SISTEM PERTANAMAN DAN PRODUKSI BIOMAS JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

POTENSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DAN LIMBAHNYA SEBAGAI PAKAN TERNAK DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEJUTA SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

KERAGAAN AGRONOMI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LOKASI SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN TAKALAR

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

PEMANFAATAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK DI SULAWESI SELATAN

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Teknologi Pengelolaan Jerami Jagung Untuk Pakan Ternak Ruminansia

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Peluang dan Kendala Pengembangan Pola Tanam Jagung Tiga Kali Setelah Padi (IP 400)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PETANI PADA LAHAN SAWAH di KABUPATEN GOWA DAN TAKALAR

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

KARYA TULIS ILMIAH PENGOLAHAN LIMBAH KAKAO MENJADI BAHAN PAKAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

KAJIAN PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN SAWAH SEBAGAI TANAMAN MT III DI SULAWESI TENGGARA

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

Transkripsi:

SISTEM PERTANAMAN DAN PRODUKSI BIOMAS JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK Matheus Sariubang dan Herniwati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan Jl.Perintis Kemerdekaan Km 13,5 Makassar ABSTRAK Industri pakan ternak merupakan agribisnis hilir yang berperan penting dalam agribisnis jagung. Pemanfaatan biomas sebagai pakan menjadikan usaha peternakan sapi potong tidak tergantung pada rumput alam di lapangan. Pada masa yang akan datang populasi sapi potong di Indonesia diperkirakan berkorelasi positif dengan ketersediaan biomas tanaman yang diusahakan petani maupun perkebunan. Penggunaan jagung untuk pangan menurun 2,0%/tahun, sedangkan untuk industri pakan dan pangan meningkat masing-masing 5,76% dan 3,0%/tahun. Penggunaan biomas jagung untuk pakan tergantung pada orientasi produksi, populasi tanaman, varietas yang dibudidayakan, dan pemeliharaan tanaman, khususnya pemupukan dan pengairan. Sistem usahatani integrasi jagung dengan sapi juga mampu memberikan keuntungan yang lebih besar, karena lebih efisien dalam penyediaan pakan ternak dan bahan organik Kata kunci: Sistem produksi, pakan ternak, biomas, jagung PENDAHULUAN Pertambahan berat badan ternak sangat ditentukan oleh kecukupan (kuantitas dan kualitas) pakan yang dikonsumsi. Demikian juga keuntungan ekonomi yang diperoleh dari suatu usaha peternakan akan ditentukan oleh nilai biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan bahan pakan. Ketersediaan hijauan pakan berkualitas, terutama pada musim kemarau merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak. Menurut Soeharsono (2006) seekor sapi potong dengan bobot badan rata-rata 300 kg membutuhkan 40 kg biomas pakan segar per harinya. Industri pakan ternak merupakan kegiatan agribisnis hilir yang terpenting alam agribisnis jagung. Dalam pembuatan pakan ternak diperlukan jagung sebanyak 50% dari total kebutuhan nasional. Dalam periode 2005-2020, kebutuhan jagung untuk industri pakan diperkirakan 51,5% dari kebutuhan jagung nasional, dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari kebutuhan tersebut. Jenis dan sumber bahan pakan akan menentukan tinggi rendahnya biaya yang dikeluarkan, sehingga biomas dari tanaman yang dijadikan bahan penyusun pakan akan mengurangi biaya produksi, sebab 60-80 % biaya dalam usaha peternakan diperuntukan dalam pengadaan pakan (hardiyanto et al. dalam: Soeharsono et al. 2004). Pemanfaatan biomas sebagai pakan ternak sapi potong menjadikan usaha peternakan sapi potong tidak tergantung pada areal/lapangan perumputan, dan pada masa yang akan datang populasi sapi potong di Indonesia diperkirakan akan berkorelasi positif dengan ketersediaan biomas tanaman yang diusahakan petani maupun perkebunan. Ketersediaan biomas dalam mendukung pengembangan sapi potong melalui tiga cara, yakni (a) menghasilkan rumput /gulma (b) penyediaan areal penggembalaan sewaktu lahan tidak ditanami, disini sewaktu merumput, ternak dapat memperoleh pakan berupa rumput alam dan sisa-sisa tanaman yang tertinggal maupun ratun tanaman dan (c) menghasilkan biomas pakan, terutama beupa produk samping yang dipanen dan diangkut keluar untuk diberikan keternak secara langsung 237 Seminar Nasional Serealia 2011

(konsumsi segar) maupun diproses terlebih dahulu misalnya dikeringkan untuk hay dan perlakuan kimia/biologi seperti amonisiasi dan fermentasi menjadi silage, maupun dijadikan complit feed(bahan pakan dikeringkan dan digiling). Semakin sempit pemilikan lahan, akan semakin intensif penggunaan lahan pertanian. Khususnya untuk tanaman musiman intensitas pertanaman (IP) umumnya berkisar antara 2,0 3,0 sehingga kesempatan menggembala ternak pada lahan pertanian semakin terbatas, bahkan dibanyak tempat/wilayah tidak dimungkinkan karena IP mencapai 3,0 atau mendekati 3,0. Pada situasi demikian, dibanyak daerah telah diadakan perda yang melarang penggembalaan ternak, sehingga dalam penyediaan biomas pakan ternak sapi tergantung pada peternakan baik sebagai hasil samping maupun hasil utama, dalam hal ini semakin terasakan bagi wilayah kering pada musim kemarau. Jagung Sebagai Pakan Ternak Dalam periode 1989-2002 telah terjadi pergesaran penggunaan jagung walaupun masih dominan untuk kebutuhan konsumsi langsung. Setelah tahun 2002, penggunaan jagung lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan industri pakan. Penggunaan jagung untuk industri pangan juga terus meningkat. Selama tahun 2000-2004, penggunaan jagung untuk konsumsi langsung menurun sekitar 2,0%/tahun, sedangkan untuk industri pakan dan pangan meningkat masing-masing 5,76% dan 3,0%/tahun. Dari gambaran di atas terlihat bahwa orientasi pengembangan jagung ke depan sebaiknya lebih diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan industri pakan dan pangan, mengingat produk kedua industri ini merupakan barang normal (elastis terhadap peningkatan pendapatan), sebaliknya merupakan barang inferior dalam bentuk jagung konsumsi langsung seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat. Salah satu kelebihan jagung untuk pakan unggas, terutama ayam petelur, adalah kandungan xantofilnya yang tinggi (18 ppm) dan berguna untuk kuning telur, kulit, atau kaki berwarna lebih cerah. Hal ini tidak dijumpai pada biji-bijian lain, dedak padi, dan ubi kayu. Tanaman jagung mempunyai adaptasi yang luas dan relative mudah dalam budidaya sehingga komoditas ini ditanam petani di Sulawesi Selatan pada lingkungan fisik dan sosial ekonomi yang sangat beragam lahan sawah, lahan kering,dataran tinggi dengan berbagai jenis tanah, pada berbagai tipe iklim (tipe iklim A, B, C, D, dan E menurut klasifikasi oldemen). Luas panen jagung diharapkan akan cepat naik karena : (a) sebagai wujud nyata dari implementasi program revitalisasi pertanian, jagung ditetapkan sebagai salah satu komoditas prioritas yang segera akan ditangani dalam pengembangannya, (b) potensi lahan untuk pengembangan areal tanam jagung masih sangat luas, dan (c) banyak pihak swasta yang tertarik dan terlibat dalam pengembangan jagung di Sulawesi Selatan. Dikalangan komoditas pangan, jagung merupakan tanaman yang dapat memproduksi dan dengan kecepatan akumulasi biomas (diatas bagian tanaman) yang paling tinggi, sehingga potensial paling banyak menghasilkan biomas pakan per satuan waktu dan luas. Sebagai penghasil biomas pakan, baik sebagai hasil samping maupun utama, dalam satu masa pertanaman dilapangan, panen biomas pakan dari pertanamanjagung dapat dilakukan 1-5 kali, tergantung pada orientasi dan cara produksinya.untuk tujuan produksi biomas pakan (jagung cacah), biasanya panen dilakukan sekali dengan memotong tanaman pada saat tongkol masih mudah, yaitu pada kisaran umur 65-75 hst (hari setelah tanam). Sebagai hasil samping pada pertanaman untuk produksi biji, biomas pakan dapat dipanen tiga kali, yakni daun jagung dibawah tongkol dua kali panen pada kisaran 75-85 hst, dan bagian tanaman jagung diatas tongkol dipanen sebelum 238 Matheus Sariubang dan Herniwati : Sistem Pertanaman dan Produksi Biomas Jagung Sebagai Pakan Ternak

atau bersamaan dengan panen tonkol, ini diluar klobot dan jenggel yang diperoleh selama prosesing (pengupasan dan pemipilan). Bagi pertanaman yang ditanam untuk tujuan hasil biji dan pakan ternak sekaligus, diluar panen biomas yang disebutkan diatas, masih dapat melakuka panen biomas 1-2 kali melalui penjarangan tanaman. Dari segi keluminyuan penyediaan pakan, cara dan frekuensi panen biomas pakan dari tanaman jagung seperti tersebut diatas adalah suatu hal yang menyenangkan dan sesuai bagi petani/peternak kecil. Cara dan frekuensi panen biomas pakan sperti pada jagung tersebut, sulit atau tidak dapat dilakukan pada tanaman padi, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, maupun ubi jalar. Biomas jagung mempunyai kualitas yang baik, lebih baik daripada jerami padi (Tabel 3 dan Tabel 4). Biomas jagung terutama tanaman muda mempunyai kandungan protein kasar yang lebih baik dengan serat kasar yang lebih rendah disbanding jerami padi sehingga sangat baik langsung digunakan untuk pakan ternak (Arifin, 2003). Biomas hijau tanaman jagung mempunyai nilai total nutrisi tercerna 60 75% dan kandungan protein 11 15% bahkan untuk jagung QPM kandungan protein kasar mencapai 13,5 % (Cardova 2001). Tabel 3. Hasil Analisis proksimat lima varietas dari pertanaman jagung yang dipanen 70 hari setelah tanam Jagung sampel Daun jagung Semar-10 Bima-1 Bisma Sukmaraga C. andin*) Klobot jagung Semar-10 Bima-1 Bisma Sukmaraga C. andin*) Batang jagung Semar-10 Bima-1 Bisma Sukmaraga C. andin*) Protein kasar 18,57 18,00 16,32 18,02 18,03 4,47 3,90 5,60 7,85 6,77 6,13 7,85 5,54 6,11 6,11 Lemak kasar 2,32 1,59 1,83 1,46 1,78 0,74 0,95 1,02 0,76 0,72 0,87 0,98 0,82 074 0,70 Hasil Analisis Proksimat (%)*) Serat kasar Kadar abu BETN TDN 21,70 27,51 23,24 21,39 25,53 26,26 28,81 31,63 26,25 28,47 32,93 30,04 34,35 32,71 34,88 *) Sumber: loka penelitian sapi potong, Grati, Pasuruan (jawa timur), 2003 BETN : Bahan Ekstrak Tiada N TDN : Total digestibility *) koleksi plasma nutfah 13,77 12,03 13,99 15,23 11.27 3,13 3,74 4,54 4,41 2,81 4,82 5,16 5,25 4,06 3,39 43,64 40,87 44,62 43,90 42,94 65,41 62,60 57,20 60,73 61,23 55,25 55,97 54,03 56,38 54,92 61,03 61,34 60,20 59,43 61,62 48,23 49,47 50,98 50,79 50,69 50,63 51,81 49,99 50,49 51,05 Tabel 4. Komposisi kimia jerami padi dan brangkasan jagung sebagai hasil samping pertanaman yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak Hasil samping Komposisi kimia (% berat kering) pertanaman Serat kasar Protein Lemak Abu Jerami padi Brangkasan jagung 28,8 27,8 4,5 7,4 1,5 1,5 20,0 10,8 Sumber : IP2TP DKI Jakarta dalam Deptan (2002) 239 Seminar Nasional Serealia 2011

Tabel 5. Hasil Analisis proksimat jagung yang dipanen pada umur 70 HST, Bajeng Gowa, Sulawesi Selatan, 2008 Jenis Sampel Daun Jagung Kelobot jagung Batang Jagung Sumber : Tabri (2011) Komposisi kimia (% berat kering) Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Kadar Abu 18,02 1,46 20,30 15,20 7,80 0,75 25,20 4,40 5,59 0,75 32,35 4,25 Hasil analisis proksimat bahwa daun jagung adalah yang paling baik kualitas pakannya yakni untuk protein kasar sebesar 18,02 % dan serat kasar sebesar 20,30 % dibandingkan dengan batang maupun kelobot, sedng antara kelobot dengan batang nampaknya tidak banyak berbeda. Sebagai pakan, jagung dimanfaatkan sebagai sumber energi dengan istilah energi metabolis. Walaupun jagung mengandung protein sebesar 8,5%, tetapi pertimbangan penggunaan jagung sebagai pakan adalah untuk energi. Apabila energi yang terdapat pada jagung masih kurang, misalnya untuk pakan ayam broiler, biasanya ditambahkan minyak agar energi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak. Kontribusi energi jagung adalah dari patinya yang mudah dicerna. SISTEM PERTANAMAN DAN BIOMAS JAGUNG UNTUK PAKAN Komoditas jagung sebagai sumber energi utama pakan, terutama untuk ternak monogastrik seperti ayam, itik, puyuh, dan babi karena kandungan energi, yang dinyatakan sebagai energi termetabolis (ME), relatif tinggi disbanding bahan pakan lainnya. Dalam ransum unggas, baik ayam broiler maupun petelur, jagung menyumbang lebih dari separuh energi yang dibutuhkan ayam. Tingginya kandungan energi jagung berkaitan dengan tingginya kandungan pati (>60%) biji jagung. Di samping itu, jagung mempunyai kandungan serat kasar yang relatif rendah sehingga cocok untuk pakan ayam. Hasil biomas pakan dari pertanaman jagung tergantung pada orientasi produksi, populasi tanaman, varietas yang dibudidayakan, dan pemeliharaan tanaman, khususnya pemupukan dan pengairan. 1. Orientasi untuk produksi biji Tujuan utama produksi jagung adalah untuk menghasilkan biji. Biomas pakan diperoleh hanya sebagai hasil sampingan populasi tanaman jagung yang dianjurkan berkisar antara 62.000 70.000 tanaman per hektar. Biomas pakan sebagai hasil samping diperoleh dari daun dibawah tongkol, bagian tanaman (batang dan daun) diatas tongkol atau sering disebut sebagai brangkasan jagung, klobot, dan jenggel. 2. Orientasi untuk produksi tongkol muda Orientasi produksi tongkol muda, petani menanam jagung untuk memperoleh jagung sayur (baby corn/semi) atau jagung rebus/bakar. Untuk produksi jagung sayur, umumnya tongkol dipanen pada kisaran umur 58-62 hst, sedangkan untuk produksi jagung rebus/bakar tongkol dipanen pada kisaran 70-75 hst. Jagung sayur secara pemeliharaan lebih sulit dibandingkan dengan jagung biasa, namun dibalik kesulitan ini memiliki beberapa keuntungan antara lain : permintaan pasar terhadap baby corn meningkat sehingga meningkatkan pendapatan petani dan panen hasil dari jagung semi tidak memerlukan waktu yang lama. Jagung semi atau jagung putri, berasal dari jagung hibrida biasa, tetapi setiap bunga jantannya yang muncul langsung dibuang (emaskulasi). Akibatnya, pembentukan tongkol jagung bisa lebih cepat. 240 Matheus Sariubang dan Herniwati : Sistem Pertanaman dan Produksi Biomas Jagung Sebagai Pakan Ternak

Yodpetch dan Bautista (1983) mengemukakan karakteristik varietas jagung yang dapat digunakan untuk memproduksi jagung semi diantaranya yaitu umur panen pendek, hasil panen tinggi, jumlah tongkol tiap tanaman banyak (prolifik), dan tongkol berkualitas baik dalam hal rasa, ukuran, dan warnanya. Kendala yang umum timbul dalam memproduksi jagung semi adalah penggunaan varietas unggul jagung yang dirakit khusus sebagai jagung semi. Sebagian besar produksi jagung semi menggunakan varietas jagung pipil yang sudah tersedia di pasar. Kendala lainnya yaitu penerapan komponen teknologi produksi yang belum dilakukan sesuai anjuran berupa ketidaksesuaian dalam teknik budidaya yang dilakukan serta proses pasca panen yang tepat. Jumlah tongkol yang biasa dihasilkan jagung umumnya sekitar 1-2 buah. Varietas jagung hibrida yang banyak digunakan sebagai baby corn antara lain Hibrida C-1 dan C-2, Pioneer- 1, 2, 7, dan 8, CPI-1, Bisi-2 dan Bisi-3, IPB-4, serta Semar-1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9 (Adisarwanto dan Widyastuti 2002). Kuantitas jagung semi dengan menghasilkan tongkol banyak dan kualitas jagung semi seperti rasa manis, tidak berserat, alur biji lurus, berwarna kekuningan, dan seragam. 3. Orientasi untuk produksi biomas pakan Hasil biomas yang memadai diperlukan teknologi produksi yang optimal baik menyangkut varietas, ketersediaan hara, maupun populasi tanaman per ha dan jumlah tanam per rumpun. Jagung biomas dengan berat hijauan tinggi diperlukan guna memenuhi ke-butuhan hijauan pakan jagung cacah yang diminati baik oleh pasar domestik/local seperti di Jawa Timur, Jawa Barat dan Yogyakarta, maupun untuk tujuan ekspor. Disini, jagung ditanam untuk menghasilkan pakan. Untuk tujuan tersebut, tanaman jagung dipanen dengan cara memotong batang pada ketinggian sekitar 10 cm dari permukaan tanah pada saat kisaran umur 70-75 hst sehingga tongkol masih muda. Seluruh bagian tanaman meliputi batang, daun dan tongkol muda dicacah untuk dikonsumsi sapi dalam bentuk segar, dikeringkan menjadi hay, maupun diproses/fermentasi menjadi silage. Pertanaman musim kemarau 2002 di KP Maros, yang ditanam dengan populasi sekitar 66.600 tanaman per hektar, diairi setiap minggu dari air tanah secara irigasi alur, dan dengan pemupukan 350 kg urea + 150 kg SP 36 + 100 kg KCL per hektar menghasilkan total biomas segar sebesar 70-100 t/ha pada umur panen 75 hst, bervariasi tergantung pada varietasnya (table 8). Hibrida semar-10 dan Bima-1 menghasilkan biomas jagung cacah tertinggi, yakni sekitar 100t/ha biomas segar. Melihat kontribusi bagian tanaman terhadap bobot biomas segar, secara umum batang adalah yang menemati urutan pertama, kemudian secara berurutan diikuti tongkol dan daun; masing-masing sekitar 40 51 %; 32 40 %, dan 17 20 %. Tabel 8. Produksi biomas jagung cacah tujuh varietas yang dipanen pada umur 75 hari setelah tanam. Pengujian di lahan kering (surjan) KP. Maros, Sulawesi Selatan, 2002. Varietas 1. Bisi-2**) 2. Pioneer-**) 3. Semar-10**) 4. Bima-1**) 5. Semar-9**) 6. C-7**) 7. Bisma***) *) Populasi : 66.667 tanam/ha; **) Hibrida; ***) bersari bebas/komposit Sumber : Data visitor plot (balitsereal, 2002: tidak dipublikasikan) Hasil biomas segar *) Konstribusi (%) g/pohon t/ha Batang Tongkol Daun 1.337,16 89,14 50,57 32,42 17,01 1.064,80 44,52 44,52 37,43 18,05 1.487,28 47,63 47,63 36,79 15,58 1.510,24 49,43 49,43 31,85 18,72 1.119,24 45,02 45,02 38,28 16,70 1.157,84 39,99 39,99 40,22 19,79 1.162,44 45,98 45,98 35,35 18,67 241 Seminar Nasional Serealia 2011

Tabel 9. Bobot biomas jagung segar empat varietas pada tiga tingkat populasi dilahan sawah tadah hujan yang dipanen pada umur 65 hari setelah tanam. Takalar, Sulawesi selatan, MK.2003. Varietas Bima 1 Semar 10 Bisi 2 Bobot biomas segar (t/ha) 66.667 tanaman/ha 133.333 tanaman/ha 200.000 tanaman/ha 48,1 57,1 82,5 37,3 52,2 66,0 36,2 48,2 56,4 34,2 50,9 64,4 Lamuru Pemupukan: 350 kg Urea + 200 kg SP 36 + 60 Kg KCL/ha Sumber : Akil et al. (2003) Hasil penelitian produksi biomas jagung cacah oleh Akil et al. (2004) dilahan sawah tadah hujan pada musim kemarau setelah padi dikabupaten takalar (Sulawesi selatan) dapat dilihat pada table 9. Hasilnya secara umum dapat disajikan sebagai berikut: a) Bobot bobot biomas segar dipengaruhi oleh varietas dan populasi tanaman per hektar. Dari segi varietas, Bima-1 (hibrida) adalah yang paling tinggi dalam menghasilkan biomas segar, dan b) Peningkatan populasi tanaman dari 66.667 menjadi 133.333 da terus menjadi 200.000 tanaman per hektar selalu diiluti oleh peningkatan bobot biomas jagung segar. Dibandingkan dengan hasil biomas pertanaman visitor plot di KP Maros (Tabel 8), bobot biomas pertanaman di Takalar (Tabel 9) adalah jauh lebih rendah, hal ini diduga kuat terkait dengan kecukupan pengairan. Pertanaman di Takalar diairi (dari air tanah) 10-15 hari sekali. Kualitas pakan dari bagian tanaman jagung sangat berbeda. Hasil analisis proksimat beberapa varietas jagung yang dipanen pada umur 70 hari setelah tanaan adalah seperti Tabel 3 di depan. Daun jagung adalah yang paling baik kualitas pakannya dibandingkan dengan batang maupun kelobot, sedang jagung yang paling sesuai untuk produksi jagung cacah adalah varietas jagung yang selai total hasil biomasnya tinggi juga relative banyak menghasilkan daun, misalnya Bima-1 (tabel 8). Menggunakan dasar perhitungan yang sama seperti di depan, biomas segar sebanyak 102t/ha dapat mendukung penyediaan pakan untu 846 ekor selama 3 hari atau 19 20 ekor selama 4 bulan pemeliharaan jika biomas pakan diproses dan disimpan dalam bentuk hay atau silage. Di beberapa kabupaten di Indonesia, telah dilakukan pengkajian integrasi jagung dengan ternak, terutama sapi. Dibandingkan dengan pakan tradisional, pemberian limbah tanaman jagung dalam bentuk hay, silase, atau fermentasi dapat meningkatkan bobot badan harian sapi (Anggraeny et al. 2005, Rohaeni et al. 2006, Sariubang et al. 2006). Di Jawa Timur, pemberian tumpi jagung meningkatkan bobot badan ternak dan mengurangi biaya pakan (Pamungkas et al. 2006). Penggunaan tongkol jagung sebagai sumber serat bagi ternak ruminansia perlu diikuti oleh penambahan bahan lain sebagai sumber protein, mineral, dan vitamin agar ternak dapat tumbuh optimum. Sistem usahatani integrasi jagung dengan sapi juga mampu memberikan keuntungan yang lebih besar, karena lebih efisien dalam penyediaan pakan ternak dan bahan organik (Tangendjaya dan Wina 2007). 242 Matheus Sariubang dan Herniwati : Sistem Pertanaman dan Produksi Biomas Jagung Sebagai Pakan Ternak

DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto T dan Widyastuti, Y. E., 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya, Jakarta. Adisarwanto, T dan Widyastuti, Y.E., 2002. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta Akil. M. Rauf. M.. Fadhly. A.F. 2004. Teknologi Budi daya Jagung untuk Pangan dan Pakan yang Efisien dan Berkelanjutan pada Lahan Marjinal. Laporan Penelitian Balitsereal Anggraeny, Y.N., U. Umiyasih, and D. Pamungkas. 2005. Pengaruh suplementasi multi nutrien terhadap performans sapi potong yang memperoleh pakan basal jerami jagung. Pros. Sem. Nas. Teknologi Peternakan dan Veteriner. p. 147-152. Balitsereal, 2002. Produksi biomas jagung cacah tujuh varietas yang dipanen pada umur 75 hari setelah tanam. Pengujian dilahan keing (surjan) KP. Maros, Sulawesi Selatan. Tidak dipublikasi Cordova,H.2001. Quality protein maize : Improved nutrition and livelihoods for the poor. Maize Rezearch Highlights 1999 2000-. CYMMIT. P.27-31. Litbang Pertanian, 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta Palungkun, R dan A. Budiarti. 1992. Sweet Corn, Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta. Pamungkas, D., E. Romjali, dan Y.N. Anggraeny. 2006. Peningkatan mutu biomas jagung menunjang penyediaan pakan sapi potong sepanjang tahun. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus 2006, p. 142-148. Rohaeni, E.S., N. Amali, and A. Subhan. 2006. Janggel jagung fermentasi sebagai pakan alternatif untuk ternak sapi pada musim kemarau. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus 2006, p. 193-196. Soeharsono, 2006. Pemanfaatan bahan pakan inkonvensional dalam bentuk pakan lengkap (complete feed)pakan konsentrat terhadap produktivitas ternak sapi potong/soeharsono; A. Musofie; Supriadi. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Implementasi Hasil Penelitian dan Pengembangan Pertanian untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Bogor : PSE, 2005: p. 121-126. Sariubang, M., Gufroni, L.M. dan Sahardi. 2005. Pengkajian system integrasi tanaman jagung sapi potong di lahan kering, Sulawesi Selatan. Prosiding Lokakarya Nasional Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung-Sapi. Puslitbangnak, Pontianak, 9-10 Agustus 2006, 209-213. Yodpetch, C dan O.K. Bautista. 1983. Young cob corn : Suitable varieties, nutritive value and optimum stage of maturity. PhilAgr. 66: 232-244. Tabri, F. 2009. Teknologi Produksi Biomas Jagung Melalui Peningkatan Populasi Tanaman. Prosiding seminar nasional Serealia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Maros, 29 Juli 2009 Tangendjaja, B. dan E. Wina, 2007. Limbah Tanaman dan Produk Samping Industri Jagung untuk Pakan. Buku jagung. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 243 Seminar Nasional Serealia 2011

244 Matheus Sariubang dan Herniwati : Sistem Pertanaman dan Produksi Biomas Jagung Sebagai Pakan Ternak