Fase Honeymoon pada Diabetes Melitus Tipe 1. Yunus Tanggo, Kurniyanto, Jusuf D. Banjarnahor, Poltak Hutagalung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis. yang telah menjadi masalah global dengan jumlah

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

AZIMA AMINA BINTI AYOB

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

Efek Diabetes Pada Sistem Ekskresi (Pembuangan)

PELATIHAN NEFROLOGI MEET THE PROFESSOR OF PEDIATRICS. TOPIK: Tata laksana Acute Kidney Injury (AKI)

ABSTRAK OBESITAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

Implementasi Metode Dempster Shafer Pada Sistem Pakar Untuk Diagnosa Jenis-jenis Penyakit Diabetes Melitus

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu mempunyai

Definisi Diabetes Melitus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

Gambaran Klinis dan Laboratoris Diabetes Mellitus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yaitu poliuria, polidipsi dan polifagi (Suyono, 2009). Menurut Riskesdas (riset kesehatan dasar) prevalensi diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN BETA HIDROKSI BUTIRAT PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

PENCEGAHAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS MELALUI PROGRAM PENYULUHAN DAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH DI DUKUH CANDRAN DESA SENTONO KLATEN JAWA TENGAH

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Diabetes Mellitus Type II

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan ada tiga bentuk diabetes mellitus, yaitu diabetes mellitus tipe 1 atau disebut IDDM (Insulin Dependent

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

ABSTRAK dan khas anak

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

GDS (datang) : 50 mg/dl. Creatinin : 7,75 mg/dl. 1. Apa diagnosis banding saudara? 2. Pemeriksaan apa yang anda usulkan? Jawab :

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

Obat Herbal Diabetes Pencegah Ketoasidosis & Keton

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

ABSTRAK PENDAHULUAN. Jovita Secunda Ludirdja, Leonard Kencana, Katrin Kurniawan, Michelle Prinka Adyana, dan IGP Suka Aryana

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

KETOASIDOSIS DIABETIK. yang serius, suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi. Merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. oral yang digunakan pada pasien Prolanis di Puskesmas Karangpandan Kabupaten

ASKEP GAWAT DARURAT ENDOKRIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO GAGAL GINJAL PADA DIABETES MELITUS. Enny Probosari ABSTRAK

PENYAKIT DEGENERATIF V I L D A A N A V E R I A S, M. G I Z I

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

DENGAN KOMBINASI PADA PASIEN DM TIPE 2 DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II KABUPATEN KLUNGKUNG PERIODE NOVEMBER 2015-PEBRUARI 2016

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Diabetes adalah penyakit kronis yang ditandai dengan

Transkripsi:

Majalah Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.2 April - Juni Laporan Kasus Fase Honeymoon pada Diabetes Melitus Tipe 1 Yunus Tanggo, Kurniyanto, Jusuf D. Banjarnahor, Poltak Hutagalung Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia Abstrak Seorang laki-laki berusia 18 tahun dirawat karena menderita diabetik ketoasidosis (DKA), yang dipicu oleh infeksi saluran kemih. Sebelumnya pasien telah didiagnosis menderita diabetes mellitus (DM) tipe 1. Tiga tahun yang lalu, untuk pertama kali pasien dirawat dengan diagnosis yang sama. Pada perawatan kali ini, pasien dianggap mengalami fase honeymoon karena meskipun tidak menggunakan insulin selama beberapa bulan namun tidak mengalami dekompensasi metabolik. Kata kunci : Fase honeymoon, insulin, faktor metabolik. Honeymoon phase in Type-1 Diabetes Mellitus Abstract A man aged 18 years were admitted to the hospital for diabetic ketoacidosis (DKA), which was triggered by a urinary tract infection. Previously, patients have been diagnosed with type-1 diabetes mellitus (DM). Three years ago, for the first time patients was also admitted to the hospital with the same diagnosis. At this admission, he was considered to have honeymoon phase because even though he did not use insulin for several months but did not experience metabolic de-compensation. Keywords : Honeymoon phase, insulin, metabolic factors. Koresponden: YT e-mail: yunus.tanggo@yahoo.co.id 57

Pendahuluan Diabetes melitus (DM) tipe 1 merupakan penyakit akibat destruksi autoimun yang merusak sel beta pankreas secara progresif. Destruksi itu berlangsung dalam waktu yang lama sebelum awitan klinis DM terjadi. Dalam proses perjalanannya pasien dapat mengalami diabetik ketoasidosis. Pada penderita DM tipe 1 yang baru terdiagnosis biasanya fungsi sel beta pankreas masih dapat mempertahankan kadar gula darah, sehingga kadangkadang tidak dibutuhkan insulin. Fase itu disebut fase honeymoon, pada fase tersebut terjadi penurunan kebutuhan insulin eksogen namun kontrol metabolik tetap baik. Pada kenyataannya sebagian penderita masih tetap membutuhkan insulin dalam dosis kecil untuk mempertahankan kadar gula darahnya. Pada sebagian kecil kasus, kontrol glikemik berlangsung cukup baik dan tidak memerlukan insulin eksogen. 1-3 Berbagai faktor metabolik dan klinis dapat mempengaruhi frekuensi dan lamanya fase honeymoon. Faktor tersebut antara lain usia pada saat awitan awal, dekompensasi metabolik akibat infeksi pada saat terdiagnosis dan ditemukannya autoantibodi. 4 Patogenesis fenomena itu merupakan kombinasi dari 1) perbaikan secara parsial sel beta sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin dan 2) peningkatan sensitivitas perifer terhadap insulin. 5 Pengenalan fase honeymoon pada DM tipe 1 merupakan suatu aspek yang penting dalam rangka tatalaksana pasien. Pada umumnya dosis insulin yang dibutuhkan pasien hanya sedikit sehingga tidak terjadi hipoglikemik akibat insulin yang berlebihan. Laporan Kasus Seorang laki-laki, Tn A berusia 18 tahun datang ke UGD RS UKI dengan keluhan utama sesak nafas, dan keluhan tambahan lemas, haus, mual dan muntah serta nyeri pada saat berkemih. Sesak dirasakan sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit, sesak bertambah, dan tidak berubah dengan perubahan posisi. Pada awalnya pasien mengeluh lemas, sering kencing, minum banyak dan terjadi penurunan berat badan yang drastis (16 kg dalam tiga bulan) kemudian mengeluh sesak, lemas, haus, mual dan muntah serta nyeri pada saat berkemih. Pada pemeriksaan fisik kesadaran pasien somnolen, tekanan darah 100/60 mmhg, frekuensi pernapasan 36 kali/menit cepat dan dalam, frekuensi nadi 125 x/menit cepat dan halus, suhu tubuh 37,5 C dan turgor kulit yang berkurang. Pasien kemudian dirawat dengan diagnosis diabetes ketoasidosis atas dasar kadar gula darah sewaktu 390 gr/dl dengan ph darah 7,16, pco2 11,8, HCO3 4,2, dan BE -21,6, leukositosis 30.800 sel/lpb, aseton urin +3, sedimen leukosit urin 20-25 sel/lpb, protein urin +2, HBA1c 16,6% dan kadar C-peptide 0,57 ng/ml namun pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap sel beta (anti IA2, anti GAD dan anti-islet cell). Pasien kemudian didiagnosis sebagai DM tipe 1 dengan diabetik ketoasidosis yang dicetuskan oleh infeksi saluran kemih (leukosit urin 20-25 sel/lpb). Pasien kemudian mendapatkan rehidrasi dengan NaCl 0,9%, insulin drip, dan antibiotika levofloksasin 1 x 500 mg intravenous. Dalam riwayat penyakit terdahulu pasien juga pernah mengalami hal yang sama tiga tahun yang lalu. Namun selama beberapa bulan sebelum perawatan saat ini pasien telah berhenti menggunakan insulin dan tidak mengalami gejala apapun hingga dia kemudian dirawat kembali. 58

Data Laboratorium Hasil Laboratorium Rawat inap ke-1 (usia 15 tahun) Rawat inap ke-2 (usia 18 tahun) Gula darah 350 gr/dl 390 gr/dl Leukosit darah 25.000 sel/lpb 30.800 sel/lpb Leukosit urin 25-30 sel/lpb 20-25 sel/lpb Aseton urin Positif Positif ph darah 7,23 7,15 C-Peptide 0,567 ng/ml 0,57 ng/ml Pembahasan DM tipe 1 merupakan penyakit autoimun dengan etiologi multifaktor, yang merupakan kombinasi faktor lingkungan dan kelainan genetik. Penyakit itu sering ditemukan pada ras Asia-Afrika. Sampai saat ini telah berhasil dipetakan gen-gen yang berpotensi menyebabkan DM tipe 1 antara lain HLA DR3-DR4 dan DQ2. Penegakan diagnosis DM tipe 1 didasarkan pada temuan defisiensi insulin dengan pemeriksaan C-peptide, dengan konfirmasi pemeriksaan antibodi terhadap sel beta misalnya anti-gad, anti-ia-2, dan atau antibodi anti-insulin. 6 Berkurangnya C-peptide yang merupakan komponen pro-insulin menggambarkan penurunan jumlah insulin endogen akibat destruksi sel beta yang dapat dilihat dari kadar anti bodi terhadap sel beta. Destruksi sel beta karena proses autoimun biasanya terjadi dalam kurun waktu tertentu (bulan tahun) sampai pada akhirnya sel beta tidak mampu berfungsi mempertahankan kontrol glikemik yang baik dan memicu awitan klinis DM tipe 1. Setelah awitan klinis DM tipe 1, terjadi kontrol glikemik yang baik dengan atau tanpa insulin eksogen yang dikenal dengan fase honeymoon. 6,7 Matveyenko dan Butler 7 merumuskan kejadian ini sebagai kombinasi antara gangguan fungsi sel beta pankreas dengan destruksi sel beta pankreas yang dijelaskan secara terpisah. Adapun Akirav et al., 8 menyebutkan bahwa hasil akhir dari jumlah sel beta terjadi setelah proses destruksi dan regenerasi. Fase honeymoon juga dapat disebut sebagai suatu remisi parsial dengan kebutuhan insulin perhari pada pasien adalah < 0,5 U/kgBB/hari. Hal ini diperkuat oleh Sherry et al., 9 yang dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa sekresi insulin pada penderita DM tipe 1 setelah awitan klinis awal adalah sekitar 40% dari normal dengan jumlah sel beta yang normal sekitar 10%. 59

Kapasitas sekresi insulin Stress akut Fase Honeymoon ketoasidosis Waktu Gambar 1. Perjalanan Klinis Diabetes Mellitus dengan Fase Honeymoon (Dimodifikasi dari Powers. 2 ) Faktor yang mempengaruhi fase honeymoon atau remisi parsial antara lain usia, dekompensasi metabolik dan autoantibodi. Abdul-Rasoul et al., 4 menemukan anak-anak yang terdiagnosis pada usia 5-12 tahun memiliki rata-rata remisi lebih tinggi dibandingkan anak-anak usia 0-5 tahun. Perbedaan gender tidak jelas mendeskripsikan frekuensi maupun durasinya. Bober et al. 10, menemukan bahwa derajat keasaman darah pada saat terdiagnosis mempengaruhi frekuensi dan durasi remisi. Pasien yang terdiagnosis DKA pada onset awal DM tipe 1 memiliki kecenderungan lebih rendah mengalami remisi parsial. Sebagian kecil (0 3,2%) pasien mengalami remisi total tanpa dapat dijelaskan. Pada keadaan remisi parsial awitan klinis yang muncul kembali pada umumnya dipicu oleh infeksi terutama infeksi saluran pernapasan bagian bawah dan infeksi saluran kemih. 11 Pada pasien ini yang terdiagnosis DM tipe 1 pada usia 15 tahun dengan awitan klinis berupa hiperglikemi dan asidosis metabolik mengalami remisi parsial atau fase honeymoon setelah pemberian insulin eksogen beberapa bulan sebelum kemudian dirawat kembali dengan DKA. Hal itu sesuai dengan penelitian Abdul- Rasoul et al., 4 yang menyatakan anak yang lebih besar (> 5 tahun) memiliki frekuensi remisi lebih besar. Walaupun kadar C-peptide pasien ini tidak berbeda antara awitan klinis awal dan kedua (0,57 ng/ml), namun dapat disimpulkan pada pasien ini, proses destruksi sel beta pankreas terjadi perlahan, yang disebabkan oleh perbaikan parsial sel beta. 60

Kesimpulan Fase honeymoon atau remisi parsial merupakan fenomena yang sering ditemukan setelah awitan klinis awal DM tipe 1. Pasien ini didiagnosis menderita DM tipe 1 pada usia 15 tahun dan masuk dengan diabetik ketoasidosis dan infeksi saluran kemih. Saat itu kadar C-Peptide yang diperiksa adalah 0,567 ng/ml. Pada usia 18 tahun pasien kembali mengalami diabetik ketoasidosis dengan infeksi saluran kemih dengan kadar C-Peptide 0,57 ng/ml. Pasien dapat dikatakan mengalami fase honeymoon karena tidak menggunakan insulin selama beberapa bulan sebelum awitan DKA yang kedua kalinya. Daftar Pustaka 1. Masharani U, German SM. Pancreatic hormon and diabetes mellitus. Greenspan s Basic and clinical Endocrinology. San Fransisco; McGrawhill:2007:661-747. 2. Powers CA. Harrison s Principles of Internal Medicine vol II 16 th edition. San Fransisco; McGraw-hill: 2005:14:2152-56 3. Scobie NI. Atlas of diabetes mellitus. 3rd edition. New York; Informa Health Care: 2007:2-3. 4. Abdul-Rasoul M, Habib H, Al-Khouly M. The honeymoon phase in children with type 1 diabetes mellitus: frequency, duration, and influential factors. Pediatr Diabetes 2006:7:101-7. 5. Mortensen HB, Hougaard P, Swift P, Hansen L, Holl RW, Hoey H et al. New Definition for the partial remission period in children and adolescents with type 1 diabetes. Diabetes Care 2009:32: 1384-90. 6. American Diabetes Asscociation. Standards of medical care in diabetes 2009. Diabetes Care 2009: 32: 1:15. 7. Matveyenko AV, Butler PC. Relationship between b-cell mass and diabetes onset. Diabetes Obes and Metab 2008: 10: 23 31. 8. Akirav E, Kushner AJ, Herold CP. Cell mass and type 1 diabetes going, gone? Diabetes 2008:57: 2883-88. 9. Sherry NA, Tsai EB, Herold KC. Natural history of beta cell function in type 1 diabetes. Diabetes 2005:54 (Suppl. 2) :S32 S39. 10. Bober E, Dundar B, Buyukgebiz A. Partial remission phase and metabolic control in type 1 diabetes mellitus in children and adolescents. J Pediatr Endocrinol Metab 2001:14:435-41. 11. Muller LMAJ, Gorter KJ, Hak E, Goudzwaard WL, Schellevis FG, Hoepelman AIM, Rutten GEHM. Increased risk of common infections in patients with type 1 and type 2 diabetes mellitus. Clin Infect Dis 2005:41:281 8. 61