Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tayangan Iklan Ades Tiga Langkah Perubahan dalam Membentuk Sikap Green Living di Kalangan Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

KOMUNIKASI INSTRUKSIONAL DOSEN JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DI MATA MAHASISWA JURUSAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN S.

Iklim Komunikasi pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pola penyajian narasi, deskripsi, dan ekspositoris. Pola penyajian laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tidak diragukan lagi bahwa pendidikan sangat dibutuhkan setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. IPA merupakan satu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya produk. tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizka Fauziah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keterampilan hidup (life skills) yang harus dikuasai. Bahasa sebagai alat untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan. Penggunaan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu merupakan pikiran bersama antara komunikator dan komunikan. 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. harus disiarkan kepada seluruh umat manusia. Nabi Muhammad SAW pernah

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling membantu dan mengadakan interaksi. berbagai sarana komunikasi salah satunya adalah Blackberry.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan kehidupan di masa datang. Untuk menyukseskan tujuan di atas, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

I. PENDAHULUAN. kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. asing lainnya seperti bahasa Jerman. Dengan diajarkannya bahasa Jerman peserta

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku, sikap, maupun pola pikir. Maka dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa komunikasi atau speech acts dipergunakan secara sistematis untuk

ABSTRAK. Universitas Paramadina Program Studi Ilmu Komunikasi : Renisa Septia NIM :

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengamatan terhadap satu obyek atau terhadap pelaksanaan satu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STRATEGI PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN. Wildan Nafi i Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun

BAB I PENDAHULUAN. banyak hal terhadap lingkungannya, baik sebagai makhluk individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan diberbagai bidang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda yang ada di sekitar kita dan sudah tidak asing lagi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan kepuasan pengguna (user oriented). pelayanan terbaik dan dapat memuaskan setiap pengunjung yang datang, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu tingkatan kelas rendah yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas III dan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. siswa, serta memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. media pembelajaran dengan menggunakan model pengembangan media 4D

GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MEDIA POSTER IKLAN BERTEMA LINGKUNGAN PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kata pengajaran atau teaching. Pembelajaran merupakan

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda Gita Tresna Sakti 1, Asep Suryana 2, Agus Setiaman 2 Jurusan Ilmu Manajemen Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Corresponding Author : oby.asterix@gmail.com ABSTRAK Gita Tresna Sakti, 210111090112, 2012. Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda, dengan subjudul Studi Deskriptif Tentang Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda Di Gedung Indonesia Menggugat Bandung. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui kredibilitas pengajar, isi pesan, metode pengajaran, jenis media, metode pembelajaran dan lingkungan belajar dalam proses pembelajaran aksara Sunda dengan sikap anggota untuk pelestarian budaya Sunda. Metode yang digunakan oleh penulis adalah Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan, observasi & wawancara. Populasi dalam penelitian ini adalah 49 orang, peneliti menggunakan metode sensus & mengambil ukuran 49 sampel yang merupakan seluruh populasi yang akan diteliti. Hasil dari penelitian ini yaitu ada cenderung keterkaitan antara aspek kredibilitas pengajar, isi pesan, metode, media yang digunakan dan lingkungan belajar dengan sikap anggota untuk melestarikan aksara Sunda sebagai budaya Sunda baik dari sisi aspek kognitif afektif & konatif. Hal ini dapat dilihat dari kredibilitas pengajar, isi pesan, metode, media & lingkungan belajar berada pada kategori yang tinggi atau baik. Saran yang diberikan peneliti, secara keseluruhan sudah baik, sebaiknya dipertahankan dan perlu di eksplorasi lagi baik dari kredibilitas pengajar, isi pesan, metode, media yang digunakan & lingkungan belajar dalam kegiatan kelas aksara Sunda ini, agar anggota tidak merasa jenuh dengan kegiatan tersebut. Kata Kunci : Komunikasi Instruksional, Pengajar, Aksara Sunda, Budaya Sunda Page 1 of 16

1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia yang digunakan untuk menanggapi lingkungannya. Kebudayaan, seperti halnya binatang menggunakan kemampuan organ tubuhnya dalam mempertahankan hidup, merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia dari belajar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat erat dengan kebiasaan berpola (adat) dan melembaga yang pada gilirannya terangkum dalam sebutan kebudayaan. (Koentjaraningrat, 1980:3) Kebudayaan Sunda di era globalisasi ini semakin terkikis dengan kemajuan teknologi, bahkan seringkali orang mempertanyakaan keberadaan dan kelestarian kebudayaan daerah dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional Indonesia. Pertanyaan itu mengandung kekhawatiran bahwa pengembangan kebudayaan nasional itu menyisihkan kebudayaan daerah dan karena itu dapat dimengerti kalau diingat bahwa selama ini orang kurang memperhatikan upaya pelestarian kebudayaan-kebudayaan daerah itu mengalami perkembangan pula. Dengan adanya PERDA Jawa Barat No.5 Tahun 2003 tentang pelestarian, pembinaan dan pengembangan bahasa, sastra dan aksara Sunda dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di Jawa Barat diharapkan bahasa, sastra, dan aksara Sunda mendapatkan perlakuan yang setara dengan bahasa dan sastra Nasional bahkan bahasa Asing. Page 2 of 16

Namun pada kenyataannya saat ini upaya pemerintah kurang mendapatkan respon yang memuaskan dari masyarakat, upaya pemerintah seperti menggelar festival kebudayaan hanya mendapatkan respon baik dari sebagian kecil masyarakat. Upaya lain untuk melestarikan bahasa Sunda ialah, melalui penggunaan aksara Sunda atau aksara tersebut adalah Hanacaraka yang merupakan sebutan bagi huruf kuno yang ada di Jawa. Nama Hanacaraka sendiri diambil dari lima huruf pembentuk pertama yang merupakan kelompok tulisan berkait rapat sekitar tahun 2007 aksara tersebut populer. Setidaknya, kini para wisatawan dari luar kota sedikit mengenal tentang aksara Hanacaraka yang merupakan identitas dari kebudayaan kota Bandung ini, pada tingkat SLTP dan SLTA saat ini sudah ada pelajaran yang memuat aksara Sunda, namun tidak cukup sampai disitu pemerintah mengupayakan untuk memperkenalkan aksara Sunda kepada sasaran masyarakat yang lebih luas lagi, yaitu melalui plang jalan dibeberapa jalan protokol di kota Bandung, pada plang tersebut tertera nama jalan dalam tulisan abjad sesuai ejaan yang disempurnakan disertai dengan aksara Sunda. Selain penempatan aksara Sunda di plang jalan protokol di kota Bandung, sebetulnya aksara Sunda juga sudah mulai diperkenalkan oleh salah satu komunitas musik underground seperti Jasad yang memperlihatkan di layar panggung ketika mereka tampil, akan tetapi masih saja tetap banyak sekali masyarakat Sunda sendiri tidak mengetahui atau bahkan tidak pernah mendengar mengenai aksara Sunda itu seperti apa. Terkadang seseorang lebih tertarik untuk Page 3 of 16

mempelajari budaya luar negeri yang dianggap keren, bahkan tak jarang menjadikannya kiblat. Budaya sendiri yang ibaratnya lebih dekat acapkali ditinggalkan atau dilupakan dan dianggap kampungan. Melihat hal tersebut, sudah saatnya aksara Sunda dikenal oleh masyarakat yang lebih luas dan khususnya lebih dijaga oleh masyarakat Sunda itu sendiri. Kenali Negerimu dan Cintai Negerimu taglin yang dicanangkan kementrian kebudayaan dan pariwisata beberapa tahun lalu. Sebuah ajakan agar kita bangsa Indonesia mengenal keanekaragaman budaya yang ada di negeri ini. Sebelum kita cinta akan negeri ini, tentunya kita harus kenal dulu siapa negeri ini. Akhir-akhir ini tepatnya sejak Oktober 2010 munculah seorang wanita muda Shinta Ridwan yang masih memiliki semangat dan motivasi untuk tetap melestarikan aksara Sunda tersebut dan bahkan mengajak orang-orang yang ingin belajar aksara Sunda secara gratis yang bertempat di Gedung Indonesia Menggugat Bandung, selain tempat yang strategis, tempat tersebut juga memang sengaja di fasilitasi oleh pemerintah untuk kegiatan-kegiatan positif dan tempat tersebut banyak dominan dipakai untuk kegiatan seni dan budaya. Berdasarkan permasalahan tersebut untuk melestarikan budaya Sunda, peneliti ingin mengkaji lebih dalam lagi mengenai Komunikasi Instruksional Pengajar Dalam Membentuk Sikap Anggota Untuk Melestarikan Aksara Sunda Sebagai Budaya Sunda Page 4 of 16

1. Komunikasi Instruksional 1.1 Komunikasi Instruksional pengajar Semua kegiatan tidak akan terlepas dari komunikasi termasuk pada kegiatan pengajaran dalam pendidikan yang biasa dikenal dengan sebutan komunikasi instruksional atau komunikasi edukatif, yaitu komunikasi yang dirancang khusus untuk tujuan perubahan perilaku pada pihak sasaran. Pengajaran, pelajaran, atau bahkan perintah atau instruksi. Dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan perintah, tetapi lebih mendekati kedua arti yang pertama yakni pengajaran dan pembelajaran. (Yusup, 1990;17) Kegiatan komunikasi instruksional berjalan efektif apabila setiap dimensi atau unsur komunikasi instruksional satu dengan yang lainnya saling menunjang. Dimensi dari komunikasi instruksional mencakup atas beberapa hal, yaitu : kredibilitas (k eahlian) pengajar, isi pesan atau materi pelajaran, metode pembelajaran, media. (Yusup, 1990:22) A. Kredibilitas pengajar. Kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat yang dimiliki komunikator, seperti keahlian dan kepercayaan serta daya tarik. Dalam proses pembelajaran, guru lebih banyak menduduki posisi sebagai komunikator, oleh karena itu yang disebut dengan kredibilitas komunikator dalam penelitian ini adalah keahlian pengajar atau kemampuan pengajar dalam menyampaikan pesan atau materi pelajaran, Page 5 of 16

kepercayaan anggota terhadap pengajar atas materi yang disampaikan, serta daya tarik pengajar dalam proses pembelajaran. B. Isi pesan. Dalam komunikasi instruksional, isi pesan diartikan sebagai informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai, ataupun data, sedangkan isi pesan yang dimaksud penelitian ini adalah bahan materi pelajaran yang disampaikan oleh komunikator, seperti kejelasan isi pesan dan daya tarik pesan. C. Metode. Menurut Yusup, metode dalam proses pembelajaran mencakup atas sifat metode, dan ragam metode (Yusup, 1990:47), yang dimaksud dengan sifat metode, berkaitan dengan ketepatan metode dengan ranah yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran, sementara yang dimaksud dengan ragam metode adalah variasi penggunaan metode dalam proses pembelajaran. D. Kelengkapan media. Kelengkapan media pembelajaran juga menentukan keberhasilan komunikasi instruksional oleh karena itu dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan jenis media adalah kelengkapan media yang mencakup atas buku paket/modul, laboratorium, serta audio visual. Media yang digunakan dalam kegiatan belajar aksara Sunda di Gedung Indonesia Menggugat yaitu white board, overhead projector (OHP), dan infocus.(wawancara Sinta Ridwan pengajar ). Page 6 of 16

E. Lingkungan Belajar Proses belajar itu sebenarnya, dimulai dengan mendapat ransangan dari lingkungan melalui alat-alat indera dan berakhir dengan mendapat petunjuk dari lingkungan bahwa proses belajar telah berlangsung dengan baik (Winkel, 1996:311). Lingkungan belajar yang dimaksud yaitu suasana dalam kelas pada kegiatan belajar aksara Sunda dan lingkungan disekitar kelas atau praktek lapangan pada kegiatan ini. 1.2 Fungsi dan Manfaat Komunikasi Instruksional Menurut Pawit. M. Yusup (2010), dalam bukunya komunikasi pendidikan dan komunikasi instruksional. Komunikasi instruksional mempunyai fungsi edukatif dari fungsi komunikasi secara keseluruhannya. Namun bukan berarti fungsi yang lain terabaikan. Ia merupakan subset dari komunikasi pendidikan dan bersifat metodis-teoritis, yang artinya adalah kajian atau garapan-garapannya berpola tertentu sehingga artinya bisa diterapkan secara langsung untuk kepentingan lapangan. Adapun manfaat dari komunikasi instruksional antara lain adalah terjadinya perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil tindakan komunikasi instruksional yang bisa dikontrol dan dikendalikan dengan baik. Tentang hal ini yang menyangkut dengan hal pembelajaran aksara sunda adalah dengan komunikasi instruksional pengajaran aksara sunda dapat di kendalikan, dikontrol dan juga Page 7 of 16

dapat diterapkan dengan baik, sehingga melahirkan manfaat yang berguna bagi para murid, manfaat tersebut adalah mereka bisa membaca dan menulis huruf. Dengan demikian, karena komunikasi instruksional ini mempunyai tujuan yang harus dicapai, dalam pelaksanaan kegiatannya, ia mempunyai fungsi-fungsi teknis, antara lain fungsi manajemen instruksional dan fungsi pengelolaan organisasi. Adapun manfaat adanya komunikasi instruksional antara lain efek perubahan perilaku, yang terjadi sebagai hasil tindakan komunikasi instruksional, bisa dikontrol atau dikendalikan dengan baik. Berhasil tidaknya tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan paling tidak bisa dipantau melalui kegiatan evaluasi yang juga merupakan fungsi pengembangan. Page 8 of 16

METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Deskriptif Metode adalah sebuah cara untuk mengelola suatu teori dengan cara mengaplikasikannya ke dalam data-data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan hipotesis (Singarimbun, 1989: 4-5). Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi (Rakhmat, 2005: 24), akan tetapi bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik, tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Metode deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan repersentasi objektif tentang gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki. Penelitian deskriptif ini ditujukan untuk : 1. Menggunakan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, 2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, 3. Membuat perbandingan atau evaluasi, dan 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Page 9 of 16

HASIL & KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan angket, wawancara, dan observasi dengan narasumber yaitu ketua yayasan Gedung Indonesia Menggugat dan anggota kelas aksara Sunda Kuna di GIM. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang positif antara komunikasi instruksional pengajar dengan sikap anggota untuk melestarikan Aksara Sunda sebagai budaya Sunda. Berdasarkan hasil pengujian, dapat dijelaskan peneliti antara variabel 1 dengan variabel 2, dengan menggunakan teori belajar behavior dengan asumsi dasar yaitu, teori ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Artinya, segala perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungan sekitarnya, dimana lingkungan tempat manusia tinggal, disanalah seluruh kepribadiannya akan terbentuk, ini dikemukakan oleh Thorndike, bahwa jika suatu tindakan diikuti oleh suatu perubahan yang memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan tindakan itu diulangi dalam situasi yang mirip akan meningkat. Akan tetapi, bila suatu perilaku diikuti oleh suatu yang tidak memuaskan dalam lingkungan, kemungkinan perilaku itu diulangi akan menurun. Jadi, konsekuensi perilaku atau sikap seseorang pada suatu waktu memegang peranan penting dalam menentukan perilaku atau sikap orang itu selanjutnya. Diperoleh hasil penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara komunikator (pengajar) dengan perubahan sikap anggota. Maka dapat disimpulkan, bahwa paling banyak responden yang menilai komunikasi Page 10 of 16

instruksional tinggi memiliki sikap kognitif yang tinggi atau positif. Anggota memiliki pemahaman dan pengetahuan mengenai Aksara Sunda. Hasil penelitian diperoleh, komunikasi instruksional pengajar dengan sikap afektif anggota tentang kegiatan rutin pembelajaran aksara sunda di GIM, dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang menilai komunikasi instruksional tinggi memiliki sikap afektif yang tinggi, dan sedikit responden menilai komunikasi instruksional rendah memiliki sikap afektif yang rendah, maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang tinggi (positif) antara komunikator (pengajar) dengan anggota melalui kegiatan rutin kelas AKSAKUN. Pengajar dapat menimbulkan rasa suka dan tertarik anggota untuk mengikuti kelas AKSAKUN Hasil penelitian diperoleh, komunikasi instruksional pengajar dengan sikap konatif anggota tentang kegiatan rutin pembelajaran Aksara sunda di GIM. dapat diketahui bahwa paling banyak responden yang menilai komunikasi instruksional tinggi memiliki sikap konatif yang tinggi dan sedikit yang menilai komunikasi instruksional pengajar yang tinggi memiliki sikap konatif yang sedang. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengajar dengan perubahan konatif anggota, artinya pengajar dapat mengubah tanggapan positif anggota mengenai kelas AKSAKUN ini sehingga anggota bersedia untuk ikut aktif dan mengajak orang lain untuk ikut kedalam kelas AKSAKUN. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif antara kredibilitas pengajar dengan sikap anggota untuk melestarikan Aksara Sunda Page 11 of 16

sebagai budaya Sunda baik dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Derajat keeratan yang terjadi termasuk dalam kategori yang tinggi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengajar, dengan keahlian, kepercayaan, dan daya tariknya dapat dapat mengajak anggota untuk berpartisipasi, ikut serta dan bersedia mengajak rekan-rekannya untuk ikut kedalam kegiatan kelas Aksara Sunda kuna. Hasil keseluruhan terdapat hubungan yang signifikan antara pengajar sebagai komunikator dengan anggota sebagai komunikan baik dari aspek kognisi, afeksi dan konasi. Faktor kredibilitas pengajar berada dalam kategori yang tinggi atau positif, baik itu dari sisi keahlian, keterpercayaan dan daya tarik. Keterpercayaan dan keahlian mampu memberikan hasil yang nyata untuk penambahan pengetahuan dan pemahaman kepada anggota kelas AKSAKUN. Dalam komunikasi instruksional, komunikator dalam hal ini adalah pengajar memiliki kredibilitas tinggi akan lebih mudah untuk mempersuasi komunikan atau anggota. Komunikator yang dapat dipercaya (memiliki kredibilitas tinggi) cenderung lebih sukses dalam mengubah sikap penerima dari pada komunikator yang kurang dipercaya. Komponen keahlian adalah kesan yang dibentuk khalayak tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap cerdas, mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, dan terlatih. Dan sebaliknya jika komunikator yang tidak berpengalaman, dan tidak tahu banyak tentang apa yang akan dibicarakan tentunya komunikan akan menilai rendah pada keahlian komunikator tersebut.(rakhmat, 2000:260). Page 12 of 16

Daya tarik dari pengajar juga menjadi hal yang menentukan karakteristik pengajar sebagai faktor sumber. Daya tarik pengajar dapat dilihat dari penampilan selama menyampaikan pesan dan keramahan pengajar ketika menjelaskan materi pengajaran. Kepercayaan anggota akan pengajar dapat lebih kuat lagi jika pengajar merupakan orang yang dikenal, memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, menarik, ramah dan sopan, kesukaan inilah yang mendorong anggota untuk menyukai komunikator, sehingga perubahan sikap akan lebihh cepat terlihat. Hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat hubungan yang positif antara faktor pesan komunikator dengan perubahan sikap anggota kelas AKSAKUN baik dilihat dari aspek kognitif, afektif dan konatif. Dalam komunikasi instruksional, isi pesan diartikan sebagai informasi yang ditransmisikan atau diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai, ataupun data, sedangkan isi pesan yang dimaksud penelitian ini adalah bahan materi pelajaran yang disampaikan oleh komunikator, seperti kejelasan isi pesan dan daya tarik pesan. Metode yang digunakan selama proses pembelajaran Aksara Sunda seperti tingkat kehumoran pengajar, belajar di luar kelas, mengulang kembali materi, diskusi kelompok, tanya jawab. Dengan metode belajar tersebut, materi yang diberikan agar siswa menjadi lebih mudah memahami serta menghindari kebosanan. Dilihat dari penelitian yang telah dilakukan, Metode pembelajaran pengajar menunjukan presentase yang cukup tinggi dilihat dari aspek kognitif, Page 13 of 16

afektif dan konatif, hal ini sangat menunjang proses belajar aksara Sunda untuk membuat anggota lebih berkeinginan melestarikannya karena dengan metode pembelajaran yang tidak membosankan. Kelengkapan media pembelajaran juga menentukan keberhasilan komunikasi instruksional oleh karena itu dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan jenis media adalah kelengkapan media yang mencakup atas buku paket/modul, laboratorium, serta audio visual. Media yang digunakan dalam kegiatan belajar aksara Sunda di Gedung Indonesia Menggugat yaitu white board, dan buku paket atau modul. Faktor media yang digunakan pengajar dalam kegiatan pembelajaran aksara Sunda ini cenderung memiliki presentase yang cukup tinggi, jenis media dengan kategori tinggi menunjukan, pengajar aksara Sunda memberikan modul atau buku penunjang serta pemberian materi dengan menggunakan white board yang ditampilkan secara jelas. Hubungan antara lingkungan belajar dengan proses pembelajaran aksara Sunda memiliki presentase tinggi (positif), hal ini menunjukan lingkungan belajar di GIM Bandung memiliki semua aspek yang menjadi komponen dalam lingkungan belajar, yaitu dari segi lingkungan di sekitar kelas, pada saat belajar tidak terjadi keributan di dalam kelas maupun di luar kelas, dan suasana dalam kelas nyaman untuk belajar. Page 14 of 16

Kesimpulan Berdasarkan analisis penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan & saran sebagai berikut : 1. Kredibilitas pengajar ada pada kategori tinggi atau positif, kredibilitas pengajar mencakup keahlian, kepercayaan, dan daya tarik pengajar. 2. Isi pesan yang disampaikan pengajar berada pada kategori baik, penggunaan bahasa yang baik, penyampaian materi yang lengkap dan memberikan contoh serta praktek sehingga dimengerti oleh anggota. 3. Metode pembelajaran berada pada kategori baik berupa pemberian kuis, tanya jawab serta penyampaian materi yang santai. 4. Media yang digunakan juga baik. Pengajar memberikan module dan penyampaian materi difasilitasi menggunakan whiteboard. 5. Lingkungan belajar dalam proses pembelajaran aksara Sunda berada pada kategori baik. SARAN 1. Kredibilitas pengajar perlu dipertahankan/ditingkatkan lagi. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pemberian apresiasi terhadap pengajar supaya merasa lebih dihargai dan memiliki semangat untuk mengajar. 2. Materi pelajaran hendaknya lebih dipersiapkan agar lebih terstruktur. 3. Metode belajar & media pengajaran harus lebih kreatif dan inovatif lagi agar tidak jenuh dalam kegiatan belajar mengajar ini. 4. Lingkungan belajar harus dalam suasana yang nyaman dan kondusif. Page 15 of 16

DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat, 1980, Manusia dan Kebudayaan, Jakarta. Gramedia. Rakhmat, Jalaludin, 2005. Psikologi Komunikasi, Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya. ------------------------,2000. Psikologi Komunikasi, Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya. Yusuf, Pawit, 1990, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, Bandung : Remaja Rosdakarya. Winkel, W.S, 1996, Psikologi Pengajaran, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Page 16 of 16