Perkembangan Kapasitas Vital Paru Anak Usia 6-12 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

I. PENDAHULUAN. medali pada sejumlah kegiatan perlombaan seperti Sea Games, Asean Games,

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

EFEK TEKANAN UDARA TERHADAP FISIOLOGI TUBUH. Oleh: All Satya Graha Dosen Ju^usan Pendidikan Kesehatan dan Rekrcasi FIK

Jurnal Siliwangi Vol.3. No.1, 2017 ISSN Seri Pendidikan

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE ASTRAND MODIFIKASI IWAN BUDIMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN NILAI TOTAL LUNG CAPACITY, PEAK EXPIRATORY FLOW DAN EXPIRATORY RESERVE VOLUME ANTAR CABANG OLAHRAGA PADA ATLET USIA 6-12 TAHUN

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA MAHASISWA KELAS D ANGKATAN 2014 JURUSAN PENJASKESREK UNP KEDIRI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kurnia Eka Wijayanti

Universitas Lampung. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

PERBANDINGAN FORCE VITAL CAPACITY (FVC) PERENANG DAN BUKAN PERENANG PADA ANAK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA DENPASAR, BALI

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

FAAL PERNAPASAN. Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

INTISARI. Kata kunci: tekanan darah, dataran tinggi, dataran rendah.

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernapasan merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia. 17 Sistem

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

Sistem Pernapasan - 2

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG

PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI DENGAN SEPAK TAKRAW DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyokong hidupnya. Sistem pernapasan terutama paru merupakan

PENGARUH PELATIHAN YOGA ASANA (SURYANAMASKAR) TERHADAP KELENTUKAN DAN KAPASITAS VITAL PARU

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009

EFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER FUTSAL DAN EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DI SMA NEGERI Se-KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON,

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2 : Hal , Desember 2015 PELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR GERAK. Komang Ayu Tri Widhiyanti, S.Or., M.Fis.

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

ABSTRAK PENGARUH PELATIHAN SEDERHANA OTOT-OTOT PERNAPASAN TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PEREMPUAN USIA MUDA NON-ATLET

ABSTRAK PERBANDINGAN PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU ANTARA PEROKOK DAN NON PEROKOK SETELAH LATIHAN FISIK AEROBIK

ABSTRAK HUBUNGAN LINGKAR DADA TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA NORMAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA MAHASISWA KELAS D ANGKATAN 2014 JURUSAN PENJASKESREK UNP KEDIRI TAHUN 2015

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB I PENDAHULUAN. Organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN LUAS PERMUKAAN TUBUH TERHADAP KAPASITAS VITAL PARU PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TREADMILL METODE BRUCE DAN TES BANGKU METODE TINGGI TETAP 25 CM

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi

Korelasi antara Kadar Partikel Udara dengan Kapasitas Vital Paru pada Petugas Parkir di Universitas Kristen Maranatha

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

Kata Kunci: Kadar Lemak, Status Gizi, Kapasitas Vital Paru, Kesegaran Jasmani.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Strata-1 Kedokteran Umum

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

Sistem Pernafasan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU DENGAN DAYA TAHAN CARDIORESPIRATORY PADA CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

Anatomi & Fisiologi Sistem Respirasi II Pertemuan 7 Trisia Lusiana Amir, S. Pd., M. Biomed PRODI MIK FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP MATAKULIAH PERKEMBANGAN MOTORIK

Jurnal Kesehatan Olahraga Volume 03 Nomor 03 Edisi Juni 2015,

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KAPASITAS VITAL PARU DENGAN KARDIORESPIRASI PEMAIN FUTSAL YANG MENGIKUTI LATIHAN FISIK DAN TAKTIK DI CLUBFUTSALTIFOSI YOGYAKARTA.

PERANAN OLAHRAGA TERHADAP KAPASITAS KARDIORESPIRASI. Lismadiana

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh. Setiap tiga sampai lima detik sinyal - sinyal saraf merangsang proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

DAMPAK ADAPTASI LINGKUNGAN TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN JENIS KELAMIN TERHADAP KAPASITAS VITAL PADA PRIA DAN WANITA DEWASA NORMAL

DAMPAK ADAPTASI LINGKUNGAN TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan lama sebesar 37%, perdarahan berlebihan sebesar

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE FITRI DAMAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB II KAJIAN TEORITIS

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

Tomi Sutanto, 2007 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

SILABUS MATA KULIAH 1. Standar kompetensi 2. Kompetensi dasar 3. Deskripsi mata ajar 4. Kegiatan Pembelajaran

Transkripsi:

Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia Volume 2. Edisi 1. Juli 2012. ISSN: 2088-6802 Artikel Penelitian http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki Perkembangan Kapasitas Vital Paru Anak Usia 6-12 Tahun I Nyoman Sudarmada* Diterima: Mei 2012. Disetujui: Juni 2012. Dipublikasikan: Juli 2012 Universitas Negeri Semarang 2012 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan kapasitas vital paru anak usia 6-12 tahun yang tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Bali. Penelitian ini merupakan penelitian perkembangan dengan pendekatan cross sectional. Subyek penelitian yang digunakan untuk dataran tinggi adalah siswa SD di Kecamatan Kintamani dengan jumlah 282 orang dan untuk dataran rendah adalah siswa SD di Kecamatan Kubu dengan jumlah 492 orang. Kapasitas vital paru diukur dengan spirometer dalam satuan mililiter. Pengukuran kapasitas vital paru dilakukan pada seluruh subyek penelitian untuk masing-masing wilayah penelitian. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan terdapat perkembangan kapasitas vital paru pada anak usia 6-12 tahun baik yang tinggal di dataran tinggi maupun di dataran rendah di Provinsi Bali. Kecepatan pertumbuhan untuk masing-masing tingkatan umur berbeda-beda untuk kedua wilayah penelitian. Simpulan dari penelitian ini nilai rata-rata kapasitas paru anak yang tinggal di dataran tinggi lebih besar daripada anak yang tinggal di dataran rendah untuk masing-masing tingkatan umur. Kata Kunci: kapasitas vital paru; ketinggian wilayah; Provinsi Bali Abstract The purpose of this study was to determine the development of lung vital capacity of children aged 6-12 years who live in the highlands and lowlands in the province of Bali. This research is the developmental research with a cross-sectional approach. The study subjects were used for the highlands are elementary students in the district of Kintamani with a number of 282 people and for the lowlands are elementary students in Kubu district by the number of 492 people. Lung vital capacity was measured with a spirometer in units of milliliters. Measurement of lung vital capacity performed on all subjects for each study area. The data were analyzed descriptive quantitatively. The results show there are development of vital lung capacity in children aged 6-12 years living both in the highlands and in the lowlands in the province of Bali. Growth rate for each age levels are different for both study areas. The conclusion of this study : the average lung capacity of children living in the highlands is greater than children who live in the lowlands for each age level.. Keywords: lung vital capacity; altitude; Bali Province * Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha PENDAHULUAN Pembinaan olahraga harus dimulai sejak usia dini, dengan melakukan pemantauan bakat (talent identification) sehingga potensi olahraga yang dikembangkan sesuai dengan potensi yang dimiliki. Setiap orang bisa menjadi atlet, namun tidak semua dapat meraih performa tertinggi dalam cabang yang digelutinya. Hanya orang-orang yang memiliki talenta dan bakat di cabang olahraga tersebut yang dapat menampilkan performa tertinggi pada cabang olahraga yang bersangkutan. Metode pemantauan bakat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan seleksi alami (natural selection) dan seleksi ilmiah (scientific selection) (Bompa, 1994). Tujuan utama mengidentifikasi bakat olahraga adalah untuk memilih calon atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi untuk cabang olahraga tertentu. Mengingat pentingnya bakat dalam olahraga, maka di samping diperlukan pemanduan bakat (talent scouting) sebagai salah satu tahapan yang harus dilalui, maka bakat tersebut juga harus dikembangkan (talent development) dalam siklus pembinaan olahraga jangka panjang secara berkelanjutan. Identifikasi bakat olahraga dapat dilakukan pada usia muda, ketika individu mulai menunjukan kecenderungan perubahan pada komposisi dan kapasitas fisiknya. Sugianto (1998) menjelaskan kecenderungan pertumbuhan tipe tubuh seseorang mulai dapat dilihat pada periode anak besar yaitu usia 6-12 tahun. Pada usia ini, perkembangan kemampuan fisik tampak jelas dengan adanya perkembangan yang pesat pada kekuatan, fleksibilitas dan keseimbangan. Peningkatan kekuatan, keseimbangan dan fleksibilitas pada anak besar berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan gerak anak yang semakin baik. Perkembangan karakteristik fisik dan gerak yang ditunjukan oleh anak usia

38 6-12 tahun menunjukan bahwa identifikasi bakat olahraga mulai dapat dilakuakan pada periode ini. Lingkungan tempat tinggal memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan karakteristik dan kemampuan fisik individu. Pola adaptasi terhadap lingkungan yang terjadi selama bertahun-tahun dalam beberapa periode ketururnan akan dapat mengakibatkan perubahan pola adaptasi genetis. Hal ini yang memungkinkan terjadinya perbedaan penampilan fisik yang dimiliki oleh individu yang berasal dari suku yang sama namun telah menetap terpisah selama masa yang panjang di lingkungan dengan karakteristik yang berbeda. Ukuran populasi sosial juga memberi pengaruh terhadap penampilan fisik/performa seseorang dalam penampilan olahraga (Baker at al,2009). Dalam pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik, faktor lingkungan menjadi sangat penting. Cuaca, musim, dan ketinggian tempat tinggal merupakan beberapa karakteristik lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi pola pertumbuhan fisik (Haywood, 1986). Seorang anak yang lahir dengan fungsi fisiologis tertentu akan mengalami adaptasi dengan kondisi lingkungannya sepanjang proses pertumbuhan dan perkembangannya. Ketinggian tempat tinggal sebagai faktor geografis yang berhubungan dengan sifat iklim berpengaruh terhadap bentuk tubuh. Ada kecenderungan orang-orang yang tinggal di dataran tinggi memiliki lingkaran dada dan paru-paru yang lebih besar dari pada orang-orang yang tinggal di dataran rendah (Sugiyanto, 1998). Ketinggian tempat memiliki hubungan yang erat dengan tekanan parsial oksigen (PO 2 ) di udara. Pada daerah dataran tinggi tekanan parsial O 2 di udara lebih rendah dibandingkan di dataran rendah, hal ini berpengaruh terhadap kemampuan difusi oksigen dari udara ke alveolus paru. Dengan PO 2 di udara lebih rendah, difusi oksigen ke alveolus menjadi lebih sulit. Individu yang lahir dan tinggal di dataran tinggi mengadakan adaptasi dengan memperbesar ukuran lingkar dada dan paru-paru. Selain itu adaptasi yang terjadi terhadap ketinggian tempat (aklimasi) diantaranya peningkatan jumlah sel darah merah dan konsentrasi hemoglobin, eliminasi ion bikarbonat dari urin dan perubahan jaringan tubuh (Foss dan Keteyian, 1998). Perubahan jaringan tubuh kemungkinan besar berpengaruh terhadap ukuran antropometrik Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia (2012) 2: 37-41 dari individu. Salah satu kapasitas fisik yang sangat dipengaruhi oleh ukuran antropometri tubuh dan kemampuan adaptasi tubuh terhadap lingkungan adalah kapasitas vital paru. Kapasitas vital paru merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan pada saat ekspirasi yang kuat setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital paru dapat dijadikan salah satu indikasi untuk menakar kemampuan sistem paru dan pernafasan dalam mensuplai oksigen untuk menunjang aktifitas gerak fisik. Kapasitas vital paru memiliki korelasi positif dengan kemampuan fisik seorang atlet. Perbedaan tekanan parsial oksigen antara dataran tinggi dan dataran rendah memiliki pengaruh langsung terhadap adaptasi sistem kardiorespirasi dalam upaya memenuhi kebutuhan oksigen jaringan tubuh. Tekanan parsial oksigen yang rendah memaksa sistem respirasi untuk bekerja lebih keras dalam upaya memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Tekanan oksigen yang rendah mengharuskan sistem respirasi menghirup udara lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Upaya sistem respirasi tersebut memungkinkan terjadinya adaptasi kapasitas vital paru terhadap tekanan parsial oksigen yang rendah. Menilik prestasi olahraga Indonesia yang belum dapat beranjak dari ketertinggalan, salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah belum optimalnya pembinaan potensi olahraga di daerah. Provinsi Bali merupakan salah satu daerah yang belum mampu bersaing di kancah olahraga nasional. Hal ini juga tidak dapat dilepaskan dari kelemahan pembinaan olahraga di masing-masing pengurus daerah di kabupaten. Pengembangan olahraga di Kabupaten/Kota di bali masih didasarkan pada kesenangan pengurus semata tanpa melihat potensi yang ada di wilayahnya masing-masing. METODE Penelitian ini merupakan penelitian perkembangan dengan menggunakan pendekatan silang. Subyek yang digunakan berasal dari 2 wilayah yang berbeda, yaitu daerah dataran tinggi (Kecamatan Kintamani) dan daerah dataran rendah (Kecamatan Kubu) dengan rentang usia 6-12 tahun pada saat pengumpulan data dilakukan. Subyek penelitian diambil dari 3 SD dari masingmasing wilayah penelitian. Pengukuran kapasitas vital paru

I Nyoman Sudarmada - Perkembangan Kapasitas Vital Paru Anak Usia 6-12 Tahun Ditinjau dari Ketinggian Wilayah... 39 Tabel 1. Perkembangan Kapasitas Vital Paru anak umur 6-12 tahun menurut dari ketinggian wilayah di Provinsi Bali Kapasitas vital paru (mililiter) UMUR 6 th 7 th 8 th 9 th 10 th 11 th 12 th Dataran tinggi 792,3 820,9 1012 1106,4 1329,3 1389,8 1591,7 Dataran Rendah 781,8 809,4 948,4 987,1 1041,8 1175,5 1332,8 Gambar 1. Grafik perkembangan kapasitas vital paru anak umur 6-12 tahun ditinjau dari ketinggian wilayah di Provinsi Bali dilakukan dengan menggunakan spirometer dalam satuan mililiter. Pengukuran dilakukan terhadap seluruh siswa dari sekolah tempat pelaksanaan penelitian. Hasil pengukuran kapasitas vital peru dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan perkembangan kapasitas fisik subyek penelitian untuk masing-masing wilayah. HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rata-rata hasil pengukuran kapasitas vital paru anak umur 6-12 tahun untuk daerah dataran tinggi dan dataran rendah di Provinsi Bali dapat dilihat pada tabel Dalam bentuk grafik rata-rata kapasitas vital paru anak umur 6-12 tahun ditinjau dari ketinggian wilayah di Provinsi Bali terlihat seperti gambar 1. Tampilan grafik pada gambar 1 menunjukan perkembangan kapasitas vital paru anak umur 6-12 tahun di Provinsi Bali. Grafik menunjukan peningkatan kapasitas vital paru yang terus terjadi dari umur 6 sampai dengan umur 12 tahun. Peningkatan terjadi pada kedua wilayah penelitian baik yang di dataran tinggi (Kecamatan Kintamani) maupun subyek penelitian di dataran rendah (Kecamatan Kubu). Peningkatan terbesar untuk daerah dataran tinggi terjadi pada umur 10 tahun sebesar 222,9 ml (1329,3-1106,4), sedangkan untuk daerah dataran rendah peningkatan kapasitas vital paru terbesar terjadi pada usia 12 tahun sebesar 157,3 ml (1332,8-1175,5). Secara sederhana dapat dilihat kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran tinggi (DT) lebih besar dibandingkan kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran rendah. Pada usia 6 tahun perbedaan kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran tinggi lebih besar 10,5 mililiter dibandingkan anak yang tinggal di dataran rendah (792,3-781,8). Pada usia 7 tahun perbedaannya sebesar 11,5 ml, umur 8 tahun perbedaannya 63,6 ml, umur 9 tahun perbedaannya 119,3 ml. Perbedaan ratarata untuk umur 10, 11 dan 12 tahun berturut turut sebesar 287,5 ml, 214,3 ml, dan 258,9 ml. Perbedaan terbesar rata-rata kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah terjadi pada umur 10 tahun

40 yaitu sebesar 287,5 ml. Berdasarkan hasil penelitian dan deskripsi data di atas terlihat adanya pola perkembangan kapasitas vital paru yang hampir sama antara anak usi 6-12 tahun yang tinggal di dataran tinggi dan anak usia 6-12 tahun yang tinggal di dataran rendah. Kapasitas vital paru untuk masing-masing wilayah penelitian baik di dataran tinggi maupun dataran rendah terus meningkat mengikuti pertambahan umur. Volume paru normal sangat dipengaruhi oleh ukuran sistem pernapasan dan usia, selain itu juga dipengaruhi oleh ukuran penampang tubuh dan kebugaran fisik seseorang. Peningkatan kemampuan fisik berkembang seiring dengan peningkatan kematangan organ-organ fisik. Deskripsi data hasil penelitian menunjukan peningkatan kapasitas fisik yang terus terjadi dari usia 6-12 tahun untuk masing-masing wilayah penelitian. Kecepatan perkembangan kapasitas vital paru berbeda untuk masing-masing tingkatan umur. Hal ini terkait dengan perbedaan pertumbuhan fisik yang terjadi pada masing-masing tingkatan umur. Dilihat dari fase perkembangan fisik, anak usia 6-12 tahun berada pada fase perkembangan anak besar. Kekuatan otot abdomen anak laki-laki meningkat secara linier dengan pertambahan umur pada usia 6 sampai 13 tahun. Perkembangan otot abdomen sangat berpengaruh terhadap kemampuan paru dalam inspirasi udara pernafasan sehingga memiliki pengaruh besar terhadap kapasitas vital paru. Peningkatan kemampuan otototot abdomen dan pernafasan meningkatkan kapasitas paru secara umum. Pertumbuhan fisik terbesar terjadi pada akhir fase anak besar yaitu pada usia 10-12 tahun. Ukuran rongga dada semakin besar sehingga kapasitas ambilan udara paru pun semakin besar. Selain itu perkembangan otot-otot pernafasan juga semakin baik pada akhir masa anak besar. Hal ini menyebabkan kecepatan perkembangan kapasitas vital paru pada usia 10-12 tahun jauh lebih cepat dibandingkan perkembangan pada usia sebelumnya. Selain itu kemampuan gerak juga semakin berkembang yang memungkinkan anak untuk melakukan berbagai aktifitas fisik yang lebih bervariasi. Hal ini memberikan stimulus terhadap perkembangan kapasitas fisik. Perkembangan gerak dipengaruhi oleh koordinasi gerak yang semakin baik. Pertumbuhan fisik dan koordinasi gerak Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia (2012) 2: 37-41 yang semakin baik pada akhir periode anak besar menyebabkan perkembangan kapasitas vital paru pada fase ini lebih besar daripada pada fase umur sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan kecepatan perkembangan kapasitas vital paru pada masimasing tingkatan umur baik pada sampel yang ada di dataran tinggi maupun sampel yang terdapat di dataran rendah. Secara umum kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran tinggi lebih besar daripada kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran rendah. Pada usia 6 tahun perbedaan kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran tinggi lebih besar 10,5 mililiter dibandingkan anak yang tinggal di dataran rendah (792,3-781,8). Pada usia 7 tahun perbedaannya sebesar 11,5 ml, umur 8 tahun perbedaannya 63,6 ml, umur 9 tahun perbedaannya 119,3 ml. Perbedaan rata-rata untuk umur 10, 11 dan 12 tahun berturut turut sebesar 287,5 ml, 214,3 ml, dan 258,9 ml. Perbedaan terbesar rata-rata kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran tinggi dan dataran rendah terjadi pada umur 10 tahun yaitu sebesar 287,5 ml. Perbedaan kapasitas vital paru ini terkait dengan kemampuan adaptasi fisik yang terjadi pada anak yang tinggal di dataran tinggi terhadap tekanan barometer udara dan tekanan oksigen yang lebih rendah dibandingkan daerah dataran rendah. Aklimatisasi juga terjadi karna perbedaan suhu yang terjadi antara daerah dataran tinggi dan dataran rendah. Ketinggian wilayah dengan atribut yang terdapat di dalamnya seperti suhu, kelembaban, curah hujan, dan kondisi geografis tanah merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kemampuan fisik individu. Ketinggian tempat tinggal memiliki korelasi yang erat dengan tekanan udara dan kadar oksigen. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara dan kadar oksigen menjadi semakin rendah. Hal ini menyebabkan tubuh memerlukan mekanisme yang lebih kuat dalam upaya mencukupi oksigen untuk aktivitas seluler. Tekanan barometer udara dan tekanan parsial oksigen (PO 2 ) berbanding terbalik dengan ketinggian wilayah. Semakin tinggi wilayah maka tekanan barometer dan tekanan parsial udara semakin rendah. Perbedaan tekanan ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap proses pertukaran gas antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya. Pada daerah dataran tinggi, asupan

I Nyoman Sudarmada - Perkembangan Kapasitas Vital Paru Anak Usia 6-12 Tahun Ditinjau dari Ketinggian Wilayah... oksigen maksimal (maximal oxygen uptake) mengalami penurunan, mengikuti perubahan tekanan udara (Pyne, Mujika, Reilly. 2009). Oksigen terus-menerus diabsorpsi ke dalam darah paru, dan oksigen juga terus masuk dari udara ke alveoli. Makin cepat oksigen diabsorpsi, makin rendah konsentrasinya dalam alveoli, sebaliknya makin cepat oksigen baru dihirup makin tinggi konsentrasinya di dalam alveoli. Dengan demikian konsentrasi oksigen di dalam alveoli dan juga tekanan parsialnya (PO 2 ) diatur oleh kecepatan absorpsi darah dan kecepatan masuknya oksigen baru ke dalam paru oleh proses pernafasan. PO 2 normal sebesar 104 mmhg. Pada daerah dataran tinggi, tekanan PO 2 di udara relatif rendah jika dibandingkan di dataran rendah. Tekanan parsial oksigen yang rendah menyebabkan kecepatan masuknya oksigen ke paru semakin kecil. Kondisi ini memaksa orang-orang yang ada di dataran tinggi dengan PO 2 rendah mengadakan adaptasi terhadap kondisi tersebut. Beberapa bentuk adaptasi yang terjadi pada orang yang tinggal di dataran tinggi diantaranya: peningkatan sel darah merah dan hemoglobin, peningkatan kapasitas difusi, peningkatan kapilaritas, dan peningkatan jumlah mitokondria. Secara fisik, orang-orang yang lahir dan tinggal di dataran tinggi memiliki ukuran dada yang besar dengan ukuran tubuh yang relatif kecil, sehingga rasio kapasitas ventilasi terhadap masa tubuh menjadi besar. Selain itu, jantungnya terutama jantung kanan jauh lebih besar daripada jantung orang yang tinggal di dataran rendah (Guyton dan Hall, 1997). Bentuk morfologi ini merupakan suatu bentuk aklimatisasi orang yang hidup di dataran tinggi terhadap kondisi tekanan barometer udara dan tekanan parsial oksigen yang rendah. 41 SIMPULAN Terdapat perkembangan kapasitas vital paru anak usia 6-12 tahun yang tinggal di wilayah dataran tinggi di Provinsi Bali. Kapasitas vital paru terus meningkat mengikuti pertambahan usia dengan kecepatan yang tidak tetap. Terdapat perkembangan kapasitas vital paru anak usia 6-12 tahun yang tinggal di wilayah dataran rendah di Provinsi Bali. Kapasitas vital paru terus meningkat mengikuti pertambahan usia dengan kecepatan yang tidak tetap. Perkembangan rata-rata kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran tinggi lebih besar daripada kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran rendah di Provinsi Bali. DAFTAR PUSTAKA Foss, Merle L. dan Steven J. Keteyian. 1998. Fox s Phisiological Basis for Exercise and Sport. Dubuque: The McGraw-Hill Companies, Inc. Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (edisi terjemahan oleh Irawati Setiawan). Jakarta: EGC. Haywood, Kathleen M. 1986. Life Span Motor Development. Illinois: Human Kinetic Publisher, Inc. Malina, Robert R., Cloude Bouchard dan Oded Bar-Or. 2004. Growth, Maturation, and Fhysical Activity, 2nd ed. Champaign: Human Kinetics Publisher, Inc. Pyne, David B., Inigo Mujika, and Thomas Reilly, 2009. Peaking for optimal performance: Research limitations and future directions. Journal of Sport Science, 19 Januari 2009. Sugiyanto. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.