MODIFIKASI PERANCANGAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA DAN BETON PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG. Zainul arifin Nrp :

dokumen-dokumen yang mirip
Arah X Tabel Analisa Δs akibat gempa arah x Lantai drift Δs drift Δs Syarat hx tiap tingkat antar tingkat Drift Ke (m) (cm) (cm) (cm)

MODIFIKASI PERENCANAAM GEDUNG PERKULIAHAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA DI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA DAN BETON

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN

MODIFIKASI PERANCANGAN GEDUNG FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG DENGAN BAJA- BETON KOMPOSIT

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sekolah dengan fasilitas yang lengkap, maka dibangunlah Sekolah Santa Clara yang terletak di Jalan Ngagel

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

Gedung Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Barwijaya merupakan gedung yang terdiri dari 9 lantai yang dibangun dalam rangka untuk memenuhi

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WILAYAH I JAWA TIMUR MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

TUGAS AKHIR RC

BAB V ANALISA STRUKTUR PRIMER

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP KELAS 1 RSUD SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR FLAT SLAB DENGAN SISTEM STRUKTUR SRPMM DAN SHEAR WALL PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MATARAM

Modifikasi Perencanaan Gedung Office Block Pemerintahan Kota Batu Menggunakan Struktur Komposit Baja Beton

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

DESAIN JEMBATAN BARU PENGGANTI JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA DENGAN SISTEM BUSUR

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

menggunakan ketebalan 300 mm.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM GANDA DI WILAYAH GEMPA TINGGI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK DENGAN SHERWALL PADA GEDUNG BANK BCA CABANG RUNGKUT SURABAYA

TUGAS AKHIR RC

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN MULYOREJO DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING EKSENTRIK

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN MALO-KALITIDU DENGAN SYSTEM BUSUR BOX BAJA DI KABUPATEN BOJONEGORO M. ZAINUDDIN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERKANTORAN TELKOMSEL DI SURABAYA BARAT MENGGUNAKAN BAJA-BETON KOMPOSIT

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN BANTAR III BANTUL-KULON PROGO (PROV. D. I. YOGYAKARTA) DENGAN BUSUR RANGKA BAJA MENGGUNAKAN BATANG TARIK

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

PERANCANGAN MODIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN. Oleh : Sulistiyo NRP Dosen Pembimbing : Ir. Iman Wimbadi, MS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

Gedung yang dibangun dengan sistem rangka pemikul momen (SRPM) dengan balok masih mempunyai kekurangan bila ditinjau dari segi tinggi gedung dan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN ULANG GEDUNG POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN BETON PRACETAK

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Dalam perancangan struktur gedung perkantoran dengan Sistem Rangka Gedung (Building Frame System)

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

MODUL 6. S e s i 5 Struktur Jembatan Komposit STRUKTUR BAJA II. Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

STRUKTUR JEMBATAN BAJA KOMPOSIT

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

MAKALAH TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR DIREKTORAT JENDRAL BEA DAN CUKAI KEDIRI DENGAN SISTEM GANDA MENGGUNAKAN BASEMENT

PERENCANAAN JEMBATAN MALANGSARI MENGGUNAKAN STRUKTUR JEMBATAN BUSUR RANGKA TIPE THROUGH - ARCH. : Faizal Oky Setyawan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang W.H Mosley, J.H Bungey, 1989 Erberik, M.A and Elnashai, Amr S, 2003 Ferguson,P.M; Sutanto,B;Setianto,K.

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM GANDA PADA WILAYAH GEMPA KUAT

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

MODIFIKASI PERENCANAAN APARTEMEN BALE HINGGIL DENGAN METODE DUAL SYSTEM BERDASARKAN RSNI XX DI WILAYAH GEMPA TINGGI

Dosen Pembimbing : Ir. Tony Hartono Bagio,MT.,MM. Abstrak

TONNY RIZKYA NUR S ( ) DOSEN PEMBIMBING :

Reza Murby Hermawan Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST. MSc.PhD

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN PANDAN WANGI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA UNTUK DIBANGUN DI BENGKULU

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS

BAB III METODOLOGI PEMBAHASAN

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KEPANJEN MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS UNTUK DIBANGUN DI ACEH

Baja merupakan alternatif bangunan tahan gempa yang sangat baik karena sifat daktilitas dari baja itu sendiri.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tugas akhir ini berjudul Perancangan Struktur Gedung Mall dan Hotel

TUGAS AKHIR RC OLEH : ADE SHOLEH H. ( )

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

STUDIO PERANCANGAN II PERENCANAAN GELAGAR INDUK

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

Jl. Banyumas Wonosobo

Transkripsi:

MODIFIKSI PERNCNGN STRUKTUR KOMPOSIT BJ DN BETON PD GEDUNG RSUD KEPNJEN MLNG Zainul arifin Nrp : 3107 619 LTR BELKNG Berdasarkan PP No. 18 Tahun 2008, Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Malang dengan Luas wilayah administasi 4.576 km² dan Dengan jumlah penduduk pada Tahun 2003 sebanyak 2,239 Juta jiwa serta Kepadatan Penduduk 511 Jiwa/Km². Maka Pemerintah Kab. Malang segera membenahi diri dalam banyak aspek yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan & pelayanan terhadap masyarakat. Dan salah satunya adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Guna menunjang aktivitas pelayanan kesehatan di Kota Kepanjen, maka diperlukan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh bagi segenap masyarakat Kabupaten malang yang khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar Kota Kepanjen. Proyek pembangunan gedung RSUD Kepanjen berlokasi di Jalan Panggung No. 1 Kepanjen Malang yang memiliki Ukuran Bangunan 18 m x 30 m (540 m 2 ) adalah proyek milik Dinas Pemukiman, Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Malang, merupakan gedung berlantai 2 yang direncanakan oleh Karya Nugraha Consultant. Perencanaan ulang diajukan karena struktur yang direncanakan sebelumnya masih menggunakan metode konvensional yaitu pelat dua arah dengan balokbalok penumpu. Pada tugas akhir ini bangunan gedung RSUD Kepanjen tersebut direncanakan ulang dengan menggunakan perencanaan struktur komposit di wilayah gempa menengah. Dengan memperhatikan kemungkinan penambahan kapasitas ruang pelayanan di kemudian hari, maka diperlukan juga modifikasi bangunan yang semula 2 lantai menjadi 10 lantai dengan ukuran bangunan hasil modifikasi 18 m x 30 m. Struktur komposit terbukti mampu memberikan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan struktur biasa menjadi makin populer dalam rekayasa struktur (Rinaldi dan Ruslailang, 2005). Balok komposit merupakan campuran beton dengan baja profil, dimana pada beton bertulang gayagaya tarik yang dialami suatu elemen struktur dipikul oleh besi tulangan tapi pada beton komposit ini gayagaya tarik yang terjadi pada suatu elemen struktur di pikul oleh profil baja. Komposit balok baja dan pelat adalah suatu usaha dalam mendapatkan suatu konstruksi yang baik dan efisien. Keistimewaan yang nyata dalam sistem adalah: (1) Penghematan berat baja, (2) Penampang balok baja dapat lebih rendah, (3) Kekakuan lantai meningkat, (4) Panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar, (5) Kapasitas pemikul beban meningkat. (Salmon, 1991). Pada tugas akhir ini penulis merencanakan struktur komposit sehingga nantinya dapat diperoleh hasil yang efisien tanpa mengabaikan faktor keselamatan dan fungsi bangunan tersebut. Penulis menggunakan SNI 03-2847-2002 tentang tata cara perhitungan beton untuk bangunan gedung dan SNI 03-1726-2002 tentang tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung, dan SNI-03-1729-2002 tentang tata cara perhitungan baja. Kriteria Desain Pokok-pokok pedoman atau syarat umum analisa dan desain bangunan yang terkena beban gempa sesuai dengan SNI 03-2847-2002 : 1. Mutu bahan Kuat tekan beton (f c) sesuai SNI 03-2847-2002 dilengkapi Ps. 23.2.4.1 tidak boleh kurang dari 20 Mpa, dan sesuai SNI 03-2487-2002 dilengkapi penjelasan Ps. 23.2.4.2 idealnya tidak boleh melebihi 30 Mpa. Untuk perencanaan gedung ini digunakan kuat tekan beton (f c) sebesar 25 Mpa = 2 kg/cm 2,+ Sedangkan untuk mutu baja (fy) digunakan 2 Mpa = 20 kg/cm 2 Data-data bondek: Pelat bordes menggunakan pelat bondek. Data-data perencanaan berdasarkan brosur PT.PLNTECH HOKYU INDONESI (PHI) Steel. Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,85 mm 2. Wilayah Gempa Wilayah gempa untuk perancangan gedung ini berada pada wilayah gempa 4. 3. Jenis Tanah Setempat Menurut data tanah, tanah tergolong tanah sedang 4. Kategori Gedung Menurut SNI 03-1726-2002 tabel 1, gedung Rumah Sakit mempunyai faktor keutamaan I = 1,4 5. Konfigurasi Struktur gedung Tinggi gedung 10 lantai ini adalah 40 m, sehingga menurut SNI 03-1726-2002 Ps.4.2.2 analisa gempa yang digunakan yaitu analisis respons dinamik diatur SNI 03-1726-2002 Ps 7.1.1. 6. Sistem Struktur 1

2 Sesuai SNI 03-1726-2002 tabel 3 termasuk SRPMT dengan nilai R = 6 Nilai C = 0,31 didapat dari grafik Respon Spektrum Gempa Rencana di wilayah gempa 4 pada tanah sedang 7. Eksentrisitas Rencana (e d ) Menentukan Eksentrisitas Rencana Bangunan (e d ) Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps. 5.4.3, bahwa antara pusat massa dan pusat rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana e d 8. Syarat Kekakuan Komponen Struktur (Syarat Pemodelan) Pengaruh akibat beban gempa juga harus diperhitungkan pada analisa struktur untuk distribusi beban, dan memperhitungkan Kinerja Batas Layan (Δs). 9. Waktu Getar lami Fundamental(Ti) T dihitung dengan menggunakan rumus empiris dengan tinggi gedung 40 meter. Pada arah X T x = C c x (h n ) 3/4 = 0,0853 (40) 3/4 = 1,36 detik Pada arah Y T y = C c x (h n ) 3/4 = 0,0853 (40) 3/4 = 1,36 detik Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) dari struktur gedung harus dibatasi dengan nilai ζ dari tabel 8 SNI 03-1726-2002 dan n adalah jumlah lantai gedung yang akan ditinjau, maka kontrol waktu getar alami fundamental (T) menjadi, T < ζ n Untuk WG 4 maka nilai ζ= 0,17 nilai n = 10 tingkat jadi, T = 1,36 detik < 0,17 x 10 T = 1,36 detik < 1,7 detik..(ok) Sehingga, berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung masih memenuhi batas kontrol waktu getar alami. jarak lantai untuk struktur dengan waktu getar dasar lebih kecil daripada atau sama dengan 0,7 detik, sedangkan untuk struktur bangunan dengan waktu getar dasar lebih besar daripada 0,7 detik, simpangan antar lantai tidak boleh melebihi 2,0% dari jarak antar lantai, secara singkat batasan simpangan antar lantai dapat dituliskan: T < 0,7 detik, maka Δm < 2,5 xxh T > 0,7 detik, maka Δm < 2,0 xxh Simpangan elastis struktur Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps 8.1.2 simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktru gedung tidak boleh melampaui 0,03 dikalikan tinggi RR antar tingkat atau dibatasi sebesar 30mm diambil nilai yang terkecil. 11. Pengaruh rah Pembebanan Gempa Beban gempa yang bekerja pada struktur bangunan terjadi dalam arah sembarang (tidak terduga) baik dalam arah x dan y secara bolak-balik dan periodikal. Menurut SNI 03-1726-2002 ps 5.8.2. untuk mensimulisasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa rencana dalam arah utama harus dianggap efektif % dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa yang arahnya tegak lurus dengan arah utama dengan efektifitas 30%. Gempa respons spektrum X : % efektifitas untuk arah X dan 30% efektifitas arah Y Gempa respons spektrum Y : % efektifitas untuk arah Y dan 30% efektifitas arah X 10. Batasan Penyimpangan Lateral Simpangan antar lantai dihitung berdasarkan respons simpangan inelastis, maksimum, Δm, dihitung sebagai berikut: Δm = 0,7 R.Δs Dengan R adalah factor modifikasi respons Δs adalah respons statis simpangan elastic struktur yang terjadi dititik-titik kritis akibat beban gempa horisontal rencana. Simpangan elastic struktur dihitung menggunakan analisa dinamis. Batasan simpangan antar lantai Simpangan antar lantai yang dihitung berdasarkan persamaan diatas tidak boleh melebihi 2,5% dari

3 METODOLOGI Bagan lir Penyelesaian Tugas khir : Mulai Pengumpulan Data Studi Literatur Perencanaan Struktur Sekunder Preliminary Desain dan Pembebanan Pemodelan dan nalisa Struktur Kontrol Desain Ok Perencanaan Sambungan Perencanaan Pondasi Penggambaran Hasil Perencanaan Selesai Gambar 1. Sistematika Metodologi Penulisan Tugas khir DT GEDUNG Data umum bangunan sebelum dimodifikasi 1. Nama Gedung : Gedung RSUD Kepanjen Malang 2. Lokasi : Kabupaten Malang 3. Fungsi : Rumah sakit 4. Jumlah lantai : 2 lantai 5. Panjang bangunan : 30 m 6. Lebar bangunan : 18 m 7. Struktur gedung menggunakan beton bertulang Data umum bangunan setelah dimodifikasi 1. Nama Gedung : Gedung RSUD Kepanjen Malang 2. Lokasi : Kabupaten Malang 3. Fungsi : Rumah Sakit 4. Jumlah lantai : 10 lantai 5. Panjang bangunan : 30 m 6. Lebar bangunan : 18 m 7. Struktur gedung menggunakan komposit baja dan beton Hasil Perencanaan. Struktur Sekunder 1. Tangga Tinggi antar lantai = 400 cm Tinggi bordes = 200 cm Panjang tangga = 3 cm Panjang bordes = 300 cm Lebar bordes = 153 cm Tebal Bordes = 10 cm Lebar injakan trap tangga = 30 cm Tinggi injakan trap tangga = 16,67 cm Tebal Plat trap tangga = 10 cm Not Ok Mutu Beton (fc ) = 25 Mpa = 2 kg/cm 2 Mutu Baja (fy) = 2 Mpa = 20 kg/cm 2 α = 29,05º Pelat bordes menggunakan pelat bondek. Data-data perencanaan berdasarkan brosur PT. PLNTECH HOKYU INDONESI (PHI) Steel. Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang tunggal tanpa penyangga dengan beban berguna = 300 kg/m 2 didapatkan data-data sebagai berikut: Dipakai pelat komposit bondek dengan tebal pelat = 0,85 mm Bentang 1,5 m, tanpa penyangga Bentang menerus dengan tulangan negatif, tebal pelat beton =10 cm, tulangan negatif = 0,26 cm 2 /m Direncanakan memakai tulangan dengan Ø = 8 mm Dipasang tulangan Ø8 200 mm Balok Tangga digunakan profil WF 200..5,5.8 Balok Tumpuan Tangga profil WF 200..5,5.8 8 300285 140 5 140 8 8 153 3 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 12 11 10 09 08 07 06 05 04 03 02 01 5 0 Gambar 2 Denah Tangga Naik 87

4 200 +2,00 29.05 +4,00 ±0,00 200 400 4. Perencanaan Balok nak Balok nak Balok Induk 18.00 B C D 145 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 3 Gambar 3 Potongan tangga 2. Pelat Lantai tap Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus dengan tulangan negatif dengan satu baris penyangga didapatkan data-data sebagai berikut : Bentang (span) = 3 m Tebal pelat beton = 10 cm Tulangan negatif = 0,69 cm 2 /m Dipasang tulangan negatif Ø 8 mm 200 mm Plat Bondek t 0,85 Tulangan Ø8-200 2 3 4 5 Gambar 5 Denah Pembalokan Balok nak Menggunakan profil WF 300.1.6,5.9 dengan data sebagai berikut: BJ 41 : fy = 20 kg/cm 2 fu = 4 kg/cm 2 f c = 2 kg/cm 2 Panjang balok span (span) L = 00 mm = 6,00 m 5. Balok Lift BR=40 =25,5 S=224 Balok Penggantung M =0 H = 565 S=15 S=224 =25,5 =25,5 Balok Penumpu =25,5 BM = 300 BH = 230 BS=178,5 BN=1 BN=1 Gambar 4 Potongan plat lantai atap N=215 N=215 3. Pelat Lantai 1-9 Berdasarkan tabel perencanaan praktis untuk bentang menerus dengan tulangan negatif dengan satu baris penyangga didapatkan data-data sebagai berikut : Bentang (span) = 3 m Tebal pelat beton = 10 cm Tulangan negatif = 1,8 cm 2 /m Dipasang tulangan negatif Ø 10 mm 200 mm Plat Bondek t 0,85 Tulangan Ø10-200 OP=110 Gambar 6 Denah Lift OP=110 Balok Penggantung Lift Digunakan profil WF 3.175.7.11 BJ-41 : fy = 20 kg/cm 2 fu = 4 kg/cm 2 Balok Penumpu Lift Digunakan Profil WF 400.200.8.13 BJ-41 : fy = 20 kg/cm 2 fu = 4 kg/cm 2 Gambar 4 Potongan plat lt. 1-9

5 B. Struktur Utama - Mutu baja : Bj 41 - Mutu beton (fc') : 25 Mpa - Tinggi tipikal lantai : 4 m - Tebal pelat lantai 1-9 : 10 cm - Tebal pelat lantai atap : 10 cm - Profil balok induk : WF 0x200x10x15 - Profil balok anak : WF 300x1x6,5x9 - Profil kolom lantai 1-4 : KC0x200x11x17 - Profil kolom lantai 5-7 : KC0x200x10x15 - Profil kolom lantai 8-10 : KC 4x200x9x14 - Wilayah gempa : WG4 - Kategori tanah : Tanah sedang - Faktor keutamaan (I) : 1,4 Pembebanan gempa secara dinamis menggunakan bantuan program SP 2000 dengan analisa dinamis respons spektrum. Sebelumnya dilakukan permodelan 3D struktur terlebih dahulu, bentuk pemodelan sebagai berikut : dari struktur gedung harus dibatasi dengan nilai ζ dari tabel 8 SNI 03-1726-2002 dan n adalah jumlah lantai gedung yang akan ditinjau, maka kontrol waktu getar alami fundamental (T) menjadi, T < ζ n Untuk WG 4 maka nilai ζ= 0,17 nilai n = 10 tingkat jadi, T = 1,36 detik < 0,17 x 10 T = 1,36 detik < 1,7 detik...(ok) Sehingga, berdasarkan waktu getar alami fundamental struktur gedung masih memenuhi batas kontrol waktu getar alami. Kontrol Gaya Geser Dasar (Base shear) Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat gempa rencana dalam suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang 80% nilai respons ragam yang pertama, sesuai SNI 03-1726-2002 Ps. 7.1.3 dengan nilai waktu getar alami fundamental (T) perkiraan awal dengan rumus empiris sebagai berikut; T= 1,36 detik dari gambar diagram 5.3 didapat nilai C = 0,31 (kondisi tanah sedang) nilai berat total bangunan W t = 7.455.910,44 kg Untuk arah x/y V 1 = CC xx.ii WW 0,31 xx 1,4 RR tt = x 7.455.910,44 kg = 559.193,28 6 kg Setelah dilakukan analisa struktur dengan asumsi-asumsi yang telah dijelaskan diatas, maka didapatkan output untuk nilai gaya geser dasar (base shear) sebagai berikut: V tx = 485.780,89 kg V ty = 474.811,71 kg Maka untuk arah x, V tx > 0,8.V 1x 485.780,89 kg > 0,8 x 559.193,28 kg...(ok) 485.780,89 kg > 447.354,62 kg...(ok) Maka untuk arah y, V ty > 0,8.V ys 474.811,71 kg > 447.354,62 kg...(ok) Gambar 7Permodelan Struktur Kontrol waktu getar alami fundamental (T) T dihitung dengan menggunakan rumus empiris Method dari UBC 1997 section 1630.2.2 dengan tinggi gedung 40 meter. Pada arah X T 1x = C t x (h n ) 3/4 = 0,0853 (40) 3/4 = 1,36 detik Pada arah Y T 1y = C t x (h n ) 3/4 = 0,0853 (40) 3/4 = 1,36 detik Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental (T) Kontrol Partisipasi Massa Sesuai dengan SNI 03-1726-2002 Ps 7.2.1 jumlah ragam vibrasi (jumlah mode shape) yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa (modal participating mass ratio) dalam menghasilkan respons total harus mencapai sekurang-kurangnya 90%.

6 TBLE: Modal Participating Mass Ratios Mode Period UX UY UZ SumUX SumUY SumUZ 1 2,29031 2,55E-06 7,57E-01 2,14E-09 2,5E-06 0,7 2,14E-09 2 2,00804 7,61E-01 3,33E-06 1,37E-09 0,76 0,7 3,51E-09 3 1,77809 2,05E-05 9,72E-04 1,01E-11 0,76 0,75800 3,52E-09 4 1,52429 2,28E-05 1,10E-01 3,65E-09 0,76 0,86800 7,16E-09 5 1,32693 1,09E-01 2,38E-05 1,38E-08 0,800 0,86800 2,09E-08 6 1,14738 4,66E-06 3,77E-04 5,84E-09 0,800 0,86800 2,68E-08 7 0,99116 1,19E-04 4,E-02 4,40E-09 0,800 0,910 3,12E-08 8 0,838 4,E-02 1,19E-04 1,61E-08 0,910 0,910 4,72E-08 9 0,75169 5,53E-06 2,54E-04 4,36E-08 0,910 0,910 9,09E-08 10 0,66172 2,15E-04 3,00E-02 8,56E-05 0,910 0,940 8,57E-05 Dari tabel diatas didapatkan bahwa dalam penjumlahan respons ragam menghasilkan respons total mencapai 91,x% untuk arah X dan 94,5% untuk arah Y. Dengan demikian ketentuan menurut SNI 03-1726-2002 Ps 7.2.1 dapat dipenuhi. Metode Penjumlahan Respons Ragam Menurut SNI 03-1726-2002 Ps 7.2.2 untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang berdekatan yaitu apabila selisih nilainya kurang dari 15%, harus dilakukan dengan metoda Kombinasi Kuadratik Lengkap (CQC). Untuk struktur gedung yang memiliki waktu getar alami yang berjauhan, penjumlahan respons ragam dapat dilakukan dengan metoda kar Jumlah Kuadrat (SRSS). Tabel Selisih Periode ntar Mode yang Berdekatan Mode Selisih % 1 2,2903 0,28227 12,32457 2 2,0080 0,3900 19,4196 3 1,6181 0,8938 55,2380 4 0,7243 0,0974 13,4420 5 0,6269 0,0796 12,6895 6 0,5474 0,0662 12,0963 7 0,4812 0,08 14,7110 8 0,4104 0,0487 11,8637 9 0,3617 0,0445 12,30 10 0,3172 Karena selisih waktu getar alami dominan kurang dari 15% maka metoda penjumlahan ragam respons menggunakan metoda CQC. Simpangan ntar Lantai Simpangan antar lantai dihitung berdasarkan respons simpangan inelastis, maksimum, Δm, dihitung sebagai berikut: Δm = 0,7 R.Δs Dengan R adalah factor modifikasi respons (tabel 12.2-1) Δs adalah respons statis simpangan elastic struktur yang terjadi dititik-titik kritis akibat beban gempa horisontal rencana. Simpangan elastic struktur dihitung menggunakan analisa dinamis. Batasan simpangan antar lantai Simpangan antar lantai yang dihitung berdasarkan persamaan diatas tidak boleh melebihi 2,5% dari jarak lantai untuk struktur dengan waktu getar dasar lebih kecil daripada atau sama dengan 0,7 detik, sedangkan untuk struktur bangunan dengan waktu getar dasar lebih besar daripada 0,7 detik, simpangan antar lantai tidak boleh melebihi 2,0% dari jarak antar lantai, secara singkat batasan simpangan antar lantai dapat dituliskan: T < 0,7 detik, maka Δm < 2,5 xxh T > 0,7 detik, maka Δm < 2,0 xxh Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Ps 8.1.2 simpangan antar tingkat yang dihitung dari simpangan struktur gedung tidak boleh melampaui 0,03 dikalikan tinggi RR antar tingkat atau dibatasi sebesar 30mm diambil nilai yang terkecil.nilai R didapatkan sebesar 6 sehingga batasan simpangan elastis struktur gedung didapat : Untuk h = 4 m : Δs = 0,03. h i = 0,03 x 4.000 = 20 mm RR 6 Nilai simpangan struktur gedung didapat dari hasil running SP 2000 dengan memilih satu titik pada setiap gedung yang direncanakan. Sedangkan nilai simpangan antar tingkat diambil dari selisih nilai simpangan antar gedung yang terjadi. Nilai simpangan gedung yang terjadi dapat dilihat pada tabel : Tabel Simpangan Lantai x (cm) y (cm) 10 13,341 14,229 9 12,771 13,590 8 11,909 12,647 7 10,745 11,387 6 9,3 9,892 5 7,765 8,178 4 5,983 6,276 3 4,145 4,324 2 2,324 2,410 1 0,769 0,791 Setelah didapat nilai simpangan gedung, ditinjau nilai Δs (batas layan) antar tingkat arah X dan arah Y dapat diperoleh pada tabel berikut :

7 rah X Tabel nalisa Δs akibat gempa arah x Lantai drift Δs drift Δs Syarat hx tiap tingkat antar tingkat Drift Ke (m) (cm) (cm) (cm) Keterangan 10 40 13,340 0,90 2 ok 9 36 12,77140 1,89310 2 ok 8 32 11,908 1,80140 2 ok 7 28 10,74510 1,69720 2 ok 6 24 9,320 1,887 2 ok 5 20 7,76480 1,75790 2 ok 4 16 5,98310 1,6 2 ok 3 12 4,14510 1,64790 2 ok 2 8 2,32440 1,80330 2 ok 1 4 0,768 0,67620 2 ok rah Y Tabel nalisa Δs akibat gempa arah y Lantai drift Δs drift Δs Syarat hy tiap tingkat antar tingkat Drift Ke (m) (cm) (cm) (cm) Keterangan 10 40 14,22940 0,63900 2 ok 9 36 13,59040 0,94300 2 ok 8 32 12,64740 1,220 2 ok 7 28 11,38720 1,495 2 ok 6 24 9,891 1,71380 2 ok 5 20 8,17780 1,90210 2 ok 4 16 6,275 1,95130 2 ok 3 12 4,32440 1,91420 2 ok 2 8 2,41020 1,61930 2 ok 1 4 0,79090 0,79090 2 ok Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai simpangan antar tingkat dalam arah X maupun arah Y tidak ada yang melebihi syarat batas yang telah ditentukan. Simpangan ntar Lantai Maksimum Sesuai SNI 1729 Ps 15.4.1 simpangan antar lantai dihitung berdasarkan respons simpangan inelastis maksimum, Δm (batas layan ultimate), dihitung sebagai berikut: Δm = 0,7 R.Δs Dengan batasan simpangan antar lantai: Waktu getar dasar yang terjadi T = 1,36 detik T > 0,7 detik, maka Δm < 2. h Δm < 2,0. 4.000 = 80 mm Nilai simpangan antar tingkat dapat diperoleh pada tabel berikut: rah X Tabel nalisa Δm akibat gempa arah x Lantai drift Δs drift ΔM Syarat hx antar tingkat antar tingkat Drift ΔM Ke (m) (cm) (cm) (cm) Keterangan 10 40 0,90 3,78420 8 ok 9 36 1,89310 7,95102 8 ok 8 32 1,80140 7,56588 8 ok 7 28 1,69720 7,12824 8 ok 6 24 1,887 7,927 8 ok 5 20 1,75790 7,38318 8 ok 4 16 1,6 7,16814 8 ok 3 12 1,64790 6,92118 8 ok 2 8 1,80330 7,57386 8 ok 1 4 0,67620 2,84004 8 ok rah Y Tabel nalisa Δm akibat gempa arah y Lantai drift Δs drift ΔM Syarat hy antar tingkat antar tingkat Drift ΔM Ke (m) (cm) (cm) (cm) 10 40 0,63900 2,68380 8 ok 9 36 0,94300 3,9 8 ok 8 32 1,220 5,29284 8 ok 7 28 1,495 6,28152 8 ok 6 24 1,71380 7,19796 8 ok 5 20 1,90210 7,74916 8 ok 4 16 1,95130 7,949 8 ok 3 12 1,91420 7,79845 8 ok 2 8 1,61930 6,80106 8 ok 1 4 0,79090 3,32178 8 ok Keterangan Dari tabel tersebut dapat dilihat nilai simpangan Δm antar tingkat dalam arah X maupun arah Y tidak ada yang melebihi syarat batas yang telah ditentukan. 1. Perencanaan Balok Induk Balok induk direncanakan dengan profil WF 0x200x10x16. Penghubung geser yang dipakai adalah tipe stud dengan :ds = 16 mm sc = 201,06 mm 2 fu = 410 Mpa Setiap gelombang deck dipasang 1 stud dipasang sejarak 29 cm sebanyak 22 buah. 2. Kolom Komposit Kolom komposit menggunakan profil KC 0.200.11.17 (digunakan pada lantai 1,2,3 dan 4 BJ 41 : fy = 20 kg/cm 2 fu = 4 kg/cm 2 Beton : fc = 25 Mpa = 2 kg/cm 2

8 800 KC 0.200.11.17 Tulangan Longitudinal 4Ø16 Tulangan Geser Ø8-300 Selimut Beton 4cm Cor Beton C. SMBUNGN 1. Sambungan Balok-Kolom 800 Gambar 8 Detail Kolom Komposit Lantai 1-4 KC 0.200.10.16 0 Tulangan Longitudinal 4Ø16 Tulangan Geser Ø8-300 Selimut Beton 4cm Cor Beton 0 Gambar 9 Detail Kolom Komposit Lantai 5-7 6 6 KC 4.200.9.14 Tulangan Longitudinal 4Ø16 Tulangan Geser Ø8-300 Selimut Beton 4cm Cor Beton Gambar 10 Detail Kolom Komposit Lantai 8-10 1 2 3 4 5 6 Gambar 11 Sambungan Balok Kolom yang direncanakan Sambungan antara balok induk (B-5) dengan kolom direncanakan dengan menggunakan baut (rigid connection). Berdasarkan LRFD Pasal 15.9.2.1 tentang persyaratan untuk sambungan balok ke kolom disebutkan bahwa sambungan kaku yang merupakan bagian dari sistem pemikul beban gempa harus mempunyai kuat lentur perlu M u yang besarnya paling tidak sama dengan yang terkecil dari : a) 1,1.R y.m p balok atau gelagar, atau b) Momen terbesar yang dapat disalurkan oleh sistem rangka pada titik tersebut. Mp = Zx. fy = 2096. 20 = 5240000 kgcm Mu = 1,1.1,5. Mp = 1,1.1,5. 5240000 = 86400 kgcm Untuk sambungan kaku, gaya geser terfaktor Vu pada sambungan balok ke kolom harus ditetapkan berdasarkan kombinasi pembebanan 1,2 D + 0,5 L ditambah gaya geser yang berasal dari Mu seperti yang ditentukan pada butir 15.9.2.1(a). Vu = 25647,11kg (kombinasi 1,2 D + 0,5 L) Momen lentur rencana sambungan berdasarkan kemampuan balok. Elemen elemen sambungan : Balok melintang menggunakan profil WF 0.200.10.16

9 Kolom menggunakan profil K 4.200.9.14 Gaya geser terfaktor V pada sambungan kaku harus diambil berdasarkan kombinasi pembebanan 1,2D + 0,5L ditambah gaya geser yang berasal dari Mu diatas (LRFD ps 15.9.2.2), sehingga besarnya : 86400 + 86400 Vu tambah = = 28820 Kg 0 Vu total = 25647,11 Kg + 28820 Kg = 54 467,11 Kg = 23,72 mm nv = Lnv.t = (L n. Ølubang).t = (28 4.2,37).0,8 = 14,82 cm 2 φpn = φ(0,6.fu.nv) = 0,75.0,6.4 Kg/cm 2. 14,82 cm 2 = 27335,52 Kg Karena ada 2 siku, maka ; 2 φpn > Vu 2. 27335,52 > 54467,11 kg 54671,04 kg > 54467,11 kg...ok 300 65 1 65 200 Balok T 456.302.18.34 Baut Ø31mm Baut Ø34mm Dobel Siku 80x80x8 Plat Beton Shear Connector Plat Combidex D. Sambungan pada sayap profil T dengan sayap kolom Direncanakan : Baut Ø 5/4 = 31,75 mm (fu = 82 kg/cm 2 ) b = 7,91 cm 2 Menggunakan Profil T 456.302.18.34 280 35 280 35 Baut Ø22mm Balok Induk WF 0.200.10.16 Potongan WF 0.200.10.16 0 3 8 E. Sambungan pada badan profil T dengan sayap balok Kontrol Kekuatan Baut Pada bidang geser baut tidak ada ulir (r 1 = 0,5) Direncanakan : Baut Ø 11/8 = 34,93 mm (fu = 82 kg/cm 2 ) b = 9,58 cm 2 Plat Rib Gambar 7.2 Sambungan Balok Kolom. Sambungan geser pada badan balok Pada bidang geser baut tidak ada ulir (r 1 = 0,5) Mutu profil BJ41 (fu = 4 Kg/cm 2 ) Baut tipe 325 ; mutu 825 MPa = 7/8 = 22,22 mm fu b = 82 kg/cm 2 g = 3,87 cm 2 Direncanakan memakai : pelat siku 80x80x8 n = 4 buah baut Kuat Geser (φrn) = 0,75. r 1. fu. baut. m = 0,75 x 0,5 x 82 x 9,58 x 1 = 29622,9 kg (menentukan) Kuat Tumpu (φrn) = 0,75. 2,4. db. tp. fu (tebal pelat terkecil dipakai tp = 11 mm) = 0,75 x 2,4 x 3,49 x 1,1 x 5 = 35267,27 kg Jumlah baut yang diperlukan : 2T 2 858,82 n = = = 3,4 ~ sehingga φrn 29622,9 dipasang 4 buah baut pada 2 sisi, sehingga pada 1 sisi menjadi 2 baut. B. Sambungan geser pada sayap kolom Pada bidang geser baut tidak ada ulir (r 1 = 0,5) Mutu profil BJ41 (fu = 4 Kg/cm 2 ) Baut tipe 325, mutu 825 MPa = 7/8 = 22,22 mm fu b = 82 kg/cm 2 g = 3,87 cm 2 Dipasang pada setiap sisi 3 buah baut C. Kontrol siku penyambung fu = 4 Kg/cm 2. Ølubang = 22,22 mm + 1,5 mm (lubang dibuat dengan bor)

10 Sambungan Kolom Kolom Baut Ø22 mm Plat t = 12mm Baut Ø22mm Plat t= 12mm Baut Ø22mm Baut Ø22mm Baut Ø22mm Baut Ø22mm d = cm direncanakan diameter baut : Ø31,75 mm h > we + c 1 we = jarak baut ke tepi = 1,75.db = 1,75.2,86 = 5,6 cm, dipakai 6,5 cm c 1 = jarak minimum untuk kunci = 27/16.db= 5,36 cm, dipakai 6 cm h' > 6,5 + 6 = 12,5 cm h = H 0,5h = 85 0,5. 12,5 = 78,75 cm dimensi beton : panjang = 90 cm lebar = 90 cm fcu = 0,85. f'c. 2 1 = 0,85. 2. (90xx90) (85xx85) = 225 kg/cm 2 Vu 0 0 Kolom Mu VIew 200 Plat t=12mm Plat t=12mm VIew 200 Plat t=12mm Plat t=12mm Tu h a Gambar 12 Detail sambungan kolom kolom Pada Sayap Kolom Dipakai tebal pelat penyambung 12 mm Mutu profil BJ41 (fu = 4 Kg/cm 2 ) Baut tipe 325, mutu 825 Mpa 7/8 = 22,22 mm fu b = 82 kg/cm 2 g = 3,88 cm 2 Pada badan Kolom Mutu profil BJ41 (fu = 4 Kg/cm 2 ) Baut tipe 325, mutu 825 MPa 7/8 = 22,22 mm fu b = 82 kg/cm 2 g = 3,88 cm 2 3. Sambungan Kolom dengan Base Plate Direncanakan B = 85 cm H = 85 cm f c = 25 MPa fy = 2 MPa Vu = 21527,58 kg e = MMMMMM 12.908320,23 = = 27,46 cm > 1/6.H PPPP 466528,1 = 13,33 cm eksentrisitas besar h' d h' H Gambar 7.10 Desain Base Plate ( 2h H) a = h 2 Pu + 2Mu h ϕc fcu' B = 2 466528,1( 2 78,75 85) a 78,75 = 47,06 cm 78,75 + 2 12908320 0,6 225 85 Tu = (0,6. f'cu. B. a) - Pu = (0,6.,225. 90. 47,06) 466528,1 = 105264,88 kg t > 2,108 TTTT.(h wwww ) ; ffff.bb 105264,88 (10 5) > 2,108 20. 80 > 3,63 cm

11 Maka base plate dengan ukuran 85 x 85 cm dengan tp = 3,8 cm dapat digunakan sebagai alas kolom KC0.200.11.27 18mm KC 0.200.11.17 ngker Ø31,8mm Base Plate t=38 mm 182.5 182.5 182.5 182.5 Data Tiang Pancang Kekuatan dan Dimensi Tiang - Dipakai tiang pancang beton pratekan (Prestressed Concrete Pile) dengan bentuk penampang bulat berongga (Round Hollow). - Mutu beton tiang pancang K-0 (concrete cube compressive strength is 0 kg/cm 2 at 28 days). - Tiang pancang yang direncanakan adalah menggunakan alternatif jenis tiang dengan spesifikasi WIK Pile sebagai berikut : Diameter : 400 mm Tebal : 75 mm Type : 3 Luas : 766 cm 2 llowable axial : 117, ton Momen Crack : 6,5 ton 40 25 125 0 65 25 8 900 Gambar 14 Detail Base Plate 120 120 3 KC 0.200.11.17 Selubung Beton Base Plate t = 30mm 38mm ngker Ø 31,8-7 mm 120 120 240 Gambar 16 Susunan Tiang Pada poer Data perancangan poer : Dimensi poer (B x L) = 240 x 3 cm Dimensi kolom = 800 800 mm tiang pancang group = 6 buah Diameter tulangan = 25 mm Selimut beton = mm Tebal poer = cm Tinggi effektif balok poer : dx = 0 (½ 25) = 637,5 mm dy = 0 25 (½ 25) = 612,5 mm f c = 25 Mpa = 2 Kg/cm 2 Gambar 15 Detail Base Plate

12 1 2 3 4 5 6 30.00 6Ø22 D 0 Ø10-200 C B 18.00 120 120 3 3 Gambar 20 Penulangan Sloof PNCNG Ø40cm-800cm 120 240 Gambar 17 Denah Pondasi B 03 Ø19-200 Ø25-200 Ø19-120 Ø25-120 Ø19-200 3 240 POTONGN - Skala 1 : 02 Ø25-200 Ø19-120 Ø25-120 240 DENH PENULNGN POER Skala 1 : 3 POTONGN B-B Skala 1 : Gambar 18 Penulangan Poer 1 2 3 4 5 6 30.00 D C 18.00 B POER 240X3 SLOOF 35X Gambar 19 Denah Sloof