Bab Satu. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
Bab Tiga. Analisa Masalah

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Era Kebebasan Berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

Situasi Global dan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dukungan riset yang memadai. Banyak hal yang harus dihadapi terutama masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KEKERASAN BERBASIS GENDER: BENTUK KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Khoirul Ihwanudin 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perubahan teknologi yang sangat pesat, memaksa manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara merupakan sebuah kesatuan wilayah dari unsur-unsur negara, 1 yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. merek dagang yang dikomunikasikan melalui media. Pesan - pesan iklan pada

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Eros Rosinah, 2013 Gerakan Donghak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang bertujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game

BAB I PENDAHULUAN. amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di

BAB I KAMPANYE NILAI PENGORBANAN BANDUNG LAUTAN API. Dzulfikri Abdul Jabbar

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. dan wanita yang dianggap masih lemah baik secara fisik maupun batin.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. berpacaran Kekerasan dalam Berpacaran (KDP) atau Dating Violence. Banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Solidaritas sebagai Strategi Survival Anak Jalanan Studi Kasus di Lempuyangan Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA TEORI. dilarang. 1 Teori labeling memiliki dua proposisi, pertama, perilaku menyimpang bukan

Rancangan Undang-undang Perlindungan..Nurjannah S 116

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Discrimination and Equality of Employment

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial sehingga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

Analisa Media Edisi Juni 2013

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat dipertanggung jawabkan. agar auditor dapat memberikan jaminan mutlak (absolute assurance) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dunia meningkat sangat pesat, ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Adanya variasi bahasa dapat dilihat dalam kehidupan sehari hari. Dalam

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

Agenda Besar Memperkuat Keluarga Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan sebutan (misalnya bodoh, tidak berguna, jelek) (Chang et al, 2008). Noh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hubungan antara manusia satu dengan yang lain sering kali

PENDAHULUAN BAB 1. A. Latar belakang

Perdagangan dan Eksploitasi Manusia di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat, terlebih di masyarakat perkotaan. Fenomena waria merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Bab Satu Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia untuk melakukan suatu usaha tidak luput dari kehidupan bersosial mereka sendiri. Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain. Mobilitas manusia pun kian hari makin cepat, dan untuk komunitas terkecil yaitu keluarga, dengan kesibukan mereka sehari-hari maka mereka pun membutuhkan orang yang berperan untuk membantu pekerjaan sehari-hari mereka itu dalam mengurus pekerjaan dalam lingkungan terkecil yaitu seorang yang menawarkan jasanya dalam membantu pekerjaan rumah. Pembantu rumah tangga (PRT) nampaknya memang telah menjadi bagian dari budaya dan kehidupan masyarakat di Indonesia sejak berabad-abad yang silam. Pembantu rumah tangga menjadi salah satu bagian dari proses perkembangan masyarakat yang sukar dipastikan kapan fenomenanya bermula. Secara historis fenomena ini sulit ditelusuri mengingat profesi ini memiliki karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan fenomena pekerjaan domestik pada masa lampau. Dalam sejarah masyarakat, dikenal istilah budak, abdi, batur, bedinde, yang memiliki kesamaan karakteristik yaitu seseorang yang melakukan pekerjaan di wilayah domestik, namun ada pula perbedaan eksistensinya karena masing-masing memiliki latar belakang historisnya sendiri-sendiri. Budak misalnya merupakan istilah yang menggambarkan kelas sosial rendah yang munculnya terkait dengan sejarah peperangan atau penaklukan suatu wilayah tertentu. Lalu abdi muncul pada masa kerajaan. Di kerajaan Jawa dikenal istilah abdi dalem. Pada masa ini juga telah terjadi pembagian kerja yang tercipta karena adanya profesionalisme kerja sesuai dengan peran dan tugas yang harus dilakukan oleh abdi tersebut. Salah satu pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan kerumahtanggaan seperti PRT dengan sebutan rewang, atau mbok emban. Sedangkan istilah batur atau bedinde dalam bahasa Inggris disamaartikan dengan maid yang dikenal bersamaan dengan masuknya budaya kolonial. Di masa sekarang keberadaan seorang pembantu terutama pembantu perempuan dalam sebuah keluarga bukan hanya membantu tetapi mereka murni menawarkan jasanya untuk melakukan pekerjaan di rumah pengguna jasa. Dalam perkembangan selanjutnya, di banyak wilayah dimana pembantu rumah tangga tersebut sebagian besar berasal dari pedesaan, lapangan kerja menjadi semakin terbatas sehingga mereka mencari kerja pada wilayah yang lebih jauh lagi. Mereka mulai bekerja di kotakota besar, mereka kemudian bekerja pada keluarga yang tidak mereka kenal sebelumnya. Hubungan yang semula bersifat kekerabatan menjadi memudar dan 2

mungkin juga menjadi hilang, hubungan yang kemudian terjadi adalah hubungan antara majikan dan orang upahan. Akhirnya, pekerjaan PRT telah mengikuti pola hukum ekonomi antara permintaan penawaran dan telah memasuki pola hubungan kerja antara majikan pekerja. Namun, sayangnya pola hubungan kerja tidak berjalan dengan baik dan adil. PRT khususnya pembantu perempuan selalu ada pada posisi lemah, tidak ada kontrak kerja yang jelas, uraian pekerjaan yang jelas, jaminan sosial, dsb. Hubungan kerja ini sangat tergantung pada perilaku individu masing-masing majikan. Artinya, seorang PRT akan mendapatkan perlakuan baik bila majikannya baik, sedangkan PRT akan mendapatkan perlakuan buruk jika majikannya memiliki tabiat yang buruk. 1.2 Identifikasi Masalah / Pembatasan Masalah Perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh majikan kepada PRT berupa kekerasan fisik yang menjadi titik berat permasalahan ini dimana masalah ini banyak sekali mengundang perhatian dari berbagai kalangan yang ada, biasanya bermula dari ego yang melahirkan suatu faktor yang menjadikan ketidakpuasan majikan terhadap hasil pekerjaan PRT, yang kemudian lahirlah penyimpangan itu. Penyimpangan itu biasanya terjadi di wilayah yang mobilitas penduduknya tinggi sehingga angka kebutuhan akan ego majikan pun tinggi, yakni kota-kota besar yang ada di Indonesia Meninjau gambaran di atas, maka perlu dibatasi permasalahannya yakni bagaimana meyakinkan si majikan yang melakukan kekerasan fisik terhadap pembantu rumah tangga (PRT), tentang penyadaran pentingnya norma yang berlaku dan Hak asasi manusia. Penelitian dibatasi di Bandung dan Jakarta sebagai perwakilan kota-kota besar yang ada di Indonesia. Diharapkan penelitian dan sample-sample yang diambil dari kedua kota ini dapat cukup mewakili kota-kota yang lainnya. 1.3 Maksud dan Tujuan Karena tingkat kekerasan terhadap PRT di kota besar tinggi, untuk itu perlu adanya kampanye sosial anti kekerasan terhadap PRT. Penelitian ini dibuat dengan maksud mensosialisasikan bahwa kekerasan terhadap pembantu itu merupakan suatu pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan kurang sadarnya majikan tentang norma dan nilai sosial di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengubah perilaku majikan yang melakukan kekerasan baik itu fisik, psikis, seksual menjadi sadar dan bertanggung jawab atas 3

perilakunya. Dengan ini dapat mengurangi tingkat kekerasan terhadap pembantu rumah tangga, dan mengurangi tingkat kriminalitas. 1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Metode pencarian data yang digunakan untuk pembuatan kampanye ini dilakukan dengan metoda survey, yaitu Studi literatur serta Wawancara. Studi literatur dilakukan dengan penelaahan dari buku-buku literatur, majalah, internet. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait diantaranya pembantu, majikan, Psikolog dan sumber lain yang dianggap kompeten terhadap masalah ini. Kemudian data diuraikan untuk membantu memberikan gambaran mengenai sikap, pandangan target, dan masyarakat mengenai masalah ini, yang kemudian diolah dan dijadikan suatu pesan melalui konsep serta strategi kampanye baik secara komunikasi visual maupun verbal sehingga dapat menghasilkan komunikasi kampanye yang persuasif, tepat dan efektif. 4

1.5 Kerangka Pemikiran MAJIKAN INTERAKSI PRT TINDAKAN YANG WAJAR / NORMAL HASIL INTERAKSI STOP TINDAKAN YANG TIDAK WAJAR / MENJURUS KEPADA KEKERASAN PENDUKUNG - majikan memiliki uang - Intelektualitas PRT yang rendah - Faham feodalisme yang cukup kuat - PRT memiliki posisi yang lemah - majikan memiliki perilaku yang buruk - kurangnya sosialisasi diri si majikan KEKERASAN FISIK (Menendang, memukul, menyundut) KEKERASAN PSIKIS (Menghina, mengancam, merendahkan) KEKERASAN SEKSUAL (Pelecahan seksual, pemaksaan hubungan seksual) KEKERASAN EKONOMI (Tidak membajar upah/gaji) KAMPANYE ANTI KEKERASAN TERHADAP PRT UJI SOSIALISASI/ KAMPANYE Pengguna jasa PRT sadar akan hukum, norma, HAM, dan lebih bersosialisasi diri STOP 5