes melitus (DM), sensibilitas kornea menurun dikarenakan hilangnya atau berkurangnya serabut saraf kornea. 4 Sensibilitas kornea yang menurun dapat menimbulkan penurunan refleks berkedip, perlambatan penyembuhan luka, penurunan aliran air mata, infeksi sampai kerusakan struktur kornea. 5 Untuk menilai sensibilitas kornea dilakukan uji sensibilitas kornea menggunakan dua alat ukur yaitu estesiometer dan kapas pilin.estesiometer mempunyai nilai kuantitatif sehingga hasil pengukuran tampak gradasi dan mudah untuk dianalisis.sedangkan menggunakan kapas pilin hanya mempunyai nilai kualitatif yaitu positif dan negatif. 1654

Penggabungan dua alat ukur tersebut menghasilkan nilai kuantitatif dan kualitatif.sampai saat ini belum banyak penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sensibilitas kornea dengan kadar HbA1c pada pasien DM. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi epidemiologi observasional analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sensibilitas kornea dengan kadar HbA1c pada pasien DM, dengan melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Subyek penelitian adalah penderita DM yang berobat jalan di Klinik Mata dan Klinik Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang.Data primer diperoleh dari pengukuran sensibilitas kornea. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kadar HbA1c yang terdapat di rekam medik responden selama 3 bulan terakhir. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik. Pada analisis deskriptif, data yang berskala nominal dan ordinal yang termasuk dalam skala kategorikal seperti: usia, jenis kelamin, dan lamanya menderita DM dinyatakan dalam distribusi frekuensi dan persentase. Hubungan kadar HbA1c terhadap sensibilitas kornea diketahui dengan menggunakan uji parametric Pearson bila distribusi data normal dan uji non-parametrik Spearman bila distribusi data tidak normal. 6 HASIL PENELITIAN Cara pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan besar sampel yang diambil adalah 31 subyek. 1. Karakteristik subyek penelitian Tabel 1. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama DM Karakteristik Frekuensi % Jenis Kelamin Laki-laki 14 45,16 Perempuan 17 54,84 Usia 30-39 tahun 6 19,36 40-49 tahun 12 38,70

50-59 tahun 10 32,22 Lama DM tahun 3 9,67 tahun 2 6,45 1-5 tahun 15 48,38 6-10 tahun 7 22,58 11-15 tahun 3 9,67 tahun 4 12,90 Tiga puluh satu responden yang diteliti terdiri dari 14 laki-laki dan 17 perempuan.usia berkisar antara 34 tahun sampai 64 tahun dengan rerata 48,55 (SD = 8,00) tahun.dari tabel 5 tampak bahwa sebagian besar (38,70%) berusia antara 40-49 tahun. Dari 31 responden yang diteliti, semuanya merupakan penderita DM tipe 2, dengan lama DM berkisar antara 3 bulan sampai 25 tahun. Sebelum dilakukan penelitian, diambil data tentang kadar HbA1c untuk mengetahui kontrol gula darah. Distribusi kadar HbA1c dapat dilihat pada gambar 1. 13% HbA1c >= 6.5% HbA1c < 6.5% 87% Gambar 1. Diagram kadar HbA1c Pada data kadar HbA1c yang didapat dari seluruh responden yang diteliti menunjukkan sebagian besar (87%) memiliki nilai kadar HbA1c dan sisanya (13%) memiliki nilai kadar HbA1c. 1656

2. Sensibilitas Kornea dan Kadar HbA1c Hasil pengukuran sensibilitas kornea pada masing-masing kadar HbA1c tampak seperti pada tabel 2. Kadar HbA1c (%) Tabel 2. Kadar HbA1c dan panjang filamen estesiometer Estesiometer (cm) 6,0 5,5 5,0 4,5 4,0 3,5 3,0 Jumlah < 6,5 3 1 0 0 0 0 0 4 6,5 3 8 3 6 1 5 1 27 Jumlah 6 9 3 6 1 5 1 31 Pengukuran sensibilitas kornea dilakukan dengan alat estesiometer.hasil pengukuran menggunakan estesiometer menunjukkan panjang filamen terpendek 3 cm dan terpanjang 6 cm dengan rerata 4,9 (SD = 0.925) cm. Tabel 3. Hasil uji korelasi Spearman Kadar HbA1c Sensibilitas kornea r 0,786 p < 0,001 n 31 Uji normalitas Shapiro-Wilk pada data sensibilitas kornea dan kadar HbA1c sidapatkan hasil p<0,001 yang menunjukkan distribusi data tidak normal. Maka dilakukan uji non-parametrik Spearman dan didapatkan nilai p<0,05 (p<0,001) yang berarti terdapat hubungan bermakna antara sensibilitas kornea dengan kadar HbA1c pada pasien DM. PEMBAHASAN Penurunan sensibilitas kornea yang banyak terjadi pada pasien diabetes melitus ini disebabkan oleh berkurangnya densitas serabut saraf pada lapisan subbasal kornea. Hal tersebut didukung oleh suatu penelitian yang dilakukan oleh Touzeau et al pada segmen anterior mata membuktikan bahwa penyakit DM mempengaruhi transparansi lensa, diameter pupil dan sensibilitas kornea. 7 Sensibilitas kornea yang menurun dapat menimbulkan penurunan refleks berkedip, perlambatan penyembuhan luka, penurunan aliran dan kualitas air mata, infeksi sampai kerusakan struktur kornea. 5 1657

Pemeriksaan sensibilitas kornea dapat digunakan untuk mendiagnosis, monitoring, dan prognosis kornea dan penyakit sistemik yang melibatkan nervus siliaris. Sensibilitas kornea dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, menstruasi, kehamilan, dan penggunaan obat topikal antiinflamasi non steroid dan anestetik topikal. Pada pasien yang diteliti, pengaruh-pengaruh tersebut dapat dihilangkan karena semua pasien tidak sedang hamil atau menstruasi, dan tidak sedang menggunakan obat tetes mata antiinflamasi maupun anestetik topikal.filamen yang digunakan pada estesiometer dapat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran sensibilitas kornea. Adanya pengaruh ini dapat diminimalkan dengan memeriksa semua pasien pada tempat yang sama. Pada dasarnya pemeriksaan sensibilitas kornea dapat menggunakan dua macam alat ukur yaitu estesiometer dan kapas pilin.estesiometer mempunyai nilai kuantitatif sehingga hasil pengukuran tampak gradasinya dan mudah untuk dianalisis, tetapi tidak diketahui berapa nilai yang dianggap positif dan berapa nilai yang dianggap negatif.sedangkan menggunakan kapas pilin hanya mempunyai nilai kualitatif yaitu positif atau negatif.penggabungan kedua alat ukur ini dapat menghasilka nilai kualitatif dan kuantitatif.namun, pada penelitian ini hanya dilakukan pemeriksaan sensibilitas kornea menggunakan alat estesiometer saja. Pada penelitian ini didapatkan 31 pasien yang sudah didiagnosis DM oleh Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang, yang terdiri dari 14 laki-laki dan 17 perempuan, dengan usia berkisar antara 34 tahun dan 64 tahun yang sebagian besar (88,6%) merupakan penderita DM yang tidak terkontrol berdasarkan data kadar HbA1c yang bernilai Lama menderita DM berkisar antara 3 bulan sampai dengan 25 tahun dengan rerata 7,44 (SD tahun. Penyakit DM yang tidak terkontrol dan berlangsung lama menimbulkan komplikasi antara lain penurunan sensibilitas kornea dan timbulnya retinopati diabetika. Menurut Benson dkk retinopati diabetika dijumpai pada 27% pasien DM yang sudah menderita DM selama 5-10 tahun, dan pada 71% pasien DM yang sudah menderita DM lebih dari 10 tahun. 8 Pada penelitian ini sendiri tidak dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya retinopati diabetika. Namun sebagian besar subyek yang diteliti sudah didiagnosis retinopati diabetika sebelumnya. Pada kelompok subyek yang memiliki kadar HbA1c cenderung memiliki sensibilitas kornea yang lebih baik, yaitu bernilai antara 6 cm dan 5,5 cm dengan rerata 5,88 (min-maks: 5,5-6 cm. Sedangkan subyek yang memiliki kadar HbA1c 1658 memiliki

sensibilitas kornea yang kurang baik bahkan menurun, dengan hasil pengukuran bernilai antara 6 cm dan 3 cm dengan rerata 4,75 (min-maks: cm. Secara statistik diperoleh hasil bahwa peningkatan kadar HbA1c berhubungan dengan penurunan sensibililtas kornea pada pasien DM (p < 0,001). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prastyani dkk yang membandingkan dua kelompok subyek, yaitu kelompok kontrol yang tidak memiliki riwayat DM, kelompok DM tanpa retinopati diabetika dan dengan retinopati diabetika. Hasilnya adalah terdapat penurunan sensibilitas kornea pada pasien dengan retinopati diabetika dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki retinopati diabetika (p=0,014) dan pasien DM yang terkontrol dengan baik (HbA1c ) memiliki sensibilitas kornea, sedangkan pasien DM yang tidak terkontrol dengan baik (HbA1c ) memiliki nilai sensibilitas kornea (p=0,004). 9 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Terdapat hubungan antara penurunan sensibilitas kornea dengan peningkatan kadar Saran HbA1c pada pasein DM. 2. Pasien DM terkontrol memiliki sensibilitas kornea yang lebih baik dibandingkan dengan pasien DM tidak terkontrol. 1. Perlu dilakukan pemeriksaan sensibilitas kornea pada pasien DM terutama pasien DM tidak terkontrol dengan kadar HbA1c yang tinggi. 2. Perlu dilakukan pemeriksaan kadar HbA1c secara berkala untuk mengetahui kepatuhan berobat agar dapat memperkirakan serta mencegah komplikasi yang mungkin akan terjadi. DAFTAR PUSTAKA 1. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes 2014 [internet]. 2014 [update 2014 Mar; cited 2014 Nov 24]. Available from: http://care.diabetesjournals.org/content/37/supplement_1/s14.full. 2. Zaki F. Simple treatment to curb diabetes [internet]. 2014 [cited 2014 Oct 12]. Available from http://www.thebalidaily.com/2014-01-20/simple-treatment-curb-diabetes.html. 1659

3. Kementrian Kesehatan RI. Tahun 2030 prevalensi diabetes melitus di indonesia mencapai 21,3 juta orang [internet]. 2009 [cited 2014 Oct 12] Available from: http://www.depkes.go.id/article/print/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-melitus-diindonesia-mencapai-213-juta-orang.html. 4. Tavakoli M, Petropoulos I.N, Malik R.A., and Daubs J.G. Assessing corneal nerve structure and function in diabetic neuropathy. Clinical and Experimental Optometry [internet]. 2012 [cited 2014 Oct 14];95:338 47. Available from: Wiley Open Library. 5. Bragheeth MA, Dua HS. Corneal sensation after myopic and hyperopic LASIK: clinical and confocal microscopic study. The British Journal of Ophthalmology [internet]. 2005 [cited 2014 Nov 20];89:580-5. Available from: PubMed. 6. Dahlan M.S. Besar sampel dan cara pengambilan sampel: dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008. 7. Touzeau O, Levet L, Borderie V, Bouchard P, Laroche L. Anterior segment of the eye and diabetes melitus. J Fr Ophthalmol. 27(8): 2004, 9. 859-70. 8. Benson WE, Brown GC, Tasman W. Diabetes and its ocular complication. Philadelphia: W.B Saunders Company, 1988: 110-6. 9. Prastyani R, Rochmah M, Moestidjab. Decrease of corneal sensitivity in patients with diabetes mellitus type II. Jurnal Oftalmologi Indonesia [internet]. 2011 [cited 2014 Oct 1];7(5):200. Available from: Jurnal Unai. 1660