BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. kalangan bermain olahraga ini mulai dari yang tua, muda, bahkan anak-anak pun

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu kunci yang penting terutama dalam era globalisasi. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. Di indonesia tercatat bahwa pada tahun 2011 terdapat 1,87 juta jiwa anak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengalaman yang remaja peroleh dalam memantapkan

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencengahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surayya Hayatussofiyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi tidak lepas dari suatu perubahan pada berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang serba maju dan modern ini, banyak sekali perusahaanperusahaan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB I PENDAHULUAN. Komersial) merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat modern yang sangat kompleks dan heterogen,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas hiburan yang mencakup permainan (game) di dalamnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Zaman modern menuntut bertambahnya minat siswa untuk meneruskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia sedang mengalami penurunan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, selalu berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

Booklet Bimbingan KARIR

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua jabatan, organ visual ini memainkan peranan yang menentukan. Badan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pekerjaan yang layak bagi penunjang kemandirian dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk mempunyai kehidupan yang lebih layak. Era globalisasi, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya. Pendidikan diberikan dalam bentuk proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dari proses pendidikan yang dilakukan, diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang baik dalam pengetahuan dan keterampilan sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan berawal pada saat individu dilahirkan dan berlangsung seumur hidupnya. Seorang individu memperoleh pendidikan pertama kali dari keluarganya, seperti belajar berbicara, belajar duduk dan berjalan. Ketika memasuki usia sekolah individu akan memperoleh pendidikan melalui lembagalembaga pendidikan yang telah tersedia. Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah dan mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi (http://id.wikipedia.org). SMA (Sekolah Menengah Atas) merupakan lanjutan dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) dimana siswa memperoleh ilmu pengetahuan secara umum. 1

2 Setelah siswa lulus SMA, siswa dapat melakukan kegiatan sesuai dengan pilihannya masing-masing, seperti melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dimana mereka mulai diarahkan pada bidang-bidang tertentu sesuai dengan minat masing-masing, memilih untuk bekerja, atau siswa dapat memilih untuk melakukan kegiatan yang lain. Masa-masa kritis saat di SMA adalah ketika siswa berada di kelas XII karena siswa akan menghadapi UN serta memikirkan masa depannya setelah lulus SMA. Oleh karena itu, ketika berada di kelas XII SMA siswa harus memiliki persiapan yang matang. Persiapan mengenai menentukan kegiatan setelah lulus diharapkan sudah dilakukan ketika siswa berada di kelas XI sehingga dengan begitu, siswa memiliki kesempatan yang lebih banyak dalam mempersiapkan diri untuk memikirkan kegiatan yang akan dijalaninya setelah lulus SMA. Dengan memiliki banyak kesempatan dalam mempersiapkan diri memikirkan masa depan setelah lulus SMA, siswa kelas XI SMA diharapkan dapat menentukan kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuannya sehingga siswa akan lebih mampu bertahan menjalani kegiatan masa depan yang dipilihnya ketika menghadapi kesulitan. Setelah menentukan kegiatan di masa depan siswa kelas XI SMA diharapkan akan lebih termotivasi dalam belajar agar dapat lulus dan langsung menjalankan kegiatan masa depan yang telah mereka rencanakan. Siswa kelas XI SMA berusia antara 16-18 tahun dan menurut Santrock (2007) memasuki tahap perkembangan remaja late adolescence. Santrock (2007) mengungkapkan bahwa eksplorasi minat dalam memilih jurusan dan karir pada remaja akan lebih nyata pada tahap ini. Piaget (dalam Santrock, 2007) juga

3 mengungkapkan bahwa masa remaja memasuki tahap perkembangan kognitif formal operational dengan ciri-ciri mampu berpikir fantasy flight untuk melihat kemungkinan ke masa depan. Melihat kemungkinan ke masa depan berarti siswa memiliki orientasi masa depan. Dengan adanya orientasi masa depan berarti siswa telah melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin timbul di masa depan (Nurmi, 1991). Kegiatan setelah lulus SMA yang dapat dilakukan oleh siswa kelas XI salah satunya adalah menentukan apakah dirinya akan masuk perguruan tinggi setelah lulus, perguruan tinggi apa yang akan dipilih, jurusan apa yang akan dijalani. Hal ini disebut dengan orientasi masa depan bidang pendidikan. Orientasi masa depan dalam bidang pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga tahapan, yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi (Nurmi, 1991). Motivasi meliputi motif, minat, dan harapan siswa yang berkaitan dengan masa depannya dalam bidang pendidikan. Minat yang dimiliki siswa akan mengarahkan dirinya dalam menentukan tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Perencanaan adalah proses yang terdiri dari penentuan sub tujuan, penyusunan rencana dan perwujudan rencana sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Pada tahap evaluasi, siswa menilai sejauh mana tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan rencana yang telah disusun dapat direalisasikan. Siswa kelas XI SMA perlu memiliki orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang jelas karena bagi siswa yang memiliki orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang jelas, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar

4 agar memperoleh nilai yang baik dan berusaha mewujudkan tujuan-tujuan yang realistik di masa depan. Setelah lulus, siswa dapat langsung mendaftarkan diri pada perguruan tinggi tertentu sesuai dengan jurusan yang diinginkan. Siswa diharapkan dapat mencapai tujuan mereka dan sukses di masa depan serta dapat bertahan menjalani kuliah di jurusan yang diinginkan ketika menghadapi kesulitan-kesulitan selama kuliah. Sedangkan, bagi siswa yang memiliki orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang tidak jelas menjadi kurang termotivasi untuk belajar dan mewujudkan tujuan di masa depan. Siswa juga akan mengalami kebingungan untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus. Siswa akan cepat menyerah dalam menghadapi kesulitan di perguruan tinggi sehingga membuat siswa tidak bertahan lama dalam menjalani kuliah di jurusan yang dipilih. SMA X merupakan salah satu SMA swasta yang ada di Bandung dan berakreditasi A. Dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling, beliau mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa SMA X Bandung memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA. Namun, kebanyakan siswa juga belum menentukan perguruan tinggi dan jurusan yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, SMA X Bandung berusaha untuk membantu siswa yang ingin melanjutkan pendidikan dengan terbuka perguruan-perguruan tinggi datang ke sekolah dan mempromosikan diri kepada siswa dengan cara melakukan kegiatan presentasi di kelas-kelas atau membagikan brosur perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 10 orang siswa kelas XI SMA X Bandung, terdapat 9 orang siswa tertarik untuk melanjutkan

5 pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi setelah lulus nanti dan 1 orang siswa memutuskan untuk bekerja. Dari 9 orang siswa yang tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi terdapat 1 orang siswa yang telah menentukan jurusan di perguruan tinggi dan 8 orang siswa yang belum menentukan jurusan. Siswa yang telah menentukan jurusan di perguruan tinggi belum memiliki rencana yang spesifik dan terarah pada tujuannya untuk masuk ke jurusan yang diinginkan, namun siswa telah mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat mendukung dan menghambat pencapaian tujuannya untuk masuk ke perguruan tinggi, seperti keadaan ekonomi dan kemampuan akademik yang cukup dapat membantunya untuk masuk ke perguruan tinggi yang dipilihnya. Dari 8 orang siswa yang masih belum menentukan jurusan perguruan tinggi yang diinginkannya, 5 orang siswa belum memiliki rencana yang terarah pada tujuannya masuk ke perguruan tinggi dan tidak mengetahui apakah kemampuan yang dimiliknya dapat mendukungnya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sisanya, sebanyak 3 orang siswa memutuskan bekerja terlebih dahulu setelah lulus SMA untuk membantu ekonomi keluarga dan belum mengetahui apakah dirinya akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau tidak dan belum menentukan jurusan yang diinginkannya, meskipun siswa tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dari data dapat disimpulkan bahwa dari 10 orang siswa kelas XI SMA X Bandung terdapat 9 orang siswa yang tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan 1 orang siswa yang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Dari 9 orang siswa yang

6 tertarik untuk melanjutkan pendidikan terdapat 1 orang siswa yang telah menentukan jurusan di perguruan tinggi namun belum memiliki rencana yang terarah pada tujuannya, terdapat 5 orang siswa yang belum menentukan jurusan perguruan tinggi dan belum memiliki rencana, dan 3 orang siswa yang memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu dan belum menentukan jurusan yang diinginkannya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa siswa kelas XI SMA X belum memiliki gambaran yang jelas mengenai masa depan dalam bidang pendidikan. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian studi deskriptif mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui gambaran mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA X Bandung.

7 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jelas atau tidak jelas orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1.4.1.1 Memberikan informasi mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan ke dalam ilmu psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan. 1.4.1.2 Sebagai masukan bagi penelitian lain yang ingin meneliti orientasi masa depan, terutama orientasi masa depan dalam bidang pendidikan. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1.4.2.1 Memberikan informasi kepada para siswa kelas XI SMA X Bandung mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan sehingga membantu siswa dalam menentukan arah terkait masa depan dalam bidang pendidikan di perguruan tinggi. 1.4.2.2 Memberikan informasi kepada guru BP atau kepala sekolah mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan para siswa sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membimbing para siswa dalam menentukan masa depan dalam bidang pendidikan di perguruan tinggi. 1.4.2.3 Memberikan informasi kepada orangtua siswa mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan siswa sehingga dapat menjadi

8 pertimbangan dalam berdiskusi dan membimbing siswa dalam merencanakan masa depan, terutama dalam bidang pendidikan di perguruan tinggi. 1.5 Kerangka Pemikiran Siswa kelas XI SMA X Bandung adalah siswa yang berusia 16 sampai 18 tahun. Berdasarkan usia tersebut, menurut Santrock (2007) siswa telah memasuki masa perkembangan remaja akhir. Pada masa remaja akhir minat terhadap karir dan eksplorasi identitas lebih nyata dibandingkan pada masa remaja awal. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2007), masa remaja memasuki tahap perkembangan kognitif formal operational dengan ciri-ciri mampu berpikir abstrak, memiliki kemampuan problem solving secara verbal, mampu mengembangkan hipotesis atau dugaan terbaik tentang bagaimana menyelesaikan suatu masalah, dan berpikir fantasy flight untuk melihat kemungkinan ke masa depan. Menurut Nurmi (1989), dengan tahap berpikir formal operasional siswa mampu mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan. Kemampuan ini diharapkan dapat membantu siswa dalam menetapkan masa depan dan juga untuk perencanaan serta alternatif pelaksanaan dalam usaha pencapaian masa depannya. Nurmi (1991) mengungkapkan dengan adanya orientasi masa depan berarti siswa telah melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin

9 timbul di masa depan. Orientasi masa depan merupakan proses yang mencakup tiga tahapan, yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Pada tahap awal, siswa diharapkan memiliki minat dan harapan yang berkaitan dengan masa depannya. Hal ini akan mengarahkan siswa dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Siswa kelas XI SMA yang memiliki motivasi kuat berarti telah memutuskan akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, siswa telah menentukan akan melanjutkan pendidikan S1 atau D3, serta telah membuat pilihan mengenai fakultas/jurusan perguruan tinggi yang diinginkannya. Tingkat pendidikan dan fakultas/jurusan perguruan tinggi yang dipilih sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki siswa serta siswa juga memiliki harapan dapat berhasil masuk dan menjalani kuliah di fakultas atau jurusan yang telah dipilih. Sedangkan siswa kelas XI SMA yang memiliki motivasi yang lemah merupakan siswa yang belum memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau siswa telah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi namun masih mengalami kebingungan dalam memilih fakultas/jurusan atau siswa memilih fakultas/jurusan berdasarkan keinginan orang lain. Setelah siswa memiliki tujuan yang akan dicapainya, maka pada tahap kedua siswa perlu untuk membuat perencanaan. Penetapan rencana ini terdiri dari penentuan sub tujuan, penyusunan rencana, dan perwujudan rencana. Siswa memiliki gagasan tentang tujuan masa depan yang diharapkan dapat diwujudkan lalu menyusun strategi pelaksanaan kemudian mewujudkan strategi untuk mencapai tujuan. Contohnya, siswa merencanakan untuk mengikuti kursus

10 bimbingan belajar untuk persiapan mengikuti ujian saringan masuk perguruan tinggi negeri sehingga ia dapat diterima masuk ke jurusan perguruan tinggi yang diinginkannya. Siswa kelas XI SMA yang telah memiliki rencana yang terarah berarti siswa telah memiliki gambaran mengenai bidang jurusan perguruan tinggi yang ingin dimasukinya. Siswa mengetahui langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukannya untuk masuk ke jurusan tersebut, misalnya setelah memutuskan untuk masuk ke jurusan dan perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan jurusan perguruan tinggi yang diinginkan. Selain itu siswa juga berencana mengikuti kursus dan bimbingan belajar untuk meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan untuk masuk ke jurusan yang diinginkan atau latihan soal-soal ujian saringan masuk perguruan tinggi, mendaftarkan diri di perguruan tinggi yang diinginkannya, dan berencana mengikuti ujian saringan masuk. Sedangkan siswa kelas XI SMA yang memiliki rencana yang tidak terarah merupakan siswa yang tidak memiliki rencana untuk mengumpulkan informasi mengenai jurusan di perguruan tinggi dan siswa juga tidak mengetahui langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukannya untuk dapat masuk ke perguruan tinggi yang diinginkannya. Pada tahap akhir, siswa diharapkan dapat mengevaluasi kemungkinankemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan rencana-rencana yang telah dibuat. Siswa menentukan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung dan menghambat pencapaian tujuan pendidikan dan pelaksanaan rencana yang telah dibuat. Dalam tahap ini, siswa juga akan

11 menghayati emosi yang berpengaruh terhadap kemungkinan pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana. Siswa kelas XI SMA yang memiliki evaluasi yang akurat berarti siswa mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung dan menghambatnya dalam pelaksanaan rencana dalam rangka mencapai tujuan. Faktor internal yang dapat mendukung dan menghambat siswa diantaranya adalah kecerdasan dan keterampilan yang dimiliki siswa, sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah status ekonomi yang dimiliki orangtua siswa dan persaingan dengan orang lain untuk diterima masuk ke perguruan tinggi. Siswa yang mengevaluasi bahwa kemampuan yang dimilikinya memadai untuk menempuh pendidikan pada jurusan perguruan tinggi yang diminati akan merasa senang dan bersemangat ketika memikirkan pendidikan di perguruan tinggi dan merasa optimis dapat berhasil mencapai tujuannya masuk ke jurusan yang diinginkannya. Sedangkan siswa kelas XI SMA yang memiliki evaluasi yang tidak akurat akan terhambat dalam pencapai tujuan dan pelaksanaan rencana yang telah dibuatnya. Siswa tidak dapat mengetahui faktor-faktor internal yang eksternal yang dapat mendukung dan menghambatnya dalam pelaksanaan rencana dan pencapaian tujuan. Siswa akan merasa cemas, takut, dan terbeban ketika memikirkan pendidikan di perguruan tinggi sehingga siswa akan merasa pesimis dan merasa akan gagal dalam mencapai tujuan pendidikannya dan melakukan rencana yang telah dibuat. Nurmi (1991) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan siswa dalam bidang pendidikan, yaitu jenis kelamin, status

12 sosial ekonomi, self-esteem, dan hubungan siswa dengan orangtua. Siswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas dibandingkan dengan siswa perempuan. Hal ini berkaitan dengan peran gender masing-masing. Perempuan lebih tertarik pada kehidupan keluarga di masa depan dibandingkan laki-laki, karena peran gender perempuan yang melahirkan dan mengurus rumah tangga. Sedangkan laki-laki mengutamakan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik untuk mencari nafkah karena peran gendernya sebagai kepala rumah tangga. Laki-laki lebih tertarik pada masa depan dalam bidang pendidikan dan profesi sehingga siswa laki-laki dapat memiliki motivasi yang kuat dalam menentukan jurusan perguruan tinggi yang menjadi tujuannya nanti setelah lulus SMA. Dengan memiliki motivasi yang kuat siswa laki-laki juga menjadi dapat menyusun rencana yang terarah sesuai dengan tujuannya di perguruan tinggi serta siswa juga dapat melakukan evaluasi yang akurat terhadap faktor yang mendukung dan menghambatnya dalam mencapai tujuan dan menjalankan rencana yang telah disusunnya. Namun, Nurmi (1991) mengungkapkan bahwa perbedaan peran gender lebih terlihat pada remaja yang tinggal di lingkungan masyarakat tradisional. Pada remaja yang tinggal di kota dan memiliki gaya hidup yang modern, remaja lakilaki dan perempuan dapat sama-sama memiliki ketertarikan pada bidang pendidikan dan pekerjaan di masa depan. Sebagian besar perempuan yang tinggal di kota memiliki keinginan untuk bekerja di luar rumah dan memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga siswa perempuan juga dapat memiliki motivasi yang kuat dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Siswa juga dapat

13 menyusun rencana yang terarah pada tujuannya di perguruan tinggi dan dapat melakukan evaluasi yang akurat. Dengan demikian siswa perempuan juga dapat memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas. Dalam status sosial ekonomi, siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah keatas lebih tertarik dalam memikirkan dan membuat perencanaan tentang masa depannya dibandingkan siswa dengan tingkat ekonomi bawah. Siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi keatas akan memanfaatkan faktor ekonomi yang dimilikinya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi agar memperoleh posisi yang baik dalam pekerjaan sehingga siswa optimis untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan dapat memiliki motivasi yang kuat untuk menentukan jurusan perguruan tinggi sesuai minatnya. Siswa juga memiliki rencana yang terarah pada tujuannya di perguruan tinggi serta dapat mengevaluasi secara akurat faktor yang mendukung dan menghambatnya untuk meraih tujuannya di perguruan tinggi. Sedangkan, siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi bawah memiliki ekonomi yang kurang mendukungnya untuk meneruskan pendidikan sehingga siswa menjadi pesimis untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Siswa menjadi memiliki motivasi yang lemah dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi dan tidak memiliki rencana yang terarah. Hal ini dapat menyebabkan siswa lebih memilih untuk bekerja setelah lulus SMA agar dapat membantu perekonomian keluarganya. Siswa yang memiliki self-esteem tinggi akan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas dibandingkan siswa yang memiliki self-esteem rendah.

14 Siswa yang merasa yakin bahwa dirinya akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi akan percaya diri dan merasa optimis dalam merencanakan dan menjalani masa depannya. Siswa merasa akan berhasil di masa depan sehingga siswa dapat memiliki motivasi yang kuat dalam menentukan tujuan jurusan di perguruan tinggi. Selain itu siswa juga dapat menyusun rencana yang terarah pada tujuannya di perguruan tinggi dan melakukan evaluasi secara akurat sesuai tujuan dan rencana yang telah disusun. Sedangkan, siswa yang merasa tidak yakin akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi akan merasa pesimis dalam merencanakan masa depan. Siswa merasa akan gagal di masa depan dan memiliki motivasi yang lemah dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Siswa juga memiliki rencana yang tidak terarah pada tujuannya serta siswa tidak dapat melakukan evaluasi secara akurat. Siswa yang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya akan menjadi lebih yakin dalam menentukan masa depannya. Interaksi orangtua dengan siswa yang baik adalah interaksi yang membangun kemandirian siswa dan tidak terlalu mengendalikan. Interaksi orangtua dengan siswa dapat mempengaruhi minat, nilai, dan tujuan masa depan siswa. Semakin sering siswa berdiskusi dengan orangtuanya mengenai masa depan di perguruan tinggi akan membuat siswa memperoleh semakin banyak informasi mengenai pendidikan di perguruan tinggi. Informasi yang diperoleh siswa dari hasil diskusinya dengan orangtua dapat digunakan siswa untuk menentukan tujuan pendidikan di perguruan tinggi dan siswa juga menjadi dapat menyusun rencana terkait tujuan melanjutkan

15 pendidikan di perguruan tinggi sehingga orientasi masa depan siswa dalam bidang pendidikan akan menjadi jelas. Siswa yang memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan yang jelas akan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan menentukan fakultas/jurusan perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya. Siswa juga memiliki perencanaan dan strategi yang terarah untuk mencapai tujuannya tersebut serta dapat mengevaluasi secara akurat tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuat dengan melihat faktor-faktor yang menghambat dan menunjang pencapaian tujuan. Siswa yang memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan yang tidak jelas masih mengalami kebingungan dalam memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang akan dijalaninya. Siswa memiliki perencanaan dan strategi yang tidak terarah untuk mencapai tujuannya serta tidak akurat dalam mengevaluasi kemungkinan pencapaian tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuatnya. - Jenis kelamin - Status sosial ekonomi - Self-esteem - Hubungan dengan orangtua Siswa kelas XI SMA X Bandung Orientasi Jelas - Motivasi Masa Depan - Perencanaan dalam bidang - Evaluasi Tidak jelas pendidikan Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

16 1.6 Asumsi Dari kerangka pemikiran didapat asumsi sebagai berikut: 1. Siswa kelas XI SMA X Bandung memiliki orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang berbeda-beda, jelas atau tidak jelas. 2. Orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA X Bandung terbentuk dari 3 tahapan, yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi. 3. Orientasi masa depan dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XI SMA X Bandung dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, status sosial ekonomi, self-esteem, dan hubungan dengan orangtua.