HORMATI PERBEDAAN, JUNJUNG TINGGI PERSATUAN (Tanggapan atas Tuduhan Ke-Syi ah-an M.Quraish Shihab)**

dokumen-dokumen yang mirip
INDAHNYA PERSATUAN DARI MANA MENGENAL MAZHAB SYI'AH?

Persatuan Islam dalam Perspektif Imam Shadiq

Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah

`BAB I A. LATAR BELAKANG

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ~ VII

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BENARKAH QURAISH SHIHAB SYI AH?

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

yang sama bahwa Allah mempunyai sifat-siafat. Allah mempunyai sifat melihat (al-sami ), tetapi Allah melihat bukan dengan dhat-nya, tapi dengan

Bertaqiyah dengan gelar Professor

DAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19

IMAMAH DALAM PANDANGAN POLITIK SUNNI DAN SYI AH

UKHUWAH ISLAMIYYAH Oleh : Agus Gustiwang Saputra

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Kiai Said Aqil Siroj tidak terlepas dari Nahdltul Ulama dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

- Hakekat Tersembunyi Syi'ah Rafidhoh ٢

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Akhir-akhir ini terlihat banyak upaya-upaya yang ditujukan untuk. mendekatkan antara sunni dan syiah. Hal terlihat baik dalam tataran

PEDOMAN WAWANCARA A. Aparat Desa Margolinduk Bonang Demak B. Tokoh Mayoritas NU di Desa Margolinduk Bonang Demak

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

KABUPATEN SIDOARJO. menganalisis ragam pandangan tokoh agama kecamatan Taman tentang. benda wakaf yang telah diatur dalam undang-undang dan peraturan

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

Pembaharuan.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pemahaman Ayat Al-Qur an Terhadap Pendidikan. Multikultural yang Megajarkan Pengembangan Aqidah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

Menerima dan Mengamalkan Kebenaran

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

BAB I PENDAHULUAN. tauhid, mengubah semua jenis kehidupan yang timpang kearah kehidupan yang

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB I PENDAHULUAN. Secara garis besar pendidikan Agama Islam yang diberikan di sekolah atau. keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah Swt.

BAB I PENDAHULUAN. Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 17.

( aql) dan sumber agama (naql) adalah hal yang selalu ia tekankan kepada

DI ANTARA SIFAT-SIFAT TERPUJI ASY-SYAIKH RABI AL-MADKHALI - HAFIZHAHULLAH-

*** Bahaya Vonis Kafir

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal

AHLUSSUNNAH WAL JAMA AH; SOLUSI KESESATAN AKIDAH. Oleh : Ahmad Khusairi. Seiring dengan perkembangan mesin waktu yang akhirnya mengantarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODUL 02 MEMAHAMI KEAGUNGAN AL-QUR AN DAN HIDUP BAHAGIA DENGAN AL-QUR AN

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

KRITIK PENDAPAT ULAMA KALAM TENTANG ALIRAN MURJI AH. Disusun Guna Memenuhi Tugas. Mata kuliah : Ilmu Tauhid. Dosen Pengampu : Drs.

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF

Membangun Kekuatan Umat Islam. Written by Friday, 11 June :36

BAB IV ANALISIS METODE DAKWAH PONDOK PESANTREN SYAIKH JAMILURRAHMAN AS-SALAFY

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah sebagai aktifitas umat Islam dalam. metode maupun media yang digunakan.

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

TIDAK BOLEH PARTISAN

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

KONSEP IMAN PERSPEKTIF MURJI AH DAN MU TAZILAH (STUDI KOMPARATIF)

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

Hakikat Syafaat dan Tawassul Menurut Al-Quran

TAFSIR AL QUR AN UL KARIM

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

Desas-desus. 1 P a g e

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

AHMADIYAH SEBAGAI PAHAM DAN GERAKAN KEAGAMAAN

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

Belajar Tanpa Akhir A. Mustofa Bisri

Takwa dan Keutamaannya

BAB V PENUTUP. Al-Quran yang ditelaah melalui konsep Pendidikan Islam, penulis menemukan

BAB V PENUTUP Kesimpulan

SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin

BAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM


BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

Bukti Cinta Kepada Nabi

MEMBANGUN KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA: Perspektif Sosiologis. Prof. Dr. H. Nur Syam, MSi Guru Besar Sosiologi IAIN Sunan Ampel

Mukadimah. Pengkajian

QADLA DAN QADAR. Oleh : Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Penterjemah: A.Q. Khalid

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Surat Untuk Kaum Muslimin

Oleh: Hafidz Abdurrahman

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

AWAS!!! JANGAN SEPELEKAN PERKARA DALAM AGAMA ISLAM Al Ustadz Muhammad Umar as Sewed

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

ISLAM DAN DEMOKRASI. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 13Fakultas.

Transkripsi:

HORMATI PERBEDAAN, JUNJUNG TINGGI PERSATUAN (Tanggapan atas Tuduhan Ke-Syi ah-an M.Quraish Shihab)** Akhir-akhir ini beredar pemberitaan di beberapa media online terkait tuduhan sebagian orang terhadap Prof. Dr. M. Quraish Shihab (selanjutnya MQS). Beritaberita tersebut mengutip beberapa sumber yang menyatakan bahwa MQS adalah seorang penganut atau pendukung sekte (mazhab) Syi ah. Menurut sumber-sumber berita tersebut, tuduhan Syi ah terhadap MQS didasarkan pada pandangan dan pendapat MQS dalam buku karyanya: Sunnah-Syi ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran yang diterbitkan oleh Pusat Studi Al-Qur an bekerja sama dengan Penerbit Lentera Hati, Jakarta. Tuduhan semacam ini sebenarnya bukanlah hal baru bagi MQS. Sejak pertama kali mempresentasikan makalahnya tentang mazhab Syi ah pada tahun 80-an di Makasar, beberapa pihak telah berusaha melemparkan tuduhan yang sama bahwa MQS adalah seorang penganut atau pendukung mazhab Syi ah. Namun karena maksud dan tujuan MQS membahas mazhab Syi ah tidak dalam konteks sebagaimana dituduhkan sebagian orang kepadanya, maka MQS tidak berputus asa untuk terus memberikan wawasan keilmuan dan keislaman kepada masyarakat Indonesia, termasuk dalam hal bagaimana memandang dan menyikapi masalah Syi ah. Sayangnya, upaya MQS itu disalahpahami oleh sebagian orang, sehingga tuduhan itu disengaja atau tidak disengaja muncul lagi dalam jangka waktu yang berbeda-beda hingga beberapa waktu terakhir ini. MQS Membantah Tuduhan Ke-Syi ah-annya Menanggapi beberapa tuduhan yang dikaitkan dengannya, MQS telah memberikan bantahannya dalam berbagai kesempatan. Dalam bagian-bagian awal buku Sunnah-Syi ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran, terutama pada Pengantar, Pendahuluan, dan Bab Satu, MQS telah menjelaskan panjang lebar tentang latar belakang, tujuan, dan landasan pandangan-pandangannya terhadap Syi ah sebagai salah satu sekte atau mazhab keagamaan dalam Islam. Penjelasan tersebut secara tidak langsung juga merupakan bantahan MQS terhadap tuduhan penganut Syi ah yang dialamatkan kepadanya. Selain itu, beberapa waktu lalu, bertepatan dengan peringatan 70 tahun MQS, koran harian Republika edisi Ahad, 16 Februari 2014 juga menyajikan wawancara eksklusif dengan MQS. Di antara pertanyaan yang diajukan Republika adalah seputar tuduhan kepada MQS sebagai penganut Syi ah. 1

Dalam kesempatan tersebut, MQS kembali memberikan jawaban atas tuduhantuduhan tidak benar terhadap dirinya. Sebagian bantahan MQS dapat dibaca di alamat berikut: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/14/02/17/n14ozl-quraish-shihab-jawab-tudingan-syiah Dalam wawancara tersebut, dengan tegas MQS membantah semua tudingan tak berdasar yang dialamatkan kepadanya, meski tetap menerimanya dengan lapang dada dan jiwa besar. Bagi MQS, Nabi Saw. saja difitnah, apalagi cuma MQS. Menurut MQS, semua tuduhan yang menyatakan MQS penganut Syi ah adalah SALAH. MQS juga menegaskan bahwa sebenarnya keberatannya atas tuduhan itu bukan karena menganggap aliran Syi ah itu sesat dan menyesatkan, tapi karena dugaan dan tuduhan (bahwa MQS Syi ah) itu TIDAK BENAR. MQS memandang, tuduhan semacam itu mengemuka karena kesalahpahaman dan ketidaktahuan. MQS menyatakan, terkadang kita menilai seseorang itu musuh kita, padahal sebenarnya bukan dia musuh kita. Tetapi ada musuh asli yang menggunakan orang-orang lantas muncullah anggapan tersebut. Musuh tersebut adalah kebodohan. Kebodohan bisa mendorong orang melakukan hal buruk. Yang salah di sini adalah kebodohan itu. Contoh dalam konteks tuduhan, orang yang hanya tahu satu pendapat, dipikir hanya itu pendapat yang benar. Padahal sebenarnya ada pendapat lain yang bisa jadi benar. Tapi karena tidak tahu, dituduhlah macam-macam. TIdak hanya itu, MQS juga menantang siapapun yang menuduhnya Syi ah, agar menunjukkan bukti dalam karya-karyanya yang menunjukkan bahwa dirinya penganut Syi ah. Bagi MQS, prinsip-prinsip Syi ah jelas, seperti harus percaya imamah, sebuah prinsip yang tidak pernah ditekankan MQS dalam karyakaryanya. Jika terdapat kutipan pendapat ulama Syi ah atau bahkan Muktazilah, bagi MQS hal itu sebuah kewajaran, karena keragaman itu sudah semestinya dipelajari, dan sama sekali tidak dapat dijadikan alasan untuk menuduh MQS menganut salah satu aliran-aliran tersebut. Selama ini, tidak jarang jika pendapat yang terhidang sejalan dengan pendapat Syi ah, maka MQS dinilai beraliran Syi ah. Kalau pendapat yang MQS hidangkan sejalan dengan pandangan Muktazilah, maka cap Muktazilah dilekatkan ke MQS. Bahkan hanya mencantumkan pendapat Thabathaba i saja dalam tafsir al-mishbah sudah mengundang tuduhan keberpihakan MQS kepada Syi ah. Padahal dalam karya itu, sederetan pendapat ulama Sunni juga dikutip MQS. 2

Uraian-uraian lisan MQS pun tidak jarang disalahpahami oleh sementara orang yang wawasan atau toleransinya belum memadai, walaupun sebenarnya inti uraian tersebut bersumber dari ulama-ulama Sunni yang berkompeten. Akan tetapi sempitnya wawasan dan kurangnya pengetahuan dan toleransi, atau piciknya pandangan, atau buruknya sangka telah melahirkan tuduhan bahwa MQS adalah seorang penganut aliran Syi ah. Menilai seseorang sebagai penganut suatu aliran tertentu tidak bisa dilakukan hanya dengan sekedar melihat persamaan antara sekian pendapat yang dikemukakannya dengan pendapat satu kelompok atau aliran tertentu. Demikian itu halnya dengan penilaian tentang ke-syi ah-an seseorang. Seseorang tidak dapat dikatakan begitu saja sebagai penganut Syi ah hanya karena dalam beberapa hal, pendapatnya bersesuaian dengan pandanganpandangan penganut Syi ah. Hal serupa juga dapat diterapkan menyangkut penilaian atas kesesatan seseorang atau kelompok. Ciri utama yang menjadikan seseorang dinilai sebagai penganut aliran Syi ah adalah pernyataan bahwa Sayyidina Ali adalah Imam, yakni pembimbing keagamaan setelah Rasul Saw. dan kepala negara yang ditunjuk langsung serta diwasiatkan oleh Rasul Saw. kepada umat Islam. MQS memastikan bahwa dirinya tidak meyakini ataupun menuliskan keyakinan seperti itu dalam karyakaryanya. Dalam kehidupan sehari-hari, MQS juga tidak pernah melakukan praktek ibadah dengan menggunakan cara-cara yang biasa digunakan oleh para penganut Syi ah, seperti shalat di atas batu Karbala, menangguhkan buka puasa Ramadhan selama 10-15 menit, dan sebagainya. MQS juga menegaskan, Allah mengetahui, begitu juga sebagian mahasiswa yang tekun mengikuti kuliah-kuliahnya, mengetahui persis bahwa tuduhan tersebut tidak beralasan. Karena dalam perkuliahan dan diskusi-diskusi menyangkut sebagian banyak pandangan Syi ah, mereka mengetahui bagaimana tanggapan MQS, yang sekali sepakat, dan di kali lain sebaliknya. Kendati demikian, MQS tidak pernah menilai bahwa kelompok Ja fariyyah atau Itsna Asyariyyah adalah orang-orang yang sesat dan menyesatkan. Bahwa ada pandangan mereka yang berbeda dengan pandangan apa yang kita istilahkan dengan Ahlussunnah, yang dianut mayoritas masyarakat Indonesia, bahkan mayoritas masyarakat Islam dunia, tentulah tidak dapat disangkal. Namun yang perlu dicatat, menurut MQS, adalah bahwa pemikiran seseorang atau kelompok tidak jarang mengalami perkembangan atau perubahan. Kelompok Ahlussunnah mengalami perkembangan dalam pemikiran mereka, apalagi dalam bidang hukum, dan tentu saja Syi ah bahkan kelompok apapun tidak terkecuali. Ini terlihat dari pandangan-pandangan yang ditulis oleh ulamaulama Syi ah masa lalu dan masa kini. Masa kini cukup banyak ulama dan 3

cendikiawan Syi ah yang mengemukakan pendapat-pendapat yang sedikit banyak berbeda dengan pendapat-pendapat pendahulu mereka. Boleh jadi pendapat-pendapat ulama Syi ah masa kini dinilai sebagai pendapatpendapat pribadi, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa sikap Syi ah Itsna Asyariyyah, yang merupakan kelompok mayoritas Syi ah dewasa ini, telah mengalami perubahan dan perkembangan dengan sikap para pendahulu mereka. MQS juga tidak mengingkari adanya kelompok-kelompok yang menyandang atau disandangkan kepadanya nama Syi ah yang sesat dan menyesatkan. Namun demikian, ada juga dari mereka yang menyandang nama itu yang tidak dapat dinilai sebagai kelompok di luar Islam, kendati terdapat perbedaanperbedaan yang cukup banyak sederhana atau serius antara mereka dengan kelompok mayoritas umat Islam, yakni kelompok Ahlussunnah wa al-jama ah. Dari sini, kita tidak boleh menggeneralisir mereka begitu saja. Para ulama sepakat bahwa siapa saja yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kelompok umat Islam yang lain, tidaklah serta-merta dinilai sesat atau menyesatkan. Ulama-ulama Ahlussunnah bahkan semua ulama menetapkan bahwa menilai seseorang atau sekelompok orang sebagai sesat atau kafir haruslah berdasarkan bukti-bukti yang jelas dari pandangannya yang bertentangan dengan akidah Islam. Tidaklah dibenarkan melakukan penilaian demikian, hanya berdasarkan dugaan, apalagi jika hal tersebut masih dalam benak atau pikiran siapa yang dinilai itu. Kaidah yang terkenal menyatakan: nahnu nahkumu bi al-zhawahir, wa Allah yatawalla al-sara ir (kita memberi penilaian menyangkut sesuatu yang nyata, dan Allah yang menangani yang bersifat rahasia). Hal itu karena tak satu pun yang dapat mengetahui isi hati orang lain. Latar Belakang MQS dan Pandangannya tentang Syi ah Telah lazim dijelaskan, bahwa untuk memahami pandangan seseorang secara utuh, tidak dapat dihindari keharusan untuk melihat dan mengetahui latar belakang kehidupan, lingkungan, dan pendidikan seseorang tersebut. Demikian halnya bagi yang ingin mengetahui pemikiran dan pandangan MQS, khususnya yang terkait aliran Syi ah. Salah satu faktor yang disinyalir menjadi penyebab kesalahpahaman atau munculnya tuduhan Syi ah terhadap MQS adalah tidak terpahaminya konteks serta latarbelakang kehidupan dan pendidikan MQS yang tak dapat dipungkiri memberikan pengaruh pada pandanganpandangannya, termasuk yang terkait aliran Syi ah ini. MQS pun menyadari hal tersebut. Dia mengatakan, betapapun seseorang berusaha untuk bersikap objektif, namun bisa saja sedikit atau banyak 4

terjadi darinya atau dinilai orang lain, memiliki bias subjektif sebagai dampak dari kehidupan rumah tangga, latar belakang pendidikan, serta lingkungannya. Dalam konteks ini, MQS mengakui pengaruh ayahandanya yang memiliki sikap toleransi yang demikian tinggi, sehingga bisa sangat dekat dengan semua kelompok dan aliran umat Islam, bahkan non-muslim. Dari ayahandanya itulah MQS memahami bahwa semakin luas pengetahuan seseorang, maka semakin dalam toleransinya. Dan tidak ada satu kelompok pun yang memonopoli kebenaran atau kesalahan. Semua dapat benar dan dapat salah, kecuali Allah Swt. Dan Rasul-Nya. Karena kalau Rasul Saw.berbuat salah, maka Allah Swt. langsung menegur beliau. Pengalaman MQS berguru pada seorang ulama besar di Pondok Pesantren Dar al-hadits al-faqihiyah, Malang, al-habib Abdul Qadir Bilfaqih juga meninggalkan pengaruh yang dalam dalam diri MQS. Bilfaqih adalah seorang ulama yang sangat luas wawasannya dan selalu menanamkan pada santri-santrinya rasa rendah hati, toleransi, dan cinta kepada Ahl al-bait. Keluasan wawasan menjadikan beliau tidak mudah terpaku pada satu pendapat. Inilah salah satu teladan beliau yang membekas dalam diri MQS. MQS juga belajar di Universitas AL-Azhar, Mesir, mulai jenjang pendidikan menengah hingga jenjang tertinggi di lembaga pendidikan tersebut. Al-Azhar merupakan satu lembaga pendidikan yang dikenal sangat moderat dan berusaha menampung aneka mazhab pemikiran. Di sana diajarkan bukan saja keempat mazhab Sunni yang populer, yakni Maliki, Syafi i, Hanafi, dan Hanbali, tetapi juga mazhab Syi ah Imamiyah (Mazhab Ja fary), Syi ah Zaidiyyah, Madzhab al-zhahiry, dan al-ibadhiyah. Diajarkan juga secara bersanding aneka mazhab pemikiran masa lalu dan masa kini, seperti Salafiyyah, Asy ariyyah, Mu tazilah, dan lain-lain. Ketika belajar di Al-Azhar itu, MQS mengenal dan berguru kepada sekian banyak tokoh penganut dan penganjur al-taqrib bayna al-madzahib (pendekatan antar aneka mazhab), seperti almarhum Syaikh Mahmoud Syaltut, Syaikh Abdul Halim Mahmud, Syaikh Muhammad al-madany, Syaikh Muhammad al-ghazali, dan lain-lain. Mereka semua memberi pengaruh dan warna dalam pandangan-pandangan MQS, baik secara langsung maupun melalui karya-karya mereka. Dengan demikian, buku Sunnah-Syi ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran maupun uraian-uraian MQS terkait mazhab dan aliran dalam Islam harus dibaca dalam konteks wujud kelanjutan dari upaya guru-gurunya dalam mewujudkan al-taqrib bayna al-madzahib tersebut sekaligus bentuk komitmen MQS terhadap cita-cita persatuan umat Islam. 5

Apalagi dalam buku tersebut, MQS membahas Syi ah dalam konteks ajaran dan ide serta sorotan terhadapnya. Penjelasannya tentang Syi ah bukanlah uraian apalagi sorotan dan penilaian menyangkut kebijakan yang ditempuh oleh satu lembaga atau bahkan negara, apapun alirannya. Kebijakan yang diambil oleh seorang pemimpin negara yang menganut ajaran kelompok tertentu, tidak dapat sepenuhnya dianggap sebagai representasi ajaran dari kelompok tersebut, apalagi mengidentikkannya dengan ajaran Islam. Semua Umat Islam mengakui bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian. Buku itu, menurut MQS, dibahas dengan jiwa dan pikiran serta keinginan menghindari lebih banyak lagi pertikaian antar sesama umat Tauhid, sehingga tercipta persatuan dan kesatuan umat. MQS juga mengingatkan bahwa tujuan selalu harus selalu diperhatikan melebihi cara yang ditempuh. Dan tiada lain tujuan MQS kecuali terjalinnya hubungan harmonis antar semua kelompok umat Islam, bahkan seluruh umat manusia. Pandangan MQS tentang Perbedaan dan Persatuan Perbedaan pendapat merupakan salah satu fenomena yang telah ada sejak terbentuknya komunitas manusia, sekecil apapun komunitas itu. Perbedaan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan, termasuk agama dan keyakinan. Perbedaan adalah keniscayaan, sedang persatuan adalah keharusan yang harus diwujudkan. Keragaman dan perbedaan tidak dapat dihindari walau dalam saat yang sama, manusia dituntut oleh kedudukannya sebagai makhluk sosial untuk menyatu dalam bentuk bantu-membantu dan topang menopang. Dari sini MQS membedakan antara perbedaan dengan perselisihan. Yang pertama harus ditoleransi, apalagi ia dapat menjadi sumber kekayaan intelektual serta jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi. Keragaman dan perbedaan dapat menjadi rahmat selama dialog dan syarat-syarat terpenuhi. Karena itu, perbedaan tidak otomatis menjadi buruk atau bencana, sebagaimana tidak juga ia selalu baik dan bermanfaat. Ia menjadi bencana jika perbedaan mengarah untuk menjadi perselisihan sambil masing-masing menganggap diri atau kelompoknya memonopoli kebenaran sedang selain diri atau kelompoknya memonopoli kesalahan. Selanjutnya, MQS menekankan perlunya membedakan ushul al-din (prinsipprinsip pokok ajaran agama) dengan furu al-din (rincian ajaran agama). Harus dibedakan antara ajaran agama yang bersifat pasti (qath iy) dengan ajaran agama yang penafsirannya mengandung aneka kemungkinan makna (zhanny), yang boleh jadi semua benar atau sebagian salah dan sebagian lainnya benar, tapi tanpa dapat memastikan mana yang salah dan mana yang benar. 6

Bahkan dalam aneka pandangan agama dan keyakinan umat mansuia, ajaran Islam dapat menampung aneka perbedaan dalam prinsip-prinsip kepercayaan agama. Bukankah Al-Qur an mengakui secara de facto Ahl Kitab? Bukankah Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk mengajak mereka menemukan kata sepakat serta mencari titik temu guna bekerja sama dalam kebajikan? Bukankah Umat Islam dilarang mengganggu mereka atau menghalangi mereka melaksanakan tuntunan akidah dan syariat mereka? Karena itu, kendati perbedaan adalah keniscayaan, pertemuan dan persatuan tetap harus diwujudkan. Apalagi jika diperhatikan, menurut MQS, dapat dikatakan bahwa pada masa ini kebanyakan perbedaan pendapat di antara kaum Muslim hanya menyangkut masalah-masalah yang dapat disentuh oleh pemikiran ijtihad, baik yang menyangkut masalah akidah maupun syariat, atau politik, bukan menyangkut masalah-masalah ushul al-din (prinsip-prinsip agama) sehingga tidak mengakibatkan kekufuran penganutnya. Agaknya tidak keliru mereka yang menegaskan bahwa ketika Islam membenarkan ijtihad bagi para ulama yang memiliki kemampuan untuk menetapkan rincian pandangan agama dengan merujuk kepada Al-Qur an dan Sunnah, maka ketika itu juga Islam telah mengakui kemungkinan timbulnya perbedaan pendapat dan lahirnya kelompok-kelompok. Namun perbedaan pendapat ulama masa lalu tidak pernah menjadikan mereka saling tuding, apalagi saling mengafirkan, bahkan mereka semua saling menghormati dan mengakui kelebihan pihak lain. Hal itu karena, sebagaimana disampaikan al-syathibi dalam al-muwafaqat, agama melarang untuk menuding/menyebut nama kelompok yang sesat. Salah satu tujuannya karena hal tersebut dapat menimbulkan perpecahan dan ketidak harmonisan di kalangan kaum muslim, padahal keharmonisan hubungan diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Sayangnya, kondisi semacam itu berangsur-angsur beralih menjadi fanatismne buta sejalan dengan kemunduran peranan ilmu dalam masyarakat Islam. Karena itu, MQS memandang, sekarang saatnya menghidupkan kembali semangat hidup harmonis di tengah-tengah perbedaan yang terdapat di antara aliran-aliran keagamaan dalam Islam, sebagaimana diteladankan oleh para ulama pendahulu kita. Demi terjalinnya hubungan harmonis antara pihak-pihak yang sebelumnya berselisih, MQS menekankan perlunya sikapsaling percaya.tanpa hal tersebut, maka jangankan hubungan harmonis, pertemuan pun tidak mungkin dapat tercapai. Dalam konteks ini, tidak jarang sikap yang dikemukakan kelompok 7

Syi ah dianggap sebagai sikap taqiyyah. Sikap taqiyyah memang dibenarkan oleh kelompok Syiah dengan syarat-syarat tertentu, tetapi dipahami oleh sementara orang bahwa hal tersebut mengandung arti izin untuk berpura-pura atau berbohong. Ini pada gilirannya menjadikan, betapapun sesuainya apa yang dikemukakan oleh kelompok Syi ah dengan pandangan Ahlussunnah, tetap saja mereka yang curiga akan menilainya sebagai sikap berpura-pura atau berbohong. Sekali lagi, keberhasilan memupuk hubungan harmonis, menurut MQS, memerlukan sikap saling percaya dan mejadikan apa yang nyata dari ucapan dan perbuatan sebagai tolok ukur, bukannya apa yang tersembunyi. MQS juga menggarisbawahi bahwa mazhab-mazhab Islam yang ada sepenuhnya sama dalam prinsip-prinsip ajaran, sedang dalam rinciannya terdapat perbedaan, namun persamannya jauh lebih banyak. Melaksanakan apa yang sama itu sudah dapat menyelamatkan seseorang, bukan saja dari bencana perpecahan, tapi bahkan bencana ukhrawi. Pandangan dan pendapat yang dikemukakan MQS dalam ceramah maupun dalam tulisan terkait Syi ah adalah upaya menjelaskan sekelumit dari sejarah dan asal-usul Syi ah, pokok-pokok ajarannya, dan perbedaan yang paling pokok antara Sunnah dan Syi ah Imamiyah Itsna Asyariyyah, serta strategi dan caracara yang dianjurkan oleh tokoh-tokoh umat Islam guna terciptanya kedekatan hati, pikiran, dan kesatuan langkah semua kelompok yang bernaung di bawah panji Tauhid. Wallahu A la wa A lam. ** Artikel ini diadaptasi dari Buku Sunnah-Syi ah Bergandengan Tangan! Mungkinkah? Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran dan wawancara MQS di harian Republika, 16 februari 2014, oleh Romli Syarqawi Zain. 8