BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PERBANDINGAN BAGI HASIL DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN BUNGA DEPOSITO PADA BANK KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005).

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Lembaga Keuangan

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Khairunisa, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap deposito mudharabah. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi. sebagai tempat untuk memindahkan uang, menerima segala bentuk

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Implementasi Sistem Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip. Mudharabah Di Bank Jabar Banten Syariah

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut UU Perbankan no.10 tahun 1998 Pasal 1: Menurut Ketut Rindjin pada penelitian Elionasari (2008) bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

dalam hal penghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank bersangkutan (Frianto, 2012:71).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari peneliti-peneliti terdahulu

BAB II LANDASAN TEORITIS. (2000:59.1) mengemukakan pengertian Bank Syariah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang berbasis nilai-nilai dan prinsip syariah untuk dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi syariah merupakan bagian dari muamalat (hubungan antara manusia. Al-Qur`an dan As-sunnah sebagai sumber hukum Islam.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Tak lain tujuan. dan mengalirkan dana sesuai dengan undang-undang perbankan

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

Konsep dan Perhitungan Bagi Hasil Bank Syariah Tri Irawati 4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang tersendiri. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 Bank

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

IV.3 DANA SYIRKAH TEMPORER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Gunarto Suhardi (2003:17) disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

Bank Syariah PIEw14 1

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB IV ANALISIS MODEL PERHITUNGAN NISBAH BAGI HASIL PADA SIMPANAN BERJANGKA (DEPOSITO) DI BMT LESTARI MUAMALAT SURADADI TEGAL

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-undang No.21 tahun 2008 bank syariah adalah Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian bank konvensional & bank syariah

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), 32

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB I PENDAHULUAN. gerakan renaissance Islam Modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama dari

BAB IV. Analisis Hasil Penelitian. A. Perhitungan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah di KJKS BMT Nurussa adah

AKUNTANSI BANK SYARIAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Bagi Hasil dan Risiko Berdasarkan Prinsip Mudharabah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai roda kehidupan bagi perekonomian di seluruh negara-negara dunia. Sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak (Kasmir, 2002; 23).

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

Transkripsi:

20 BAB II TINAJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bank 2.1.1 Definisi Bank Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi perhimpunan dana ini, bank sering pula disebut lembaga kepercayaan. Berbeda dengan usaha lain, bank senantiasa berkaitan dengan uang, karena memang komoditi usaha bank adalah uang. Sejalan dengan karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Menurut kasmir (2003; 11) mendefinisikan bank sebagai : lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undangundang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan dalam Pasal 1 sisebutkan bahwa: Bank adalah badan usaha yang kegiatan usahanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usahanya secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dari definisi di atas,bank umum dalam menjalankan usahanya secara umum berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Secara lebih spesifik, bank berfungsi sebagai; a. agent of trust (kegiatan berdasarkan kepercayaan),

21 b. agent of development (memperlancar kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi) c. agent of service (menawarkan berbagai jasa). 2.2 Tinjauan Umum Bank Syariah 2.2.1 Definisi Bank Syariah Bank islam disebut juga bank syariah, meskipun secara akademis istilah Islam dan Syariah memiliki pengertian yang berbeda, tetapi secara teknis penyebutan bank islam dan bank syariah memiliki pengertian yang sama. Definisi Bank Islam menurut Syafi I Antonio dalam Bank Syariah dari Teori ke Praktis (2000) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam atau bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan Al-Quran dan Haditst. Adapun pengertian bank syariah dalam UU No. 10 tahun 1998 adalah: Bank syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip islam (bagi hasil) yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayarannya. Dalam pasal yang sama ayat (13) dinyatakan bahwa Prinsip Syariah adalah: Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. 2.3 Prinsip Operasional Bank Syariah

22 2.3.1 Fungsi Akuntansi Bagi Bank Syariah Bank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang temporal (keduniaan) dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada bank syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan. Sebagai konsekuensi dari prinsip tersebut, maka bank syariah dioperasikan atas dasar bagi untung dan resiko (Wiroso, 2005). Bank syariah menolak bunga sebagai biaya atas penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi. Saat melaksanakan investasi, bank syariah memberikan keyakinan bahwa dana bank (ekuitas) serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Muhammad (2005) bahwa dalam paradigma akuntansi islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai berikut: a. Manager Investasi Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manajer investasi. Bank syariah merupakan manajer investasi dari pemilik dana, karena besar-kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana sangat tergantung pada pendapatan yang diterima oleh bank syariah dalam mengelola dana mudharabah, sehingga sangat tergantung pula pada keahlian, kehati-hatian dan profesionalisme dari bank syariah. b. Investor Bank syariah menginvestasikan dana yang ditempatkan pada dunia usaha (baik dana modal maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang konsisten dengan syariah. c. Jasa-jasa Keuangan Bank syariah dapat juga menawarkan berbagai jasa keuangan lainnya berdasarkan upah (fee based) dalam bentuk sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan. d. Jasa Sosial Konsep Bank syariah mengharuskan bank tersebut melaksanakan jasa sosial, dapat melalui pinjaman kebajikan (qardh), zakat, atau dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam.

23 2.3.2 Pangsa Pasar Bank Syariah Menurut Adiwarman Karim (2005), nasabah pasar perbankan di Indonesia terdiri dari 3 lapis, yaitu: a. Convensional Market Segmen konvensional akan memilih bunga karena bunga dianggap mencerminkan cost yang menguntungkan dari segi pembiayaan atau return yang menguntungkan dari segi pendanaan. b. Floating Market Segmen floating mass cenderung memilih biaya yang paling rendah atau return yang lebih tinggi. c. Syariah Loyalist Market Segmen syariah loyalitas akan tetap memilih Bank syariah, walaupun selisih rate Bank syariah lebih rendah dari bank konvensional. 2.3.3 Sumber Dana Bank Syariah Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya dalam menghimpun dana dari masyarakat, baik berskala kecil maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan masalah bank yang paling utama. Kasmir (2003) dalam bukunya manajemen Perbankan mendefinisikan sumber dana bank sebagai usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat. Perolehan dana tersebut tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya dan disesuaikan dengan tujuan penggunaan dananya. Secara garis besar, sumber dana bagi bank terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Dana yang bersumber dari bank sendiri (Dana Pihak Pertama) Yaitu dana yang terbentuk modal disektor yang berasal dari pemegang saham dan cadangan serta keuntungan bank yang belum dibagikan kepada pemegang saham. Keuntungan dari dana pihak pertama adalah imbalan (bagi hasil) yang relatif lebih kecil dibandingkan meminjam ke lembaga lain, dan mudah dalam memperoleh dana tersebut. Sedangkan kerugiannya adalah untuk jumlah dana yang relatif besar harus melalui berbagai prosedur yang relatif lama. 2. Dana dari lembaga lainnya (Dana Pihak Kedua)

24 Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian dana pihak pertama atau dana pihak ketiga. Pencarian dana dari sumber ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu. Kemudian dana dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi tertentu. 3. Dana dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai kegiatan operasionalnya dari sumber dana ini. Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan dana yang lainnya. 2.4 Kontrak Mudharabah 2.4.1 Pengertian Al-Mudharabah Syafi I Antonio dalam Bank Syariah dari Teori ke Praktis (2001;95), kata Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secar teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. PERJANJIAN BAGI HASIL Bank (Mudharib) KEAHLIAN/ KETRAMPILAN MODAL 100% Nasabah (Shahibul maal) Nisbah X % PROYEK/USAHA PEMBAGIAN KEUNTUNGAN Nisbah Y %

25 Gambar 2.1 Skema Al-Mudharabah 2.4.2 Jenis-Jenis Al Mudharabah Syafi I Antonio dalam Bank Syariah dari Teori ke Praktis (2000;97) secara umum, mudharabah terbagi menjadi 2 jenis yaitu: a. Mudharabah Muthlaqah Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. b. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/ specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. 2.4.3 Implementasi Al-Mudharabah Al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi perhimpunan dana, al-mudharabah diterapkan pada: 1. Tabungan Mudharabah Produk perbankan syariah yang termasuk produk perhimpunan dana adalah tabungan. Berdasarkan Undang-Undang No.10/1998 tentang perubahan atas Undang- Undang no. 7/1992 tentang perbankan yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat yang dipersamakan dengan itu.

26 Adapun yang dimaksud dengan tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadiah. Perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian yang dihitung ditiap akhir bulan dan awal buku bulan berikutnya. Rumus perhitungan bagi hasil tabungan mudharabah adalah sebagai berikut: Hari Bagi Hasil X Saldo Rata-rata Harian X Nisbah Bagi Hasil Hari Kalender Bersangkutan Sumber : wiroso, 2005 Dalam memperhitungkan bagi hasil tabungan mudharabah tersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : a. Hasil perhitungan bagi hasil dalam rangka satuan bulat, tanpa mengurangi hak nasabah. Pembulatan ke atas untuk nasabah dan pembulatan ke bawah untuk bank. b. Hasil perhitungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan terdekat. 2. Deposito Mudharabah Berdasarkan Undang-Undang No. 10/1998 yang dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat d ilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpanan dengan bank yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan dengan prinsip syariah. Dalam hal ini Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasrkan prinsip mudharabah. Basis perhitungan bagi hasil deposito mudharabah muthlaqah adalah bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku. Namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito yang bersangkutan dan tanggal jatuh temponya. Rumus perhitungan sebagai berikut:

27 Hari Bagi Hasil X Nominal Deposito X Nisbah Bagi Hasil Hari Kalender Bersangkutan Sumber : wiroso, 2005 Perhitungan dan pembayaran bagi hasil untuk individu pemilik deposito mudharabah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Dilakukan ulang setiap tanggal pembukaan deposito mudharabah b. Dilakukan setiap akhir bulan atau awal bulan berikutnya tanpa memperhatikan tanggal pembukaan deposito mudharabahnya. Tabungan dan Deposito Mudharabah mempunyai beberapa ketentuan, yakni: 1. Dalam transaksi ini, nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. 2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan sebagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 3. Modal harus dinyatakan dengan jumlah tunai bukan piutang. 4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. 5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. 6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. 2.5 Perhitungan Distribusi Hasil Usaha Sampai saat ini, belum ada keseragaman dalam melakukan perhitungan distribusi hasil usaha antara bank syariah satu dan bank syariah yang lain. Masing-masing bank syariah harus membuat aturan yang jelas tentang unsur-unsur perhitungan distribusi hasil usaha. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi hasil usaha antara lain sebagai berikut (Wiroso, 2005) : 1. Berdasarkan kontribusi investasi (pembobotan sumber dana)

28 Adalah suatu jumlah atau persentase yang diputuskan oleh bank sebagai suatu landasan besarnya dana yang dapat diinvestasikan dari masing-masing investasi. Jika bank memutuskan bahwa dana untuk investasi adalah 80% maka 20% digunakan untuk kepentingan likuiditas bank. 2. Penentuan jenis dana yang diikutsertakan dalam perhitungan distribusi hasil usaha. Penentuan jenis sumber dana ini merupakan unsure yang sangat penting, karena jumlah sumber dana ini yang akan mempunyai dampak terhadap penyaluran yang akan dilakukan dan pendapatan yang akan diperoleh. Dalam perhitungan distribusi hasil usaha harus diperhitungkan berapa dan jenis dana mana yang diperhitungkan dalam unsur distribusi hasil usaha dan berupa pendapatan yang diperoleh atas penyaluran tersebut. Ada beberapa pola yang dipergunakan oleh bank syariah, antara lain: a. Dana prinsip mudharabah mutlaqah saja b. Total sumber dana pihak ketiga (prinsip wadiah, prinsip mudharabah mutlaqah) c. Total sumber dana (prinsip wadiah, prinsip mudharabah dan modal) 3. Jenis penyaluran dana dan pendapatan terkait Penentuan penyaluran dalam bank syariah sangat penting, karena pendapatan dari penyaluran tersebut yang akan dipergunakan sebagai penentuan pendapatan dari penyaluran tersebut yang akan dipergunakan sebagai penentuan pendapatan yang dibagihasilkan. Dalam perhitungan distribusi hasil usaha, terdapat beberapa pola yang digunakan oleh bank syariah : a. prioritas penyaluran (penyaluran utama dan penyaluran lainnya) Dalam hal ini bank syariah menetapkan penyaluran utama dan penyaluran sekunder. Pendapatan yang merupakan unsur distribusi hasil usaha, pertamatama dihitung dari pendapatan penyaluran utama dulu, apabila terdapat dana yang digunakan untuk penyaluran lainnya, baru pendapatan penyaluran lainnya dihitung sebagai unsur distribusi hasil usaha sebesar porsi dana yang dipergunakan. b. Total penyaluran dana

29 Dalam hal ini, bank syariah tidak menetapkan prioritas dalam penyaluran dananya, semua penyaluran dana yang diperkenankan oleh prinsip syariah dilakukan tanpa prioritas. 4. Penentuan pendapatan dibagihasilkan Sesuai dengan paragraf 16 PSAK 59 tentang perbankan syariah dan sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional nomor 14/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000 tentang distribusi hasil usaha, pendapatan yang dibagikan antara pengelola dana dan pemilik dana adalah pendapatan yang nyata-nyata telah diterima (cash basis), sedangkan pendapatan yang masih dalam pengakuan (acrual basis) tidak diperkenankan untuk dibagikan antara pengelola dana dan pemilik dana. a. Pemisahan jenis valuta Dalam perhitungan distribusi hasil usaha, ada bank syariah yang membedakan pembagian hasil usaha sesuai valuta mata uangnya dan ada yang tidak membedakannya. b. Nisbah yang telah disepakati diawal perjanjian Besarnya hasil usaha baik yang diperoleh shahibul maal maupun yang diperoleh bank syariah juga tergantung pada nisbah yang disetujui pada awal akad. c. Kebijakan akuntansi Kebijakan akuntansi bank syariah juga memegang peranan yang sangat penting dalam kaitannya perhitungan distribusi hasil usaha, terutama yang berkaitan dengan penentuan pendapatan dan pengakuan pendapatannya. Table 2.1 Jenis Kelompok Dana Saldo Total Porsi Pemilik Dana Porsi Bank Rata- Hasil Nisbah Pendapatan Return Nisbah Pendapatan Rata Harian Usaha Dibagikan (%) (%) (%) A B* C D E** F G

30 Tab. Mud Dep. Mud 1bln 3bln 6bln 12bln Total A' B' Perhitungan Distribusi Hasil Usaha Sumber : Wiroso, 2005;149 Perhitungan masing-masing kolom dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Jenis Kelompok Dana Adalah jenis kelompok dana dengan prinsip mudharabah yang akan dihitung pembagian hasil usahanya,seperti tabungan mudharabah,deposito mudharabah, prinsip mudharabah lainnya. 2. Saldo rata-rata harian Jenis kelompok Dana (SRKD) Merupakan jumlah saldo rata-rata harian dari jenis kelompok sumber dana seperti tabungan mudharabah,deposito mudharabah sesuai dengan jangka waktunya. 3. Total Hasil Usaha Dibagikan (THKD) Merupakan pendapatan yang akan dibagikan untuk masing-masing kelompok sumber dana seperti tabungan mudharabah,deposito mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dan sebagainya. Berikut cara perhitunganya : B*= Saldorata ratajeniskelompokdana( A) TotalSaldorata ratasumberdana( A') X PorsiHasilUsaha Dibagikan(B') 4. Nisbah Umum Pemilik Dana (NUPD) Diisi dengan nisbah untuk shaibul maal (nasabah) yang telah disepakati pada awal akad antara shaibul maal dengan bank sebagai mudharib. 5. Pendapatan Bagi Hasil / Pendapatan Pemilik Dana

31 Merupakan pendapatan yang akan dibagikan pada shaibul maal kelompok jenis sumber dana sesuai dengan nisbah yang disepakati pada awal akad. Perhitungannya sebagai berikut : D = Total Hasil Usaha Dibagikan X Nisbah Umum Pemilik Dana 6. Return Hasil Usaha Pemilik Dana (RHPD) Kolom ini diisi dengan return atau indikasi rate yang digambarkan dalam prosentase. Perhitungannya sebagai berikut : PorsiHasilUsahaUntukPemilikDana( D) E**= X SaldoRata rataharianjeniskelompokdana( A) 365 Hari BagiHasil X 100% 2.6 Jenis-Jenis Prinsip Distribusi Hasil Usaha Tahap ini, bank syariah harus menentukan jenis prinsip distribusi hasil usaha, yaitu prinsip revenue sharing atau dengan profit sharing. Untuk memberikan gambaran perbedaan kedua prinsip tersebut, akan dibuat gambaran sebagai berikut:

32 Prinsip Revenue Sharing Laporan Rugi Laba Prinsip Profit Sharing Laporan Hasil Usaha Pendapatan Operasi Utama (-) Hak Pihak Ketiga atas Bagi Hasil (+) Pendapatan Operasi Lainnya Revenue Sharing = Perhitungan Pembagian Hasil Usaha Pendapatan Operasi Utama : Prinsip bagi hasil Prinsip jual beli Pendapatan netto sewa Lainnya : SWBI, IMA Beban Mudharabah : Beban tenaga kerja Beban administrasi Beban penyusutan (-) Beban Operasi (tng kerj, admn) = Laba rugi Profit Sharing = Laba /rugi Mudharabah Shahibul maal Gambar 2.2 Prinsip Bagi hasil Jika bank menggunakan metode profit sharing dan usaha mengalami kerugian, maka seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan bank sebagai pengelola dana. Sedangkan jika bank menggunakan metode revenue sharing, maka pemilik dana tidak akan menanggung kerugian, kecuali bank dilikuidasi dengan kondisi realisasi asset bank lebih kecil dari kewajiban (Wiroso, 2005).

33 2.7 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah Syafi I Antonio (2001;34) mengutarakan perbedaan bank syariah dengan bank konvensional dalam buku Bank Syariah dari Teori ke Praktik yaitu : Table 2.2 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank Syariah 1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. 3. Profit dan falah oriented 4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan 5. Perhimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah. Bank Konvensional Investasi yang halal dan haram. Memakai perangkat bunga. Profit oriented. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitur-kreditur. Tidak terdapat dewan sejenis Di dalam buku yang sama diuraikan pula perbedaan antara imbalan yang berdasarkan bagi hasil dan berdasarkan bunga, yaitu antara lain : Table 2.3

34 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga BAGI HASIL 1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dengan pedoman pada kemungkinan untung-rugi. 2. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan. 3. Bagi Hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan (bisa bagi untung atau bagi rugi). 4. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan. 5. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil BUNGA Penentuan bunga dengan asumsi harus selalu untung. Besarnya % berdasarkan jumlah uang yang dipinjamkan. Pembayaran bunga tetap tanpa pertimbangan apakah proyek untung atau rugi. Jumlah pembayaran bunga tidak terpengaruh oleh peningkatan atau penurunan jumlah pendapatan. Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama, termasuk Muslim. 2.8 Suku Bunga Dalam Bunga di bank konvensional dapat disebut sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabahnya karena telah mempercayai bank untuk menyimpan uangnya di bank dan bila dilihat dari sisi bank sebagai penyedia kredit maka pihak bank yang akan mendapatkan balas jasa dari nasabah berupa bunga. Dalam kegiatan perbankan berdasarkan prinsip konvensional ada dua macam bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu: Pertama adalah bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uang di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya, seperti jasa giro, bunga tabungan serta bunga deposito dan harga ini bagi bank merupakan harga beli. Kedua adalah bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank seperti bunga kredit dan harga ini bagi bank merupakan harga jual.

35 Pada dasarnya suku bunga menurut Myers (1999) dapat dibedakan menjadi suku bunga sederhana dan suku bunga majemuk. Suku bunga sederhana mengambil asumsi bahwa yang diinvestasikan hanya jumlah pokok investasinya saja sedangkan bunga tidak ikut dinvestasikan. Kenyataanya, semua pelaku bisnis di bidang keuangan menggunakan suku bunga majemuk. Keynes dalam teorinya menyebutkan bahwa tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Menurut teori ini, ada tiga motif seseorang bersedia untuk memegang uang tunai, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga dan spekulasi (Boediono, 1982). Tiga motif itulah yang merupakan sumber timbulnya permintaan uang yang diberi istilah liquidity preference, artinya permintaan akan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa umunya orang menginginkan dirinya tetap liquid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Teori Keynes menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsure permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi (Boediono, 1982). Permintaan besar apabila tingkat bunga tinggi dan permintaan kecil apabila tingkat bunga rendah. Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank. Artinya, pada tingkat bunga tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. 2.9 Dasar - Dasar Penetapan Tingkat Suku Bunga Deposito Dilihat dari sudut pandang ekonomi makro, pengertian dari tingkat bunga akan dikaitkan dengan dua subyek yaitu pemilik modal dan pemakai modal. Dalam transaksi negosiasi antara kedua belah pihak, tentu saja pemilik modal menginginkan tingkat bunga

36 setinggi-tingginya. Secara umum tingkat bunga dapat dikatakan sebagai harga uang yang ditetapkan dari transaksi antara penawaran dan permintaan uang. Besarnya penawaran dan permintaan dari uang tersebut juga dipengaruhi oleh besarnya arus uang beredar. Faktor utama yang mempengaruhi besarnya tingkat bunga yaitu perkembangan ekonomi, kebijakan pmerintah. Menurut Kasmir (2003) dalam bukunya manajemen Perbankan suatu bank dalam menetapkan tingkat bunga deposito akan dipengaruhi oleh hal sebagai berikut : a. Faktor Fundamental 1. Keadaan ekonomi dan keuangan nasional Suatu kondisi yang berhubungan dengan tingkat penawaran dan permintaan uang, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap inflasi dan suku bunga deposito. Ilustrasi dapat dimisalkan seperti bank cenderung untuk menaikkan tingkat suku bunga depositonya jika penawaran masyarakat akan dana rendah, sehingga untuk mengantisipasinya keadaan semacam itu bank menawarkan tingkat deposito yang tinggi. 2. Kebijakan pemerintah Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Artinya ada batasan maksimal dan batas minimal untuk suku bunga yang dipinjamkan. Tujuannya adalah agar bank dapat bersaing secara sehat. 3. Persaingan Dalam menarik konsumen agar menyimpan uang dan melakukan pinjaman kepada sebuah bank, maka yang seharusnya dilakukan bank tersebut adalah memperhatikan bunga simpanan dan bunga pinjaman yang ditawarkan oleh pesaing. Dimana bila pesaing memberi harga untuk bunga simpanan sebesar 15% pertahun maka hendaknya bank yang bersangkutan memberikan harga diatas harga pesaing, namun dengan tetap memperhatikan harga bunga simpanan yang telah ditetapkan oleh BI.

37 4. Jangka waktu Bunga merupakan jasa bank terhadap deposan yang telah menyimpan dananya di bank yang pada umumnya semakin lama jangka waktu simpanan maka semakin tinggi pula suku bunga yang akan diperoleh deposan. 5. Keadaan intern bank Terlihat pada komposisi dana bank, kebutuhan dana bank (likuiditas) dan kebijakan intern bank. Pada umumnya dana bank berasal dari pihak ketiga. Berdasarkan hal tersebut hendaknya bank dalam menentukan tingkat suku bunga deposito harus tetap memperhatikan pula tingkat suku bunga produk lain. b. Faktor Teknis Secara teknis perkembangan tingkat suku bunga dilihat dari pergerakannya, yaitu: 1. Secular Merupakan pergerakan suku bunga yang terjadi atas beberapa lingkaran usaha dalam kurun waktu 10-40 tahun. Pengamatan pada pergerakan tingkat suku bunga ini berguna untuk mengamati pergerakan tingkat suku bunga jangka panjang. 2. Cyclical Merupakan pergerakan suku bunga yang menjadi bagian dari secular dimana terjadi dalam kurun 3-5 tahun. Pergerakan ini bermanfaat untuk memperkirakan perkembangan tingkat suku bunga dalam jangka menengah. 3. seasonal and Random Merupakan pergerakan tingkat suku bunga yang dipengaruhi oleh suatu kejadian luar biasa seperti adanya perang, bencana alam, dll. 2.10 Pengaruh Pendapatan Bagi Hasil terhadap Simpanan Mudharabah Bank syariah dalam pengembangannya tidak hanya berlandaskan pada aspek legalitas melalui keberadaan undang-undang dan keunggulan nilai-nilai moral semata yang diaplikasikan dalam operasi perbankan syariah, tetapi juga harus berdasarkan pada

38 market driven. Bank syariah dapat berkembang baik bila mengacu pada demand masyarakat akan produk yang menguntungkan dan jasa bank syariah. Potensi terbesar bank syariah terdapat pada segmen floating market, yang mempunyai ciri lebih menunjukan aspek financial benefit dibandingkan aspek syariah. Bagi segmen floating market, ketertarikan dan kemauan untuk bertransaksi dengan bank syariah sangat ditentukan oleh layanan dan keuntungan yang ditawarkan. Segmen pasar ini akan bertransaksi dengan bank syariah jika bank syariah memberikan layanan dan keuntungan minimal sama atau bahkan lebih dibandingkan bank konvensional (Karim, 2005). Sehingga bank syariah jika ingin merebut pangsa floating market, harus memikirkan cara untuk meningkatkan pendapatan bagi hasil yang diberikan kepada nasabah. Artinya, jika bank syariah memiliki Pendapatan bagi hasil yang lebih besar dari periode sebelumnya, berarti bank syariah telah mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik, sehingga akan mempengaruhi minat masyarakat untuk mengadopsi bank syariah, yang akhirnya berdampak pada kenaikkan jumlah simpanan di bank syariah. 2.11 Pengaruh Suku Bunga terhadap Simpanan Mudharabah Bank syariah dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, dihadapkan pula pada resiko suku bunga. Tidak dapat dipungkiri lagi, semua sisi perekonomian tidak luput mekanisme bunga. Alasan utama ketertarikan pasar terhadap suku bunga adalah adanya kepastian hasil. Sampai saat ini, suku bunga masih menjadi faktor penentu utama dalam mempertimbangkan keputusan investasi bisnis. Smithin (1994) menyebutkan bahwa tingkat bunga merupakan salah satu pertimbangan utama seseorang dalam memutuskan untuk menabung. Wicksell (1997) juga menyatakan bahwa tingginya minat masyarakat untuk menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga. Artinya, pada saat tingkat suku bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. Jika dikaitkan dengan teori Keynes, seseorang bersedia untuk memegang uang tunai salah satunya karena motif berspekulasi. Berawal dari motif berspekulasi itulah ketika masyarakat yang memegang uang tunai tersebut dihadapkan pada suku bunga yang tinggi, akan cenderung menanamkan dananya di bank konvensional ketimbang menginvestasikannya di bank syariah, dengan alasan adanya kepastian hasil. Suku bunga

39 yang tinggi tersebut memungkinkan masyarakat yang sudah mengadopsi bank syariah untuk segera menarik dananya di bank syariah. 2.12 Pengaruh Pendapatan Bagi hasil dan Suku Bunga terhadap Simpanan Mudharabah Pendapatan bagi hasil dan suku bunga digunakan untuk menggambarkan tingkat return yang diberikan bank syariah dan bank konvensional. Semakin besar pendapatan bagi hasil dan suku bunga yang diberikan, akan semakin besar pula pendapatan yang diperoleh pemegang dana. Pendapatan bagi hasil dan suku bunga bias saja berbeda-beda antara satu bank dengan bank lain, atau dari satu periode ke periode lainnya, tetapi yang jelas semakin tinggi pendapatan bagi hasil dan suku bunga yang diberikan bank, akan semakin besar minat nasabah rasional untuk menyimpan dananya di bank tersebut. Nasabah rasional yang dimaksud adalah nasabah yang dalam menentukan pilihan untuk menanamkan dana lebih mementingkan keutungan. Hubungan positif antara tingkat return dengan tingkat tabungan menunjukan bahwa pada umumnya para penabung bermotif keuntungan (khairunnisa, 2001). Besarnya proporsi nasabah rasional (floating market), membuat bank syariah dan bank konvensional berlomba-lomba untuk merebut pasar tersebut. Nasabah rasional pemburu keuntungan akan mencermati setiap pergerakan pendapatan bagi hasil dan suku bunga.