KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015 SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

HUBUNGAN ANTARA POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUKULOSKELETAL PADA EKSTREMITAS BAWAH TENAGA KERJA MATAHARI MEGA MALL DI MANADO

GAMBARAN BEBAN KERJA BERDASARKAN DENYUT JANTUNG PADA TENAGA KERJA BONGKAR MUAT (TKBM) PELABUHAN SAMUDERA BITUNG.

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

Kata kunci: Status Gizi, Umur, Beban Kerja Fisik, Keluhan Muskuloskeletal.

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI KOTA DENPASAR

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembuluh darah dimana keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian

Kata kunci : Sikap Kerja, Keluhan Muskuloskeletal Disorder

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

GAMBARAN POSISI KERJA DAN KELUHAN GANGGUAN MUSCULOSKELETAL PADA PETANI PADI DI DESA KIAWA 1 BARAT KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi di segala aspek kehidupan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pemerintah dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan

GAMBARAN DISTRIBUSI KELUHAN TERKAIT MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA TUKANG SUUN DI PASAR ANYAR BULELENG TAHUN 2013

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK


HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN PATUNG KAYU DI DESA KEMENUH, GIANYAR TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permanen dalam bekerja. Pada tahun 2010 World Health Organization

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN MASA KERJA DENGAN KELUHAN MUSCULOSKELETAL

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

ANALISIS POSTUR KERJA PADA TENAGA KERJA DENGAN METODE REBA AREA WORKSHOP PT X JAKARTA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

Disusun Oleh : FREDYLA J PROGRAM FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA NELAYAN DI DESA TUADA KECAMATAN JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN OTOT SENDI PADA OPERATOR KOMPUTER BAGIAN KEUANGAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

Hubungan Tingkat Risiko Ergonomi Dan Masa Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pemecah Batu

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akan terlihat baik tetapi juga dari segi kesehatan. Terutama anak muda lebih

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali

HUBUNGAN POSISI KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA UNIT PENGELASAN PT. X BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

HUBUNGAN POSTUR KERJA TIDAK ERGONOMIS DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN MUSCOLOSKELETAL DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENJAHIT DI PASAR 45 MANADO Victoria P. Pinatik*,,A. J. M. Rattu*, Paul A. T.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Ratusan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki. Saat menghadapi persaingan kerja, penampilan juga merupakan salah

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA CLEANING SERVICE RSUD KOTA SEMARANG 2015

Bambang, 2008 mengemukakan 3 (tiga) sikap kerja yaitu: duduk, duduk berdiri, dan berdiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANNGUANMUSKULOSKELETAL PADA CLEANING SERVICE

BAB I PENDAHULUAN.

HUBUNGAN ANTARA POSTUR KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA BAGIAN PRESS DRYER UD. ABIOSO, BOYOLALI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS PADA PEKERJA BATIK DI KECAMATAN SOKARAJA BANYUMAS

As'Adi, et al, Hubungan Antara Karakteristik Individu dan Manual Material Handling dengan Keluhan...

Abstrak. Teknik Mengangkat Beban Berat dengan Keluhan Nyeri Otot Leher pada Pekerja Kuli Angkut di Gudang Bulog Mangkubumi dan Pamalayan

Transkripsi:

KELUHAN MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI DI SUZUYA MEDAN PLAZA PADA TAHUN 2015 (MUSCULOSKELETAL DISORDERS OF SALES PROMOTION GIRL USER HIGH HEELS IN SUZUYA MEDAN PLAZA IN 2015) Nuansa Putri Purba 1, Kalsum 2,Eka Lestari Mahyuni 2 1 Mahasiswa Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU 2 Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia. e-mail: nuansaputri69@yahoo.com ABSTRACT Sales promotion girl (SPG) that have risk of musculoskeletal disorders (MSDs) of limb muscles on the bottom of which are affected by the individual characteristics and the user of high heels for eight hours with minimum height of 5 cm when they are working. So, the research are done about complaining musculoskeletal disorders (MSDs) on Suzuya s sales promotion girl at Medan Plaza in 2015. This research is descriptive with the sample as many as 64 people. Variable in the research are age, body mass index (BMI ), the duration of use shoes, and the height of heels. The results of research indicates based on age of respondents had a limb muscles on the bottom the largest is single age category 25-28 years with fourteen people (21,9 % ). Based on body mass index (BMI) respondents had a limb muscles, the highest is in the category of body mass index (BMI) with twenty people overweight (31,2% ). Based on the duration of use shoes of respondents had a limb muscles, the highest is at the bottom of the shoes 2-6 years with twenty six people (40,6% ). And based on the height of heels of respondents who experienced complaints in the muscles the lower extremity most were into the category of a high shoes 7 cm as many as thirty seven people (57,8%). From the research suggested that sales promotion girl (SPG) do relaxation and stretch after 4 hours of work and to wear a sandal or flat shoes in rest time of work and going to home. the company suggested to assign a supervisor in the area to remind sales promotion girl (SPG) every a briefing time on the recommendations given by the author. Keyword: individual characteristic, high heels, musculoskeletal disorders, lower limb muscles, SPG

PENDAHULUAN Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai unsur penunjang dalam pembangunan nasional, ehingga sewajarnya diberikan kepada mereka perlindungan pemeliharan kesehatan (Suma mur, 2009). Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat, sikap kerja yang tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya merupakan masalah yang dapat memberikan beban tambahan juga menyebabkan gangguan muskuloskeletal, keluhan subyektif, dan kelelahan (Tarwaka dkk, 2004). International Labour Organization dalam program The Prevention Of Occupational Diseases menyebutkan musculoskeletal diorders mewakili 59% dari keseluruhan catatan penyakit yang ditemukan pada tahun 2005 di Eropa. (WHO dalam Russeng dkk, 2013). Berdasarkan hasil studi Departemen Kesehatan Indonesia dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 penelitian yang dilakukan terhadap 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa penyakit musculoskeletal disorders (16 %), kardiovaskuler (8 %), gangguan saraf (5 %), gangguan pernafasan (3 %), dan gangguan THT (1,5%) (Arifandhy dkk, 2011). Masalah musculoskeletal disorders (MSDs) pada pekerja setiap tahun semakin bertambah. Hal ini membuktikan bahwa musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian di industri. Menurut Tarwaka dkk (2004) beberapa ahli juga menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik, dan ukuran tubuh juga menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) partisipasi perempuan dalam bekerja meningkat secara signifikan selama Agustus 2006 - Agustus 2007. Jumlah pekerja perempuan bertambah 3,3 juta orang dengan penambahan terbesar di sektor pertanian dan perdagangan (Kuswaraharja, 2008). Banyaknya jumlah tenaga kerja wanita sekarang ini menunjukkan bahwa diperlukan perhatian yang serius terhadap akibat yang ditimbulkan dari pekerjaan terhadap kesehatan dari tenaga kerja wanita. Banyak perusahaan yang mewajibkan pekerja wanita berpenampilan menarik. Salah satu peralatan kerja yang berpengaruh untuk menunjang penampilan adalah sepatu hak tinggi yang sering digunakan di kalangan wanita ketika bekerja. Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris menyebutkan bahwa sekitar 80 % wanita pengguna sepatu berhak tinggi mengalami nyeri pada bagian otototot kaki. Sekitar 83 % diantaranya merasakan setidaknya satu gejala nyeri di bagian sistem

muskuloskeletalnya (Jill dalam Dewi, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Duana dan Dewi (2012) keluhan muskuloskeletal pada SPG mall pemakai sepatu tumit tinggi di Kota Denpasar terbanyak terjadi pada bagian otot ekstremitas bawah khususnya pada kaki kiri, kaki kanan, betis kanan, dan betis kiri. Sepatu hak tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan jika digunakan secara rutin. Namun, tinggi hak sepatu yang direkomendasikan aman bagi kesehatan adalah 3-4 cm. Karena pada ketinggian ini, kaki akan merasa nyaman karena otot kaki tidak akan dipaksa untuk menahan berat badan (Ros, 2014). Pembangunan pusat pertokoan (mall) di Indonesia semakin meningkat. Hal ini dikarenakan perkembangan zaman membuat manusia semakin sibuk sehingga membutuhkan tempat perbelanjaan yang lengkap dan memudahkan mereka untuk mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan, sehingga mendorong berdirinya pusat-pusat perbelanjaan yang menawarkan berbagai produk. Salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Kota Medan adalah Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan Plaza tempat penulis mengadakan penelitian. Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan Plaza merupakan salah satu usaha besar di Indonesia dibawah bendera perusahaan PT Suriatama Mitra Perwita berjumlah 26 cabang yang tersebar di Pulau Sumatera. Berdirinya pusat perbelanjaan ini maka akan menyerap tenaga kerja dengan berbagai jenis pekerjaan. Salah satunya adalah tenaga Sales Promotion Girl (SPG). Kehadiran Sales Promotion Girl (SPG) yang digunakan sebagai ujung tombak dari pemasaran produk yang berfungsi sebagai presenter dari sebuah produk. Sales Promotion Girl (SPG) bertugas untuk melayani konsumen sehingga dituntut memiliki penampilan fisik menarik, sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Pusat Perbelanjaan Suzuya Medan Plaza memiliki jumlah Sales Promotion Girl (SPG) sebanyak 177 orang yang dibagi dalam 2 shift dengan masing-masing shift bekerja selama 8 jam per hari. Shift I bekerja mulai dari pukul 09.00-17.00 WIB. Dan shift II bekerja mulai dari pukul 13.30-21.30 WIB. Selama melakukan pekerjaan, Sales Promotion Girl (SPG) diwajibkan oleh perusahaan menggunakan sepatu hak tinggi berjenis pentofel kerja minimal 5 cm. Penggunaan sepatu hak tinggi bertujuan untuk menunjang penampilan fisik. Namun disisi lain sepatu hak tinggi dapat mengakibatkan keluhan berupa nyeri pada otot-otot ekstremitas bagian bawah. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan yang berasal dari sepatu hak tinggi tersebut. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan penulis di pusat perbelanjaan Suzuya Medan Plaza melalui wawancara yang dilakukan terhadap 3 orang Sales Promotion Girl (SPG) bahwa dengan menggunakan sepatu hak tinggi didapati keluhan berupa sakit di bagian betis dan kaki yang merupakan gejala timbulnya gangguan musculoskeletal disorders (MSDs) pada tenaga kerja.

Berdasarkan semua uraian diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah adalah bagaimana keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di pusat perbelanjaan Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015.Tujuan umum penelitian untuk mengetahui keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza pada tahun 2015. Dan tujuan khusus untuk mengetahui gambaran keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) khususnya otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan umur, IMT (Indeks Massa Tubuh), lama pemakaian sepatu hak tingggi, dan tinggi hak sepatu pada Sales Promotion Girl (SPG) pengguna sepatu hak tinggi di Suzuya Medan Plaza Pada Tahun 2015. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2015. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SPG pusat perbelanjaan Suzuya Medan Plaza yaitu sebanyak 177 orang. Sampel Tehnik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling (Notoatmodjo, 2010). Perhitungan mencari jumlah sampel diperoleh menggunakan Rumus Slovin, sehingga didapat jumlah sampel 64 orang. Metode Pengumpulan Data Data Primer Data umur diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data berat badan diperoleh dengan menimbang berat badan menggunakan timbangan dan data tinggi badan diperoleh dengan mengukur tinggi badan Penggunaan Sepatu Hak Tinggi Data lama pemakaian sepatu diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner. Dan data tinggi hak sepatu diperoleh dengan mengukur tinggi hak sepatu menggunakan meteran. Keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) diperoleh dengan melakukan wawancara dan pemetaan keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari bagian personalia terdiri atas profil perusahaan mencakup sejarah, visi misi perusahaan, struktur organisasi dan data kepegawaian. Teknik Analisis Data Tehnik analisa data dilakukan secara deskriptif dan dengan menggunakan analisa univariat yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi.

HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian responden terbanyak pada kategori umur17-20 tahun sebanyak 27 orang (42,2%), responden terbanyak pada kategori IMT normal sebanyak 23 orang (35,9%), responden terbanyak pada kategori pemakaian sepatu hak tinggi selama 2-6 tahun sebanyak 26 orang (40,6%), responden terbanyak pada kategori responden yang memakai sepatu 7 cm sebanyak 37 orang (57,8%). Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015 No Umur n % (Tahun) 1 17-20 27 42,2 2 21-24 10 15,6 3 25-28 14 21,9 4 29-32 5 7,8 5 33-36 1 1,6 6 37-40 5 7,8 7 41-44 1 1,6 8 45-48 1 1,6 Total 64 100,0 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) PadaSales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015 No IMT n % 1 2 3 4 Underweight Normal Overweight Obesitas 14 23 20 7 21,9 35,9 31,2 10,9 Total 64 100,0 Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi Pada Sales Promotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015 No Lama n % Pemakaian Sepatu Hak Tinggi (Tahun) 1 1 24 37,5 2 2-6 26 40,6 3 7-11 7 10,9 4 12-16 4 6,2 5 17-21 2 3,1 6 22-26 1 1,6 Total 64 100,0 Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu Pada SalesPromotion Girl (SPG) Suzuya Medan Plaza Tahun 2015 No Tinggi Hak n % Sepatu (cm) 1 5 cm 7 10,9 2 6 cm 20 31,2 3 7 cm 37 57,8 Total 64 100,0 Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Umur Hasil penelitian menunjukkan responden paling banyak mengalami keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah adalah kategori umur 25-28 tahun dengan rincian keluhan yaitu pada paha kiri dan kanan sebanyak 9 orang, lutut kiri dan kanan sebanyak 11 orang, betis kiri dan kanan sebanyak 14 orang, pergelangan kaki kiri dan kanan sebanyak 12 orang, serta kaki kiri dan kanan sebanyak 14 orang.

Distibusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Hasil penelitian menunjukkan responden paling banyak mengalami keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori overweight dengan rincian keluhan yaitu pada paha kiri dan kanan sebanyak 13 orang, lutut kiri dan kanan sebanyak 16 orang, betis kiri dan kanan sebanyak 20 orang, pergelangan kaki kiri dan kanan sebanyak 17 orang, dan kaki kiri dan kanan sebanyak 20 orang. Distribusi Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi Hasil penelitian menujukkan responden paling banyak mengalami keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah adalah responden dengan pemakaian sepatu hak tinggi selama 2-6 tahun dengan rincian keluhan yaitu pada paha kiri dan kanan sebanyak 11 orang, lutut kiri dan kanan sebanyak 18 orang, betis kiri dan kanan sebanyak 26 orang, pergelangan kaki kiri dan kanan sebanyak 19 orang, dan kaki kiri dan kanan sebanyak 26 orang. PEMBAHASAN Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Umur Umur adalah usia tenaga kerja sampai dengan waktu dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang paling banyak adalah responden dari kategori usia 17-20 tahun sebanyak 27 orang (42,2 %). Hal ini dikarenakan faktor kualifikasi pekerjaan yang memiliki penampilan menarik, muda, dan aktif. Dari delapan kategori umur, responden yang paling banyak mengalami keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah adalah kategori umur 25-28 tahun. Keluhan muskuloskeletal yang dialami Sales Promotion Girl (SPG) cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya umur responden. Hal ini terjadi karena kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat. Dengan kata lain peningkatan umur berkorelasi dengan penurunan kekuatan fisik seseorang dalam melakukan aktivitas kerja. Hal ini sejalan dengan penelititan dari Chaffin (1997) dan Guo, dkk. (1995) yang menyatakan bahwa keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur (Tarwaka dkk, 2004). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Duana dan Dewi (2012) pada SPG Mall Pemakai Sepatu Tumit Tinggi di Denpasar Bali bahwa responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal tingkat tinggi paling banyak pada usia lebih dari 35 tahun yaitu sebesar 60 %.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) pada Guru SD Pengguna Sepatu Berhak Tinggi di Kecamatan Klungkung Bali keluhan muskuloskeletal terbanyak dialami oleh kelompok umur 51-60 tahun sebesar 33.87%. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rasio antara berat badan dalam kilogram dan kuadrat tinggi badan dalam meter. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori normal sebanyak 23 orang (35,9%). Hal ini dikarenakan adanya faktor kualifikasi tenaga kerja yang memiliki tubuh proposional, menarik, lebih aktif, dan gesit dalam melakukan aktivitas. Dari keempat kategori IMT, responden yang paling banyak mengalami keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori overweight. Menurut Vessy et al (1990) bahwa wanita yang gemuk mempunyai resiko 2 kali lipat dibandingkan wanita kurus. Hal ini diperkuat oleh Werner, dkk. (1994) menyatakan bahwa pasien gemuk mempunyai resiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus khususnya pada otot kaki. Keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya (Tarwaka dkk, 2004). Perbandingan berat badan dan tinggi badan yang tidak ideal atau melebihi rentang normal mengasumsikan bahwa berat badan telah melebihi kemampuan daya penopang tubuh, sehingga lebih mudah memicu munculnya keluhan muskuloskeletal berupa nyeri pada otot dan sendi (Jill dalam Dewi, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian Duana dan Dewi (2012) pada SPG Denpasar Bali bahwa responden dengan IMT (Indek Massa Tubuh) berlebih mengalami keluhan muskuloskeletal tingkat tinggi paling banyak yaitu sebesar 30 %. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Ekstremitas Bagian Bawah Berdasarkan Lama Pemakaian Sepatu Hak Tinggi Lama pemakaian sepatu hak tinggi adalah waktu responden selama bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG) dengan menggunakan sepatu hak tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang paling banyak adalah responden yang menggunakan sepatu hak tinggi selama 2-6 tahun sebanyak 26 orang (40,6%). Hal ini dikarenakan responden pada kategori tersebut baru bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG). Dari keenam kategori lama pemakaian sepatu hak tinggi, responden yang paling banyak mengalami keluhan muskuloskeletal pada otot ekstremitas bagian bawah adalah responden dengan pemakaian sepatu hak tinggi selama 2-6 tahun. Bekerja dengan menggunakan sepatu hak tinggi akan menyebabkan otot ekstremitas

bawah menerima tekanan secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi dan menimbulkan akumulasi rasa sakit (Duana dan Dewi, 2012). Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Guo dalam Maijunidah (2010) yaitu semakin lama waktu bekerja atau semakin lama terpajan faktor risiko keluhan muskuloskeletal semakin besar. Semakin lama durasi dalam melakukan pekerjaan yang sama maka resiko yang diterima semakin tinggi dan waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaga semakin lama (NIOSH dalam Duana dan Dewi 2012). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Duana dan Dewi (2012) pada SPG pemakai sepatu tumit tinggi di Kota Denpasar keluhan muskuloskeletetal tingkat tinggi paling banyak dialami oleh responden yang memakai sepatu tumit tinggi selama lebih 10 tahun sebesar 25 %. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) pada Guru SD Pengguna Sepatu Berhak Tinggi di Kecamatan Klungkung Bali keluhan muskuloskeletal terbanyak dialami oleh kelompok subjek dengan lama kerja lebih dari 20 tahun sebesar 45,16%. Keluhan Muskuloskeletal Pada Otot Bagian Bawah Tubuh Berdasarkan Tinggi Hak Sepatu Tinggi hak sepatu adalah panjang hak pada sepatu tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang paling banyak adalah responden yang menggunakan sepatu hak tinggi 7 cm sebanyak 37 orang (57,8%). Hal ini dikarenakan adanya peraturan perusahaan untuk memakai sepatu hak tinggi minimal 5 cm ketika bekerja. Dari kedua kategori tinggi hak sepatu, responden yang paling banyak mengalami keluhan muskuloskeletal pada otot ektremitas bagian bawah adalah responden dengan tinggi hak sepatu 7 cm. Menurut teori tekanan, sebuah tekanan berbanding terbalik dengan luas permukaan suatu benda. Sepatu hak tinggi mempunyai luas permukaan hak yang kecil. Hal ini sangat kontras dengan sepatu datar yang memiliki luas permukaan sepatu lebih lebar sehingga tekanannya menjadi lebih kecil (Berebitchez dalam Murdhana dkk, 2011). Hukum Newton yang ketiga menjelaskan bahwa untuk setiap reaksi ada hasil dan reaksi yang berlawanan. Ini berlaku untuk gaya yang diberikan pada lantai melalui sepatu hak tinggi yang menghasilkan reaksi dan berlawanan dengan gaya gravitasi (Brown dalam Murdhana dkk, 2011). Reaksi pada lantai yang melawan gravitasi dengan memberikan tekanan yang lebih besar pada luas permukaan sepatu yang kecil berpengaruh pada pembuluh darah yang tersumbat sehingga mengakibatkan penumpukan darah dan terjadilah nyeri (Murdhana dkk, 2011). Rasa nyeri tersebut dapat terjadi pada otot-otot ekstremitas bagian bawah tubuh. Sepatu hak tinggi dapat menimbulkan masalah kesehatan jika digunakan secara rutin. Namun, tinggi hak sepatu yang direkomendasikan aman bagi

kesehatan adalah 3-4 cm. Karena pada ketinggian ini, kaki akan merasa nyaman karena otot kaki tidak akan dipaksa untuk menahan berat badan (Ros, 2014). Hal ini sejalan dengan penelitian Duana dan Dewi (2012) pada SPG pemakai sepatu tumit tinggi di Kota Denpasar keluhan muskuloskeletal tingkat tinggi dirasakan pada responden yang menggunakan sepatu dengan hak 5-10 cm sebesar 27,3%. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) pada Guru SD Pengguna Sepatu Berhak Tinggi di Kecamatan Klungkung Bali keluhan muskuloskeletal paling banyak dialami oleh pengguna sepatu dengan ketinggian hak minimal 5 cm sebesar 74,19 %. KESIMPULAN 1. SPG yang merasakan keluhan muskuloskeletal terbanyak pada otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan umur adalah pada kategori umur 25-28 tahun. 2. SPG yang merasakan keluhan muskuloskeletal terbanyak pada otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah kategori overweight. 3. SPG yang merasakan keluhan muskuloskeletal terbanyak pada otot ekstremitas bagian bawah berdasarkan lama pemakaian sepatu hak tinggi adalah pekerja yang menggunakan sepatu hak tinggi pada kategori 2-6 tahun. 4. SPG yang merasakan keluhan muskuloskeletal terbanyak pada otot ekstremitas bagian bawah adalah pekerja yang menggunakan sepatu hak tinggi kategori 7 cm. SARAN 1. Disarankan pada Sales Promotion Girl (SPG) melakukan relaksasi(peregangan) setelah 4 jam bekerja dengan tubuh membungkuk dan menyentuh jari-jari kaki dengan jari tangan dengan kedua kaki lurus (bagian lutut tidak ditekuk). Perlahan, bungkukkan tubuh dan tahan selama lima atau 10 detik ulangi sebanyak tiga kali. Peregangan lainnya adalah duduk dengan kaki menjulur ke depan dan membentuk huruf huruf dengan jari kaki. 2. Disarankan pada Sales Promotion Girl (SPG) memakai sandal atau sepatu datar pada jam istirahat dan pulang kerja agar sepatu hak tinggi yang dipakai ketika bekerja tidak dipakai lagi. 3. Disarankan pada pihak perusahaan untuk menugaskan pada supervisor area agar mengingatkan kepada Sales Promotion Girl (SPG) setiap waktu briefing mengenai rekomendasi yang diberikan penulis kepada Sales Promotion Girl (SPG) agar dapat mencegah dan mengendalikan masalah musculoskeletal disorders (MSDs).

DAFTAR PUSTAKA Arifandhy, T.W., Risqa, R.D., Armasastra, B., 2011. The Relation between Risk Factors and Musculoskeletal Impairment in Dental Student: a Preliminary Study. Jurnal of Dentistry Indonesia. Volume 18 No.2. Dewi, K.A.T., 2014. Studi Deskriptif : Prevalensi dan Distribusi Keluhan Muskuloskletal pada Guru SD Pengguna Sepatu Berhak Tinggi di Kecamatan Klungkung. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Duana, I.M.K dan Dewi, N.K.N., 2012. Keluhan Muskuloskeletal Pada Sales Promotion Girl (SPG) Mall Pemakai Sepatu Tumit Tinggi di Kota Denpasar Tahun 2012. Jurnal Community Health. Volume 1 No.2 Kuswaraharja, D., 2008. Pekerja Wanita di Indonesia bertambah 3,3 Juta Orang. http://finance.detik.com/read/20 08/01/02/161603/873781/4/pek erja-wanita-di-indonesiabertambah-33-juta-orang. Akses: 15 Maret 2015. Maijunidah., 2010. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Assembling PT X Bogor. Skripsi Kesehatan Masyarakat Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hadayatullah: Jakarta. Murdhana, I.N., Dewaty, F., Handy, W. 2011. Analisis Pengaruh Tinggi Hak Sepatu Terhadap Nyeri Kaki Pada Pramuniaga Kosmetik di Manado. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta. Ros., 2014. Sepatu Hak Tingggi Buruk Untuk Kesehatan http://infosehatonline.com/sepa tu-hak-tinggi-buruk-untukkesehatan/. Diakses: 1 April 2015.Sumber Metrotvnews. Russeng, S., Rafael, D., Asni, S., 2013. Hubungan Resiko Postur Kerja Dengan Keluhan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Permanen Kelapa Sawit di PT Sinergi Perkebunan Nusantara. Jurnal Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar. Suma mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Sagung Seto: Jakarta. Tarwaka., Solichul, H.A.B., Lilik, S., 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Edisi 1. Uniba Press: Surakarta.