BAB II DASAR TEORI. rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN TRANSMISI PADA MESIN PERAJANG TEMBAKAU DENGAN PENGGERAK KONVEYOR

RANCANG BANGUN MESIN PERAJANG TEMBAKAU

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR SPUIT BEKAS

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN MESIN PENGEPRES PLAT PISAU ACAR KAPASITAS 600 LEMBAR/ JAM

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

SABUK-V. Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

SKRIPSI ANALISIS KEMBALI BELT CONVEYOR BARGE LOADING DENGAN KAPASITAS 1000 TON PER JAM

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

NANANG ISMAIL FAHMI JURUSAN TEKNIK MESIN. Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST. MEng TUGAS AKHIR BIDANG STUDI DESAIN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV ANALISA & PERHITUNGAN ALAT

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

MAKALAH ELEMEN MESIN RANTAI. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Elemen Mesin

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

PERHITUNGAN DAYA DAN KAPASITAS MESIN PRESS SERBUK KAYU SEBAGAI MEDIA PENANAMAN JAMUR TIRAM PUTIH RIKO PRIANDHANY

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

SKRIPSI PERANCANGAN BELT CONVEYOR PENGANGKUT BUBUK DETERGENT DENGAN KAPASITAS 25 TON/JAM

MENGENAL KOMPONEN PENERUS DAYA

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT TALI TAMPAR DARI LIMBAH PLASTIK SLITING

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

PERENCANAAN MESIN PERAJANG APEL KAPASITAS 60 KG/JAM

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Belt Datar. Dhimas Satria. Phone :

PERANCANGAN MESIN R. AAM HAMDANI

Mesin Pencacah Cengkeh

Jumlah serasah di lapangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Tugas Akhir TM

JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING JAGUNG DUA FUNGSI DENGAN CARA MANUAL DAN MEKANIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korosi dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat

BAB II PEMBAHASAN MATERI

RANCANG BANGUN MESIN PEMISAH KULIT ARI JAGUNG. ANDRI YONO ;

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB II LANDASAN TIORI

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

PERENCANAAN MESIN PENIRIS MINYAK PADA ABON IKAN TUNA DENGAN KAPASITAS 30 KG/JAM ARTIKEL SKRIPSI

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Singkong merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain singkong,

Kentang yang seragam dikupas dan dicuci. Ditimbang kentang sebanyak 1 kg. Alat pemotong kentang bentuk french fries dinyalakan

WAHYU HENDRAWAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan umum Tembakau merupakan salah satu komoditas pertanian yang menjadi bahan dasar rokok. Dimana kita ketahui bahwa rokok telah menjadi kebutuhan sebagian orang. Walaupun industri rokok dihadapkan dengan kampanye pengurangan rokok dengan alasan kesehatan, tetapi tidak menyurutkan pihak industri maupun konsumen rokok untuk tetap memproduksi dan mengkonsumsinya dengan berbagai alasan tertentu. Selain memberikan kenikmatan rokok juga dapat menunjang ekonomi suatu negara. Maka dari itu konsumsi rokok selalu mendapatkan tempat di masyarakat. Dalam proses produksi rokok melewati beberapa proses, salah satunya adalah proses perajangan. Dalam proses perajangan, petani tembakau masih banyak yang menggunakan cara manual, dengan menggunakan dudukan tembakau yang terbuat dari kayu atau sering disebut dengan koplokan dan dipotong dengan menggunakan pisau rajang. Dalam melakukan proses perajangan manual dibutuhkan waktu yang relatif lama, selain memakan waktu perajangan secara manual juga menghasilkan ukuran rajangan yang tidak seragam. Hal yang lain adalah terjadinya kecelakaan saat melakukan perajangan. Hal inilah yang mendorong kami untuk merancang alat perajang tembakau. Dengan tujuan untuk mempercepat proses perajangan dan mengurangi angka kecelakaan kerja. 6

2.2 Sistem Transmisi Mesin Perajang Tembakau 2.2.1 Pulley dan V- belt (sabuk) Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Tenunan atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk membawa tarikan yang besar. Sabuk V dibelitkan dikeliling alur pulley berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit pada pulley ini mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan tranmisi daya yang besar pada tegangan yang relatif rendah. Pulley dan belt merupakan bagian mesin yang paling banyak digunakan pada suatau pembuatan mesin. Bentuk pulley dan belt adalah sejajar dengan porosnya dan dapat digunakan untuk memindahkan daya motor dengan putaran yang tetap ataupun berubah ubah, untuk merencanakan bentuk pulley faktor penunjang yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut: 1. Daya yang dipindahkan 2. Jumlah putaran permenit 3. Diameter pulley Keuntungan dari mesin yang menggunakan pulley dan belt ini adalah bila sedang bekerja tidak menimbulkan suara berisik, biaya perawatan yang relatif lebih murah dibandingkan dengan penggerak yang menggunakan gear dan rantai, sedangkan kerugiannya yaitu tenaga yang dihasilkan tidak begitu kuat seperti 7

mengunakan tranmisi dengan roda gigi, menurut jenisnya belt yang digunakan untuk pemindahan daya adalah : 1. Belt datar (Flat Belt) dengan penampang melintang segi empat. 2. Belt-V (V-Belt) dengan penampang melintang bentuk trapezium. 3. Timing belt pada dasarnya permukaan penampang hamper sama dengan belt datar hanya pada permukaan bagian bawah yang berbeda, bagian bawah belt ini mempunyai gigi (bergigi). Gambar 2.1 ukuran penampang sabuk V (Sularso.1998) 2.2.2 Perhitungan V-Belt a. Penetapn diameter pulley V-belt, d pull (mm) Gambar 2.2 skema belt dan pulley (Ir.Wayan Berata. 1998) b. Kecepatan keleliling pulley penggerak, V pull 8

= ( Ir.Wayan Berata.1998) Dimana: = diameter pulley (mm) = putaran motor penggerak (rpm) V = kecepatan keliling pulley penggerak (m/s) c. Gaya keliling yang timbul, F rated (kg) F = ( ) ( ir.wayan Berata.1998) Dimana : N= daya motor maksimum (hp) v pull = kecepatan keliling pulley (m/s) d. Gaya keliling yang timbul akibat overload factor, F (kg) F = β. F rated ( Ir.Wayan Berata. 1998) Dimana: β = overload factor. e. Tegangan yang timbul apabila seluruh beban bekerja pada belt, k (kg/cm 2 ) K = 2. φ. σ o (Ir.Wayan Berata.1998) Dimana: φ = 0,9 faktor tarikan untuk V-belt (tetapan) f. Luasan penampangan belt,a(cm 2 ) σ o = 12 (kg/cm 2 ) tegangan awal untuk V-belt (tetapan). = (Ir. Wayan Berata.1998) Dimana: F rated =gaya keliling yang terjadi (kg) g. Penentuan banyaknya belt yang digunakan, Z (buah) h. Penentuan table belt yang digunakan, H belt (mm) i. Penentuan panjang V-belt, L belt (mm) 9

= 2 + ( + ) + ( ) (ir.wayan Berata.1998) Dimana: a = jarak poros motor dengan titik pusat pulley 1 d pull1 = diameter pulley penggerak (mm) d pull2 =diameter pulley yang digerakan (mm) j. Kekendoran V-belt,A min (mm) Jarak minimum agar V-belt tidak lepas dari pulleynya : A min = a -2h (ir.wayan Berata.1998) k. Ketegangan V-belt,A max (mm) Jarak maksimum agar V-belt tidak terlalu kencang terhadap pulley A max =(1,05~1,10) a (ir.wayan Berata.1998) l. Tegangan maksimun yang timbul dari operasi V-belt,σ max kg cm σ max = σ o +.. + ρ.( ) (. ) + (. ) Dimana : σ o =12 kg cm, tegangan awal untuk V,belt (tetapan) F = Gaya keliling yang terjadi (kg) Z = jumlah belt (buah) A = luas penampangan (mm 2 ) ρ = berat jenis rubber canvas (1,25~1,50) kg cm g = gaya grafitasi Eb = modulus elastisitas rubber canvas (600-1000) kg cm 10

h = tebal belt (mm) D min = d pull = diameter pulley penggerak Vp 1 = kecepatan keliling pulley penggerak m.jumlah putaran V-belt,u (rps) = (ir.wayan Berata.1998) Dimana : Vp = kecepatan keliling pulley penggerak n. Umur belt, H (jam kerja) L = panjang standart belt (mm) = (.. ) σ σ (ir.wayan Berata. elemen mesin,hal 180) Dimana : N base = 1x10 7 put,basis dari fatique test (tetapan) u x m = jumlah putaran V-belt (rps) = jumlah pulley yang berputar (buah) = 8, factor buah V-belt (tetapan) σ fat = 90 kg cm,fatique test untuk V-belt (tetapan) σ max = teg, maksimum yang timbul dari operasi V-belt kg cm o. Dimensi-dimensi pulley berdasarkan type V-belt yang terpilih. 11

Type V-belt yang terpilih adalah type berapa, maka akan dapat dilihat pada tabel 4.1 besaran besaranya yaitu : e, c, t, dan s dengan menetapkan sudut kemiringan groove pulley 2θ=(36~40) 0 D out = d pull +2c (ir.wayan Berata.1998) D in = d out -2c p. Lebar pulley,b (mm) Lebar pulley penggerak dengan pulley silinder diasumsikan sama, maka: B pull2 =B pull1 =(z - 1). t + 2s (ir.wayan Berata.1998) Dimana : Z =jumlah belt (buah) q. Sudut kontak V-belt pada pulley penggerak, 2 (degree) α =180 - α.60 0 (ir.wayan Berata.1998) Dimana : a = jarak poros penggerak dan silinder (mm) r. Torsi yang terjadi pada pulley, T (lb in) T = F (AD, Deutschman,2004) Dimana : F = gaya keliling yang timbul (lb) D pull = diameter pulley penggerak (in) s. Tegangan tarik V-belt yang terjadi pada pulley penggerak dengan yang digerakan. F 2 = F 1 - Billa dapat diperkirakan ratio tegangan tarik V belt adalah antara 3 : 1 dan 5 : 1, maka = 5 (asumsi) 12

Dengan ketentuan sebagai berukut : F 1 =, dan F =, Dimana : F 1 = batas kekuatan tegangan tarik maks. V-belt (lb) F 2 T = batas kekuatan tegangan tarik min. V-belt (lb) = torsi pada pulley penggerak (lb in) D pull = diameter pulley penggerak (in) Harga F 1 harus dikalikan dengan factor layanan untuk V-belt pada tabel 20. Gaya yang akan diterima oleh proses penggerak dari pulley, fr (lb) Fr = 2 F 0.sin (ir.wayan Berata.1998) Fr = φ. α Dimana : F = gaya keliling yang terjadi (lb) Φ = 0,7 factor tarikan untuk V-belt (tetapan) α = sudut kontak V-belt (degree) 2.3 POROS 2.3.1 Jenis Jenis Poros 13

Dilihat dari fungsinya, poros merupakan elemen dari transmisi untuk meneruskan daya dan putaran. Dibawah ini terdapat beberapa definisi dari poros : 1. Shaft Shaft adalah poros yang ikut berputar untuk memindahkan daya dari mesin ke mekanisme yang di gerakkan. Gambar 2.3 Shaft (http://hztinbo.en.made-in-china.com 2009) 2. Axle Axle adalah poros yang tetap dan mekanismenya yang berputar pada poros tersebut, juga berfungsi sebagai pendukung. Gambar 2.4 Axle (http://coganvalleymachine.blogspot.com 2010) 14

3. Spindle Spindle adalah poros pendek yang terdapat pada mesin perkakas yang mampu atau sangat aman terhadap momen bending atau momen puntir. Gambar 2.5 spindle Shaft (http://www.diequa.com 2010) 4. Line Shaft Line Shaft adalah suatu poros yang berhubungan dengan mekanisme yang di gerakkan dan berfungsi memindahkan daya dari motor penggerak ke mekanisme tersebut. Gambar 2.6 Line Shaft (http://www.directindustry.com 2010) 5. Jack Shaft Jack Shaft adalah poros pendek yang biasa di pakai pada dongkrak mobil. Gambar 2.7 Jack Shaft (http://www.rgrechandson.com 2010) 15

6. Flexible Shaft Flexible Shaft adalah poros yang juga berfungsi memindahkan daya dari dua mekanisme (antara poros dan mekanisme) dimana perputaran poros membentuk sudut dengan poros yang lainnya, daya yang di pindahkan relatif rendah. Gambar 2.8 Flexible Shaft (http://www.energyefficiencyasia.org 2010) 2.3.2 Rumus Rumus Yang Digunakan Perhitungan yang dilakukan dalam perencanaan poros adalah sebagai berikut : 1. Gaya-gaya yang bekerja pada poros, F (lb) Fr = F 1 tan (AD.Deutschman, 2004) F = ( + Dimana : F = gaya yang bekerja pada poros (lb) Fr = gaya radial (lb) Ft = gaya tangensial (lb) 16

2. Reaksi bantalan yang timbul pada poros, F (lb) Σ F x = 0 Σ F y = 0 Σ M = 0 Dimana : F = gaya yang bekerja pada poros (lb) X = jarak antara gaya yang bekerja pada poros (in) 3. Tegangan bahan maksimum max=,. (Ibid, hal 382) Dimana : N = angka keamanan untuk bahan Syp = tegangan luluh bahan (psi) 4. Torsi poros Tp =. (Deutschman Machine Design hal 334) Dimana : Tp = Torsi (lb.in) Hp rpm = Daya (Hp) = Putaran motor (rpm) 5. Diameter poros, Dp (mm) = (. ) ( + Dimana : τ max = tegangan bahan maximum lb in Tp = torsi poros (lb.in) M = moment maksimum poros (lb.in) 17

2.4 Belt Konveyor Belt konveyor atau alat pemindah sabuk berfungsi untuk memindahkan beban unit (unit load) maupun beban curah (bulk load) dalam arah garis lurus (horizontal), arah naik (incline) atau sudut inklinasi terbatas, arah turun (decline), ataupun dari kombinasi ketiga arah tersebut. Alat pemindah sabuk (belt konveyor) terdiri dari sabuk sebagai pembawa beban, pulley dan motor penggerak serta sambungan dari sabuk itu sendiri yang juga menentukan kekuatan pada sabuk. Gambar 2.9 bagian utama belt conveyor (http://k3titlsmknesaba.blogspot.com 2009 ) 2.4.1 Sabuk ( Belt ) Sabuk atau belt berfungsi untuk pembawa atau penarik beban, sabuk atau belt konveyor terdiri dari lapisan-lapisan tenunan kain, baja strip tipis dan wool yang ditenun dengan kawat sabuk, serta dilindungi dengan lapisan karet pada permukaan atas dan bawah belt yang merupakan initi dari kekuatan belt. Belt yang sering banyak digunakan adalah jenis tenunan kain dengan lapisan karet dimana jenis sabuk ini mempunyai sifat tidak menyerap air. 18

Gambar 2.10 Sabuk (belt)kekuatan sabuk tergantung dari jumlah lapisan ( plies ) (http://w31.indonetwork.co.id 2010 2.4.2 Penyambung Sabuk Sabuk disambung dengan menggunakan sambungan dari kulit atau dilindungi dengan kain khusus dalam keadaan dingin. Kebanyakan digunakan sambungan dengan dilem panas (Vulkanizing ). Cara penyambungan dilakukan sebagai berikut: Sabuk dipotong sesuai dengan gambar, dibersihkan kemudian dilem dengan karet. Selanjutnya dijepit dengan alat penjepit lalu dipanasi sampai suhu 140-150 C selama 25-60 menit. Gambar 2.11 Penyambung sabuk (http://w31.indonetwork.co.id 2009) 19

2.4.3 Puley Puley merupakan bagian dari elemen mesin yang berfungsi untuk menumpuk sabuk ( belt ) yang berputar dan juga untuk memindahkan beban dari satu tempat ketempat yang lainnya. Pulley juga menerima beban tarik, beban bolak - balik tegantung dari jenis torsi yang timbul. Gambar 2.12 Pulley (http://w31.indonetwork.co.id 2010) 2.4.4 Rumus Rumus dan persamaan yang digunakan untuk merencanakan sabuk konveyor a) beban unit Gambar 2.13 belt konveyor( http://k3titl-smknesaba.blogspot.com 2010 ) 20

dasar perhitungan kapasitas : Berat beban persatuan panjang alat pembawa beban : q (kg/m) Kecepatan pemindah : v (m/s) Menentukan waktu lamanya papan bergerak = ( ) Dimana : = waktu lamanya papan bergerak (s) Menentukan kecepatan konveyor (v): v = = (m/s) Dimana : v = kecepatan konveyor (m/s) L = panjang total konveyor t = waktu (m) (s) Menentukan putaran konveyor : Dengan rumus menggunakan rumus kecepatan =.. ( / ) Sehingga putaran konveyor adalah : =.. ( ) Dimana : V = kecepatan konveyor (m/s) d = diameter pulley konveyor n = putaran (m) (rps) 21

2.5 BANTALAN Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban sehingga putaran / gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus. 2.5.1 Jenis-Jenis Bantalan Secara umum bantalan (bearing) dapat dibedakan menjadi : 1. Bantalan Bola ( Ball Bearing) - Radial Ball bearing - Angular-Contact Ball Bearing Gambar 2.14 Radial Ball Bearing (http://anistkr.blogspot.com.2009 ) Gambar 2.15 Angular Contact Ball Bearing(http://iwansugiyarto.blogspot.com. 2009) 22

2. Bantalan dengan Roll (Roller Bearing) terdiri atas : - Cylindrical Roller Bearing - Tappered Roller Bearing Gambar 2.16 Cylindrical Roller Bearing(http://3.bp.blogspot.com.2009) - Needle Roller Bearing Gambar 2.17 Tappered Roller Bearing (http://3.bp.blogspot.com 2009) Gambar 2.18 Needle Roller Bearing(http://3.bp.blogspot.com 2009) 23

2.5.2 Umur Bantalan Dalam penentuan bantalan yang dipakai maka ditentukan dengan rumus : 1) Umur Bantalan (L 10 ) L 10 =. (Deutschman Machine Design hal 485) Dimana : B = konstanta tipe bantalan V L 10 C P = faktor keamanan = umur bantalan = beban dinamis = beban ekivalen 2) Beban ekivalen (P) P = (X,V, Fr + Fa) (Deutchman.2004) Dimana : X = faktor beban radial Fr = Gaya radial bantalan (kg) Fa = gaya aksial V = faktor rotasi dengan ring dalam yang berputar Y = Faktor beban aksial P = Beban ekivalen 24