BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh guru adalah bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif (PDTO) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di tingkat dasar dan menengah. IPS tidak hanya mendengarkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang mempunyai peran sangat besar dalam kehidupan sehari-hari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

I. PENDAHULUAN. proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas murid, guru, pegawai serta sarana dan prasarana sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. membaca,menyimak,menulis dan berbiacara.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Istikomah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Mekanik merupakan salah satu mata pelajaran yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

Abas. Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan, dan upaya lain yang dilakukan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sasaran utama pendidikan di SD adalah memberikan bekal secara maksimal tiga kemampuan dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Astuti Alawiyah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. matematika di sekolah adalah berpikir kritis. Menurut Cockroft (dalam Uno

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya termasuk gejala-gejala alam yang ada. Ruang lingkup pembelajarannya sangat luas dan berkaitan dengan kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia perlu mempelajari tentang alam agar terpelihara dan terjaga keseimbangaanya. Pembelajaran mengenai IPA dilakukan di berbagai jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah. Pendidikan kejuruan (vocational education) menekankan pada sistem pembelajaran yang menggabungkan teori dan praktik secara seimbang dan berorientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Fakta menunjukkan ada kecendrungan sewaktu memasuki dunia kerja, lulusan SMK mengalami kesulitan untuk meningkatkan keterampilan individu (individual skill), sehingga keluwesan tenaga kerja lulusan SMK masih lemah dalam menyikapi dinamika dunia kerja. Oleh sebab itu, SMK sebagai subsistem lembaga pendidikan perlu upaya penguatan dalam pemberian mata pelajaran adaptif terutama IPA kepada siswanya.

2 Pemberian mata pelajaran IPA menurut Supriadi dan Sutrisno (2007:1) bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutunya sekaligus manusia kerja. Untuk itu, melalui pemberian mata pelajaran IPA, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran pada siswa SMK setelah lulus. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran wajib dan berhubungan dengan bagaimana memahami alam secara sistematis melalui proses penemuan dan bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep atau prinsip-prinsip saja. Dengan mempelajari IPA, siswa dapat mengembangkan semua keterampilan yang mereka miliki secara sistematis, jujur dan disiplin. Oleh sebab itu, siswa sebagai calon generasi penerus, harus dibekali pengetahuan tersebut melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Watts dan Pope dalam Suparno (1997:66) menyatakan bahwa guru menyediakan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengekspresikan ide ilmiah mereka. Menyediakan sarana yang merangsang siswa berfikir secara produktif dan menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa, tentunya akan memberikan kesempatan siswa untuk beraktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sardiman (2003:98) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam proses pembelajaran kedua aktivitas tersebut selalu

3 berkaitan sehingga membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Adanya aktivitas belajar yang baik tentunya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Syah (2003: 195), prestasi belajar adalah penilaian tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam program. Artinya prestasi belajar adalah penilaian guru terhadap hasil belajar siswa, yang menggambarkan penguasaan siswa atas materi pelajaran atau perilaku yang relatif menetap sesuai tujuan pembelajaran sebagai akibat adanya proses belajar yang dialami siswa. Dalam proses belajar inilah siswa harus beraktivitas, sehingga jika aktivitasnya baik maka akan baik pula prestasi belajarnya. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran IPA di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) I Tulang Bawang Tengah kelas X, diketahui bahwa proses pembelajaran yang terjadi masih kurang maksimal dan kurang memadai, antara lain karena pelaksanaannya kurang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dimana proses pembelajaran masih cenderung menggunakan model yang kurang bervariasi. Penerapan metode pembelajaran yang kurang bervariasi yakni antara lain masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa memiliki kecenderungan bersifat pasif. Pembelajaran yang diterapkan kurang dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dan langsung mendapatkan pengalaman belajar. Pembelajarannya kurang diminati siswa dengan penyajian yang monoton, baik dari segi metode maupun media pembelajaran, suasana kelas yang pasif dengan tidak banyaknya siswa yang mau bertanya dalam proses pembelajaran, siswa kurang berani mengemukakan gagasan dalam kegiatan belajar, kurang peduli di kelas dengan

4 kurang antusiasnya mengikuti pelajaran dan lebih banyak yang ribut sehingga suasana kelas yang tidak bergairah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA dengan tidak adanya penghargaan (reward) dari guru. Kurang maksimalnya perolehan prestasi belajar IPA siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Nilai Rata-rata IPA Hasil Ujian Akhir Semester 2 Kelas X SMK Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun 2009/2010 No Kelas (X) Nilai Rata-rata 1. Agribisnis Tanaman Pangan (ATP) 59,2 2. Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura(ATPH) 55,3 3. Teknik Kendaraan Ringan 1 (TKR 1) 62,0 4. Teknik Kendaraan Ringan 2 (TKR 2) 61,0 5. Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ 1) 59,4 6. Teknik Komputer dan Jaringan 2 (TKJ 2) 58,7 7. Agribisnis Ternak Unggas (ATU) 55,0 8. Agribisnis Perikanan (AP) 61,2 Sumber: Guru IPA Kelas Kelas X SMKN 1 Tulang Bawang Tengah Tahun 2009/2010 Berdasarkan pengamatan tabel di atas, nilai pembelajaran IPA pada Ujian Akhir Semester dua tahun pelajaran 2009/2010, rata-rata prestasi belajar siswa yang dinyatakan tuntas belajar dengan memperoleh nilai 60 yang ditetapkan di SMKN I Tulang bawang tengah yaitu hanya 58 %. Hal ini belum mencapai kriteria keberhasilan proses pembelajaran yang ditetapkan di SMKN I Tulang Bawang Tengah adalah 75 % yaitu setelah dilakukan remedial. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA, diketahui bahwa metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi kelompok. Karakteristik siswanya yang kurang berperan aktif dalam setiap pembelajaran sehingga lebih banyak aktivitas guru dibanding siswanya dan adanya kemampuan akademik siswa yang bervariasi dalam satu kelas. Karakteristik siswa yang kurang

5 aktif tersebut menyebabkan tidak tercapainya ketuntasan belajar karena rendahnya nilai prestasi siswa. Berdasarkan hasil uraian di atas, peneliti menduga bahwa metode ceramah kurang tepat apabila diterapkan di SMKN 1 Tulang Bawang Tengah karena dengan metode tersebut, siswa cenderung hanya mendengar dan memperhatikan guru tanpa turut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian, dalam diskusi kelompok yang ikut berperan aktif hanyalah siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan akademik rendah hanya bersikap pasif dan cenderung mengandalkan teman. Apabila guru mengajukan pertanyaan hanya sedikit siswa yang menjawab, dan bila guru memberikan kesempatan untuk bertanya maka sedikit pula yang mengajukan pertanyaan. Hal ini mengakibatkan kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran karena kurangnya interaksi guru dengan siswa. Kegiatan pembelajaran memuat interaksi di antara sesama siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Oleh karena itu, suasana kelas perlu direncanakan dan di bangun sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi serta bekerja sama satu dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran IPA, perlu ditumbuhkan sikap kerjasama. Kerjasama tersebut dibutuhkan untuk mempermudah memecahkan permasalahan dalam berfikir, menemukan konsep, teori, dan pengamatan dalam pembelajaran. Reigeluth dan Merrill dalam Miarso Yusufhadi (2007:529) berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat preskiptif, yaitu teori yang memberikan resep untuk mengatasi masalah belajar.

6 Teori pembelajaran yang preskiptif itu harus memerhatikan tiga variabel, yaitu variabel kondisi, metode, dan hasil. Berdasarkan kerangka teori itu setiap metode pembelajaran harus mengandung rumusan pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaaan kegiatan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran IPA di SMKN I Tulang Bawang Tengah adalah menerapkan strategi pembelajaran yang mampu memberikan fasilitas kepada siswa untuk saling bekerjasama. Lie (2002:12) menyebutkan bahwa sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem Pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Berdasarkan perkembangannya, pembelajaran kooperatif terbagi dalam beberapa tipe. Salah satunya adalah Teams Games Tournament (TGT). Menurut Slavin (2005: 163) secara umum TGT sama saja dengan STAD yang membedakannya adalah TGT menggunakan turnamen akademik dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu. Setiap siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok sehingga siswa memiliki kesempatan untuk bertukar pikiran dan akhir dari setiap materi pokok akan diadakan suatu turnamen atau perlombaan kelompok. Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi ataupun rendah semuanya akan berperan aktif untuk menyumbangkan nilai

7 kepada kelompoknya. Artinya tipe ini sangat cocok diterapkan di dalam kelas yang terdiri atas siswa yang memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda. Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa belajar dalam kelompok sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk bertukar pikiran dengan teman sekelompoknya yang mengakibatkan proses pembelajaran lebih menarik dan siswa lebih dapat memahami materi yang diberikan. Selain itu, karakteristik siswa yang kurang aktif dan yang memiliki kemampuan akademik bervariasi dalam kelas memungkinkan diterapkanya pembelajaran kooperatif tipe TGT karena adanya peran guru sebagai fasilitator dan adanya kegiatan turnamen dapat meningkatkan aktivitas siswa dan akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran ini memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Apabila diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar tersebut akan menambah keingintahuan siswa untuk menambah pengetahuanya sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang menjadi tujuan dapat meningkat.

8 Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis melakukan penelitian tindakan dengan judul Peningkatan Prestasi Belajar IPA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Tulang Bawang Tengah. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat disimpulkan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut. 1.2.1 Rencana pelaksanaan pembelajaran IPA yang dibuat guru belum tepat untuk pembelajaran IPA. 1.2.2 Pelaksanaan pembelajaran IPA belum baik sehingga jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif belum mencapai 75%. 1.2.3 Proses evaluasi yang digunakan belum optimal. 1.2.4 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas belajar belum mencapai 75%. 1.2.5 Guru mata pelajaran IPA belum menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe TGT. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi msalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada : 1.3.1 rencana pelaksanaan pembelajaran IPA yang dibuat guru belum tepat untuk pembelajaran IPA. 1.3.2 pelaksanaan pembelajaran IPA belum baik sehingga jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif belum mencapai 75%.

9 1.3.3 proses evaluasi yang digunakan belum optimal. 1.3.4 jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas belajar belum. mencapai 75%. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1.4.1 Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT? 1.4.2 Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA melalui pembelajaran Kooperatif tipe TGT? 1.4.3 Bagaimanakah sistem evaluasi pembelajaran IPA melalui pembelajaran Kooperatif tipe TGT? 1.4.4 Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPA siswa melalui pembelajaran Kooperatif tipe TGT? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1.5.1 perencanaan pembelajaran IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. 1.5.2 proses pelaksanaan IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. 1.5.3 sistem evaluasi pembelajaran mata pelajaran IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT. 1.5.4 peningkatan prestasi belajar IPA siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TGT.

10 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat secara Teoritis Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Teknologi Pendidikan dalam kawasan desain pembelajaran khususnya kawasan strategi pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT. 1.6.2 Manfaat secara Praktis 1. Bagi siswa a) meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas, b) membantu menumbuhkan keberanian, mengurangi rasa malu siswa dalam pelajaran IPA, c) meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. 2. Bagi Guru a) meningkatkan kemampuan guru dalam merancang, melaksanakan dan megevaluasi proses pembelajaran agar diperoleh hasil yang objektif dan optimal, b) upaya memperbaiki pembelajaran IPA, untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. 3. Bagi Peneliti Peneliti dapat memperoleh pengalaman secara langsung dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. Penelitian ini juga

11 bermanfaat untuk meningkatkan profesionalisme peneliti dan dapat dijadikan bahan rujukan penelitian lebih lanjut pada waktu mendatang. 4. Bagi Sekolah Bagi sekolah diharapkan dapat bermanfaat bagi output (lulusan) yang dihasilkan, sehingga menjadi lebih bermutu dan diharapkan dapat mendorong terjadinya inovasi pembelajaran bagi kemajuan sekolah sehingga meningkatkan kualitas sekolah yang berdayaguna dan berhasilguna.