BAB V PEMBAHASAN. konsentrasi granul ekstrak daun salam yang akan dipakai pada uji penelitian. Pada uji

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pemberian ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.)

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi di daerah tropis

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Bandar Lampung Januari hingga 14

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

MORTALITAS LARVA 58 JAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaporkan pada WHO setiap tahun, akan tetapi WHO mengestimasi jumlah

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

Setelah dilakukan uji penelitian didapatkan hasil jumlah kematian larva Aedes aegypti selama 24 jam sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini. DBD merupakan salah satu masalah kesehatan utama di

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK GRANUL EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP MORTALITAS LARVA Aedes aegypti L. SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Deman Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

BAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. : Spermatophyta. : Dicotyledoneae. : Syzygium polyanthum

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

Universitas Lampung ABSTRAK. Efektivitas Pemberian Ekstrak Ethanol 70% Akar Kecombrang (Etlingera elatior)

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MOJO (Aegle marmelos L.) TERHADAP KEMATIAN LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN CEPLUKAN (Physalis angulata L.) TERHADAP. MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat. kejadian luar biasa atau wabah (Satari dkk, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI EFEKTIVITAS FRAKSI N-HEKSANA EKSTRAK BATANG KECOMBRANG (Etlingera elatior) SEBAGAI LARVASIDA TERHADAP LARVA INSTAR III Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes spp. PADA OVITRAP

Keywords: Aedes aegypti, binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis), larvasida

II. TINJAUAN PUSTAKA. memburuk setelah dua hari pertama (Hendrawanto dkk., 2009). Penyebab demam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN (Lantana camara) TERHADAP KEMATIAN LARVA Aedes aegypti

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

I. PENDAHULUAN. yang ditularkan ke manusia dengan gigitan nyamuk Aedes Aegypty.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK ETANOL DAUN BINJAI (Mangifera caesia) TERHADAP LARVA Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Lampung. Abstrak. Larvacide Effects of Leaf Extract Aloe vera (Aloe vera) Against Third Instar larva of Aedes aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan. tahun 1953 di Fillipina. Selama tiga dekade berikutnya,

Kedokteran Universitas Lampung. Abstrak. Kata kunci : Aedes aegypti, Demam Berdarah Dengue, Kecombrang (Etlingra elatior), Larvasida

PERBEDAAN TOKSISITAS EKSTRAK, REBUSAN DAN RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi Volume 2 Nomor 2 Tahun 2017 (p-issn ; e-issn )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstraksi terhadap 3 jenis sampel daun pidada menghasilkan ekstrak

THE EFFECTIVENESS TEST OF PHALERIA EXTRACTS

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubullah Fuadzy 1, Rina Marina 1

I. PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di negaranegara. subtropis. Penyakit ini endemik dibeberapa negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Daya tolak ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) terhadap nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi.

EFEKTIVITAS GRANULA EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti L. SKRIPSI

BIOAKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK BUAH LERAK TERHADAP LARVA Aedes aegypti Instar III

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Kemenkes, gejala malaria pada tahun 2013 (WHO, 2014).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu masalah kesehatan yang sangat penting karena kasus-kasus yang

EFEKTIFITAS EKSTRAK BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA NYAMUK Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Ekstrak Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium) sebagai Larvasida Nyamuk Culex sp.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Unnes Journal of Public Health

Lampiran 1 Hasil Uji Friedman, Uji Kruskal Wallis dan Uji Korelasi

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan sebagai dasar penetapan konsentrasi granul ekstrak daun salam yang akan dipakai pada uji penelitian. Pada uji pendahuluan didapatkan LC50 sebesar 6.121,48 mg/100 ml. Menurut Ismail et al. (2007) LC50 adalah suatu nilai yang menunjukkan konsentrasi zat toksik yang dapat mengakibatkan kematian organisme sampai 50%. Hasil LC50 pada uji pendahuluan digunakan untuk menetapkan konsentrasi granul ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) untuk uji penelitian yaitu sebesar 0,25 LC50, 0,5 LC50, LC50, 1,5 LC50, dan 2 LC50 (Yudhani, 2014). Sehingga konsentrasi granul ekstrak daun salam Syzygium polyanthum) yang digunakan untuk uji penelitian adalah sebesar 1.500, 3.000, 6.000, 9.000 dan 12.000 mg/100 ml. Dari tabel 4.2 diketahui bahwa pada semua kelompok perlakuan didapatkan adanya mortalitas larva Aedes aegypti L. Jumlah mortalitas larva meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi granul ekstrak daun salam. Dari tabel 4.2 juga diketahui bahwa pada kelompok kontrol yang berisi akuades dan dekstrin tanpa pemberian granul ekstrak daun salam tidak didapatkan adanya mortalitas larva. Hal ini menunjukkan akuades dan atau dekstrin tidak menyebabkan mortalitas larva Aedes aegypti L. pada kelompok perlakuan. Akuades tidak mempengaruhi mortalitas larva Aedes aegypti L. sesuai dengan pernyataan Gabriel (2001) bahwa akuades merupakan salah satu jenis air yang terlah terpenuhi syarat fisik, syarat kimia dan 44

45 bakteriologi sehingga akuades relatif tidak menyebabkan kematian suatu organisme. Dekstrin menurut Voight dalam Khotimah (2014) merupakan salah satu bahan pengikat yang biasa digunakan dalam pembuatan obat bentuk tablet. Dekstrin mempunyai sifat inert yang artinya tidak bereaksi/berpengaruh terhadap senyawa lain. Kemudian dari hasil uji Kruskal-Wallis yang disajikan pada tabel 4.4 diketahui bahwa nilai p = 0,01. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan rerata mortalitas larva Aedes aegypti L. yang signifikan di antara kelompok perlakuan. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa granul ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) dapat menyebabkan mortalitas larva Aedes aegypti L. Penelitian Lumowa dan Trani (2015) yang menggunakan ekstrak murni daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai larvasida Aedes aegypti L. juga menunjukkan hasil yang serupa dengan penelitian ini. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa ekstrak murni daun salam (Syzygium polyanthum) menyebabkan mortalitas larva Aedes aegypti L. sebanyak 50% pada konsentrasi 657,65 mg/100 ml. Terjadinya mortalitas larva Aedes aegypti L. ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh dari metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak daun salam berupa saponin, tanin, flavonoid dan alkaloid. Metabolit sekunder tersebut bersifat toksik terhadap larva Aedes aegypti L. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Gunawan dan Sri (2004) bahwa saponin mempunyai sifat sebagai racun pencernaan. Selain itu, menurut Aminah et al. (2001) saponin juga dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding digestivus menjadi korosif. Tanin yang terkandung dalam ekstrak daun salam juga mempunyai peran dalam mortalitas larva pada

46 kelompok perlakuan. Menurut Farida (2000) tanin menghambat aktivitas enzim pencernaan larva dengan cara membentuk ikatan protein-enzim yang menyebabkan substrat/makanan tidak dapat dicerna oleh larva. Flavonoid dan alkaloid yang terkandung dalam ekstrak daun salam juga menyebabkan kerusakan pada sistem saraf larva. Menurut Cania (2013) alkaloid merusak sistem saraf larva dengan cara menghambat aktivitas enzim acetylcholinesterase, sedangkan flavonoid menghambat aktivitas pernafasan larva sehingga larva tidak dapat bernafas dan akhirnya mati. Berdasarkan hasil analisis probit diketahui bahwa nilai LC50 sebesar 7.166,51 mg/100 ml. Menurut Zubaidah dan Darmiah (2013), suatu larvasida alami dianggap efektif jika kemampuan daya larvasidanya mendekati daya larvasida abate 1% yang mampu membunuh 100% larva dalam waktu 24 jam dengan konsentrasi 1%. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa meskipun granul ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) mempunyai efek larvasida terhadap larva Aedes aegypti L, tetapi daya larvasidanya jauh lebih rendah daripada daya larvasida abate. Penelitian ini kemudian dibandingkan dengan penelitian Lumowa dan Trani (2015) yang menggunakan ekstrak murni daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai larvasida Aedes aegypti L. Penelitian Lumowa dan Trani (2015) menunjukkan LC50 sebesar 657,65 mg/100 ml, sedangkan pada penelitian ini LC50 sebesar 7.166,51 mg/100 ml. Konsentrasi 7.166,51 mg/100 ml ini bukan merupakan konsentrasi ekstrak murni melainkan konsentrasi granul yang di dalamnya mengandung campuran ekstrak murni dan dekstrin dengan perbandingan 1 : 9. Bila konsentrasi granul tersebut dikonversikan menjadi konsentrasi ekstrak murni, maka

47 konsentrasinya menjadi 716,65 mg/100 ml. Jika dilihat dari LC50 maka penelitian Lumowa dan Trani (2015) menunjukkan hasil yang lebih efektif karena pada penelitian Lumowa dan Trani (2015) LC50 sebesar 657,65 mg/100 ml, sedangkan pada penelitian ini LC50 sebesar 716,65 mg/100 ml. Perbedaan LC50 ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan bentuk ekstrak yang digunakan. Pada penelitian Lumowa dan Trani (2015) ekstrak yang digunakan dalam bentuk gel, sedangkan pada penelitian ini ekstrak yang digunakan dalam bentuk granul dimana terdapat campuran dekstrin di dalamnya sehingga kadar ekstrak murninya lebih sedikit. Selain itu perbedaan LC50 kemungkinan disebabkan karena perbedaan jumlah metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak tersebut. Perbedaan jumlah kandungan metabolit sekunder ini bisa terjadi karena perbedaan lingkungan tanaman sebagaimana yang diungkapkan Brielmann (2006) bahwa faktor lingkungan sangat berperan dalam regulasi biosintesis metabolit tumbuhan. Daun salam pada penelitian Lumowa dan Trani (2015) diambil dari tanaman yang tumbuh di daerah Kalimantan sedangkan daun salam pada penelitian ini diambil dari tanaman yang tumbuh di daerah Jawa. Bentuk granul pada penelitian ini dipilih karena mengadaptasi bentuk granul abate SG 1% yang telah lama digunakan masyarakat. Bentuk granul lebih tahan lama dalam penyimpanan, tidak mengubah warna air dan mudah diaplikasikan. Namun dari hasil penelitian diketahui bahwa pada kelompok perlakuan warna airnya berubah menjadi keruh. Perubahan warna air menjadi keruh ini bukan disebabkan karena adanya dekstrin karena pada kelompok kontrol yang berisi akuades dan dekstrin

48 warna air tetap jernih. Perubahan warna air ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh ekstrak daun salam. Di sisi lain keruhnya air bukan menjadi penyebab mortalitas larva pada kelompok perlakuan. Menurut Fauziah (2012) larva Aedes aegypti L. mampu hidup baik pada air yang jernih maupun pada air yang keruh. Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu konsentrasi dekstrin dan granul ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) yang digunakan pada uji pendahuluan tidak sesuai dengan penghitungan. Hal ini dikhawatirkan berpengaruh terhadap jumlah mortalitas larva Aedes aegypti L. pada uji pendahuluan. Konsentrasi granul yang digunakan seharusnya 2.250, 4.500, 6.750 dan 9.000 mg/100 ml serta konsentrasi dekstrin sebesar 8.300 mg/100 ml. Keterbatasan pada penelitian ini disebabkan karena persediaan granul ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) tidak terlalu banyak.