BAB I PENDAHULUAN. memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

V. KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2014

BAB II. A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa. Fungsi pemerintahan dijalankan dengan memerlukan logistik, peralatan

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dikeluarkannya Keputusan Presiden tersebut antara lain:

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

- 1 - B U P A T I K A R O PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 292 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

- 1 - BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 71 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean

BAB I PENDAHULUAN. hukum untuk kepentingan masyarakat pencari keadilan. hukum saat menjalankan tugas dan fungsinya, yang juga berperan sebagai

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA DI DESA BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN. Barang merupakan benda dalam berbagai bentuk dan uraian seperti, bahan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang dianggap lebih baik. Kondisi yang lebih baik itu harus dilihat

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

BAB I PENDAHULUAN. pengadaan saat ini masih ditangani secara ad-hoc oleh panitia yang dibentuk dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka percepatan pelaksanaan Belanja Negara/Daerah perlu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pemerintah dalam menjalankan roda Pemerintahan dengan melalui

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang ditandai

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR UNIT LAYANAN PENGADAAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG

2013, No

Walikota Tasikmalaya

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri dan pertahanan, (2) untuk menyelenggarakan peradilan,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG,

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu kesejahteraan, adil dan makmur yang tercantum dalam. Pembukaan UUD 1945 pada alinea keempat yang berbunyi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 14 SERI E

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan untuk menunjang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D

ANALISIS POTENSI PENYIMPANGAN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh:

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perdamaian dan kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum. 1

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa. Pengadaan Barang dan Jasa di K/L/D/I yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman prosedur mengenai tata cara Pengadaan Barang dan Jasa yang sederhana, jelas dan konprehensif, sesuai dengan tata kelola yang baik. Prosedur mengenai tata cara pengadaan barang dan jasa dalam peraturan presiden ini diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi yang kondusif, efisiensi belanja negara, dan percepatan pelaksanaan APBN/APBD. Selain itu Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang berpedoman pada Peraturan Presiden ini ditujukan untuk meningkatkan keberpihakan terhadap industri nasional dan usaha. Mengenai pelaksanaan pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan pemerintah ternyata sering dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku karena tidak adanya undang-undang yang memberikan sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh aparatur negara. Dalam prosedur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa jika ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara maka dapat diartikan bahwa 1

2 hukum administrasi negara nenurut Prajudi Atmosudirjo adalah hukum yang mengatur dan diciptakan oleh Administrasi Negara atau hukum yang mengatur mengenai penggunaan wewenang pejabat administrasi negara. 1 Permasalahan dalam pengadaan Barang dan Jasa pemerintah tidak akan terjadi apabila para pelaksana memahami dan melaksanakan sepenuhnya prinsip dasar pengadaan Barang dan Jasa yang ditetapkan dalam perpres. Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas berbantuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah yang berlaku. Pelaksanaan otonomi daerah, salah satunya adalah pemerintah daerah berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam berbagai bentuk berupa barang, jasa maupun pembangunan infrastruktur. 2 Di samping itu, pemerintah, dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan juga barang dan jasa, untuk itu perlunya diadakan pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa di pemerintah daerah meliputi seluruh kontrak pengadaan antara pemerintah daerah (instansi daerah, badan usaha milik daerah) dan perusahaan bahkan perorangan. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang telah diubah Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 menjadi dasar pelaksanakan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pengadaan barang dan jasa pemerintah 1 Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14. 2 Amiruddin. (2010). Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa.Yogyakarta: Genta Publishing, hal 1.

3 daerah dapat dilakukan dengan efektif dan efesien dengan prinsip persaingan sehat, transparansi, keterbukaan, dan perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertangugungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayanan masyarakat. 3 Pada pengadaan barang dan jasa di pemerintahan daerah, kepala daerah berperan sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan atau anggaran di daerah. Kewanangan kepala daerah sebagai Pengguna Anggaran (PA) telah dilegasikan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Namun, pada prakteknya kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melakukan tindakan yang melebihi wewenangnya bahkan melakukan penyalahgunaan wewenang. Kepala daerah ikut campur langsung dalam proses pengadaan barang dan jasa yang seharusnya merupakan kewenangan pejabat lain dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa. Hal mempengaruhi proses dan hasil pengadaan barang dan jasa sehingga tak sesuai dan melanggar dengan peraturan perundang-undangan. Kerugian keuangan negara yang ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi di bidang pengadaan barang dan jasa sangat besar. Berdasarkan data Bank Dunia (World Bank) bahwa setiap tahunnya lebih dari 10 miliar Dollar Amerika atau sekitar 85 Triliun Rupiah anggaran Pemerintah Pusat. Baik untuk belanja rutin maupun proyek-proyek pembangunan, dibelanjakan melalui proses pengadaan barang dan jasa pemeritah. Berkenaan dengan hal ini, BPKP 3 Ibid.

4 menyatakan bahwa 4 dari belanja barang/jasa terjadi kebocoran rata-rata 30%, maka dari keuangan pemerintah pusat saja potensi kebocoran bisa mencapai minimal 25 triliun rupiah. 5 Mencermati berbagai pengkajian dan fakta diatas, masalah penyimpangan dalam pengadaan baranng dan jasa memiliki hubungan yang erat dengan penyalahgunaan kewenangan pejabat terutama kepala daerah. Kepala daerah melakukan suatu wewenang yang melebihi wewenangnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu para pejabat yang didelegasi atau diberi mandat oleh kepala daerah melakukan kesalahan dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa apakah menjadi tanggung jawab kepala daerah atau ditanggung sendiri oleh pejabat itu sendiri. Oleh karena itu perlu dikaji bentuk pertanggungjawaban kepala daerah sebagai pemegang kekuasaan pengelola keuangan daerah terhadap tindakan hukum yang dilakukan kepala daerah dengan menyalahgunakan wewenang maupun pejabat yang dilegasikan atau diberi mandat melaksanakan barang dan jasa tersebut jika terjadi kesalahan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Selain itu, perlu adanya upaya atau solusi untuk mengurangi atau mencegah terjadinya penyalahgunaan wewnang dalam pengadaan dan jasa dalam ranah hukum administrasi. Belum cukup 1 (satu) tahun sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, 4 Kebocoran dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dalam http://iprocwatch.org /diakses tanggal 20 Agustus 2015. 5 Ibid.

5 pada tanggal 30 Juni 2011 Pemerintah telah mengeluarkan Perubahan Perpres 54 Tahun 2010 dalam bentuk Perpres 35 Tahun 2011 dan kini telah dikeluarkan perpres 70 Tahun 2012. Dalam perubahan Perpres ini ada salah satu alasan yang mendasari perubahan perpres tersebut. 6 Menurut Iman Suharto, dilaksanakannya pengadaan barang dan jasa di lingkungan Departemen/Lembaga merupakan kebutuhan yang sangat penting sebagai sarana yang dapat menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat secara umum. 7 Dalam hal pengadaan barang dan jasa pemerintah, pelaksanaan perjanjian antara para pihak disamping berpedoman pada kontrak yang ada, juga berpedoman kepada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa, yang telah disempurnakan dengan keluarnya Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012. Dalam perjanjian pengadaan barang dan jasa tersebut, ditentukan bahwa salah satu pihak berhak atas prestasi dari pihak lainnya, selanjutnya pihak lain berkewajiban untuk memenuhi prestasi tersebut. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan cara Pengadaan Langsung dilakukan oleh Pejabat Pengadaan dengan cara membeli barang atau membayar jasa secara langsung kepada penyedia barang/jasa, tanpa melalui proses lelang atau seleksi. Pengadaan langsung pada hakikatnya merupakan jual beli biasa dimana antara penyedia yang memiliki barang/jasa untuk dijual dan Pejabat 6 Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Perpres No. 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah 7 Suharto, Iman. (1995). Manajemen Proyek, dari Konseptual Sampai Operasional. Edisi Pertama Jilid I. Jakarta: Eralangga, hal. 17.

6 Pengadaan yang membutuhkan barang dan jasa terdapat kesepakatan untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa dengan harga yang tertentu. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 dan Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 telah menetapkan beberapa persyaratan penyedia barang/jasa pemerintah. Namun dalam hal pengadaan barang dan jasa pemerintah lainnya dilaksanakan dengan cara pengadaan langsung Pejabat Pengadaan diperkenankan untuk membeli barang/jasa kepada penyedia yang tidak memenuhi syarat sebagai penyedia barang dan jasa. 8 Tanggal 31 Juli 2012 Pemerintah menerbitkan Praturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Perubahan atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 20102 tersebut ditujukan sebagai upaya pemerintah untuk mempercepat jalannya pelaksanaan pembangunan melalui percepatan pencairan anggaran belanja negara. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 merupakan perubahan kedua atas Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010, perubahan kesatu telah dilakukan dengan Peraturan Presiden nomor 35 tahun 2011. Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 bukan merupakan pengganti Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 melainkan hanya merubah bagianbagian tertentu dari Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010. Dengan demikian seluruh ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 8 Bagian Pembuka Penjelasan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

7 yang tidak termasuk dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 masih tetap berlaku. Dilihat dari sistematika peraturan, perubahan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 meliputi tiga hal yaitu: 1. Perubahan rumusan pasal, sebanyak 67 pasal. 2. Perubahan penjelasan pasal, sebanyak 3 pasal (pasal 4, pasal 6, pasal 31). Dilihat dari materi yang diatur, perubahan Perpres tersebut seluruhnya mengandung kemudahan pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang sejalan dengan keinginan pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan belanja negara dengan cara memperlancar pencairan anggaran belanja negara. 9 Dalam konsideran Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 tersebut, pada bagian menimbang disebutkan bahwa: a. Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan perlu percepatan pelaksanaan belanja negara. b. Dalam rangka percepatan pelaksanaan belanja negara perlu percepatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. c. Dalam rangka percepatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah perlu penyempurnaan pengaturan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Pertimbangan tersebut menunjukkan bahwa adanya keinginan pemerintah agar pelaksanaan proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintah berjalan dengan lancar sehingga tidak menghambat pencairan anggaran belanja negara dengan tetap mengedepankan prinsip pengadaan 9 Lubis, Abu Samman. (2011). PengantarIlmuHukum. Malang: LPII.

8 barang/jasa yaitu efisien, efektif, terbuka, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk melihat bagaimana Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka skripsi yang berjudul Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara akan dibatasi pada permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengadaan barang dan jasa pemerintah menurut Perpres No. 70 tahun 2012? 2. Bagaimana pelaksanaan barang dan jasa pemerintah berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012? 3. Bagaimana prosedur pengadaan barang dan jasa pemerintah di tinjau dari perspektif Hukum Administrasi Negara? C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. 2. Untuk mengetahui mengenai pengadaan barang dan jasa pemerintah

9 berdasarkan Perpres NO. 70 Tahun 2012. 3. Untuk mengetahui prosedur pelaksaan pengadaan barang dan jasa pemerintah di tinjau dari perspektif hukum Administrasi Negara. Sedangkan yang menjadi manfaat penulisan dalam hal ini adalah: a. Secara teoritis kajian ini diharapkan memberikan kontribusi perihal prosedur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. b. Secara praktis sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak terkait baik itu pihak yang terkait langsung khususnya masyarakat dalam memandang prosedur pelaksaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. D. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi ini didasarkan ide atau gagasan penulis dan telah dilakukan penelurusan di Perpustakaan Fakultas Hukum USU oleh Petugas Pustaka bahwa judul skripsi Prosedur Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara ini tidak ditemukan dan tidak ada yang mirip. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan ini adalah asli. Skripsi ini asli ditulis dan diproses melalui pemikiran penulis, referensi dari peraturan-peraturan, buku-buku, kamus hukum, internet, bantuan dari pihak-pihak yang berkompeten dalam bidangnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

10 E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Pengadaan barang dan jasa memiliki kontribusi yang besar bagi perekonomian negara. Dalam rangka kebijakan fiskal, pengadaan barang dan jasa bertujuan untuk menggerakkan perekonomian dengan menumbuhkan lapangan kerja, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pengadaan barang dan jasa yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBN/APBD) merupakan pengadaan barang jasa di lingkungan pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan barang jasa publik. Penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa yang tidak sehat berdampak pada kerugian yang akan ditanggung masyarakat, termasuk rendahnya kualitas pelayanan yang diterima dari pemerintah. Pengertian barang dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian yang meliputi bahan baku, bahan setengah jadi, barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang. Sedangkan jasa adalah layanan pekerjaan pelaksanaan kegiatan sesuai keahlian profesional dalam berbagai bidang untuk mencapai sasaran tertentu yang keluarannya telah disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan, misalnya konstruksi, konsultasi, pengawasan dan lain-lain. Untuk dapat memahami lebih lanjut mengenai pengadaan barang dan jasa ini penulis penulis akan mengemukakan pendapat para sarjana. Menrut Prajudi Atmosudirjo: Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja

11 Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa. 10 Menurut Denny Sanjaya: Pengadaan barang/jasa atau procurement dapat diartikan sebagai penjelasan dari tahap persiapan, penentuan dan pelaksanaan atau administrasi tender untuk pengadaan barang, lingkup pekerjaan atau jasa lainnya. 11 Menurut Muji Santoso: Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dibiayai dengan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN) dan atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang dan jasa. 12 Menurut pengertian tersebut ada 2 (dua) unsur penting yang terlibat dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah, baik perorangan maupun lembaga, yaitu: pengguna anggaran dan penyedia barang/jasa. Dari defenisi tersebut diatas penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa pengadaan barang dan jasa merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa oleh Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah, Institusi lainnya yang prosesnya dimula dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang dan Jasa. 10 Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14. 11 Sanjaya, Denny. (2013). Analisis Yuridis Pengadaan Barang/Jasa Yang Dilakukan Dinas Pendidikan Kota Tanjungbalai Ditinjau Dari Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Jurnal Hukum Ekonomi. Jakarta: Vol. I Nomor 2, hal.6. 12 Santoso, Muji. (2012). Cara Mudah Memahami Pengadaan Barang dan Jasa. Ujiosa Bloksport.com.

12 2. Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa Dalam prosedur pelaksanaan pengadaan barang dan jasa jika ditinjau dari perspektif hukum administrasi negara maka dapat diartikan bahwa hukum administrasi negara nenurut Prajudi Atmosudirjo adalah hukum yang mengatur dan diciptakan oleh Administrasi Negara atau hukum yang mengatur mengenai penggunaan wewenang pejabat administrasi negara. 13 Prosedur dalam pengadaan barang dan jasa merupakan tahapantahapan atau disebut juga sebagai tata cara dalam pengadaan barang dan jasa yaitu mulai dari Perencanaan Pengadaan, Pembentukan Panitia, Prakualifikasi Perusahaan, Penyusunan Dokumen Pemilihan, Pengumuman Lelang, Pengambilan Dokumen Pemilihan, Penyusunan HPS, Rapat Penjelasan, Penyerahan dan Pembukaan Penawaran, Evaluasi Penawaran, Pengumuman Calon Pemenang, Sanggahan Peserta Lelang, Penunjukan Pemenang Lelang, Penandatangan Kontrak,Penyerahan Barang. F. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis normatif bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (data sekunder) atau pelitian hukum pustaka. 14 13 Atmosudirjo, Prajudi. (1981). Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Ghalia, Indonesia, hal.13-14. 14 Ediwarman. (2010). Monograf, Metodologi Penelitian Hukum. Medan: Program Pascasarjana Univ. Muhammadiyah Sumatera Utara, hal. 24.

13 2. Sumber Data Sumber data penelitian ini didapatkan melalui data sekunder. Data sekunder terdiri dari: a. Bahan hukum primer, dalam penelitian ini dipakai adalah PP NO. 70 Tahun 2012 tentang prosedur pengadaan pelaksaan barang dan jasa. b. Bahan hukum sekunder, berupa bacaan yang relevan dengan materi yang diteliti. c. Bahan hukum tertier, yaitu dengan menggunakan kamus hukum maupun kamus umum dan Wibsite internet baik itu melalui Goole maupun Yahoo. 3. Alat pengumpulan data Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui studio dokumen dengan yuridis normatif. 4. Analisis data Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, maka hasil penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif ini pada dasarnya merupakan pemaparan dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menarik kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Penilisan skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana bab-bab tersebut disesuaikan dengan isi dan maksud dari tulisan skripsi ini, secara garis besar pembahasannya dibagi lagi dalam sub-sub sesuai dengan penulisan skripsi. berikut: Adapun kelima bab tersebut dapat dilihat dari gambaran sebagai

14 Bab I : Pendahuluan. Pada bab ini penilis mengemukakan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Menurut Perpres No. 70 Tahun 2012. Pada bab ini penulis mencoba menguraikan tentang perubahan peraturan Presiden tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, pengertian pengadaan barang/jasa dan hal yang terkait dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah Perpres No.70 tahun 2012, dan melaksanakan pengadaan barang dan jasa dengan cara penunjukan langsung, pemilihan langsung, dan swakelola. Bab III : Pelaksanaan Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Menurut Perpres No. 70 Tahun. Disini penulis menjelaskan tentang pengertian barang, jasa, dan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, prinsip-prinsip dasar dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, peraturan perundang-undangan tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, aspek wilayah hukum pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah, dan kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah.

15 Bab IV : Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah Di Tinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara. Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang pengadadaan barang dan jasa pemerintah dalam hukum administrasi negara, dan prosedur pelaksanaan barang dan jasa di tinjau dari hukum administrasi negara. Bab V : Kesimpulan Dan Saran. Pada bab ini penulis memberikan kesimpulan-kesimpulan atas pembahasan tulisan ini, yang merupakan jawaban dari permasalahan-permasalahan yang ada, selanjutnya penulis akan memberikan saran-saran sebagai sumbangan penulisan atau pendapat yang mungkin bermanfaat.