BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
1.1 Latar Belakang Masalah

REISHANI MARHA SHAFWATI, 2015 PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME DIKALANGAN PELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Makanan dalam pandangan sosial budaya, memiliki makna yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang serba teknologi ini, gadget smartphone merupakan sebuah alat

I. PENDAHULUAN. itu dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebutuhan primer, yaitu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

I. PENDAHULUAN. Pola hidup mengacu pada cara-cara bagaimana menjalani hidup dengan cara yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin pesat, tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media teknologi komunikasi di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai calon-calon intelektual yang bersemangat, penuh dedikasi, enerjik, kritis,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Contohnya adalah tren untuk makan sambil hang-out

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. kelas dunia, kosmetik, aksesoris dan pernak-pernik lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan kepulauan yang berkembang dengan pesat, khususnya kota Jakarta. Berdasarkan Undang-Undang no.

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pedidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

BAB V PENUTUP. Pemberian telepon genggam oleh orang tua kepada anak di SDN. Ungaran 01 pada dasarnya sebagai alat komunikasi mereka untuk dapat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai Hubungan Interaksi Kelompok Teman

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jenis kuliner yang bermacam-macam, berbagai macam jenis

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH SEBAGAI SARANA PENGAKUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

I. PENDAHULUAN. proses interaksi sosial. Soekanto (2009:55) menyatakan bahwa, Interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dan termasuk

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB V PENUTUP. hanya bersifat fungsional untuk mengisi perut namun juga memenuhi lifestyle.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan rencana. Pembelanja sekarang lebih impulsif dengan 21% mengatakan, mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Sarlito (2013) batasan umum usia remaja adalah tahun

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Gaya hidup menurut Kotler (2002) adalah pola hidup seseorang di dunia

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. up, dan lainnya. Selain model dan warna yang menarik, harga produk fashion

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERMAINAN TIMEZONE BAGI KALANGAN REMAJA DI SOLO GRAND MALL (Studi Fenomenologi tentang Gaya Hidup Remaja yang Gemar Bermain di Timezone)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usaha untuk memperkenalkan sebuah produk pada masyarakat pasti dilakukan

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Masyarakat dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kapitalisme global yang semakin kuat telah menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan suatu kelompok masyarakat dapat diketahui dari tingkat

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

PERILAKU KONSUMTIF DALAM MEMBELI BARANG ONLINE SHOP PADA MAHASISWA DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkeluarga maupun belum berkeluarga sering mengunjungi pusat perbelanjaan

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan. kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, yang bisa disebut dengan kegiatan konsumtif. Konsumtif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya beragam, terdiri dari berbagai macam karakteristik, sifat dan watak, pemikiran serta bagaimana cara mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Mereka mempunyai otoritas dan wewenang untuk mengatur jalan hidupnya sesuai dengan apa yang mereka inginkan serta bertanggung jawab atas dirinya. Meskipun dapat berdiri sendiri-sendiri dan merupakan satu kesatuan yang utuh tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia pasti memerlukan keberadaan orang lain di sekitarnya. Baik secara langsung ataupun tidak, manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. Bahkan saat seorang bayi lahir ke dunia ia pasti memerlukan pertolongan orang lain. Itulah sebabnya mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk individu dan sosial. Pada dasarnya, setiap manusia tidak dapat hidup apabila tidak berada di tengah-tengah manusia. Untuk mempertahankan hidupnya manusia dibekali oleh akal. Potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar di tengah-tengah manusia pula. Manusia sebagai makhluk sosial yaitu individu yang hidup dan berkembang bersama dengan lingkungannya tentu tidak dapat terlepas dari pengaruh individu lain di sekitarnya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga dikarenakan di dalam diri seorang manusia ada dorongan untuk menjalin hubungan atau relasi (berinteraksi) dengan orang lain. Setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan sosial (social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Naluri untuk hidup berkelompok biasanya dilandasi oleh kesamaan ciri, karakteristik dan kepentingan masing-masing.

2 Kecenderungan ini dapat membentuk kelompok-kelompok yang beragam di dalam sebuah masyarakat. Salah satu yang kita kenal adalah peergroup atau kelompok bermain. Peergroup merupakan agen sosialisasi di luar ikatan keluarga, contohnya teman sepermainan di lingkungan sekitar tempat tinggal dan teman di sekolah. Apabila di dalam keluarga biasanya dilakukan pola interaksi yang horizontal dikarenakan ada hubungan yang tidak sederajat misalnya ayah terhadap anak, maka dalam peergroup pola interaksinya adalah vertikal yaitu cenderung lugas dan luwes baik dalam berbicara ataupun candaan karena dilakukan terhadap teman sebaya. Dalam kelompok teman sebaya (peergroup), individu merasakan adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan dan tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Kecenderungan untuk membentuk kelompok dalam peergroup disini lebih banyak dilakukan oleh remaja-remaja di persekolahan. Menurut Santosa (2009, hlm.84), Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang dewasa yang baru. Individu mencari kelompok yang sesuai dengan keinginannya, di mana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok. Di dalam peergroup individu dapat menemukan dunianya, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan di segala bidang, misalnya: pembicaraan tentang hobi, kehidupan asmara, permasalahan keluarga serta hal-hal menarik lainnya. Dengan berinteraksi bersama kawan-kawan yang cenderung mempunyai karakteristik yang sama dengan dirinya, maka seorang remaja akan merasa dirinya diakui. Menurut Soekanto (2003, hlm.61), Interaksi sosial merupakan hubungan antara orang perorang dengan kelompok manusia maupun sebuah proses dimana seseorang atau kelompok orang bertindak atau bereaksi terhadap orang lain. Di sini terjadi hubungan saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang lain. Ketika seorang individu bergaul di dalam kelompoknya maka

3 secara tidak langsung kelompok tersebut membentuk seorang individu untuk bertindak sama dengan anggota kelompoknya yang lain. Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan saat remaja berada pada kondisi yang tidak stabil, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Adanya pengaruh dari teman sepermainan tentu saja dapat menimbulkan dampak baik negatif maupun positif, contohnya ialah dalam gaya hidup. Arus perkembangan informasi dan teknologi yang pesat membuat sebagian masyarakat kita sangat terbuka dengan perubahan. Berbagai macam trend pakaian, musik, kuliner dan gadget bermunculan di negara kita dan sebagian besar masyarakat kita merupakan konsumen. Bahkan mengikuti setiap perubahan trend yang baru merupakan sebuah gaya hidup yang kemudian diminati oleh masyarakat. Kecenderungan untuk mengikuti setiap perubahan trend atau teknologi baru yang bermunculan akan membentuk gaya hidup yang konsumtif. Mangkunegara (2002, hlm.3) mengemukakan bahwa: Perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Lain halnya menurut Soebiyakto (1988, hlm.17), Perilaku konsumtif adalah seringnya konsumen membeli suatu barang atau produk demi sebuah pengakuan, dimana secara nyata bahwa produk tersebut tidak dibutuhkan. Gaya hidup yang konsumtif ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa yang notabene sudah berpenghasilan, tetapi hal ini juga mulai merambah pada kaum remaja. Apalagi ketika seorang remaja bergaul dengan peergroup (kelompok teman sebaya) yang memang berasal dari keluarga yang berada dan bergaya hidup mewah. Para remaja mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan eksistensi dirinya kepada lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu para remaja senantiasa melakukan hal apapun yang dapat membuat dirinya lebih menonjol dibandingkan dengan remaja yang lainnya, salah satunya yaitu dengan berlaku

4 konsumtif. Sebenarnya gaya hidup yang konsumtif pada remaja ini masih bisa diterima sepanjang perilaku konsumtif masih dalam batas kewajaran. Hal ini tidak akan menjadi persoalan ketika didukung oleh kematangan finansial. Yang menjadi persoalan adalah ketika perilaku konsumtif ini dilakukan secara berlebihan dan dilakukan secara terus-menerus. Para remaja bersama peergroupnya baik laki-laki maupun perempuan sering menghabiskan waktu bersama untuk bermain. Terlebih lagi sekarang ini banyak sekali mall, café serta pusat perbelanjaan bermunculan di kota-kota besar, salah satunya Bandung. Respon positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap keberadaan Mall, café dan pusat perbelanjaan terlihat jelas memicu berkembangnya tempat-tempat tersebut. Mall, café serta pusat-pusat perbelanjaan tersebut yang biasanya menjadi tempat tujuan para remaja bersama peergroupnya untuk menghabiskan waktu dan hang out bersama. Meskipun tidak setiap kali mengunjungi mall, café dan pusat perbelanjaan untuk berbelanja, tetapi kegiatan ini agaknya menjadi rutin dilakukan setiap remaja dan peergroup walaupun hanya sekedar jalan-jalan, jajan ataupun nongkrong bersama teman-teman. Saat ini di kota Bandung terdapat beberapa mall yaitu Ciwalk, PVJ, TSM, Festival Citylink, BIP, dan lain-lain. Menurut penelitian The Nielsen Regional Retail Highlights tahun 2011, ramainya kawula muda mengunjungi resto-resto seperti itu karena konsep tempat dianggap sesuai dengan gaya hidup orang Indonesia, khususnya ibukota Jakarta. Sementara pengamat sosiologi, Abdul Kholek dalam Arin (dikutip dari surat kabar online Antara News, Maret 11/2012) menyebutkan: Ada fenomena yang berkembang dalam masyarakat dunia ketiga termasuk Indonesia yaitu kecenderungan terjadinya perubahan gaya hidup akibat dari ekspansi industri pangan yang dimanifestasikan ke dalam bentuk restoran siap saji. Generasi muda lebih suka makan dan menghabiskan waktu ke cafe dan resto untuk menyantap makanan-makanan ala Barat yang siap saji. Hal ini sejalan dengan pendapat George Ritzer bahwa dampak fast-food sampai pada tataran luas yang begitu mendalam pada berbagai posisi. Ada rasa yang beda ketika mereka memasuki dan makan di tempat-tempat yang identik dengan pangan elit. Tidak hanya rasa tetapi mereka membeli pola dan gaya hidup, agar mereka menjadi orang modern. Inilah efek sampingan dari

5 pencitraan media melalui iklan-iklan. Masuknya makanan siap saji berimplikasi tidak hanya pada sektor ekonomi ditandai pada matinya dan terhimpitnya bisnis-bisnis makanan lokal, tetapi juga mengubah gaya hidup dalam masyarakat di negara berkembang. Pergeseran dan perubahan gaya hidup berpengaruh cukup signifikan khususnya pada generasi muda menjadi gaya hidup yang instan, perilaku konsumtif dan juga konsumerisme. (http://www.antaranews.com/print/300726/nongkrong-di-cafe-jadi-gayahidup) Tidak hanya berbelanja atau sekedar hang out bersama peergroup (temanteman sepermainan) yang telah menjadi gaya hidup sebagian remaja maupun anak sekolah saat ini. Penggunaan teknologi berbasis IT canggih seperti telepon genggam yang terus menerus mengeluarkan produk baru yang semakin canggih setiap harinya pun digandrungi oleh para remaja. Kemunculan gadget baru seperti Blackberry, IPhone, serta tablet mulai masuk dan menarik perhatian para remaja saat ini. Telepon genggam kini berubah fungsi bukan saja digunakan untuk berkomunikasi tetapi digunakan pula untuk semata-mata menunjukkan identitas diri. Terkadang apabila salah satu anggota dari peergroup menggunakan handphone merk A maka anggota yang lain pun akan cenderung menggunakan merek yang sama atau bahkan lebih bagus. Hal ini tentu saja bisa disebut sebagai gaya hidup yang konsumtif dimana ketika suatu ada perubahan fungsi yang tadinya telepon genggam merupakan alat komunikasi, kini menjadi suatu prestise bagi sebagian kalangan. Seperti yang diungkapkan oleh Soendojo, seorang pakar Sosiologi dari Universitas Negeri Jakarta dalam Meirina (dikutip dari surat kabar online Antara News, Maret 11/2012),: Perilaku yang dilakukan oleh anak remaja didorong oleh keinginan untuk diterima pada lingkungan sebayanya. Mereka membutukan sesuatu yang berbeda atau sama dengan yang dimiliki oleh teman-temannya misalnya telepon pintar agar dapat tetap berada pada kelompoknya. Demikian pula gaya hidup remaja sekarang yang sering memenuhi mall-mall. Remaja yang tinggal di kota-kota besar memang tidak lepas dari gaya hidup mewah, namun semua kenikmatan yang diperoleh tersebut harus dibayar dengan uang sekecil apapun. Fenomena konsumerisme yang melekat para remaja, menurut Rahmitha, lebih karena adanya dorongan dari kelompok teman sebaya baik dari lawan kelompok maupun kelompoknya sendiri. (http://www.antarajambi.com/berita/296521/nongkrong-tanpa-slurpeesmartphone-belum-gaul)

6 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka dari itu penulis sangat tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana peer group dapat membentuk gaya hidup yang konsumtif pada remaja. Penelitian ini diadakan di SMA Negeri 7 Bandung. Secara geografis SMA Negeri 7 Bandung, letaknya sangat strategis yaitu berada tidak jauh dari pusat kota. Karena letaknya yang strategis akses untuk menuju beberapa mall, dan pusat perbelanjaan yang ada di kota Bandung pun sangat mudah. Tentu saja hal ini bisa memudahkan siswa-siswi yang bersekolah di SMA Negeri 7 Bandung terpengaruh untuk mengunjungi tempat tersebut dan melakukan gaya hidup yang konsumtif. Melihat data di lapangan siswa di SMA Negeri 7 Bandung mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda pula, ada yang berasal dari keluarga menengah-atas maupun menengah-bawah. Berdasarkan pengamatan penulis, siswa SMA Negeri 7 Bandung bergaul secara berkelompok yang dari setiap kelompoknya tentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Inilah yang akan menjadi fokus penelitian dari penulis apakah peergroup (kelompok teman sebaya) akan membentuk gaya hidup yang konsumtif pada siswa. Oleh karena latar belakang itulah penulis ingin melakukan penelitian mengenai : PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA (Studi Kasus pada Siswa SMA Negeri 7 Bandung). B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa seseorang akan bergaul dengan peergroup yang mempunyai karakteristik yang serupa dengan dirinya diantaranya adalah kesamaan usia, hobi, minat, penampilan, kegemaran bahkan cara berpikir. Di dalam pergaulan tersebut tentunya akan ada saling pengaruh mempengaruhi antar anggotanya. Pengaruhpengaruh tersebut ada yang bersifat positif maupun negatif. pengaruh positif dari peergroup yaitu motivasi belajar, prestasi belajar serta akhlak yang baik. Sementara pengaruh yang negatif dari peergroup yaitu kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar hingga gaya hidup konsumtif.

7 Dalam hal ini fokusnya adalah gaya hidup yang konsumtif. gaya hidup konsumtif merupakan pola perilaku yang menunjukkan minat, kegemaran, bagai mana individu membelanjakan uang dan bagaimana individu menghabiskan waktu yang keseluruhan aspek tersebut dilakukan secara berlebihan dan tidak efisien. Maka yang akan menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja? C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN Guna tercapainya tujuan sebuah penelitian, maka peneliti perlu merumuskan apa yang menjadi fokus permasalahan. Adapun rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Hal-hal apakah yang mendorong remaja masuk dalam sebuah peergroup? 2. Seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan peergroupnya? 3. Bagaimanakah peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja di SMA Negeri 7 Bandung? 4. Apa saja bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh remaja di SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama dengan peergroupnya? 5. Adakah dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif? D. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana peran peergroup membentuk gaya hidup yang konsumtif di kalangan siswa SMA Negeri 7 Bandung. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya hal-hal yang mendorong remaja masuk dalam sebuah peergroup.

8 b. Diketahuinya seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan peergroup. c. Diketahuinya peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja di SMA Negeri 7 Bandung. d. Diketahuinya berbagai macam bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan remaja SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama peergroupnya. e. Diketahuinya dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif. E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian yang spesifik mengenai pengaruh peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja dan berguna bagi pihak-pihak terkait dan membutuhkan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan kontribusi bagi pengembangan konsep-konsep sosiologi, khususnya konsep interaksi dan sosialisasi. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi studi mengenai peergroup dalam konteks pengaruhnya bagi kehidupan remaja. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah : a. Memberikan informasi mengenai hal-hal yang mendorong remaja masuk dalam sebuah peergroup; b. Memberikan informasi mengenai seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan peergroupnya; c. Memberikan informasi, peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif siswa SMA Negeri 7 Bandung;

9 d. Memberikan informasi mengenai berbagai macam bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan remaja SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama peergroupnya; e. Memberikan informasi mengenai dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif; f. Bagi remaja, dengan adanya penelitian ini para remaja diharapkan mampu menjadi dirinya sendiri, pandai menyesuaikan diri, serta tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan ataupun teman sepermainan yang membawa pengaruh negatif; g. Bagi orangtua, sebagai pembinaan sikap dan perilaku agar dapat membentuk kualitas pribadi remaja yang memiliki sikap yang tidak konsumtif; h. Bagi pendidik, sebagai bahan untuk menanggulangi dampak negatif yang terjadi akibat dari gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh siswa SMA Negeri 7 Bandung. F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. BAB II : Kajian Pustaka. Dalam bab ini dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori yang memiliki hubungan dengan penelitian penulis. BAB III : Metode Penelitian. Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode dan pendekatan penelitian, definisi operasional, teknik dan pengumpulan data, intrumen penelitian serta tahapan

10 penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai peran peer group dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis menganalisis temuan data mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja serta memaparkan hasil penelitian tersebut. BAB V : Simpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini penulis memberikan simpulan dan rekomendasi sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi serta pembahasannya dalam skripsi ini.