4. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS NILAI EKONOMI PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN ORGANIK DAN ANORGANIK. Maria Rubiyanti Sony Heru Priyanto

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kelangsungan hidup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

BAB I. PENDAHULUAN A.

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

IV. SIFAT FISIKA TANAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan tentang cara

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dewasa ini, karena sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan habitat kompleks untuk organisme. Di dalam tanah hidup

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1.PENDAHULUAN. Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan oleh petani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hidroponik berarti melakukan budidaya tanaman tanpa media tanah. Dalam

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHU LUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya alam pertanian, sumberdaya alam hasil hutan, sumberdaya alam laut,

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

Transkripsi:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Sukagalih terletak di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Desa tersebut merupakan salah satu wilayah penghasil budidaya sayuran organik dan anorganik, dengan luas wilayah 247.220 hektar. Desa Sukagalih terdiri dari 2 dusun, 4 rukun warga dan 20 rukun tetangga. Adapun dusun yang terdapat di Desa Sukagalih yaitu Dusun Lemah Nendeut dan Dusun Bojong Keji. Desa Sukagalih memiliki batas-batas wilyah sebagai berikut : Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Sukakarya Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Kuta Sebelah Selatan : Berbatasan dengan PTPN VIII Gunung Mas Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Sukamanah dan Desa Sukaresmi. Desa Sukagalih memiliki ketinggian 850 m di atas permukaan laut, yang memiliki topografri perbukitan sampai dengan pegunungan. Suhu udara rata-rata harian berkisar antara 20,8-24,8 0 C, dengan curah hujan rata-rata 2.145 mm per tahun (Wijayanti, 2009). 4.3. Penggunaan Lahan Pertanian Organik dan Anorganik 4.3.1. Tingkat Kesuburan Tanah Desa Sukagalih merupakan daerah berbukit, dengan kemiringan lereng dari 0-45 o. Jenis tanah andosol yang memiliki warna coklat, berasal dari sisa abu vulkanik dari letusan gunung berapi. Tanah tersebut subur dan bertekstur gembur, sehingga petani mudah dalam pengolahannya ringan dicangkul dan pori-pori tanahnya memudahkan sirkulasi udara masuk keakar tanaman, karena mengandung unsur hara (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993). Menurut Effendi dalam Nindiasari (2012) kesuburan tanah adalah suatu keadaan tanah dimana tata air, udara dan unsur hara dalam keadaan cukup seimbang dan tersedia sesuai kebutuhan tanaman, baik fisik, kimia dan biologi tanah. Didalam penelitian ini hanya dapat melihat pada tingkat kesuburan tanah ditentukan oleh keadaan fisika dapat dilihat pada tabel 4.1, dan kimia yang dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : 11

12 Tabel 4.1 Sifat Fisika Tanah Contoh tanah Kedalaman Porisitas Organik tanah Tekstur tanah Drainase Air tersedia Volume (%) Pasir Debu Liat Cepat Lambat Volume (%) 20 cm 62,8% 59% 29% 12% 31,2% 5% 7,4% Anorganik 20cm 61,8% 27% 51% 22% 22,1% 6,0% 12,1% Sumber: Balai Penelitian Bogor, 2013 Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa adanya kesamaan dan perbedaan antara kedua lahan tersebut. Lahan organik dan anorganik memiliki kesamaan kedalaman lapisan olah 20 cm dibawah permukaan tanah. Adanya perbedaan yang dapat dilihat dari porisitas tanah, tekstur tanah, drainase dan air yang tersedia didalam tanah kedua lahan tersebut berbeda. Pada lahan pertanian organik kandungan pasirnya lebih tinggi, sehingga draenase tanahnya lebih cepat dibandingkan anorganik. Porisitas tanah organik berpasir yang mempunyai sifat tanah mudah merembes air, sedangkan tanah anorganik porisitas tanahnya yang berdebu dan liat ini mudah menangkap air hujan, dan sulit merembeskan air. Hal ini sesuai dengan Anonim (2013), bahwa porositas tanah berpasir mempunyai sifat mudah merembes air dan gerakan udara didalam tanah menjadi lebih lancar. Sebaliknya tanah berliat atau berdebu memiliki porositas yang bersifat mudah menangkap air hujan, tetapi sulit merembeskan air dan gerakan udara lebih terbatas. Pada lahan organik yang kandungan pasir lebih tinggi (59%) memiliki drainase yang cepat untuk menyerap air, dibandingkan drainase lahan anorganik dengan kandungan debu dan liat tinggi yang menyebabkan penyerapan air didalam tanah anorganik terhambat, sehingga pemberian air berlebih sering kali mengakibatkan genangan air diatas permukaan tanah. Lahan organik cenderung membutuhkan air lebih banyak dibandingkan lahan anoganik, karena ketersediaan air didalam tanah lebih sedikit dibandingkan anorganik, dan sistem drainase tanah organik yang lebih baik dibandingkan anorganik. Hal ini seiring dengan pendapat yang menyatakan bahwa, tanah dengan dominan berpasir cenderung rendah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman, draenase dan aerasi pada tanah berpasir cukup baik (Anonim, 2013). Hal ini juga serupa dengan peryataan dari Bapak Jaya sebagai berikut: Tentang pengolahan tanah disini sangat mudah bila dicangkul, diwaktu musim kemarau maupun penghujan. Lapisan olah tidak lebih dari 20 cm. Tanahnya temasuk gembur dan berpasir. Bapak Asep selaku Key informant mengenai hal diatas: Kalau pengolahan tanah disini mudah, apa lagi pada musim hujan rub sedangkan musim kemarau sama saja cuman bila dicangkul banyak pasir. Kedalaman lapisan

13 olah bila dicangkul antara 20-an cm. Sedangkan tanah ini termasuk tanah gembur dan berpasir. Perbandingan lahan anorganik tentang pengolahan tanah tersebut dapat dilihat dari pernyataan Bapak Mumuh sebagai berikut : Musim kemarau teh, pengolahan tanah mudah bila dicangkul, kedalaman lapisan olah tanahnya mencapai 20cm-½ m tanah gembur. Bapak Asep selaku Key informant mengenai hal diatas: Gini rubi dilahan milik Ibu Magdalena ini tanahnya bila diolah hampir sama dilahan organik yang ada dibawah, bila diolah mudah karena tanahnya masih tergolong gembur, terutama pada musim penghujan dan tidak begitu sulit waktu dicangkul. Lapisan olah tanah bila dicangkul 20-an cm. Tabel 4.2 Sifat Kimia Tanah Contoh tanah Organik ph Bahan Organik Unsur Hara Volume (%) C N P K 5,9 4,38% 0,50% 39% 1,18% Anorganik 4,9 3,32% 0,34% 5,5% 0,45% Sumber: Balai Penelitian Bogor, 2012 Menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman dapat diketahui melalui nilai ph (keasaman tanah), pada umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada ph tanah netral 6-7, karena pada ph tersebut sebagian besar unsur hara mudah larut dalam air. Sedangkan ph tanah organik mendekati ph netral dengan ph 5,9 dan lahan anorganik tidak bisa dibilang ph netral, karena lahan anorganik hanya memiliki ph 4,9. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan mikroorganisme di dalam tanah (Nindiasari, 2012). Berikut ini dapat dilihat dari pernyataan Bapak Asep, tentang ph lahan organik dan anorganik sebagai berikut : Kalau syarat tumbuh tanaman yang baik, memiliki ph tanah antara 6-7, ph rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan ph tanah yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kandungan C-organik dalam tanah organik sebesar 4,38%, sedangkan tanah anorganik sekitar 3, 32% lebih rendah dari tanah organik. Lahan organik memiliki mikroorganisme yang lebih aktif dibandingkan anorganik sehingga semakin subur tanah tersebut, sedangkan pada lahan anorganik kandungan C-organik rendah dapat dikatakan sebagai bentuk kerusakan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2005), bahwa bahan organik dapat menentukan tingkat kesuburan tanah, semakin tinggi bahan organik akan semakin subur tanah tersebut. Bahan organik memiliki peran penting dalam

14 menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, unsur hara yang berperan penting dalam komposisi biokimia bahan organik seperti karbon (C: 4,4%), sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Meskipun kandungan bahan organik tanah mineral sedikit (+4%) tetapi memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan tanah. Sedangkan tanah yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein. Apabila ketersediaan karbon rendah tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Apabila ketersediaan karbon berlebihan (C/N > 40) jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme. Berikut ini pernyataan Bapak Asep, tentang bahan organik berikut : Bahan organik yang ada didalam tanah, sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah. Semakin mikroorganismenya tinggi maka, semakin subur tanah itu karena mikroorganismenya semakin aktif (berkembang) didalam tanah. Tanah yang subur bagi tanaman yang memiliki unsur hara (Nitrogen (N), Posfor (P) dan Kalium (K)) yang tergolong tinggi antara N: 46%, P: 36%, dan K: 52%, serta unsur N, P, K dikatakan cukup antara 30% (Kurnianti, 2012). Hasil penelitian yang diperoleh, kandungan P pada lahan organik mencapai 39%, nilai yang tergolong tinggi. Berbeda halnya kandungan P pada lahan anorganik menunjukkan nilai yang sangat rendah yaitu 5,5%. Berikut ini dapat dilihat dari pernyataan. Bapak Asep, tentang unsur hara lahan organik dan anorganik sebagai berikut : Kekurangan unsur hara terutama unsur nitrogen, posfor, dan kalium pada tanah akan mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan tanaman sehingga hasil panen yang tidak maksimal, banyaknya buah dan batang yang mati, serta banyaknya tanaman yang kerdil. 4.3.2 Pengairan Kebutuhan akan air untuk pertanian sangat diperlukan, adanya ketersediaan pengairan dapat diperoleh dari sumber mata air langsung dari pegunungan, sungai maupun sumur dan saluran yang ada di wilayah setempat.

15 Berikut ini pernyataan petani mengenai ketersediaan air yang ada di lahan pertanian organik dan anorganik, dapat dilihat berdasarkan tabel 4.3 sebagai berikut. Tabel 4.3. Pengairan Lahan Organik dan Anorganik Pengairan Organik Anorganik - Sumber air - Saluran irigrasi - Pegunungan - Kemudahan - Kebutuhan air - Sulit - Banyak - Mudah - Sedikit Sumber: Data Primer, 2012 Pada tabel diatas terlihat pengairan lahan organik didapatkan dari saluran irigrasi setempat, sedangkan pengairan lahan anorganik didapatkan dari sumber mata air pegunungan langsung. Berikut ini peryataan dari petani organik Bapak Jaya mengenai hal tersebut: Air yang ada untuk pengairan lahan diperoleh dari saluran irigrasi setempat. Bapak Agus selaku Key informant mengenai hal diatas: Pengairan lahan pertanian disini, didapatkan dari saluran irigrasi setempat, akan tetapi pengairan yang ada dibagi antara kebutuhan pertanian dan kebutuhan rumah tangga. Bapak Mumuh tentang pengairan lahan anorganik sebagai berikut: Pengairan di lahan milik Ibu Magdalena ini diperoleh dari sumber mata air pegunungan yang ditampung dalam kolam. Bapak Yana selaku Key informant mengenai hal diatas: lahan ini mendapatkan pengairan dari sumber pegunungan langsung, dan ditampung dalam kolam. Pada musim kemarau untuk mendapatkan pengairan lahan organik mengalami kesulitan, karena pengairan yang ada sangat diutamakan untuk kebutuhan rumah tangga, sehingga petani organik membuat bak penampung air untuk memenuhi kebutuhan pengairan lahan pertanian. Sedangkan pengairan lahan anorganik mudah didapatkan, karena pengairan yang ada hanya khusus milik pribadi. Berikut pernyataan petani organik tersebut: Bapak Jaya mengenai hal Lahan disini sulit untuk mendapatkan pengairan, walau sumber pengairan disini banyak, pengairan yang ada diutamakan untuk kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan masyarakat disekitarnya. Adanya kendala yang sering dihadapi pada saat musim kemarau, pengairan yang ada dirasa kurang sehingga untuk mengatasinya dibuat bak penampungan dari plastik. Bapak Agus selaku Key informant mengenai hal diatas: Pengairan lahan pertanian disini, diperoleh dari adanya saluran irigrasi setempat. Pada musim kemarau pengairan yang ada dibagi antara kebutuhan pertanian, kebutuhan rumah tangga, dan adanya kendala pengairan yang dihadapi pada musim kemarau sudah bisa diatasi dengan menambah bak penampungan air terbuat dari plastik.

16 Pernyataan dari petani anorganik dari Bapak Mumuh sebagai berikut: Pengairan yang ada disini mudah untuk mendapatkannya, tanpa ikut saluran pengairan orang lain. Bapak Yana selaku Key informant mengenai hal diatas: Lahan sangat mudah untuk mendapatkan pengairan, tanpa ikut saluran pengairan orang lain, sehingga kebutuhan pengairan pertanian lahan tercukupi. Pada penelitian ini, kebutuhan air yang digunakan untuk lahan organik lebih banyak dibandingkan lahan anorganik, karena lahan organik memiliki kandungan pasir yang tinggi (59%) sehingga daya tahan air ini rendah. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Suwito (2012), bahwa lahan organik membutuhkan pengairan yang lebih sedikit dibandingkan lahan anorganik. Dalam penelitiannya tanah tersusun dari 50% liat, pasir, humus dan bahan organik, serta 50% katung udara yang dapat menahan dan menampung air lebih banyak, sehingga tanah lebih mudah menyerap air ketika musim hujan. 4.3.3 Lokasi Penentuan lokasi usahatani oleh pemilik lahan didasari berbagai alasan. Pada lahan organik, mengakui bahwa pada dasarnya letak lahan yang datar menjadi pilihannya oleh karena lahan datar lebih mudah diolah dan harganya dimasa yang akan datang relatife lebih tinggi dibandingkan lahan yang miring. Sedangkan lahan pertanian anorganik, pada dasarnya hanya dipilih karena harga lahannya yang relatif murah. Lokasi usahatani dalam penelitian ini, dibedakan menjadi dua yaitu terletak pada lahan datar dan lahan miring. Berdasarkan hasil yang diperoleh, lahan pertanian organik mudah diolah, sedangkan lahan anorganik tidak mudah diolah. Dilihat dari segi keefektivannya maka kedua lahan ini bisa digunakan untuk lahan pertanian. Namun pada lahan miring, biaya untuk pengolahannya justru akan lebih mahal dibandingkan dengan lahan datar, walaupun kedua tanah tersebut sama-sama merupakan tanah subur. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Lim Pok Thyim: Alasan saya memilih lokasi lahan ini karena lahan datar sehingga pengolahan tanah cukup mudah. Adapun peluang usaha terutama untuk para petani, membuat pendapatan mereka semakin meningkat. Kelebihan lokasi disini adalah adanya jaringan yang dekat mempermudah memasarkan produk sayuran seperti didaerah Bogor, Jakarta dan sekitarnya. Pernyataan dari Ibu Magdalena mengenai hal tersebut : Pemilihan lokasi ini untuk usahatani awalnya tidak sengaja, karena posisi lahan hendak dijual dengan harga yang relatif murah dengan bentuk lahan terasering. Peluang usaha dalam pemasarannya sangat mudah karena banyaknya tengkulak

17 misalnya saom irwan sebagai perantara penjualan sayuran didaerah sekitar, dan mudah mendapatkan bibit untuk budidaya sayuran. Kelebihan tidak sulit untuk mendapatkan air. Dalam kegiatan pertanian, untuk mendapatkan hasil yang baik tentunya harus pula didukung oleh sistem pengelolahan yang baik pula. Oleh karena itu pembuatan teras perlu dilakukan pada tanah yang letaknya miring. Maksudnya adalah untuk mengurangi kecepatan air yang mengalir di atas permukaannya. Air yang mengalir di tempat yang miring, jika tidak dibuat teras-teras, dapat menyebabkan terkikisnya lapisan permukaan tanah. Sedang lapisan permukaan tanah merupakan lapisan subur yang paling dibutuhkan oleh tanaman (Anonim, 2013). Berdasarkan teori tersebut maka penyiapan lahan miring sebagai lahan pertanian membutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karena biaya yang dikeluarkan untuk penyiapan lahan cukup besar, maka harga jual tanah pada lokasi tersebut sebelum diolah akan lebih rendah dibandingkan dengan lahan datar. Hal ini untuk melihat lokasi sebagai letak usahatani dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini. Gambar 1. Lokasi Usahatani Organik dan Anorganik Lahan Organik Lahan Anorganik Pada gambar diatas penataan bedengan kedua lahan tersebut memiliki perbedaan dalam pengelolahan lahan, yaitu lahan organik yang terlihat rapi dengan bedengan tersusun rata dan pengelolahan dimanfaatkan dengan baik sehingga tidak ada lahan yang kosong. Sedangkan lahan anorganik dalam pengelolahan bedengan tidak teratur, dan sebagian besar lahan tidak diolah serta dibiarkan begitu saja.

18 4.4. Perbandingan Nilai Ekonomi Penggunaan Lahan Antara Organik dan Anorganik Nilai ekonomi penggunaan lahan yang dihitung dari nilai keuntungan antara kedua komoditas sayuran, yaitu komoditas Brokoli dan Wortel yang diperoleh dari pendapatan dikurangi dengan biaya produksi selama satu musim tanam terakhir. Hal ini, dapat dilihat berdasarkan tabel 4.4 sebagai berikut. Tabel 4.4. Analisis Nilai Ekonomi Brokoli (Brassica oleraceae) dan Wortel (Daucus carota) di lahan Organik dan Anorganik dengan Luas Lahan 1 ha per Musim Tanam Brokoli Wortel No Uraian Organik ( Rp) Anorganik (Rp) Organik (Rp) Anorganik (Rp) Biaya Tetap 1 (FC) Rp 2.753.030,00 Rp 737.920,00 Rp 3.670.710,00 Rp 983.890,00 2 Biaya Variabel (VC) Rp 98.201.190,00 Rp 100.253.000,00 Rp 94.966.710,00 Rp 97.676.580,00 3 Total Biaya (TC=FC+VC) Rp 100.954.220,00 Rp 100.990.920,00 Rp 98.637.420,00 Rp 98.660.470,00 4 Pendapatan (TR = Q* P) Rp 175.000.000,00 Rp 130.000.000,00 Rp 84.000.000,00 Rp 60.000.000,00 5 Keuntungan (π = TR - TC) Rp 74.045.780,00 Rp 29.009.080,00 Rp -14.637.420,00 Rp -38.660.470,00 Sumber: Olah data Susilawati 2012 dan Data Primer, 2013 Hasil diatas terlihat adanya perbandingan yang lebih besar antara nilai keuntungan pada komoditas Brokoli organik dibandingkan anorganik, serta kerugian pada komoditas Wortel organik lebih rendah dibandingkan anorganik. Brokoli organik memiliki keuntungan lebih besar, dikarenakan harga Brokoli organik lebih mahal dibandingkan harga Brokoli anorganik, dan jumlah tanaman Brokoli organik lebih banyak dibandingkan anorganik. Kerugian Wortel organik lebih rendah dikarenakan, dalam pembuatan pupuk yang dibutuhkan menggunakan sebagian besar dari tanaman (sisa-sisa sayuran) dan kotoran hewan, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan tanaman lebih murah. Kerugian Wortel pada kedua lahan diakibatkan tanaman Wortel tidak cocok ditanam didaerah tersebut, karena tanaman Wortel memiliki akar pendek, cuaca yang relatif tidak mendukung, suhu dan kelembaban udara yang sering berubah-rubah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Asep sebagai berikut: Di daerah ini tidak cocok ditanami tanaman wortel, karena dengan musim yang selalu berubah-rubah, curah hujan yang tinggi, kelembaban udara yang tidak mendukung serta tanaman wortel sendiri yang memiliki akar pendek. Kualitas sayuran organik pada penelitian ini sangat baik, sayuran tahan lama, sebaliknya kualitas sayuran anorganik cukup baik serta sayuran yang dihasilkan tidak tahan lama. Berikut ini rekapan data hasil wawancara dengan para petani berdasarkan kualitas produk yang dihasilkan di lahan organik, dapat dilihat dari pernyataan Bapak Jaya sebagai berikut:

19 Sayuran organik seperti Brokoli organik tahan lama antara 4-5 hari, kalau Wortel juga begitu, kalo ukuran sayuran yang dijual cukup seragam dan jarang adanya kenaikan harga sayuran. Menurut saya kualitas produksi sayuran ya mbak sangat baik dan tingkat kerusakan produk antara 5%. Pernyataan Bapak Mumuh tentang hal tersebut: Sayuran tidak tahan lama apalagi Brokoli cepat layu dan kusam dan Wortel biasanya 3hari sudah mulai keriput bila tidak disimpan di kulkas. Ukuran sayuran yang dijual tidak seragam dan jarang adanya kenaikan harga sayuran, serta Kualitas produksi cukup baik ya dan tingkat kerusakan produk antara 10%. Menurut Reshinta (2013), kualitas sayuran organik lebih tahan lama dibandingkan sayuran anorganik, karena sayuran organik tidak dibentuk menggunakan pupuk kimia, pestisida kimia serta bahan kimia lainnya. Hal ini sesuai dengan kutipan diatas, bahwa sayuran organik yang memiliki daya tahan lama dibandingkan dengan sayuran anorganik. 4.5. Investasi (Nilai Tanah) Penggunaan lahan pertanian organik dan anorganik sebagai bentuk investasi dalam jangka waktu yang lama, diharapkan dapat memberikan nilai tanah yang tinggi dari masa kemasa. Investasi disini adalah tanah yang akan mendapatkan keuntungan yang tinggi bila dijual dan disewakan yang dilihat dari tingkat kesuburan tanahnya. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Ricardo dalam Pambudi (2008) yang menyatakan bahwa, semakin subur tanah maka semakin tinggi harga jual dan sewa tanah tersebut, dan semakin tinggi pula harga komoditas yang dihasilkan di lahan pertanian tersebut. Adanya penggunaan bahan organik pada lahan organik tentunya sangat membantu kesuburan tanah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian diperoleh melalui wawancara, bahwa lahan pertanian organik lebih tinggi harga jual dan sewanya dibandingkan lahan pertanian anorganik. Li Pok Thyim sebagai partisipan dan Ubedilah sebagai key informant dalam penelitian ini, menyatakan hal yang sama bahwa harga jual lahan organik mahal, yaitu sebesar Rp.80.000,- per meter persegi dan sewa lahan organik sebesar Rp.4.000.000,- per hektar per tahun. Sedangkan harga jual dan sewa lahan anorganik menurut Magdalena sebagai partisipan dan Ubedilah sebagai key informant, harga jual sebesar Rp.60.000,- per meter persegi dan sewa Rp.3.000.000,- per hektar per tahun. Berdasarkan berbagai pernyataan diatas jelas terlihat bahwa, harga jual dan sewa lahan organik lebih mahal dibandingkan lahan anorganik. Hal ini

20 tentunya menjadi peluang investasi yang baik untuk para petani anorganik, supaya menjadi pertimbangan bagi petani untuk bertani secara organik.