JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-320

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

Konsep Perancangan Kampung Baru Nelayan Kenjeran Surabaya Berbasis Potensi Wilayah

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

Meningkatkan Eksistensi Kampung melalui Arsitektur sebagai Tantangan Modernisasi Kota Surabaya

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-179

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-75

Perancangan Pusat Komunitas Tunanetra Indonesia dengan Pendekatan Indera

Ruang Rehumanisasi: Proses Pembauran Manusia Melalui Perjalanan Ruang

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

Desain Hunian Terapung di Jakarta Utara

Desain Interior Ex-Wisma Barbara sebagai Sentra UKM kawasan Jarak-Dolly

Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

Penerapan Tema Cablak pada Rancangan Rumah Budaya Betawi

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

Bangunan Portabel Sebagai Solusi Kebutuhan Hunian Temporer yang Layak Huni

Konsep Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya

Merancang Kampung Binaan bagi Pemulung TPA Njawar Benowo dengan Tema Bangkit

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Penerapan Healing Architecture dalam Desain Rumah Sakit

Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-92

LEMBAR PERNYATAAN. Saya yang bertanda tangan dibawah ini, N R P : Periode : Semester Gasal 2015

Elemen Arsitektur sebagai Perantara Komunikasi antar Manusia

Pengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya

Konsep Panopticon dan Persepsi Ruang pada Rumah Bina Nusa Barong

Penerapan Tema Terhubung (kembali) dengan Alam sebagai Penyelesaian Desain pada Perancangan Islamic Center Pakem

Responsive Environment Sebagai Acuan Desain Terhadap Kebutuhan Anak Autis

Resiliensi: Narasi melalui Ruang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Fungsional Versus Estetika: Inkubasi dalam Rancangan TPA

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) G-66

Perancangan Environmental Graphic Design Kebun Binatang Surabaya dengan Konsep Uniquely Playful

BAB III METODE PERANCANGAN. seseorang pernah melakukan hal yang berkaitan dengan rancang-merancang, tentu

Pelestarian Kawasan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat (Studi Kasus: Kawasan Cagar Budaya Bubutan, Surabaya)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) ( X Print) F-48

Analisis Penetapan Harga Jual Unit Apartemen Bale Hinggil di Surabaya

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Analisis dan Perancangan Perangkat Lunak Media Sosial untuk Berbagi Informasi Diskon

Identifikasi Tipologi berdasarkan Karakteristik Sempadan Sungai di Kecamatan Semampir

Desain Interior Museum Teknologi Apple dengan Langgam Eklektik

Resor Ekologis di Titik Nol Indonesia

penelitian 2010

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN FISIK BANGUNAN TPI JUWANA 1.1. LATAR BELAKANG

Analogi Memori dalam Perancangan Terminal Penumpang Bandar Udara Juanda Surabaya

Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional

REDESAIN PENGADILAN NEGERI SEMARANG KELAS IA KHUSUS

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

BAB IV ANALISA. seperti pencapaian lokasi hingga lingkungan yang memadai.

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

ANALISA SIFAT-SIFAT ANTRIAN M/M/1 DENGAN WORKING VACATION

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Perancangan Apartemen dengan Alat Bantu Software Simulasi Aliran Angin

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Keselarasan antara Baru dan Lama Eks-Bioskop Indra Surabaya

Fasilitas Wisata Kuliner di Pantai Losari Makassar

Visualisasi Sistem Informasi Pendaftaran Kadaster 3D Studi Kasus: Rumah Susun Grudo, Surabaya

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

menggunakan ketebalan 300 mm.

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

BAB VI HASIL PERANCANGAN

TUGAS AKHIR 137. Redesain Kampung Bustaman berbasis Kegiatan Kuliner Lokal (Olahan Daging Kambing)

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

Pusat Terapi Anak Autis Sindrom Asperger di Surabaya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh Berdasarkan Persepsi Masyarakat Di Kelurahan Tlogopojok

Hunian Vertikal Sewa dengan Konsep Eko-modular Arsitektur

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

Healing Garden : Aplikasi Taman Inklusif dalam Perancangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut sebagai Upaya Penyembuhan Pasien

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

Optimalisasi Fungsi Masjid Pendekatan superimposisi (Desain Masjid Bulak)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Komunikasi Sosial Masyarakat Lokalisasi Pasca Penutupan. mengikuti penutupan dolly dengan baik.

Redesain Kawasan Akuatik Kebun Binatang Surabaya Berbasis Isu Sirkulasi

Penerapan Metode Open Building pada Transformasi Bangunan Evakuasi Akhir Menjadi Bangunan Penginapan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Fasilitas Wisata Kuliner di Surabaya

Konsep Defamiliarisasi pada Desain Museum Tambang Pasir Sungai Brantas

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No.1, (2017) ( X Print) G-6

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1

Transkripsi:

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-320 Arsitektur Titik Balik: Participatory Design dan Memori Kolektif Mahdi Irfani Muhammad dan I Gusti Ngurah Antaryama Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111Indonesia e-mail: antaryama@arch.its.ac.id Abstrak Kenangan adalah ingatan yang akan menjadi cerminan manusia dalam menghadapi keadaan kedepannya. Sehingga, momen akan kenangan itu sendiri harus dibangkitkan. Arsitektur sebagai media membangkitkan momen tidak hanya sebatas intrusi ruang semata. Namun, juga mengajak pengguna dan penghuni untuk berpartisipasi dalam membangkitkan momen tersebut. Karena ruang bukanlah sesuatu yang statis melalui material yang disajikannya. Selama ini, kita tidak pernah menyadari bahwa arsitektur yang kita alami sehari-hari selalu menjadi bagian dari kenangan hidup kita. Dari permasalahan ini penulis menyadari perlu adanya sesuatu dari rancangan yang membuat user menyadari bahwa mereka sedang merakit kenangan mereka sendiri. Rancangan yang dapat disempurnakan oleh penggunanya, seperti baju jemuran yang menjadi elemen estetika, sirkulasi yang diberi pekerasan sendiri oleh penggunanya, dan material yang bersifat temporer yang diganti secara berkala, akan memberi kesadaran secara penuh kepada penggunanya bahwa mereka sedang merajut kenangan mereka terhadap tempat tinggal mereka. P Kata Kunci Perilaku, Kenangan, Participatory. I. PENDAHULUAN ENULISAN akan sebuah peristiwa tidak harus sebuah peristiwa besar yang harus dikenang oleh khlayak umum. Sebuah kenangan bisa terbentuk secara personal maupun kelompok. Namun, diperlukan sebuah momen untuk membangkitkan kenangan tersebut. Sesuai dengan definisi kenangan itu sendiri yang artinya sesuatu yang kita jaga agar kita belajar kedepannnya (gambar 1). Titik balik dalam hidup manusia juga bisa menjadi sebuah momen yang akan dikenang. Titik balik adalah saat dimana perubahan terjadi. Seperti mesin yang telah diperbaiki seperti baru lagi, titik balik manusia menjadi kearah hidup yang lebih baik membuat manusia seakan terlahir kembali. Kenangan akan titik balik itulah yang tidak akan lekang oleh waktu. Dan Ruang sebagai saksi bisu dari momen-momen titik balik tersebut. (gambar 2). Arsitektur sangat erat kaitannya dengan sebuah kenangan. Seperti yang dikemukakan oleh Aldo Rossi bahwa arsitektur adalah kenangan kolektif bagi penghuni maupun penggunanya. Kenangan kolektif yaitu bagaimana pikiran bekerja bersamasama dalam sebuah masyarakat.[3] Sehingga, jika kenangan kolektif ingin diwujudkan dalam suatu kebersamaan, maka arsitektur tersebut haruslah memberi keterbatasan bagi penggunanya agar batas ruang dan waktu dalam arsitektur akan berkurang.[4] Maka demi terwujudnya sebuah memori kolektif, penulis mengolaborasikan titik balik yang merupakan awal dari sebuah kenangan dengan diskursus antar user dengan ruang. Sehingga, titik balik itu sendiri dapat dirangsang dengan adan modifikasi perilaku yang timbul dari aktifitas yang timbul karena keterbatasan arsitektur. Modifikasi perilaku adalah mengubah perilaku individu melalui penguatan positif dan negatif untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan atau pengurangan perilaku melalui hukuman.[6]. Mencoba menjawab tuntutan titik balik dalam sebuah arsitektur, lahan yang dipilih adalah area perkampungan yang dulunya adalah prostitusi. Gang Dolly, julukan dari RT 05 RW 05 Kelurahan Putat Jaya Kecamatan Sawahan Surabaya, memiliki segudang permasalahan yang sebagian besar lebih condong ke aspek sosial. (gambar 3) Dari hasil observasi di lapangan, pihak PSK yang tergusur masih banyak yang ingin menjalankan praktek secara diam-diam dibeberapa wisma karena mereka tidak memiliki ruang yang berbeda untuk menjalankan matapencaharian lain. Dari warga, sebagian anakanak dibawah usia 10 tahun memiliki perilaku yang dipengaruhi oleh lingkungan sebelumnya. Warga senior sendiri kini kesulitan memberi citra baru ke kampung mereka sekalipun pemerintah kota dan beberpa komunitas memberi kesempatan untuk membangun dolly dengan citra baru. Dari permasalahan diatas, muncul gagasan untuk memodifikasi perilaku melalui arsitektur, dan membangun citra baru secara bersama-sama. Sesuai dengan beberapa teori yang telah disebutkan sebelumnya, memori kolektif akan kebangkitan sebuah kampung harus diraih secara bersamasama. Maka, desain kampung yang baru dirancang dengan beberapa keterbatasan sehingga batas ruang dan waktu antar sesama pengguna berkurang. Selain itu, desain kampung yang baru mampu memberi ruang interaksi untuk mantan PSK terhadap warga setempat. Sehingga, diputuskan bahwa merancang ulang atau redesain kampung Dolly harus dilakukan agar mantan PSK memiliki ruang untuk mereka direhabilitasi sekaligus berinteraksi dengan warga. Sebagai contoh adalah Kampung Kalicode oleh YB Mangunwijaya yang dirancang olehnya beserta warga kali tersebut agar diperindah sehingga terhindar dari pengusuran. (gambar 4)

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-321 Gambar 3. Lokasi lahan: a. Kondisi prostitusi pasca penutupan), b. Lokasi Parkir pengunjung, c. Beberapa wisma yang bertahan, d. Kondisi malam tak seramai dulu [5] Gambar 4. Kampung Code, salah satu contoh membangun citra kampung untuk menghindari penggusuran dengan bersama-sama [7] Gambar 1. Kenangan akan penyobekan bendera Belanda yang menjadi titik balik kemerdekaan Indonesia. [1] Gambar 2 Masjid Djenne di Mali dengan material lumpur. Bertahan sejak 1200 karena kebutuhan penduduk akan ruang ibadah dan adanya ritual untuk memperbaiki secara berkala. Masjid ini telah menjadi saksi bisu interaksi antar generasi selama beberapa abad lamanya. [2] Gambar 5.Gagasan meredesain Dolly menjadi hunian sekaligus pusat rehabilitasi ex-prostitusi adalah solusi untuk merubah citra Dolly sekaligus wadah perbaikan perilaku mantan PSK

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-322 (a) Gambar 6. Salah satu proses participatory design [10] Gambar 7. Proses Space syntax pada perancangan sirkulasi kota [12] (b) Gambar 11. Ilustrasi dan diagram sirkulasi a. Material yang sebagian besar bersifat temporal. b. Suasana ruang yang terbentuk mandiri Gambar 8. Metode Disjunction Bernard Tschumi [13] Gambar 12. Diagram participatory estetika: a. Pembentukan ruang tinggal mantan PSK yang dibentuk sendiri melalui kreatifitas masingmasing individu), b. Serta diagram rumah tinggal Gambar 9. Transformasi a. Tahap tahun pertama), b. Tahap Tahun keduahingga ketiga, c. Tahap Tahun keempat dst. Gambar 10. proses terbentuknya sirkulasi secara participatory. Gambar 13. Suasana atap pada bangunan utama.

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-323 karena adanya aktifitas warga itu sendiri. (gambar 8) Gambar 14. Diagram Bangunan utama dengan lantai dasar dan atap sebagai pusat kegiatan komunal. Lantai diantaranya merupakan pusat rehabilitasi mantan PSK II. PENDEKATAN DAN METODA DESAIN Proses participatory design dapat terwujud jika rancangan dikonsep dengan banyak keterbatasan. Sehingga untuk menyempurnakan keterbatasan tersebut pengguna dan penghuni harus menyempurnakan rancangan tersebut secara bersama-sama. Yang artinya penulis sebagai perancang memprediksi hasil penyempurnaan dari desain tersebut (gambar 5). Participatory Design masuk kedalam kategori pendekatan kolaboratif dalam desain yang berarti mendorong seluruh stakeholder yang ada di masyarakat. masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam proses pembentukan lingkungan yang ideal. [8] Jenis Participatory design yang digunakan disini adalah desain yang dirancang agar disempurnakan sendiri oleh penggunanya. Pada rancangan ini participatory design dimanfaatkan sebagai media interaksi warga dan mantan PSK (gambar 5). Proses kegiatan dari pendekatan ini juga akan menjadi memori mereka selama me-reimaging tempat tinggal mereka. Participatory design (gambar 6) dalam implementasinya pada rancangan dibantu dua metode lain. Space syntax yang merupakan metode menemukan konfigurasi ruang berdasarkan data dan pengalaman ruang manusia [9] menjadi tumpuan untuk menemukan pola sirkulasi tambahan Pola sirkulasi tambahan ini merupakan penanda bahwa dolly siap dibuka kembali dengan jalanan baru yang dibangun sendiri oleh warganya. (gambar 7) Sedangkan pada sirkulasi dalam kampung, banyak program yang terjadi dalam satu sirkulasi tersebut yang sangat berhubungan erat dengan teori disjunction bahwa arsitektur adalah ruang, aktifitas, dan pergerakan tanpa adanya hirarki. [11] Jika dikaitkan dengan participatory, maka ruang tersebut sebenarnya dapat tercipta dengan adanya ruang yang terbentuk III. EKSPLORASI DAN HASIL RANCANG Objek rancangan berupa redesain kampung dengan mempertahankan beberapa program yang kemudian diwujudkan dengan wujud yang berbeda. Participatory design yang berlaku adalah pembentukan sirkulasi, ruang perteduhan baru untuk menambah aktifitas baru, serta elemen estetika temporer yang seluruhnya dilakukan sendiri oleh warga. Beberapa sirkulasi yang sengaja dirancang menjadi bagian dari participatory design awalnya dirancang menjadi sebuah jalur vegetasi (rerumputan) yang siap dijadikan jalur sirkulasi dan dibangun bersama-sama. (gambar 11b) Karena proses ini ada hubungannya dengan modifikasi perilaku, maka akan akan ada tahapan-tahapan yang diprediksi membentuk sirkulasi baru. (gambar 9) Konsep struktur yang dirancang menyambung antar bangunan yang bersebrangan menstimulasi user untuk memberi perteduhan untuk sirkulasi dibawahnya. Sehingga terbentuk ruang baru dengan aktifitas yang ragam dalam satu ruang karena perteduhan yang dibentuk (gambar 10). Proses kegiatan servis ini dilakukan pada masing-masing bangunan dengan user yang berbeda. Pada bangunan utama, dengan participatory design sebagai pendekatan,bilik kerja yang dapat berubah fungsi dapat ditutup menjadi ruang istirahat yang lebih privat. Kegiatan menutup ini dilakukan dengan material apapunyang memungkinkan untuk digunakan seperti gorden, terpal, bahkan pakaian yang sedang tidak mereka pakai. Ini memungkinkan karena adanyatiang-tiang non-struktural yang saling menyambung. Tidak hanya sebatas itu, proses pembentukan perteduhan baru dan maintenance bangunan secara berkala juga dapat menjadi metode modifikasi perilaku (gambar 11 a). Kegiatan servis yang selama ini kerap disembunyikan dibelakang rumah tinggal dapat menjadi elemen estetika. Dengan konsep struktur yang membentuk frame, pakaian yang dijemur dapat diatur oleh user untuk memperindah kampung mereka. Kelima poin tersebut adalah prediksi yang terbentuk karena proses participatory design dengan jangka waktu sesuai dengan proses modifikasi perilaku yang kurang lebih 2-3 tahun. (gambar 12) Selain aspek dari participatory design yang ditonjolkan, beberapa bagian desain seperti ruang lapang pada atap bangunan utama digunakan sebagai ruang bermain anak dan kegiatan-kegiatan komunal (gambar 13). Pada lantai dasar bangunan utama juga dimanfaatkan sebagai ruang komunal seperti ruang ibadah dan ruang memasak komunal. Adanya aktifitas warga di lantai dasar juga memaksa para mantan PSK yang tinggal diatasnya agar menjaga perilaku mereka. (gambar 14) IV. KESIMPULAN Arsitektur merupakan sebuah alat perekam dari semua kegiatan, dan pergerakan yang terjadi dalam sebuah ruang. Hal ini yang menyebabkan sebagian dari kita selalu mengingat

JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-324 sebuah tempat terlebih dahulu ketika kita mencoba untuk mengingat sebuah peristiwa. Arsitektur yang tepat adalah arsitektur yang selalu dikenang oleh penghuni maupun penggunanya sebagai alat untuk mengingatkan kita masa lalu. Pendekatan participatory design dengan objek rancang kampung yang rancangannya disempurnakan oleh penggunanya secara bersama-sama akan menghasilkan kenangan yang mendalam bagi mereka. Dengan adanya bangunan utama di tengah kampung yang mewadahi kegiatan warga dan interaksi mantan PSK dengan warga, struktur yang dapat digunakan sebagai media perteduhan dan menjemur pakaian, juga material yang temporer agar dapat diganti secara berkala akan memberikan para penghuni kampung Dolly agar mereka dapat membuat citra baru bagi kampung mereka yang akan menjadi kenangan kolektif bagi yang ikut serta menjadi bagian dari kegiatan tersebut. DAFTAR PUSTAKA [1] http://facebook.com/asf_id [2] http://en.wikipedia.org/djenne_mosque [3] Halbwachs, M (1980), The Collective Memory, Harper & Row; New York [4] Jacobs, J. (1961), The Death and Life of Great American Cities, Random House; New York [5] http://tribunnews.com [6] Wolpe, J. (1958), Psychotheraphy by Reciprocal Inhibition, Stanford University Press; California [7] http://maps.google.com [8] Roberts, N. (2000), Handbook of Research on Socio-Technical Design and Social Networking Systems, Information Science Refrences; New York [9] Hillier, B. (1984), The Socio Logic of Space, Cambridge University Press; Cambridgeshire [10] http://uxpassion.com [11] Tschumi, B. (1990), Architecture and Disjunction, MIT Press; Massachusetts [12] http://bartlett.ucl.ac.uk/space-syntax [13] http://ark.hyperbody.nl