PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN DEPILASI DI KELAS XI SMKN 6 SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
e- Journal. Volume 03 Nomer 01 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Februari 2014, hal

PENERAPAN LEMBAR KEGIATAN SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR PEMANGKASAN RAMBUT DASAR DIAGONAL KE DEPAN DI SMK NEGERI 2 LUMAJANG

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA HASIL BELAJAR TATA RIAS FANTASI DI SMKN 1 BUDURAN SIDOARJO

e-journal. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, Edisi Yudisium Periode Agustus 2016, Hal 23-32

e-journal. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2013, edisi yudisium periode Oktober 2013, hal 50-55

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI DASAR PEWARNAAN RAMBUT DI KELAS XI SMK NEGERI 3 BLITAR

Keywords: cooperative of snowball throwing, student activity, teacher activity, learning achievement, and seafood dishes.

e-journal. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2013, edisi yudisium periode Oktober 2013, hal 8-16

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PEWARNAAN RAMBUT ARTISTIK

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016,

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 03, pp , September 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

Penerapan Model Pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

Kata kunci : kesulitan, kompetensi, pembuatan desain blus. Keywords : Difficulties, competency, make a design blouse

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 57-62

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan

PENERAPAN PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PECAH POLA KEBAYA MODIFIKASI PADA SISWA KELAS XII DI SMKN 1 BUDURAN

e-journal. Volume 06 Nomor 03 Tahun 2017, Edisi Yudisium Periode Agustus 2017, Hal 12-16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Edu Elektrika Journal

JPTM. Volume 05 Nomor 02 Tahun 2016, 56-61

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Oleh Rina Ermayanti 1, Otang Kurniaman 2, Lazim N 3

e-journal Volume 07 Nomor 1 Tahun 2018, Edisi Yudisium Periode Februari, hal 19-24

PENGARUH MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR RIAS WAJAH PANGGUNG DI SMK NEGERI 4 MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang dapat

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN CARA BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR MATA DIKLAT STATIKA SISWA KELAS X KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN DI SMKN 5 PADANG

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR RIAS WAJAH PADA MALAM HARI DI SMK NEGERI 1 PEKALONGAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

e-journal. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Oktober 2014, Hal 62-70

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS TUTOR SEBAYA PADA MATERI HIMPUNAN DI KELAS VII-G SMPN 1 SEMANDING KAB. TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

PENGGUNAAN JOB SHEET DALAM PELATIHAN KETERAMPILAN PEMBUATAN AKSESORIS RAMBUT (HAIR ORNAMENT) DI SMK NEGERI 2 JOMBANG

STUDI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA PAKET KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SMK KOTA MALANG

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, FTK Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI LUAS PERMUKAAN PRISMA DAN LIMAS DI SMP

e-journal. Volume 03 Nomor 01 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Februari 2014, hal

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF KOMPETENSI ETIMOLOGI MULTIMEDIA KELAS X SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

e- Journal. Volume 04 Nomer 02Tahun 2015, Edisi Yudisium Periode Juni 2015, hal 22-28

PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS. (Jurnal Skripsi) Oleh NUR RAFIANA A. SUDIRMAN SISWANTORO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SD Inpres VII Labuan Baru

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

Meningkatkan Minat Belajar PKn Melalui Metode Bermain Peran Siswa Kelas IV SD Inpres 3 Tolai

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menerapkan Pendekatan Kontekstual

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

MINAT SISWA KELAS XI SMA N 1 PUNDONG KABUPATEN BANTUL TERHADAP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TAHUN AJARAN 2015/2016

IN PRAMBANAN STATE SENIOR HIGH SCHOOL KLATEN

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA DI KELAS V SDN 002 BAGAN BESAR DUMAI

e- Journal. Volume 03 Nomer 01 Tahun 2014, Edisi Yudisium Periode Februari 2014, hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

PENERAPAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR PADA STANDAR KOMPETENSI MENGHIAS BUSANA SISWA KELAS X SMKN 6 SURABAYA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT DI SMP

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN BIOLOGI DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STIK di KELAS XI IPA 4 SMA NEGERI 7 MATARAM

PEMBELAJARAN LANGSUNG PEMBUATAN POLA TEKNIK DRAPING BERBANTUAN MEDIA BERBASIS ADOBE FLASH UNTUK SISWA SMK

KEMAMPUAN MENGGAMBAR BUSANA PESTA DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA CETAK MAJALAH BUSANA PADA SISWA KELAS XI SMK PIRI 2 YOGYAKARTA JURNAL

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MATA PELAJARAN TEKNIK ANIMASI 2D KELAS XI MM DI SMKN 1 BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MERIAS WAJAH KARAKTER MELALUI PELATIHAN BAGI SISWA KELAS XI TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 1 LAMONGAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DI SMK N 1 PUNDONG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN HASIL BELAJAR PRAKTEK PEMANGKASAN RAMBUT SISWA JURUSAN TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 3 PAYAKUMBUH JURNAL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSESDI KELAS IV SD NEGERI 22 SALIMPATKABUPATEN SOLOK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI BERBASIS MACROMEDIA FLASH

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3 pp September 2013

BAB III METODE PENELITIAN

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No. 3, pp September 2013

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, AND SATISFACTION)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : Self Regulated Learning (SRL), hasil belajar, respon siswa

Transkripsi:

PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA STANDAR KOMPETENSI MELAKUKAN DEPILASI DI KELAS XI SMKN 6 SURABAYA Elis Oktiarini SI Pendidikan Tata Rias Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (elis_ok3arini@yahoo.com) Dewi Lutfiati Dosen S1 Pendidikan Tata Rias Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (dewilutfiati@yahoo.co.id) ABSTRAK Standar kompetensi melakukan depilasi sesuai dengan kebutuhan dunia industri, sehingga perlu adanya pembaharuan dalam penyampaian materi dengan menggunakan model pengajaran langsung. Tujuan penelitian mengetahui: (1) aktivitas guru, (2) aktivitas siswa, (3) hasil belajar dan, (4) respon siswa. Jenis penelitian adalah pre eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian One Shot Case Study. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Kecantikan Kulit SMK Negeri 6 Surabaya sebanyak 30 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, tes dan angket. Teknik analisis data menggunakan deskriftif kuantitatif berupa mean dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan: (1) aktivitas guru mencapai rata-rata 3,87 dalam kategori baik sampai sangat baik meliputi pendahuluan, kegiatan inti, penutup, pengelolaan pengajaran dan suasana kelas, (2) aktivitas siswa mencapai rata-rata (4-5) kuat sampai sangat kuat, (3) hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor siswa tuntas sebesar 100%, (4) respon siswa sebesar 91% sangat setuju dengan menggunakan model pengajaran langsung. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru menggunakan model pengajaran langsung dengan kriteria baik sampai sangat baik, aktivitas siswa dengan kriteria kuat sampai sangat kuat, hasil belajar 100% tuntas dan respon siswa sangat setuju terhadap model pengajaran langsung. Kata Kunci: Model Pengajaran Langsung, Melakukan Depilasi. Abstract Competence standard of conducting depilation in accordance with industrial needs, so it needs renewal in delivering materials by using direct teaching model. This research aims to know : (1) activity of the teacher; (2) activity of the student; (3) result of learning and (4) respond of the student. This research can be classified as pre experimental research by using design of one shot one case study. Subject in this research is 30 students of grade XI skin care SMKN 6 Surabaya. Data is collected by using observation, test and questionnaire. Data analyze uses descriptive quantitative in form of mean and percentage. Result of the research shows : (1) activity of the teacher reaches 3.87 in mean in category of good up to very good consisting preliminary activity, main activity, closing activity, management of teaching and classroom environment; (2) activity of the student reaches 4-5 in mean from strong up to very strong; (3) result of learning in cognitive and psychomotor field of student s complete is 100%; (4) respond of student is 91% strongly agree with utilization of direct teaching model. Based on result of the research conclusion can be made that activity of the teacher using direct teaching model with good up to very good criteria, activity of the students is strong up to very strong, result of learning 100% complete and respon of the student strongly agree with utilization of direct teaching model. Keywords: direct teaching model, conducting depilation 1

PENAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kemajuan generasi penerus bangsa yang berwawasan, memiliki pengetahuan, dan juga keterampilan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3. Pendidikan yang diyakini sebagai lembaga perubahan, keberadaannya semakin dituntut mampu menyelenggarakan sistem pengajaran nasional. Salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki visi dan misi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan juga bertujuan memberi pengetahuan serta keterampilan bagi peserta didiknya adalah SMK. Sekolah menengah kejuruan (SMK) adalah salah satu jenjang lembaga pendidikan yang menciptakan lulusan yang mampu bersaing di dunia industri atau dunia kerja dengan keterampilan dan keahlian kejuruan. mampu membekali tamatan dengan kualifikasi standar serta memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Salah satu SMK yang ada dengan visi dan misi yang sama dengan tujuan pendidikan nasional adalah SMK Negeri 6 Surabaya. SMK Negeri 6 Surabaya merupakan lembaga pendidikan yang bergerak di bidang pariwisata yang terdiri dari 4 bidang keahlian yaitu, Tata Boga, Tata Busana, Perhotelan dan Tata Kecantikan. Tata Kecantikan terbagi menjadi 2 kelas yaitu Tata Kecantikan Rambut, dan Tata Kecantikan Kulit. Bidang Keahlian Tata Kecantikan Kulit bertujuan menyiapkan siswa menjadi tenaga mandiri, terampil, kreatif, dan produktif dalam bidang kecantikan kulit. Mata pelajaran pada struktur kurikulum SMK Program Keahlian Tata Kecantikan Kulit menjadi tiga kelompok program mata pelajaran untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditetapkan oleh industri dan asosiasi profesi yaitu program normatif, adaptif, dan produktif. Program produktif yaitu kelompok mata pelajaran yang berfungsi membekali siswa agar memiliki Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Mata pelajaran produktif yang wajib dipelajari oleh siswa Tata Kecantikan Kulit adalah kompetensi kejuruan tata kecantikan kulit. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di SMK Negeri 6 Surabaya pada bulan Maret-Mei 2012 standar kompetensi produktif yang sedang trend di dunia industri dan wajib dipelajari oleh siswa Tata Kecantikan Kulit yaitu melakukan Depilasi. Depilasi merupakan salah satu standar kompetensi di kelas XI semester 3 Tata Kecantikan Kulit. Kompetensi dasar mengidentifikasi bagian-bagian yang akan di depilasi dan melaksanakan depilasi yang diajarkan melalui serangkaian tatap muka dan praktek. Materi depilasi membutuhkan tenaga praktek yang menguasai materi dan keterampilan yang cukup sesuai dengan perkembangan dunia industri. Penyampaian materi depilasi pada SMK Negeri 6 Surabaya ditemukan adanya kemiripan dengan materi epilasi, sehingga menimbulkan kerancuan. Hal ini dikarenakan standar kompetensi melakukan depilasi masih menggunakan buku teks pelajaran tahun 2000. SMK Negeri 6 Surabaya mempunyai buku teks pelajaran yang terbaru yaitu buku sekolah elektronik (BSE) pada tahun 2008 jilid 2 yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri, dimana BSE ini menjelaskan langkah kerja melakukan depilasi dan tambahan materi yaitu epilasi yang didukung dengan adanya gambar. Fasilitas yang terbatas membuat guru belum seutuhnya menyampaikan materi depilasi sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Kebutuhan dunia industri yaitu siswa terampil dalam melakukan depilasi dengan berbagai jenis kulit. Buku teks pelajaran (BSE) tanpa bimbingan guru membuat siswa kurang berminat dalam membaca, dengan buku yang terlalu tebal dan mencakup semua materi tata kecantikan kulit. Tujuan dari pengajaran melakukan depilasi yaitu siswa diharapkan dapat memahami depilasi serta mampu melaksanakan perawatan kulit secara tepat dan benar. Pengajaran depilasi apabila diikuti dengan baik dan sungguh-sungguh akan memberikan nilai positif dan berdampak pada perubahan perilaku yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Ungkapan ini mengacu pada pendapat Abin Syamsudin (2003:12) bahwa hasil belajar adalah hasil akhir proses belajar berupa perubahan perilaku yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Gambaran yang ada pada SMK Negeri 6 Surabaya saat ini memerlukan pembaharuan dalam menyampaikan materi dengan buku teks pelajaran tahun 2008. Materi depilasi dalam penyampaiannya harus dengan bimbingan seorang guru, hal ini dimaksudkan agar siswa mudah dalam menerima materi dan keterampilan. Penyampaian materi depilasi sudah menggunakan model pengajaran langsung hanya saja belum sesuai dengan sintak-sintaknya. Model pengajaran langsung merupakan sebuah cara yang efektif untuk mengajar keterampilan dan informasi dasar kepada siswa. Model pengajaran langsung ditujukan pada pencapaian dua tujuan utama siswa yaitu, penuntasan konten akademik yang terstruktur dengan baik dan perolehan seluruh jenis keterampilan (Nur, 2011:17). 2

Pengajaran dengan menggunakan model pengajaran langsung dirancang untuk membelajarkan siswa tentang pengetahuan yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah demi langkah. Model tersebut tidak dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan berfikir tingkat tinggi. Model pengajaran langsung merupakan sebuah model yang berpusat kepada guru yang memiliki lima langkah, yaitu mempersiapkan dan motivasi siswa, menjelaskan dan atau mendemostrasikan, latihan terbimbing, umpan balik, dan latihan lanjutan. Proses belajar mengajar menggunakan model pengajaran langsung, diharapkan siswa lebih memahami dalam menguasai materi dan keterampilan untuk kesiapan dalam praktek industri. Model pengajaran langsung juga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Model Pengajaran Langsung Pada Standar Kompetensi Melakukan Depilasi di Kelas XI SMK Negeri 6 Surabaya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model melakukan depilasi di kelas XI SMKN 6 Surabaya? 2. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model melakukan depilasi di kelas XI SMKN 6 Surabaya? 3. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model melakukan depilasi di kelas XI SMKN 6 Surabaya? 4. Bagaimanakah respon siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model melakukan depilasi di kelas XI SMKN 6 Surabaya? Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian memiliki tujuan sebagai berikut:1) aktivitas guru, 2) aktivitas siswa, 3) hasil belajar dan, 4) respon siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model melakukan depilasi di kelas XI SMKN 6 Surabaya. METODE Rancangan penelitian adalah One Shot Case Study karena dalam penelitian ini mendeskripsikan satu kelompok yang dikenai perlakuan tertentu dengan menggunakan model pengajaran langsung. Penelitian dilaksanakan di kelas XI Tata Kecantikan Kulit SMK Negeri 6 Surabaya sebanyak 30 siswa. Langkah-langkah dalam 5 fase penggunaan model pengajaran langsung dilakukan dengan ketat. Pengumpulan data dilakukan dengan tes, observasi dan angket. Tes dilakukan untuk mengukur ketercapaian hasil belajar ranah kognitif, observasi ranah psikomotor, keaktifan guru selama proses pengajaran berlangsung, dan siswa, serta angket digunakan untuk mengetahui respon siswa. Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gambar 1. Bagan Alur Proses Penelitian Data dianalisis secara deskriptif sesuai dengan jenis datanya antara lain: 1. Analisis Data Aktivitas Guru Data kemampuan pengelolaan kelas guru pada penggunaan model pengajaran langsung standar kompetensi melakukan depilasi yang diberikan oleh pengamat dianalisis dengan cara nilai rata-rata tiap kategori pengamatan dengan rumus sebagai berikut: x = X i n (Riduwan,2009:38 ) 3

Hasil perhitungan tersebut, kemudian hasilnya dianalisis dengan menggunakan kriteria batasan pengelolaan pengajaran dikelas. Tabel 1. Kriteria Skor Skala Likert Keterangan Skor Sangat Baik 4 Baik 3 Tidak Baik 2 Sangat Tidak Baik 1 (Sugiyono, 2011:93) 2. Analisis Aktivitas Siswa Pengamatan untuk aktivitas siswa yaitu terkait seluruh kegiatan siswa selama proses pengajaran berlangsung. Skor hasil pengumpulan data untuk setiap pernyataan dijumlahkan tersendiri, setelah itu hasil dari penjumlahan dipersentasekan dengan rumus sebagai berikut: P = F N x 100% (Trianto, 2009) Hasil persentase jawaban responden dikonversi/ untuk menafsirkan ke dalam bentuk deskriptif (kualitatif) yang berupa kategori dari setiap interval persentase jawaban responden. Kategori dari persentase jawaban responden tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kriteria Persentase Aktivitas Siswa Persentase Tingkat Keberhasilan Taraf Keberhasilan 81% - 100% Sangat kuat 61% - 80% Kuat 41% - 60% Cukup 21% - 40% Lemah 0% - 20% Sangat lemah (Riduwan, 2009:23) 3. Analisis Hasil Belajar Siswa Analisis tes kognitif dan psikomotor hasil belajar siswa digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar siswa baik ketuntasan individual maupun ketuntasan klasikal. Ketuntasan belajar menggunakan pedoman yang ditentukan di SMK Negeri Surabaya dengan Ketuntasan Kompetensi Minimum (KKM) 75 dan ketuntasan klasikal (KK)/ ketuntasan belajar kelas mencapai 85%. Σ skor perolehan Nilai Siswa = Σskor maksimum x 100 Ketuntasan tujuan pembelajaran klasikal dinyatakan tercapai jika mencapai persentase 85%. Adapun rumus yang digunakan untuk menuntukan ketuntasan klasikal yaitu: (Depdiknas, 2006) 4. Analisis Respon Riswa Data yang berasal dari angket respon siswa bentuk cheklist dengan skor dari masing-masing kriteria yaitu: Tabel 3. Analisis Respon Siswa Keterangan Nilai dengan Skor huruf Sangat Setuju SS 5 Setuju S 4 Ragu-Ragu RG 3 Tidak Setuju TS 2 Sangat Tidak Setuju STS 1 (Sugiyono, 2011:95) Menghitung persentase jawaban responden atas pertanyaan dalam angket dipergunakan rumus sebagai berikut: P = f N x 100% (Sugiyono, 2008 : 94) Persentase tiap pilihan dikonversi dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 4. Kriteria Persentase Respon Siswa Persentase tingkat Klasifikasi keberhasilan 81% - 100% Baik skali 61% - 80% Baik 41% - 60% Cukup 21% - 40% Kurang 0% - 20% Kurang sekali (Riduwan, 2009: 23) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Aktivitas Guru Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan analisis. Tahap persiapan dipersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian, yaitu: silabus, RPP, hand out, power 4

point, LKS 1 dan 2, lembar penilaian kognitif, lembar penilaian psikomotor, serta lembar observer aktivitas guru dan siswa. Tahap pelaksanaan dilaksanakan pada tanggal 15 dan 16 Oktober 2012 masing-masing dalam satu kali pertemuan selama 7x45 menit. Guru memberikan perlakuan pada kelas yang dijadikan tempat penelitian yaitu dengan menggunakan model pengajaran langsung. Selama proses pengajaran langsung, observer menilai kegiatan tentang aktivitas guru dan siswa. a. Pertemuan Pertama 1) Kegiatan Pendahuluan Kegiatan pendahuluan sebelum membahas materi guru memberikan apresiasi, motivasi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai agar siswa tidak bingung dalam menerima materi yang baru. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan materi tentang pengertian melakukan depilasi, tujuan, manfaat dan langkah kerja yang sesuai prosedur di depan kelas. Kegiatan ini secara bersamaan dilakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa melalui lembar pengamatan yang dilakukan oleh 4 observer. Siswa diminta untuk mengerjakan butir soal kognitif sebagai tes pemahaman individu terhadap materi yang telah diberikan, tujuan yaitu untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang telah diberikan. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup yang pertama guru mengevaluasi materi pelajaran dengan mengulas materi yang telah di sampaikan untuk pemahaman siswa. Kedua menginformasikan pada pertemuan besok yang akan mempraktekan depilasi secara bergantian. Ketiga membimbing siswa membersihkan ruangan dan disiapkan untuk berdoa agar menjadi siswa yang disiplin dan berahlak mulia. b. Pertemuan Kedua 1) Kegiatan Pendahuluan Guru memberi salam dan berdoa, mengecek kehadiran siswa, memotivasi siswa dengan mereview materi pertemuan pertama dan menyampaikan materi yang akan dipelajari saat ini, serta menyampaikan tujuan pembelajaran. 2) Kegiatan Inti Kegiatan initi guru menjelaskan teknik depilasi dengan kosmetik bentuk pasta, yaitu dengan langkah guru mendemonstrasikan, membimbing dan memberikan umpan balik kepada siswa dengan melaksanakan praktek teknik depilasi antar teman. 3) Kegiatan Penutup Kegiatan penutup guru mengevaluasi hasil praktek yang terjadi dengan cara memberikan pertanyaan tentang kendala saat praktek, menginformasikan materi yang akan diberikan minggu depan dan membimbing siswa membersihkan ruangan dan disiapkan untuk berdoa agar menjadi siswa yang disiplin dan berahlak mulia Tahap analisis yaitu pertama mengelola dan menganalisis data hasil tes kognitif dan psikomotor, kedua menghitung aktivitas guru dan siswa seta respon siswa dengan menggunakan persentase, dan ketiga manarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian. Penggunaan model pengajaran langsung sesuai dengan sintak-sintaknya meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, pengelolaan pengajaran, dan suasana kelas disajikan dalam diagram sebagai berikut: 4 3.5 3.7 Aktivitas Guru 4 3.8 3.8 3.8 3.8 3.8 4 4 4 PERTEMUAN I PERTEMUAN II Diagram 1: Aktivitas Guru Kemampuan terendah yang dimiliki pada pertemuan pertama adalah saat pendahuluan dengan ratarata 3,7, sedangkan kemampuan tertinggi adalah suasana 5

Jumlah Siswa Persentase (%) e-journal. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, edisi yudisium periode Februari 2013, hal 1-9 kelas dengan rata-rata 4. Pertemuan kedua menunjukan bahwa kemampuan terendah adalah pada saat inti dan penutup dengan rata-rata 3,8, sedangkan kemampuan tertinggi adalah pada pendahuluan, pengelolaan pengajaran dan suasana kelas dengan rata-rata 4. Kemampuan pada setiap pertemuan mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa keterlaksanaan sintak dapat dikatakan sangat baik, karena kemampuan guru dalam pembelajaran rata-rata nilai lebih dari 3 (Sugiyono, 2001). Aktivitas Siswa 100 87 92 100 85 81 83 85 9391 87 78 77 80 60 40 20 0 Aktivitas Siswa Data aktivitas siswa didapat dari dua kali pertemuan hasil pengamatan dari dua observer terhadap 12 aspek. Aspek yang dinilai pada aktivitas siswa adalah sebagai berikut: a. Aspek 1 siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran. b. Aspek 2 siswa mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan guru secara lisan. c. Aspek 3 siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi melakukan depilasi. d. Aspek 4 siswa mempersiapkan area kerja (alat, bahan, lenan dan kosmetik) untuk melakukan depilasi. e. Aspek 5 siswa memperhatikan demonstrasi yang dilakukan oleh guru. f. Aspek 6 siswa melakukan diagnosa pada kaki klien. g. Aspek 7 siswa melakukan depilasi, yang meliputi melakukan pembersihan kaki, pengeringan kaki dengan tissue, pemberian bedak talk pada kaki, pengolesan kosmetik depilasi dengan kuas, pengerokan dengan spatula dan pengolesan shooting lotion. h. Aspek 8 siswa melakukan latihan terbimbing secara bertahap sesuai dengan langkah-langkahnya. i. Aspek 9 siswa menjawab pertanyaan dari guru dan memperhatikan evaluasi guru terhadap hasil praktek. j. Aspek 10 siswa melakukan latihan lanjutan yang diberikan oleh guru dengan melanjutkan praktek. k. Aspek 11 siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran hari ini. l. Aspek 12 setelah pembelajaran ditutup oleh guru siswa membersihkan area kerja dan berdoa bersama yang disajikan dalam diagram sebagai berikut: Diagram 2: Aktivitas Siswa Aktivitas siswa dengan persentase tiap aktivitas memiliki nilai 61% dari aspek 1 sampai aspek 12, sehingga dapat dinyatakan kuat sampai sangat kuat (Riduwan, 2009). Hasil Belajar Hasil belajar siswa secara individual dinilai 2 aspek (kognitif dan psikomotor). Hasil belajar sebanyak 30 siswa sudah mencapai nilai KKM 75%. Hasil belajar siswa diambil data pada tanggal 15 oktober 2012 untuk ranah kognitif dan 16 ranah psikomotor yang disajikan dalam diagram sebagai berikut: 20 10 0 6 Aspek yang Diamati Hasil Belajar 9 Diagram 3: Hasil Belajar Persentase hasil belajar siswa diatas 80-85 dengan jumlah siswa 6, di atas 86-90 dengan jumlah 9 dan mencapai 91-95 dengan jumlah siswa 15. 15 Persentase (%) Nilai Rata- Rata 6

Persentase (%) e-journal. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, edisi yudisium periode Februari 2013, hal 1-9 Respon Siswa Setelah seluruh pengajaran berlangsung, pengajar membagikan angket respon kepada siswa, kemudian pengajar memberikan pengarahan dan membimbing siswa dalam mengisi angket respon siswa sesuai petunjuk yang diisyaratkan dalam angket. Berikut di bawah ini pernyataan pada angket respon siswa: 1) Saya termotivasi untuk mengikuti proses belajar melalui penggunaan model pengajaran langsung. 2) Kegiatan belajar pada standar kompetensi melakukan depilasi dengan menggunakan model pengajaran langsung menyenangkan dan tidak membosankan. 3) Menggunakan model pengajaran langsung dapat menjadikan saya menjadi aktif dan kreatif. 4) Saya mengikuti model pengajaran langsung dengan senang hati. 5) Saya menginginkan pembelajaran yang serupa dilakukan untuk pembelajaran dengan topik yang berbeda. 6) Materi pengajaran yang disampaikan guru mudah dimengerti. 7) Demonstrasi melakukan depilasi yang dilakukan guru mudah dilaksanakan. Berdasarkan analisis hasil angket respon siswa pada penggunaan model pengajaran langsung disajikan dengan gambar di bawah ini: 95 90 85 Respon Siswa 95 93 91 89 89 Pernyataan Siswa Diagram 4: Respon Siswa Respon siswa menunjukan rata-rata persentase pada kelas sebesar 91% memberikan respon sangat setuju. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa penggunaan model pengajaran langsung cocok diterapkan pada materi melakukan depilasi. 91 90 Pembahasan Aktivitas Guru Berdasarkan kajian data hasil observasi aktivitas guru yang dibuktikan dengan tindakan yang dilakukan guru. Tahap pendahuluan dalam mengajar perlu dilakukan dengan menghubungkan pelajaran yang akan diberikan pada pengetahuan yang dimiliki siswa. Aspek tersebut sama dengan kegiatan aktivitas guru dalam menerapkan model pengajaran langsung yaitu sebelum membahas materi guru memberikan apresiasi, motivasi dan tujuan pembelajaran agar siswa tidak bingung dalam menerima materi yang baru. Hal tersebut menunjukan bahwa aktivitas guru dalam pengajaran langsung sudah sangat baik. Observer menyimpulkan bahwa guru dapat menyesuaikan dengan keadaan kelas sehingga dapat memotivasi siswa. Observer menilai secara keseluruhan tahap inti terlaksana dengan sangat baik. Guru dalam menjelaskan materi menggunakan bahasa sendiri yang penyampainnya mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Aktivitas guru dalam demonstrasi pengetahuan prosedural, membimbing siswa melatih pengetahuan dan keterampilan serta mengecek pemahaman siswa mendapatkan nilai sangat baik. Berdasarkan kajian data observasi aktivitas guru, tindakan yang dilakukan dibuktikan melalui peragaan. Waktu mengajar di depan kelas harus berusaha menunjukan benda-benda asli, sesuai dengan aktivitas guru dalam menerapkan model pengajaran langsung yaitu mendemonstrasikan pengetahuan prosedural, agar siswa lebih mudah memahami maka guru menunjukan contoh benda asli tentang materi yang sedang dijelaskan, misalnya peralatan-peralatan melakukan depilasi. Kegiatan penutup dapat dikatakan sangat baik sesuai dengan kegiatan aktivitas guru dalam penggunaan model pengajaran langsung yaitu semua kegiatan mengajar perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberi motivasi bagi guru maupun siswa, yang akan menjadikan lebih giat belajar dan meningkatkan proses berfikir. Evaluasi bagi guru juga dapat mengetahui prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat apabila siswa mengalami kesulitan belajar. Aktivitas Siswa Aktivitas siswa menunjukan bahwa siswa memiliki sikap yang kuat dalam memperhatikan, menjawab pertanyaan, persiapan, melakukan latihan terbimbing dan praktek serta memiliki kriteria sangat kuat terhadap kepedulian dalam lingkungan, karena siswa sangat 7

antusias dan tidak adanya keengganan siswa pada saat praktek melakukan depilasi dan siswa mengaplikasikannya dalam kehidupan. Hasil Belajar Ketuntasan hasil belajar siswa diperoleh dari hasil tes kognitif, dan psikomotor siswa saat pembelajaran. Ketuntasan hasil belajar siswa disesuaikan dengan nilai standar ketuntasan belajar minimal di SMKN 6 Surabaya. Adapun standar ketuntasan belajar minimal untuk kognitif dan psikomotorik yang ditentukan adalah 75. a. Hasil Belajar Kognitif Hasil belajar ranah kognitif siswa tuntas sebesar 100%. Salah satu prinsip belajar adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan (Dalyono, 2005). Jika siswa tidak mempelajari materi secara berulangulang maka siswa tersebut mudah melupakan apa yang telah dipelajari. b. Hasil Belajar Indikator Ranah Psikomotor Hasil belajar dari segi indikator ranah psikomotor menunjukkan bahwa 100% siswa yang terlibat praktek melakukan depilasi dapat dengan baik. Menurut Gagne (1997) kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan psikomotor yaitu mengingat kembali keterampilan yang sudah dipelajari dan mengingat prosedur atau langkah-langkah gerakan yang dikuasai. Pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pengajaran langsung siswa telah dibimbing untuk melakukan pembersihan kaki, pengeringan kaki dengan tissue, mendiagnosa, pemberian bedak talk, pengolesan kosmetik depilasi, pengerokan dengan spatula, pengolesan shooting lotion. Siswa mengulang penggunaan alat-alat tersebut pada saat mengerjakan LKS 2. Pengulangan tersebut memungkinkan siswa untuk mengingat kembali prosedur melakukan depilasi yang benar. Respon Siswa Analisis data angket respon siswa menunjukkan bahwa siswa lebih cenderung memilih jawaban sangat setuju (SS). Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai persentase rata-rata dari setiap pernyataan tersebut yaitu: pernyataan 1 (89%), 2 (89%), 3 (95%), 4 (91%), 5 (93%), 6 (91%), dan 7 (90%). Berdasarkan kriteria interpretasi skor, respon siswa pada pernyataan 1 sampai 7 tergolong baik. Penggunaan model ini siswa dapat termotivasi, menerima pengetahuan dan demonstrasi yang sangat jelas, dapat melakukan latihan terbimbing, mengecek pemahaman dan umpan balik serta latihan lanjutan dan transfer, dengan melakukan tersebut menyebabkan siswa lebih paham karena selama latihan terbimbing mereka dilatih dengan tepat dan benar. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivitas guru diperoleh rata-rata 3,87 dikategorikan sangat baik yang dimulai dari tahap pendahuluan, inti dan penutup. 2. Aktivitas siswa diperoleh 87% yang dikategorikan sangat kuat. 3. Hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor siswa tunta sebesar 100%. 4. Respon siswa terhadap penggunaaan model melakukan depilasi mencapai rata-rata 91% dengan kriteria sangat setuju. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan, maka peneliti memberikan saran untuk perbaikan pada penelitian yang akan datang antara lain: 1. Keterlaksanaan sintak penggunaan model pengajaran langsung dapat ditingkatkan dengan cara guru menggunakan waktu dengan baik, agar semua aspek yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan efisien. 2. Saat berdiskusi siswa berkumpul dengan kelompoknya dan apabila waktu yang ada memungkinkan setiap siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan didepan agar setiap anak berkesempatan mengembangkan kemampuan nalarnya. 3. Terdapat siswa yang kurang cocok dengan penggunaan model pengajaran langsung, karena siswa tersebut mempunyai ciri yang pendiam cenderung pasif pada saat bimbingan. Guru dapat memberikan pertanyaan kepada siswa tersebut, atau menunjuk siswa tersebut untuk memberikan pendapat sehingga siswa dapat aktif saat proses pengajaran berlangsung. 8

DAFTAR PUSTAKA Depdiknas (2003) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta. Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Untuk Penelitian Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi, dan Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP. Jakarta: Bumi Aksara. 9