Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

EFEKTIVITAS POSISI TANGAN PENOLONG DALAM PENCEGAHAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN PADA KALA II PERSALINAN DI RSIA Bunda arif PURWOKERTO TAHUN 2013

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM NY. NATALIA KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR PADA PERSALINAN FISIOLOGIS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM

Primigravida. Relationship With Birth Weight Normal On Labor Perineal Rupture Primigravida

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PARITAS IBU DENGAN ROBEKAN PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN ATIAH

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012

HUBUNGAN UMUR IBU DAN LAMA PERSALINAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU PRIMIPARA DI BPS NY

Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD KEBUMEN TAHUN 2013

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN BERAT BAYI LAHIR DENGAN KEJADIAN LASERASI PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK SWASTA Hj. SRI WAHYUNI, S.SiT SEMARANG TAHUN 2012

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO TAHUN 2013

Kata Kunci: Posisi Dorsal Recumbent, Posisi litotomi, Keadaan Perineum

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

CUT ROSMAWAR¹ ¹Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

HUBUNGAN BERAT BAYI DENGAN ROBEKAN PERINEUM PADA PERSALINAN FISIOLOGIS DI RB LILIK SIDOARJO

KARAKTERISTIKIBU BERSALIN DENGAN EPISIOTOMI DIRUMAH BERSALIN MARGA WALUYA SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL PRIMIPARA DI PUSKESMAS TEGALREJO

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

PERINEUM NORMAL TAHUN Disusun oleh : PROGRAM

Medsains Vol. 1 No.01, Maret 2015 : 7-12

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Universitas UBudiyah Indonesia

Hubungan Paritas Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Normal Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

GAMBARAN RESPONDEN DENGAN ROBEKAN PERINEUM DI RB PANJAWI SUKOHARJO

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN TERJADINYA ROBEKAN PERINEUM SPONTAN DI BPM WIWIK AZIZAH SAID DESA DURIWETAN KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian maternal di negara negara maju berkisar antara 5-10

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

Zaiyidah Fathony. Program Studi D3 Kebidanan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Persalinan

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM DENGAN PROSES KESEMBUHAN LUKA PERINEUM DI RSUD SIDOARJO. Abdul Muhith *) ABSTRAK

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

Nunung Nurjanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PALIYAN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN KEJADIAN ROBEKAN PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARATU KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2015.

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN RIWAYAT RUPTUR PERINEUM DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN DI BPM SY

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

SIMONGAN SEMARANG BARAT TAHUN 2015 ARTIKEL

HUBUNGAN BERAT LAHIR BAYI DENGAN RUPTURE PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA 2015

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Jurnal Siklus Volume 6 No 1 Januari 2017

HUBUNGAN ANTARA TINDAKAN VULVA HYGIENE DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS DI BPS TMM DJAMINI DAMUN

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua persalinan yaitu persalinan

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSI IBNU SINA BUKITTINGGI TAHUN 2014.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

1. Pendahuluan. STIKES Widyagama Husada Malang

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BPS NY. ALIMAH KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2009

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

Dian Azani Dosen Akbid 165 Pekanbaru, Indonesia ABSTRACT

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

E-journal Keperawatan (e-kp) Volume 3 Nomor 2 Oktober 2015

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No. 2 Juni 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN LAMA PERSALINAN KALA II PADA PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

Frekuensi Kunjungan ANC (Antenatal Care) Pada Ibu Hamil Trimester III

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 99 persen kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang. Hal ini terungkap

PENGARUH DERAJAT ROBEKAN PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU NIFAS DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di RB Harapan Bunda di Surakarta

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

HUBUNGAN FREKUENSI ANTENATAL CARE DENGAN PENGETAHUAN TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN. Endah Kusumawati, Rosina M Prodi D III Kebidanan ABSTRACT

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

HUBUNGAN KEHAMILAN USIA DINI DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PARADISE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

Transkripsi:

Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal The Relationship Between The Weight Of Newborn with The Perineal Rupture at Normal Labor Nunung Istianawati 1, Henny Juaria 1 Akbid Griya Husada, nistianaw@gmail.com, hennysugeng@yahoo.co.id ABSTRAK Rupture perineum adalah perlukaan perineum yang terjadi saat bayi lahir. Berdasarkan fokus asuhan persalinan normal saat ini yang menganut paradigma pencegahan, maka segala bentuk perlukaan jalan lahir sebaiknya dicegah. Data persalinan di BPS Desy Andri Anita Surabaya menunjukkan peningkatan kejadian rupture perineum yaitu 16,88% tahun 2009 menjadi 41% tahun 2011. Salah satu faktor yang berpengaruh yaitu berat bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode analitik dengan desain Cross sectional dan menggunakan data sekunder. Populasi penelitian adalah 77 ibu bersalin multigravida tahun 2012 yang pengambilan sampelnya dilakukan secara probability sampling dan tipe yang digunakan simple random sampling dan didapatkan 64 responden. Kemudian dibuat tabel frekuensi, tabulasi silang dan diuji menggunakan Pearson Chi- Square dengan nilai kemaknaan α = 0,05. H 1 diterima apabila p < α. Hasil penelitian didapatkan ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat 2500-4000 gram dan > 4000 gram mayoritas mengalami rupture perineum 71,43%. Sebaliknya ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat < 2500 gram mayoritas tidak mengalami rupture perineum 59,1%. Dari hasil analisis data menggunakan uji Pearson Chi Square didapatkan nilai p (0,017) < α (0,05) maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal. Dengan demikian diharapkan petugas kesehatan mampu mendeteksi dini faktor resiko yang menyebabkan rupture perineum dan senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki khususnya dalam hal mencegah rupture perineum dengan cara mengikuti pelatihan APN, seminar kesehatan, dan pelatihan kelas ibu hamil. Kata kunci : berat bayi lahir, rupture perineum ABSTRACT Perineal Rupture is perineal injury that occure when the baby birth. Based on the focus of the current normal delivery care paradigm that embraces prevention, then any form of injury in the canal birth should be avoided. The data of labor in BPS Desy Andri Anita Surabaya show the increased incidence of perineal rupture is 16.88% in 2009 to 41% in 2011. One of the factors that affect the weight of newborn. Therefore, this study aims to determine the relationship of birth the weight of newborn with perineal rupture in normal Labor. In this study the researchers used analytical method with Cross-sectional design and use secondary data. The study population was 77 maternal multigravid in 2012 that performed the sample collection and the type of probability sampling used simple random sampling and obtained 64 respondents. Then created frequency tables, cross tabulation and tested using Pearson Chi-Square with a significance value of α = 0.05. H1 is accepted if p < α.

The results of research is obtained multigravid mother who have been labored babies weighing 2500-4000 gr and > 4000 gr are ruptured perineal majority of 71.43%. Instead multigravid mother who have been labored baby weighing < 2500 gr majority are not ruptured perineal 59.1%. From the analysis of the data using Pearson Chi Square test p value obtained (0.017) <α (0,05) so Ho is rejected. It can be concluded that there is a relationship between a newborn weight incidence and perineal rupture in normal labor. It is hoped that health workers were able to detect the risk factors that lead to rupture of the perineal, and constantly improve the knowledge and skills possessed particularly in terms of preventing perineal rupture by APN training, health seminars, and pregnancy woman class. Keyword : newborn weight, perineal rupture

PENDAHULUAN Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang setiap wanita hamil pasti akan mengalaminya. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). Fokus asuhan persalinan normal saat ini adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum (Wiknjosastro dkk, 2008). Persalinan tidak jarang menyebabkan robekan pada jalan lahir. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet,laserasi), luka episiotomi, rupture perineum spontan, rupture perineum total, rupture pada dinding vagina, dan bahkan yang terberat yaitu rupture uteri. Robekan jalan lahir merupakan bentuk dari trauma obstetrik yang menjadi salah satu penyebab dari tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Menurut data SDKI tahun 2007, sebanyak 5% kasus kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh trauma obstetrik. Rupture perineum merupakan salah satu trauma yang paling sering diderita perempuan pada saat persalinan (Oxorn, 2010). Rupture perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu saat persalinan (Hamilton, 2002). Data persalinan di BPS Desy Andri Anita Surabaya selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 menunjukkan terjadi peningkatan jumlah kejadian rupture perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan 4,46 % dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi peningkatan 19,66%. Meningkatnya kejadian rupture perineum pada persalinan normal di BPS Desy Andri Anita Surabaya dari tahun 2009-2011, tidak sesuai dengan yang dikemukakan oleh Winkjosastro dkk (2008) dalam buku Asuhan Persalinan Normal menyatakan bahwa fokus asuhan persalinan normal saat ini menganut paradigma pencegahan. Dengan paradigma ini diharapkan laserasi pada jalan lahir dapat dicegah dan episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin. Sehingga dalam kondisi ini timbul suatu masalah yaitu tingginya frekuensi kejadian rupture perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya, jika hal tersebut dibiarkan maka akan berpengaruh terhadap morbiditas secara langsung dan mortalitas secra tidang langsung. Rupture perineum dapat terjadi karena beberapa faktor, di antaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan faktor penolong persalinan. Faktor ibu meliputi partus presipitatus, ibu primigravida, pasien tidak mampu berhenti mengejan, edema dan kerapuhan perineum, varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum, arkus pubis yang sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala bayi kearah posterior. Kemudian dari faktor janin meliputi berat badan bayi lahir (janin besar), posisi kepala yang abnormal misalnya presentasi muka dan occipitoposterior, presentasi sungsang, ekstraksi forceps yang sukar, distocia bahu, anomali congenital seperti hydrocephalus (Oxorn, 2010). Faktor janin salah satu penyebabnya adalah berat badan bayi lahir. Pada saat persalinan, laserasi spontan pada perineum dapat terjadi pada saat kepala dan bahu dilahirkan. Ketika bayi melewati jalan lahir, berat badan bayi berpengaruh terhadap besarnya penekanan terhadap otot-otot yang berada di sekitar perineum sehingga perineum menonjol dan meregang sampai kepala dan seluruh bagian tubuh bayi lahir. Penekanan

otot-otot perineum ini sering menyebabkan rupture perineum. Semakin besar tekanan terhadap perineum maka semakin besar pula resiko terjadinya rupture perineum ketika proses persalinan berlangsung (Cunningham, 1995). Berdasarkan data kejadian rupture perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya menunjukkan persalinan dengan rupture perineum dari tahun 2009-2011 terjadi pada persalinan dengan berat bayi lahir antara 2500-4000 gram yaitu sebesar 53,84% pada tahun 2009, 42,10% pada tahun 2010, dan 61,23% pada tahun 2011. Rupture perineum seringkali menimbulkan ketidaknyamanan pada ibu pascapartum. Ketidaknyamanan tersebut disebabkan oleh laserasi dan jahitan terhadap laserasi tersebut. Kebanyakan ibu measa takut untuk menyentuh bahkan membersihkan luka pada perineum, jika hal tersebut dibiarkan terjadi maka dapat menimbulkan komplikasi antara lain : Susah buang air besar, susah buang air kecil, dan infeksi (Varney, 2008). Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Kerjasama dengan ibu akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Pada saat crowning, lindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum (Winkjosastro dkk, 2008). Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan terjadi peningkatan frekuensi kejadian rupture perineum dari tahun ke tahun yaitu dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan 4,46 % dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi peningkatan 19,66 %. Selain itu mengingat rupture perineum sering mengakibatkan rasa ketidaknyamanan pada ibu pascapartum berupa rasa nyeri, susah buang air besar, dan susah buang air kecil maka penulis mengangkat masalah tentang hubungan berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal di BPS Desy Andri Anita Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah Diketahuinya hubungan antara berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal di BPS Desy Andri Anita Surabaya tahun 2012. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas (independent) dan variabel tergantung (dependent) dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2013 di BPS Desy Andri Anita Surabaya dengan pertimbangan, Ditemukan peningkatan jumlah kejadian rupture perineum pada tahun 2009 sebesar 16,88%, tahun 2010 sebesar 21,34%, dan tahun 2011 meningkat lagi sebesar 41%.. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu multigravida yang bersalin secara normal di BPS Desy Andri Anita Surabaya tahun 2012 sebanyak 77 orang. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Sampel penelitian ini adalah sebagian dari ibu multigravida yang bersalin secara normal di BPS Desy Andri Anita Surabaya pada tahun 2012 sebanyak 64 orang.

Dalam hal ini yang menjadi variabel bebasnya yaitu berat bayi lahir sedangkan untuk variabel bebasnya yaitu kejadian rupture perineum. Alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpulan data, dengan sumber data diperoleh dari buku catatan persalinan di BPS Desy Andri Anita Surabaya tahun 2012 yang berupa data sekunder. Analisis dalam penelitian ini diolah dan dihitung secara univariat dengan tabulasi frekuensi dan bivariat dengan tabulasi silang. Sedangkan untuk analisa data dilakukan uji statistik berupa Uji Chi- Square dari Pearson dengan menggunakan SPSS dimana skala ordinal direduksi menjadi skala nominal. HASIL PENELITIAN BPS Desy Andri Anita Surabaya terletak di Jalan Kandangan Mulyo III/48 Kelurahan Kandangan Kecamatan Sememi Surabaya. Dengan jumlah pegawai 3 orang bidan lulusan DIII Kebidanan, dan 1 perawat lulusan D-I Keperawatan. Subyek penelitian adalah ibu multigravida yang bersalin di BPS Desy Andri Anita Surabaya pada tahun 2012. Dari penelitian terhadap 64 ibu bersalin multigravida yang menggunakan data sekunder, didapatkan kejadian rupture perineum yang dipengaruhi oleh berat bayi yang dilahirkan sebagai berikut : 1. Berat Bayi Lahir Tabel 1 Frekuensi Berat Bayi Lahir Pada Multigravida di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012 Berat Bayi Lahir Frekuensi Persentase (%) < 2500 gram 2500-4000 gram > 4000 gram 22 30 12 34,4 46,9 18,7 Jumlah 64 100 Sumber : Data Sekunder dari Register Laporan Persalinan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebesar 46,9% persalinan pada multigravida yang ada pada tahun 2012 di BPS Desy Andri Anita Surabaya mayoritas dengan berat bayi lahir antara 2500-4000 gram. 2. Kejadian Rupture Perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tabel 2 Frekuensi Kejadian Rupture Perineum Pada Multigravida di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012 Perineum Frekuensi Persentase (%) Ruptur 39 60,9 Tidak Ruptur 25 39,1 Jumlah 64 100 Sumber : Data Sekunder dari Register Laporan Persalinan Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2012 persalinan di BPS Desy Andri Anita Surabaya mayoritas terjadi rupture perineum sebesar 60,9 %. 3. Hasil Analisis Data antara Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum

Total Tabel 3 Tabulasi Silang antara Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012 Berat Bayi Lahir Perineum Tidak Jumlah Ruptur Ruptur % % % 9 40,9 13 59,1 22 100 30 71,43 12 28,57 42 100 Jumlah 39 25 64 100 Sumber : Register Laporan Persalinan yang diolah peneliti Tabel 3 menunjukkan bahwa pada persalinan multigravida dengan berat bayi lahir 2500-4000 gram dan > 4000 gram lebih banyak terjadi rupture perineum (71,43%) dibandingkan persalinan pada multigravida dengan berat bayi lahir < 2500 gram (59,1%) yang tidak mengalami rupture perineum. Tabel 4 Uji Chi-Square Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum di BPS Desy Andri Anita Surabaya Tahun 2012. < 2500 gram 2500-4000 gram dan > 4000 gram Klasifikasi berat < 2500 gr 2500-4000 gr dan > 4000 gr Total Perineum tidak ruptur Count 13 9 22 Expected Count 8.6 13.4 22.0 Count 12 30 42 Expected Count 16.4 25.6 42.0 Count 25 39 64 Expected Count 25.0 39.0 64.0 Karena pada bab sebelumnya variabel berat bayi lahir yang memiliki skala ordinal dengan 3 kelompok yaitu berat bayi lahir < 2500 gram, 2500-4000 gram, dan > 4000 gram telah direduksi menjadi 2 kelompok yaitu berat bayi lahir < 2500 gram yang beresiko rendah terhadap kejadian rupture perineum serta 2500-4000 gram dan > 4000 gram yang beresiko tinggi terhadap kejadian rupture perineum. Maka dilakukan analisis data dengan menggunakan uji Chi- Square dari pearson terhadap data yang diperoleh..setelah dianalisis didapatkan hasil nilai significancy-nya adalah p (0,017) < (0,05), maka H 0 ditolak. yang berarti terdapat hubungan berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal. PEMBAHASAN Persalinan normal bisa mengakibatkan terjadinya kasus perlukaan jalan lahir. Salah satunya yaitu perlukaan pada perineum. Pada persalinan normal, Rupture perineum merupakan bentuk dari perlukaan pada perineum yang terjadi saat proses persalinan. Salah satu penyebab terjadinya rupture perineum ketika persalinan adalah berat bayi lahir. Semakin besar berat bayi yang lahir maka semakin beresiko terjanya rupture perineum sebaliknya semakin kecil berat bayi yang lahir maka semakin kecil pula resiko terjadinya rupture perineum. Berdasarkan data penelitian tentang rupture perineum didapatkan hasil pada Tabel 5.4 yang merupakan tabel tabulasi berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum didapatkan pada ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat < 2500 gram 9 orang ibu bersalin atau sebesar 40,9% mengalami ruptur dan 13 orang atau sebesar 59,1% tidak mengalami ruptuer. Sedangkan pada ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat 2500-4000 gram dan > 4000 gram 30 orang atau sebesar 71,43% mengalami rupture dan 12 orang atau sebesar 28,57% tidak mengalami rupture. Data yang diperoleh menunjukkan rupture perineum mayoritas terjadi pada persalinan dengan berat bayi lahir antara 2500-4000 gram dan > 4000

yaitu sebesar 71,43%, sebaliknya persalinan dengan berat < 2500 gram sedikit yang menyebabkan rupture perineum yaitu sebesar 40,9%. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa berat bayi lahir menyebabkan terjadinya kejadian rupture perineum. Hasil kesimpulan ini didukung dengan hasil uji statistik menggunakan uji chi square yang memakai nilai Pearson Chi-Square menunjukkan bahwa nilai significancy-nya p (0,017) < (0,05) berarti H 0 ditolak, maka terdapat hubungan antara berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal. Hasil kesimpulan di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saifuddin (2006) yang menyatakan bahwa semakin besar bayi yang lahir melalui jalan lahir ibu maka dimungkinkan semakin besar pula robekan jalan lahir terutama robekan perineum yang akan terjadi. Pada saat persalinan berat badan bayi lahir berpengaruh pada peregangan perineum sehingga pada perineum yang kaku mudah terjadi rupture. Pada saat persalinan, laserasi spontan pada perineum dapat terjadi pada saat kepala dan bahu dilahirkan. Ketika bayi melewati jalan lahir, berat badan bayi berpengaruh terhadap besarnya penekanan terhadap otot-otot yang berada di sekitar perineum sehingga perineum menonjol dan meregang sampai kepala dan seluruh bagian tubuh bayi lahir. Penekanan otot-otot perineum ini sering menyebabkan rupture perineum (Wiknjosastro,2005). Rupture perineum terjadi ketika kepala dan bahu dilahirkan, kejadian ini akan meningkat bila bayi dilahirkan terlalu cepat. Sehingga selain berat bayi saat lahir, faktor lain yang tidak kalah penting menyebabkan rupture perineum adalah faktor penolong persalinan yang kurang terampil. Pada persalinan normal, seorang penolong hendaknya melakukan pimpinan persalinan dengan benar, yaitu tidak memimpin persalinan sebelum pembukaan lengkap, melindungi perineum dengan satu tangan saat kepala crowning dan menahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus vagina dan perineum. Sehingga setiap penolong persalinan seharusnya selalu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki terutama dalam hal mencegah terjadinya ruptur perineum, seperti dengan cara mengikuti pelatihan APN, pelatihan kelas ibu hamil, dan seminar kesehatan. agar tercipta asuhan sayang ibu terutama ketika proses persalinan berlangsung. SIMPULAN Pada penelitian di BPS Desy Andri Anita Surabaya tahun 2012 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Berat bayi lahir mayoritas antara 2500-4000 gram sebesar 46,9%. 2. Kejadian Rupture Perineum mayoritas terjadi pada persalinan normal sebesar 60,9%. 3. Ada hubungan antara berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal SARAN 1. Bagi Masyarakat Khususnya Ibu Hamil Hendaknya melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, untuk mendeteksi secara dini adanya komplikasi. 2. Bagi BPS a Mendeteksi faktor-faktor penyebab rupture perineum dan melakukan penanganan yang tepat untuk mencegeah terjadinya rupture perineum. b Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki khususnya dalam hal pertolongan persalinan c Mengajarkan pada ibu bersalin tentang cara mengejan yang benar pada saat bersalin. 3. Bagi Institusi Pendidikan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan mengharapkan perlunya penelitian lanjutan yang lebih bermutu dan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan, walaupun hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

dan pengalamanan dalam melakukan penelitian selanjutnya. 4. Bagi Penulis a Diharapkan peneliti meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam menangani masalah Rupture Perineum. b Diharapkan pada penelitian berikutnya dilakukan penelitian yang berhubungan dengan Rupture Perineum dilihat dari faktor yang lain.

DAFTAR PUSTAKA Bobak, I.M et al., 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Dewi, A.B.F.K et al., 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Varney, H. et al., 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Wiknjosastro, G.H. et al., 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI Hakimi, M. ed., 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica. Karkata, M.K., 2009. Perdarahan Pasca Persalinan. In: A.B. Saifuddin, ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Kosim, M.S et al., 2012. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.B.G.F. dan Manuaba, I.A.C., 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Martohoesodo, S. dan Marsianto, 2005. Perlukaan dan Peristiwa Lain pada Persalinan. In: H. Wiknjosastro, ed. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. Notoatmodjo, S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Rochjati, P. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga University Press. Saifuddin, A.B. ed., 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-SP. Sofian, A. ed., 2012. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC. Sulistyoningsih, H., 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.