BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dimana kegiatannya hanya menghimpun dana atau kembali

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal. Lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di suatu negara, dimana hampir setiap aspek kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Berdasarkan Undang undang RI Nomor 10. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sistem pengelolaan yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

PENGARUH NON PERFORMING LOAN CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN DANA PIHAK KETIGA TERHADAP PENYALURAN KREDIT PADA PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Penelitian ini mengangkat isu tersebut karena beberapa alasan

BAB I PENDAHULUAN. dan giro yang merupakan kewajiban bank sebab harus dikembalikan sesuai

BAB 1 PENDAHULUAN. melemahnya aktivitas bisnis secara umum yang disebabkan Global Financial

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi. Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Untuk Menyusun Skripsi S-1 Jurusan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan bank dalam sebuah negara akan memberikan dukungan. ekonomi dan hingga kondisi perbankan pada saat sekarang ini..

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. ekuiti (saham), reksadana, instrument derivative, maupun instrumen

BAB I PENDAHULUAN. Suatu lembaga yang meningkatkan perkembangan ekonomi negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia sendiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan standar akuntansi yang dikhususkan bagi industri perbankan di

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

Transkripsi:

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan jasa bank. Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan nyawa yang menggerakan roda perekonomian suatu negara. Anggapan ini tentu tidak salah karena fungsi bank sebagai lembaga keuangan sangat vital, salah satunya adalah peran bank sebagai lembaga intermediary atau lembaga perantara keuangan (Kasmir, 2002:2). Peran strategis bank sebagai lembaga intermediary adalah sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran (Ariyanti, 2010). Masyarakat yang memiliki kelebihan dana dapat menyimpan dana tersebut di bank dalam bentuk giro, deposito, tabungan, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu sesuai kebutuhan 1, sedangkan masyarakat yang mengalami kekurangan dan membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit pada bank. Dari semua kegiatan bank, penyaluran kredit merupakan kegiatan yang mendominasi usaha bank (Hasan, 2009). Dendawijaya (2005:49) menambahkan bahwa dana-dana yang dihimpun dari masyarakat dapat mencapai 80%-90% dari seluruh dana yang dikelola bank dan 1 Dana yang tersimpan dalam berbagai macam bentuk tersebut dikenal dengan istilah dana pihak ketiga (Hasan, 2009) 1

kegiatan perkreditan mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank. Salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit. Selain itu sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit (Siamat, 2005:349). Penyaluran kredit perbankan diharapkan dapat mendorong dan menciptakan stabilitas ekonomi. Pada saat situasi negara mengalami masalah perekonomian, diharapkan kredit dapat berfungsi untuk menciptakan dan mengembalikan stabilitas perekonomian dengan cara seperti mengendalikan inflasi, menciptakan pembukaan lapangan kerja, mendukung dunia usaha dan membantu untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat (Fahmi dan Hadi, 2010:54). Kredit merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan operasional perbankan. Penting dan strategisnya masalah kredit dalam usaha perbankan, menyebabkan pengelolaan kredit menjadi sangatlah vital. Dengan adanya kondisi seperti ini, pihak manajemen sangatlah perlu untuk membangun suatu strategi bisnis yang handal terutama untuk hal yang berkenaan dengan pemberian kredit kepada para nasabahnya (Saputra dan Nasution, 2009). Dalam strateginya tersebut bank harus menjaga kualitas kredit yang disalurkan kepada debitur sebaik mungkin, sekaligus sedini mungkin mengenali kemunculan penurunan kualitas kredit. Penurunan kualitas kredit merupakan risiko kredit yang ditanggung oleh bank akibat kegagalan nasabah memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu, peranan bank dalam menyusun strategi penanaman dana yang dikuasai seharusnya tidak terpaku pada usaha menghindari kredit bermasalah, melainkan berusaha meminimalisir risiko munculnya kredit bermasalah tersebut. Secara singkat dapat dikatakan bahwa usaha 2

menekan risiko munculnya kredit bermasalah dapat dilakukan dengan jalan menjaga mutu kredit yang disalurkan dan mengelola produk kredit berdasarkan pada prinsip kehati-hatian (Edward, 2009). Risiko kredit yang dihadapi bank direfleksikan dengan Non Performing Loan (NPL). Non Performing Loan (NPL) menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. Non Performing Loan (NPL) merupakan persentase jumlah kredit bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. Semakin tinggi nilai Non Performing Loan (NPL), maka semakin tinggi pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Dengan demikian apabila suatu bank mempunyai Non Performing Loan (NPL) yang tinggi, maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank (Ponco, 2008). Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. Jika bank dikategorikan tidak sehat otomatis bank tersebut memiliki kinerja yang buruk. Berdasarkan pengamatan peneliti sepanjang tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 terjadi fluktuasi kinerja Non Performing Loan (NPL). Data Statistik Perbankan Indonesia menunjukkan fluktuasi nilai NPL yang cnderung turun sepanjang tahun 2007 hingga tahun 2008 namun kemudian meningkat kembali pada tahun 2009. 3

Tabel 1.1. Perkembangan Non Performing Loan Perbankan Nasional Data dalam Persentase (%) 2007 2008 2009 Tahun Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Nov Npl 6,60 6,40 5,80 4,60 4,30 4,10 3,90 3,80 4,50 4,50 4,30 4,40 Gross 2 NPL Nett 3 3,10 2,90 2,60 1,90 1,80 1,70 1,40 1,50 1,90 1,70 1,30 1,40 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2010) Pada triwulan 1 tahun 2007 perbankan nasional memiliki nilai NPL gross tertinggi selama tiga tahun pengamatan yaitu sebesar 6,60%. Secara berangsurangsur dari triwulan 2 tahun 2007 hingga triwulan 4 tahun 2008 nilai NPL perbankan nasional mengalami penurunan, terhitung dari triwulan 1 tahun 2007 hingga triwulan 4 tahun 2008 nilai NPL mengalami penurunan sebesar 2,80%. Namun pada triwulan 1 tahun 2009 nilai NPL perbankan nasional mengalami peningkatan hingga nyaris mencapai nilai 5%, yaitu bernilai 4,50%. Begitu pula dengan triwulan 2 tahun 2009 yang bertahan di nilai 4,50%. Keadaan ini tidak berlangsung lama karena pada triwulan 3 tahun 2009 nilai NPL perbankan nasional mengalami penurunan menjadi 4,30% tetapi ternyata pada bulan November tahun 2009 nilai NPL perbankan nasional kembali mengalami peningkatan menjadi 4,40%. Di sisi lain perbankan telah membentuk cadangan kerugian atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang sangat memadai yakni sebesar 178% dari PPAP yang wajib dibentuk. Oleh karena itu NPL netto perbankan pada triwulan 1 tahun 2007 lebih rendah yakni 2 NPL Gross merupakan total kredit dan jumlah kredit bermasalah sebelum dikurangi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) oleh bank. Besarnya penyisihan ini mengacu kepada Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia PBI No.8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan SE No.8/2/DPNP tanggal 30 Januari 2006 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum. 3 NPL Netto merupakan total kredit dan besarnya jumlah kredit bermasalah sesudah dikurangi Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Penyisihan ini mengacu kepada Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia PBI No.8/2/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 dan SE No.8/2/DPNP tanggal 30 Januari 2006 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum. 4

sebesar 3,10% kemudian dari triwulan 2 tahun 2007 sampai triwulan 3 tahun 2008 turun signifikan sebesar 1,6%. Namun pada triwulan 1 tahun 2009 naik kembali menjadi 1,90%. Pada triwulan 3 tahun 2009 mencapai titik terendah selama 3 tahun terakhir yaitu sebesar 1,3% dan pada november tahun 2009 naik menjadi 1,4%. Pada Tabel 1.1. jelas terlihat kondisi NPL perbankan nasional berfluktuasi. Hal ini mengindikasikan kondisi perbankan yang belum stabil. Ketidakstabilan ini perlu diwaspadai oleh pihak perbankan karena kondisi seperti ini akan membawa dampak yang luas. Dari sudut pandang mikro merugikan perkembangan usaha dan kesehatan bank. Sedangkan dari sudut makro mengingat sebagian dana yang dihimpun bank digunakan untuk menutup kewajiban jangka pendek atau jangka panjang maka kemampuan bank dalam memberikan kredit baru menjadi berkurang sehingga menutup kemungkinan calon debitur baru memperoleh fasilitas kredit bank yang bersangkutan. Dampak lainnya adalah bank akan cenderung terlalu berhati-hati dalam memberikan kredit. Dengan makin selektifnya pemberian kredit, berakibat proses pemberian kredit cenderung lama dari prosedur normal dan ekspansi kredit menjadi turun sehingga mengakibatkan biaya dana dan bunga kredit menjadi lebih tinggi (Soebagio, 2005). Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah maka beberapa faktor yang mempengaruhi Non performing Loan (NPL) menjadi perlu untuk diteliti. Agresifitas bank dalam menyalurkan kredit adalah salah satu faktor yang mempengaruhi NPL. Semakin agresif bank menyalurkan kreditnya maka semakin banyak volume kredit yang disalurkan. Berarti secara tidak langsung peningkatan jumlah kredit yang disalurkan akan meningkatkan risiko kredit bermasalah (NPL). 5

Jumlah kredit yang disalurkan memang mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga 2009 seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1. di bawah ini. Gambar 1.1. Pertumbuhan Aset, Kredit dan Dana Perbankan Pertumbuhan kredit yang ditunjukkan Gambar 1.1. memang menguntungkan bagi perbankan namun jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Semakin besar jumlah biaya untuk membiayai kredit maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung bank sehingga semakin rendah tingkat likuiditas bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Oleh kerena itu dengan nilai LDR yang tinggi kemungkinan nilai NPL meningkat semakin besar (Soebagio, 2005). Jika dilihat dari sisi DPK pada Gambar 1.1., pertumbuhan dana masyarakat sepanjang 2009 juga kurang menunjukkan peningkatan yang tinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2009, peningkatan DPK hanya sebesar Rp 220 triliun atau rata-rata meningkat sebesar Rp 18 triliun per bulan. 6

Kondisi tersebut menurun jika dibandingkan rata-rata peningkatan DPK per bulan di tahun 2008 sebesar Rp 20 triliun dan Rp 19 triliun di tahun 2007. Dilihat dari komposisi DPK yang ada, dimana porsi deposito masih memiliki share yang cukup besar (pada 2008 share deposito mencapai 47% dan pada 2009 sebesar 46%) membuat kemampuan perbankan untuk menekan biaya dana menjadi terbatas, yang pada akhirnya akan berdampak masih tingginya suku bunga pinjaman. Tingginya suku bunga pinjaman secara teoritis langsung berpengaruh pada kemampuan membayar kembali debitur dan berpotensi meningkatkan kredit bermasalah (NPL). Tingginya suku bunga pinjaman inilah yang juga menjadi salah satu faktor meningkatnya nilai NPL selama tahun 2009 karena semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin tinggi jumlah kredit bermasalah (Basar dan Ismady, 2009). Penelitian-penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi NPL tersebut telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Seperti oleh Triwibawanto (2002), Soebagio (2005), Alam (2008), Arisandi (2008), Siregar (2009), Kusuma (2010) dan Putri (2010). Hasilnya pun ternyata masih menunjukkan ketidakkonsistenan antara peneliti satu dengan peneliti lain (lihat Tabel 2.1.). LDR pada penelitian Soebagio (2005) menunjukkan pengaruh negatif terhadap NPL sedangakan penelitian Kusuma (2010) menunjukkan pengaruh positif terhadap NPL. Berbeda dengan kedua peneliti tersebut, hasil penelitian Alam (2008) menunjukkan LDR tidak berpengaruh terhadap NPL. Tingkat suku bunga pinjaman pada penelitian Triwibawanto (2002) dan Soebagio (2005) menunjukkan pengaruh positif terhadap NPL, berbeda dengan hasil penelitian Alam (2008) yang menunjukan tingkat suku bunga pinjaman tidak berpengaruh terhadap NPL. Jumlah kredit yang disalurkan pada penelitian Alam (2008) menunjukan pengaruh positif terhadap NPL, sedangkan 7

hasil penelitian Arisandi (2008) menunjukkan tingkat suku bunga pinjaman berpengaruh negatif terhadap NPL. Berbeda dengan kedua peneliti tersebut, hasil penelitian Siregar (2009) dan Putri (2010) menunjukkan tingkat suku bunga tidak memiliki pengaruh terhadap NPL. Selengkapnya, hasil temuan mereka dapat dilihat pada Tabel 1.2.. Tabel 1.2. Hasil Penelitian Terdahulu Mengenai Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Tingkat Suku Bunga Pinjaman dan Jumlah Kredit yang disalurkan terhadap Non Performing Loan (NPL) Pengaruh Variabel Penjelas Nama Peneliti Loan to Deposit Ratio Tingkat suku bunga pinjaman Jumlah kredit yang disalurkan Triwibawanto n.a. Postif (signifikan) n.a. (2002) Soebagio (2005) Negatif Positif (signifikan) n.a. (signifikan) Alam (2008) Negatif (tidak Positif (tidak Positif (signifikan) signifikan) signifikan) Arisandi (2008) n.a. n.a. Negatif (signifikan) Siregar (2009) n.a. n.a Negatif (tidak signifikan) Kusuma (2010) Positf (signifikan) n.a. n.a. Putri (2010) n.a. n.a. Positif (tidak signifikan) Keterangan : n.a. = not available = variabel tidak diteliti, Tidak signifikan : Variabel tidak berpengaruh sekalipun menunjukan tanda positif maupun negatif. Terlihat pada Tabel 1.2. ketidakonsistenan pada faktor-faktor yang mempengaruhi Non Performing Loan (NPL) tersebut yang mendorong peneliti untuk melakukan verifikasi ulang terhadap hasil temuan peneliti terdahulu. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 8

1. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat bunga pinjaman bank dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap Non Performing Loan (NPL) secara parsial maupun secara simultan pada emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Berapa besar kontribusi Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat bunga pinjaman bank dan jumlah kredit yang disalurkan dalam menerangkan Non Performing Loan (NPL) secara parsial maupun secara keseluruhan pada emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat bunga pinjaman bank dan jumlah kredit yang disalurkan secara parsial terhadap Non Performing Loan (NPL) pada emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 2. Mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat bunga pinjaman bank dan jumlah kredit yang disalurkan secara simultan terhadap Non Performing Loan (NPL) pada emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, 3. Mengetahui besarnya kontribusi Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat bunga pinjaman bank dan jumlah kredit yang disalurkan secara parsial terhadap Non Performing Loan (NPL) pada emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan 9

4. Mengetahui besarnya kontribusi Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat bunga pinjaman bank dan jumlah kredit yang disalurkan secara keseluruhan terhadap Non Performing Loan (NPL) pada emiten perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak perbankan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kredit bermasalah yang terdiri dari Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat suku bunga pinjaman serta jumlah kredit yang disalurkan sehingga dapat dirumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi kredit bermasalah. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan Non Performing Loan, Loan to Deposit Ratio, tingkat suku bunga pinjaman dan jumlah kredit yang disalurkan. 1.5. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini disajikan dalam lima bab. BAB I Pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat dan sistematika penulisan. BAB II membahas mengenai Kerangka Teoritis dan Pengembangan Hipotesis. Dalam bagian kedua didalamnya mengemukakan hal-hal yang berkaitan 10

dengan tinjauan pustaka yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), tingkat bunga pinjaman dan jumlah kredit yang disalurkan bank, serta pengembangan hipotesis. BAB III membahas Metode Penelitian yang berisikan rincian mengenai jenis penelitian, operasionalisasi variabel penelitian, data dan sampel dan rancangan desain penelitian yang meliputi penjelasan tentang metode analisis data (model analisis regresi liniear berganda), beberapa asumsi model analisis data dan pengujian hipotesis penelitian. BAB IV mengemukakan Hasil dan Pembahasan, yang berisikan gambaran umum obyek penelitian, hasil pengumpulan data, statistik deskriptif, pengujian data dengan melakukan uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis. BAB V Kesimpulan dan Saran yang berisikan tentang kesimpulan atas temuan hasil penelitian, implikasi teoritis, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian berikutnya. 11