BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam memandang bahwa sumber daya alam yang tersedia cukup untuk seluruh

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemerintah bersama masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama

BAB 1 PENDAHULUAN. pengembangan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengembangan. serta bantuan lainnya (Depag RI, 2007 a:1)

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan

BAB I PENDAHULUAN. Secara demografik dan kultural, bangsa Indonesia, khususnya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan. Manifestasi dari kesadaran tersebut, bagi manusia akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ZIS PADA BAZ DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjaga kelangsungan hidup organisasi pengelola zakat

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu serta menjadi unsur dari Rukun Islam, sedangkan Infaq dan Shodaqoh

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

EVALUASI PENERAPAN PSAK NO.109 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI ZAKAT, INFAQ/SHADAQAH PADA BAZNAS KOTA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat

Indra Pratama Wicaksono

BAB II LANDASAN TEORI. a. Penelitian yang dilakukan Umah dan Kristin,(2011) yang berjudul Penerapan

Analisisis Penyajian Laporan Keuangan Pada Badan Amil Zakat KabupatenSiak Berdasarkan PSAK NO.109. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK NO. 109 PADA RUMAH ZAKAT CABANG SEMARANG. Layaknya perusahaan-perusahaan nirlaba lainnya, dalam melaksanakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan berkembang pesat di Indonesia, oleh karena itu dibuat UU No. 38

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 109 Pada Yayasan Rumah Yatim Arrohman: Identifikasi Faktor Pendukung

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. Al-Amin (dapat dipercaya). Rasulullah mewajibkan kepada kita untuk dapat selalu

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

Bab I. Pendahuluan. pengembangan zakat menjadi salah satu pemerataan pendapaatan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB V PENUTUP. akhirnya pada bab ini penulis dapat suatu kesimpulan. Adapun benang merah. 1. Pendapat Ulma Tentang Zakat Atas Tambak Garam.

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

IMPLEMENTASI PSAK NO. 109 PADA BADAN AMIL ZAKAT SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH PADA BADAN AMIL ZAKAT DAERAH (BAZDA) KOTA GORONTALO. Imran Danial Akuntansi/S1 Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. itu bertugas untuk mengelola dana sebagaimana mestinya. Zakat merupakan

AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. muslim dengan jumlah 88,1 persen dari jumlah penduduk indonesia

Materi: 14 AKUNTANSI ZIS (PSAK 109)

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan. dengan beberapa langkah. Adapun langkah langkah pengoptimalan diantaranya

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. sedikit umat yang jatuh peradabannya hanya karena kefakiran. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

Imelda D. Rahmawati Firman Aulia P Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

PENERAPAN PSAK NO. 109 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN AKUNTANSI ZAKAT, INFAQ/SEDEKAH PADA BAZNAS PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat sebagai sistem jaminan sosial bagi penanggulangan kemiskinan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. jangan beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Dan juga Ibn. Abbas r.a dalam Laroche (1996) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. satu ajaran islam yang mengatur pola kesejahteraan dan kemakmuran adalah pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sekarang bentuk pendapatan yang paling menonjol adalah

BAB I PENDAHULUAN. dukungan penuh agama untuk membantu orang-orang miskin yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini berkembang pesat begitu juga dengan teknologi

Implementasi Akuntansi Zakat Infaq dan Shadaqah Berdasarkan PSAK 109 Implementation of Accounting Zakat, Infaq and Shadaqah Based on PSAK 109

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI ZAKAT INFAK DAN SEDEKAH PSAK 109 PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT NURUL HAYAT CABANG MALANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu: Berdasarkan uraian yang terkandung dalam alinea keempat pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DALAM UPAYA MENGUBAH STATUS MUSTAHIQ MENJADI MUZAKKI

OLEH MUHAMMAD SADLI HASIBUAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA KEMASYARAKATAN ( PK III )

BAB I PENDAHULUAN. zakat sebagai salah satu rukun Islam (Al-Ba'ly, 2006:1). Hakzakat di berikan

BAB I PENDAHULUAN. Islam berguna untuk membangun keadilan sosial dan ekonomi yang lebih

ANALISIS PENCATATAN DAN PELAPORAN LAPORAN KEUANGAN BAZIS PROVINSI PROVINSI DKI JAKARTA DENGAN ACUAN PSAK 109

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

kewajiban zakat adalah urusan dengan Allah (vertical ),namun dalam menunaikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para penganut sistem ekonomi kapitalisme berpendapat bahwa inti masalah ekonomi adalah masalah produksi. Mereka berpendapat bahwa penyebab kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak pernah terbatas dan beraneka ragam. Untuk mengatasi persoalan tersebut, menurut mereka perlu bekerja keras memproduksi sebanyak-banyak alat pemuas kebutuhan itu. Menurut sistem ekonomi Islam, inti masalah ekonomi bukanlah kekurangan produksi, melainkan adalah distribusi. Kajian tentang zakat dan pajak sebagai sistem distribusi memperoleh porsi yang besar dalam sistem ekonomi Islam. Sedemikian pentingnya, sehingga zakat ditempatkan sebagai rukun Islam yang ketiga, sesudah sholat, mendahului kewajiban puasa dan haji. Islam memandang bahwa sumber daya alam tersedia cukup untuk seluruh makhluk. Yang diperlukan adalah sistem distribusi yang adil dan menjamin semua penduduk untuk mempunyai kesempatan dan memperoleh rezekinya melalui mekanisme zakat dan pajak. Hal ini telah dibuktikan keberhasilannya di zaman Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, di mana dunia dengan sistem ekonomi Islam menjadi sejahtera, sampai sulit dicari para mustahiq untuk diberi zakat. (Gusfahmi 2007 : 53). Zakat adalah kewajiban bagi umat Islam yang telah ditetapkan dalam Alqur an, sunnah nabi, dan Ijma para ulama. Zakat merupakan ibadah dan

2 kewajiban sosial bagi para Aghniya (hartawan) setelah kekayaannya memenuhi batas minimal (nishab) dan rentang waktu setahun (haul). Tujuannya u ntuk mewujudkan pemerataan keadilan dalam ekonomi. Sebagai salah satu asset lembaga ekonomi Islam, zakat merupakan sumber dana potensial strategis bagi upaya membangun kesejahteraan ummat. Karena itu Al-qur an memberi rambu agar zakat yang dihimpun disalurkan kepada mustahiq (orang yang benar -benar berhak menerima zakat). (Al Zuhayli Wahbah 2008 : 83) Didalam Al-Qur an terdapat 32 kata zakat, dan 82 kali diulang dengan menggunakan istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat yaitu shadaqah / infaq. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi, dan peranan yang sangat penting dalam Islam. Dari 32 ayat dalam Al-Qur an yang memuat ketentuan zakat tersebut, 29 ayat diantaranya menghubungkan ketentuan zakat dengan shalat. (Nuruddin Mhd. Ali, 2006:24) Indonesia merupakan Negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, yang mana didalam Islam diwajibkan bagi yang mampu untuk mengeluarkan zakat dari sebagian harta mereka. Hal ini membuat zakat sangat bermanfaat mengingat masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tergolong kurang mampu yang berhak menerima zakat. Pemerintah menyadari bahwa jika pengelolaan zakat dilakukan dengan baik, transparan dan bertanggung jawab, maka banyak persoalan sosial dan ekonomi dalam masyarakat dapat terpecahkan. Zakat, Infaq, dan shadaqah (ZIS) merupakan bagian dari kedermawanan dalam konteks masyarakat muslim. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu sedangkan infak dan sedekah merupakan wujud kecintaan

3 hamba terhadap nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadanya sehingga seorang hamba rela menyisihkan sebagian hartanya untuk kepentingan agama. Pemerintah telah mengatur UU Nomor. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. UU ini mengatur tentang pengelolaan zakat oleh organisasi pengelola zakat (OPZ). OPZ yang disebut dalam undang-undang tersebut adalah Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga amil zakat (LAZ). Badan Amil Zakat merupakan lembaga pengumpul dan pendayagunaan dana zakat yang dibentuk oleh Pemerintah. Sedangkan LAZ merupakan OPZ yang dibentuk oleh organisasi kemasyarakatan Islam yang telah mendapatkan izin dari pemerintah. (Keputusan Mentri Agama:2011) Sebagian besar OPZ belum sepenuhnya menerapkan sistem manajemen keuangan dan akuntansi yang seharusnya. Hal tersebut dikarenakan ketidaktahuan pengurus atau amil. Ini tentunya menjadi suatu tantangan dan harus dicari solusinya. Karena bagaimanapun juga, sistem manajemen keuangan dan akuntansi yang baik merupakan salah satu faktor yang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada OPZ. Dalam proses pelaporan keuangan Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) belum memiliki standar akuntansi keuangan sehingga terjadi perbedaan penyusunan laporan keuangan antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Namun pada tahun 2011 opini syariah telah dikeluarkan, PSAK 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infaq/Sedekah telah diselesaikan. Dalam bulan Oktober 2011 lalu, buku PSAK 109 telah terbit dan dinikmati oleh kita semua.itu artinya bahwa PSAK 109 telah resmi berlaku.

4 Berlakunya PSAK 109 pada 1 Januari 2012 akan menjadi babak baru dalam perkembangan zakat di Indonesia. Semua Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) akan dapat menjadikan PSAK 109 sebagai pedoman pengelolaan keuangan dan akuntansi, sekaligus dalam menyajikan laporan keuangan. Para akuntan publik juga dapat menjadikan PSAK 109 untuk melakukan audit atas laporan keuangan Organisasi Pengeloa Zakat (OPZ). Dengan semua Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) merujuk pada PSAK 109 dalam menyajikan laporan keuangan, akan menjadi lebih mudah apabila hendak melakukan perbandingan kinerja keuangan antar Organisasi Pengelola Zakat (OPZ). Dengan terbitnya PSAK 109, maka semakin lengkaplah pedoman pengelolaan zakat di Indonesia. OPZ harus menggunakan pembukuan yang benar dan siap diaudit oleh akuntan public. Jika Lembaga zakat belum menerapkan akuntansi zakat, Akibatnya ada masalah dalam audit laporan keuangan lembaga amil zakat tersebut. Padahal, audit merupakan salah satu hal penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat. (Harahap, Sofyan Safri, 2004 : 64) Hasil penelitian dari Istutik (2013) menyatakan pengenalan dan apalagi pemahaman pengelola lembaga amil terhadap PSAK 109 masih kurang. Perlu keterlibatan perguruan tinggi, organisasi profesi, atau BAZNAS ( Badan Amil Zakat Nasional) untuk memberikan pelatihan PSAK 109. Dengan tingkat pendidikan pengelola lembaga amil yang mayoritas sarjana maka melalui pelatihan akan dapat segera meningkatkan pemahamannya terhadap PSAK 109.

5 Penelitian dari Indrayani, dkk (2013) menyatakan bahwa dana zakat, infaq, shodaqoh LAZ DPU dalam pengakuan dan pengukuran sudah sama dengan PSAK nomor 109 namun belum menerapkan jurnal pada saat pengakuan awal donasi tetapi dalam pengarsipan data telah rapi baik data penerimaan maupun pengeluaran. Karena itu, menjadi penting bagi lembaga pengelola zakat untuk bisa menyusun laporan keuangan yang baik dan transparan. Akan tetapi masih banyak OPZ yang belum menggunakan akuntansi zakat, terutama badan amil zakat yang beroperasi dalam lingkup desa/kelurahan atau masjid, mereka masih menggunakan akuntansi konvensional. Padahal sudah dikeluarkan PSAK no.109 tentang akuntansi zakat. Dengan adanya fenomena tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian pada Badan Amil Zakat Kabupaten Siak. Adapun masalah yang ditemukan pada Badan Amil Zakat Kabupaten Siak adalah sebagai berikut: 1. Badan Amil Zakat Kabupaten Siak dalam mempertanggungjawabkan laporan keuangan tidak melakukan penyusunan Neraca atau Laporan Posisi Keuangan, Laporan Perubahan Dana, Laporan Perubahan Aset Kelolaan, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan yang disajikan hanyalah laporan keuangan yang sederhana saja. Hal ini tidak sesuai dengan PSAK No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infak/Sedekah.

6 2. Pada laporan keuangan BAZ Kabupaten siak tertulis bahwa total zakat yang disalurkan melalui 3 tahap tidak sama dengan hasil penerimaan, yaitu sebagai berikut: a. Total dana zakat yang disalurkan dilaporkan sebesar Rp.4.564.202.500,00 sedangkan daftar seluruh penerimaan zakat ialah Rp.4.676.919.200 sehingga terdapat selisih antara zakat yang disalurkan dengan yang diterima yaitu sebesar Rp.112.716.700. Terjadinya selisih saldo dana ini akan menyebabkan pembaca laporan keuangan keliru dalam membaca laporan keuangan. b. Pada penyaluran dana zakat kepada mustahiq pola konsumtif dilaporkan berjumlah Rp.2.105.550.000,00 sedangkan dana pada daftar penerimaan mustahiq pola konsumtif terjadi kesalahan pencatatan yaitu sebesar Rp. 2.104.950.000,00 sehingga terdapat selisih sebesar Rp. 600.000,00. Kesalahan pencatatan mengakibatkan pembaca laporan keuangan keliru dalam membaca laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena kurang telitinya bandahara dalam menyusun laporan keuangan. 3. Pada BAZ Kabupaten Siak tidak melakukan penyaluran terhadap dana Infaq/Shadaqah yang terkumpul pada periode 2012. Adapun jumlah dana Infaq/Shadaqah yang terkumpul ialah sebesar Rp.1.559.450. Hal ini menyebabkan tidak optimalnya penggunaan dana Infaq/Shadaqah yang terkumpul pada Badan Amil Zakat Kabupaten Siak. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, Penulis ingin melakukan penelitian dengan judul Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pada Badan Amil Zakat Kabupaten Siak Berdasarkan PSAK No.109.

7 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah: Apakah Penyajian Laporan Keuangan Pada Badan Amil Zakat Kabupaten Siak Sesuai Dengan PSAK No.109? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui apakah Laporan Keuangan Badan Amil Zakat Kabupaten Siak telah sesuai dengan PSAK No. 109. 1.3.2 Manfaat Penelitian a. Menambah khasanah pengetahuan dalam Akuntansi syariah dan pengetahuan tentang zakat. b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang melakukan penelitian dengan judul yang sama. c. Bagi Badan Amil Zakat Kabupaten Siak, merupakan masukan yang dapat digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan keuangannya. 1.4 Metode Penelitian 1.4.1 Lokasi Penelitian Penelitian Dilakukan pada Badan Amil Zakat Kabupaten Siak Jln. Sultan Syarif Kasim, Siak Sri Indrapura. 1.4.2 Jenis dan Sumber Data Adapun Jenis dan Sumber data adalah sebagai berikut :

8 a. Data primer yaitu : data yang diperoleh dari Badan Amil Zakat Kabupaten Siak melalui wawancara, kemudian diolah dan disusun kembali oleh penulis, mengenai proses pencatatan laporan keuangan BAZ. b. Data Sekunder yaitu : data yang diperoleh dari Badan Amil Zakat Kabupaten Siak dalam bentuk jadi, seperti sejarah singkat Badan Amil Zakat Kabupaten Siak dan Susunan Organisasi. 1.4.3 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yaitu: a. Teknik dokumentasi yaitu metode ini dilakukan dengan mempelajari literature-literatur, baik berupa undang-undang, peraturan Pemerintah, surat edaran, dan buku-buku yang berhubungan dengan Akuntansi ZIS. b. Penelitian lapangan yaitu metode ini dilakukan dengan melakukan pengamatan proses pelaporan keuangan pada Badan Amil Zakat Kabupaten Siak. 1.4.4 Analisis Data Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan metode Deskriptif dengan membandingkan antara praktek dan teori yang ada, Kemudian ditarik suatu kesimpulan. Menurut Travers dalam Husein Umar (2003 : 55) metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.

9 1.5 Sistematika Penulisan Untuk lebih memahami pembaca dalam memahami dan menelusuri tulisan maka disusun sistematika penulisan dalam beberapa BAB yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah. BAB I : Pendahuluan Merupakan bab yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Telaah Pustaka Merupakan bab yang menjelaskan tentang pertama:pengertian akuntansi, pengertian akuntansi syariah, prinsip-prinsip akuntansi syariah, perbedaan akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional, serta fungsi, tujuan dan teknik akuntansi zakat. Kedua: penjelasan tentang PSAK No. 109 tentang akuntansi zakat, infak dan sedekahpengertian zakat, infaq, dan sedekah, landasan kewajiban zakat, hukum zakat, syarat dan jenis zakat, pihak-pihak yang terkait dengan zakat, pendayagunaan dan manfaat zakat, serta perbedaan dan persamaan antara zakat dan pajak. Ketiga: pengertian amil zakat, syarat-syarat akuntansi zakat, organisasi pengelola zakat, serta tugas dan wewenang amil zakat.

10 BAB III : Gambaran Umum Badan Amil Zakat Kabupaten Siak Merupakan bab yang menguraikan tentang sejarah berdirinya, dasar hukum, visi dan misi, susunan pengurus, tugas pokok dan fungsi, serta program unggulan Badan Amil Zakat Kabupaten Siak. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Merupakan bab yang menjelaskan tentang analisis laporan keuangan Badan Amil Zakat Kabupaten Siak dan kinerja petugas amil zakat dalam menyusun laporan keuangan. BAB V : Penutup Merupakan bab yang mengemukakan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan serta memberikan saran-saran.