BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN. nilai-nilai tradisionalnya. Sebelum Perang Dunia II, sistem keluarga Jepang didasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENUNDA MEMILIKI ANAK PADA PASANGAN YANG BEKERJA DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dimasuki oleh kaum wanita baik sebagai dokter, guru, pedagang, buruh, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

MASA DEWASA AWAL. Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan interaksi tersebut dalam berbagai bentuk. Manusia. malam harinya. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

KEPUTUSAN HIDUP MELAJANG PADA KARYAWAN DITINJAU DARI KEPUASAN HIDUP DAN KOMPETENSI INTERPERSONAL

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB 5 RINGKASAN. orang-orang dari negara lain. Perkawinan masyarakat Jepang didasarkan pada konsep ie.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB II TINJAUAN TEORITIS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN. FEAR of SUCCESS PADA WANITA BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan bagi sumber daya wanita untuk berkarya. Khususnya di kota-kota besar dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pemimpin adalah jabatan yang sangat penting dalam sebuah organisasi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I. Pendahuluan. langsung akan berdampak pada adanya perubahan-perubahan di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu tugas

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir

I. PENDAHULUAN. Perkawinan didefinisikan sebagai suatu ikatan hubungan yang diakui secara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (Duvall & Miller, 1985). Pernikahan merupakan awal terbentuknya sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Lingkungan dari keluarga dan kerja seringkali disimpulkan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagi bermacam tugas dan sumber-sumber ekonomi melalui komitmen emosional dan hukum dari dua orang adalah dengan pernikahan (Olson & de Frain dalam Hawadi, 2010). Djaelani (2005:12) menjelaskan bahwa sarana yang tepat untuk membangun ikatan keluarga dan melanjutkan keturunan adalah dengan pernikahan. Sehingga pernikahan merupakan hal yang sangat penting bagi laki-laki maupun perempuan dalam menjalani kehidupannya. Pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakui secara sosial, yang ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimai membesarkan anak dan membangun pembagian peran diantara sesama pasangan (Duvall & Miller, 1985). Menurut Juan (2010), menikah merupakan sebuah tuntutan, yaitu tuntutan dari masyarakat, tuntutan dari keluarga dan tuntutan orientasi seksual serta kemapanan. Menikah merupakan tuntutan dari masyarakat sosial atas keberadaan kita sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Pernikahan adalah tuntutan dari keluarga atas kemandirian dan didikan yang telah dilakukan oleh orang tua. Pernikahan juga merupakan tuntutan orientasi seksual atas segala kenormalan seseorang sebagai manusia dan pernikahan juga sebuah tuntutan kemapanan yang telah dicapai oleh manusia. Tuntutan untuk menikah tersebut merupakan tugas yang harus dilalui oleh setiap orang, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Dalam perspektif psikologi, pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dilalui pada masa dewasa awal. Individu yang berada pada masa dewasa awal yaitu sekitar usia 18-40 tahun memiliki tugas-

2 tugas yang dipusatkan pada harapan-harapan masyarakat, mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau istri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga Negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok (Hurlock, 1993). Menurut Blackmore, dkk (dalam Suryani, 2007), bagi seorang wanita, menikah merupakan hal yang dinanti-nantikan, karena wanita masih ingin memenuhi tuntutan tradisionalnya untuk menjadi seorang istri dan ibu. Oleh karena itu wanita memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk menikah dibandingkan dengan laki-laki. Mazdalifah (2012) menjelaskan bahwa seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menyebabkan berubahnya pola pikir pada wanita. Wanita tidak ingin lagi dibatasi oleh tuntutan-tuntutan sosial yang ada pada masyarakat. Wanita menginginkan hak, kewajiban dan kesempatan yang setara dengan laki-laki, serta memiliki keinginan yang besar untuk mandiri. Demikian pula saat ini, wanita mendapat kesempatan yang luas untuk mengenyam pendidikan tinggi dan menduduki posisi-posisi penting dalam pekerjaannya. Hal ini mengakibatkan terjadinya kecenderungan untuk hidup melajang atau menunda usia perkawinan. Perkawinan seringkali ditunda dan bukan lagi merupakan suatu keharusan, melainkan hanya dianggap sebagai pilihan hidup (Eriany, 1997). Menurut data statistik Di Amerika Serikat, pada tahun 2010 wanita cenderung memilih untuk menikah pada usia 26 tahun. Data ini juga didukung oleh UK National Statistic Office bahwa pada tahun 2012 usia rata-rata wanita menikah adalah usia 30 tahun (Ruslan, 2011). Sedangkan di Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik kota Semarang, pada tahun 2007 jumlah penduduk perempuan di kota Semarang yang belum menikah pada usia 30-45 tahun mencapai 16.656 orang. Begitu juga menurut data statistik pada tahun

3 2010 penduduk Jakarta usia 15-49 tahun yang melajang jumlahnya sekitar 38,71%. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2009 yang jumlahnya hanya 38,07%. Data tersebut didukung pula oleh data Badan Pusat Statistik (2010), yang menjelaskan bahwa pada tahun 2007-2010 terjadi peningkatan jumlah wanita yang belum menikah di usia 25 tahun, persentasenya sebesar 2,6% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 19,8% pada tahun 2010 (www.bps.go.id). Mulai banyaknya wanita yang menunda menikah menarik peneliti untuk melihat seberapa besar keputusan penundaan pernikahan. Menurut Glick (dalam Haveman dan Lehtinen, 1986), wanita menunda usia pernikahan karena wanita tersebut menginginkan kebebasan bergerak, mengutamakan persamaan hak antara pria dan wanita serta menyukai kemandirian. Wanita yang memilih untuk menunda usia pernikahan menurut Laswell (dalam Erisanti, 1999) karena menginginkan kesempatan untuk bekerja dan menganggap pernikahan akan membatasi kesempatan mereka untuk bekerja demi karir. Selain itu, wanita juga menginginkan kebebasan dalam melakukan perubahan dan mobilitas dalam meningkatkan karir, kemandirian secara psikologis dan sosial. Menurut Wong (2003), wanita yang belum menikah secara umum adalah wanita yang masih muda, berpendidikan baik dan cenderung memiliki posisi pekerjaan yang lebih tinggi dibandingkan wanita yang telah menikah. Wanita dengan pendidikan yang baik, dengan posisi pekerjaan lebih tinggi memang memiliki kemungkinan yang kecil untuk menikah, dengan demikian mengakibatkan adanya penundaan pernikahan. Wanita yang berpendidikan, lebih memilih untuk menata karir dan pendidikan mereka terlebih dahulu. Namun, bukan berarti mereka tidak mempunyai hasrat untuk menikah. Donelson & Gullahorn (dalam Eriany, 2007) juga menjelaskan bahwa pendidikan meningkatkan kecenderungan untuk tidak menikah. Faktor penyebabnya adalah kurangnya kesempatan. Wanita yang belum menikah

4 tidak memiliki kebutuhan khusus untuk menolak pernikahan, melainkan lebih mementingkan hal lain, seperti karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dijalani, semakin berambisi pula wanita untuk menjadi pekerja. Hal ini mengakibatkan komitmen terhadap karir dan penundaan terhadap pernikahan. Karir merupakan semua pekerjaan atau jabatan seseorang yang telah dijalaninya maupun yang sedang dijalaninya. Pekerjaan dalam karir dapat saja merupakan realisasi dari rencana-rencana hidup seseorang atau mungkin merupakan sekedar nasib (Triyono, 2012). Bagi wanita, bekerja dan meniti karir merupakan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dan menjadi sarana yang dapat dipergunakan dalam menemukan makna hidup. Dengan bekerja dan meniti karir, wanita dapat memenuhi kebutuhan finansial dan kebutuhan sosial-emosional bagi kehidupan mereka (Rini, 2002). Hurlock (1993) mengatakan bahwa wanita yang telah asik berkarir seringkali lupa menikah. Saat usia dua puluhan, wanita memiliki tujuan hidup menikah, tetapi saat mencapai usia tiga puluh dan belum menikah, maka akan cenderung menukar tujuan dan nilai hidupnya pada hal-hal yang berorientasi pada pekerjaan, kesuksesan dalam karir dan ambisi untuk meningkatkan karir karena adanya kesempatan untuk meningkatkan jenjang profesionalnya. Motivasi pengembangan karir mempengaruhi wanita untuk menunda menikah karena kemauannya yang kuat untuk meningkatkan karirnya. Motivasi untuk bekerja pada wanita tidak lagi hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, tetapi juga untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang telah mereka peroleh, serta untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan diri (Ihromi, 1995). Salah satu kebutuhan manusia dalam bekerja adalah kebutuhan untuk beraktualisasi diri. Pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan, namun tidak lagi sekedar memenuhi kebutuhan materi saja tetapi juga kebutuhan lain yang sifanya non materi, yaitu aktualisasi diri dalam bentuk karir (Slocum, 1986).

5 Menurut Ihromi (1995), sebagai individu, perempuan memiliki harapan, kebutuhan, minat dan potensi diri. Perempuan juga membutuhkan aktualisasi diri seoptimal mungkin demi pengembangan dirinya. Dorongan dari dalam diri untuk mengembangkan karir dapat menjadi konflik bila muncul juga dorongan dari luar yang menuntut wanita untuk menikah. Pengambilan keputusan untuk menikah bukanlah hal yang mudah, karena harus didasarkan atas banyak hal, termasuk mempertimbangkan beberapa alternatif dan mempertimbangkan resiko-resikonnya. Pada dasarnya ketika wanita memutuskan untuk menunda usia pernikahan, wanita tersebut telah memilih dan mempertimbangkan segala hal dan resikonya, serta dihadapkan pada bagaimana cara untuk mempertahankannya. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis tertarik untuk meneliti secara mendalam mengenai pengambilan keputusan menunda menikah pada wanita serta faktor-faktor yang mempengaruhi wanita untuk menunda menikah. B. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada upaya untuk memperoleh gambaran mengenai pengambilan keputusan menunda menikah pada wanita karir serta faktor-faktor yang mempengaruhi wanita karir menunda menikah. C. Rumusan Masalah Saat ini, banyak wanita yang belum dapat memenuhi tuntutan masyarakat untuk menikah. Semakin meningkatnya kesetaraan gender antara pria dan wanita dan didukung pula oleh perkembangan zaman, menyebabkan wanita memilih untuk hidup melajang tanpa mempedulikan tanggapan dari masyarakat. Keputusan tersebut bukan berarti terbebas dari masalah, karena wanita dihadapkan pada bagaimana cara untuk mempertahankannya. Seiring dengan berjalannya waktu, wanita yang terlambat menikah akan mengambil

6 keputusan untuk menunda menikah dan masih membuka peluang untuk menikah dengan alasan ingin mengembangkan karir yang lebih mapan, memiliki tanggung jawab terhadap keluarga, belum menemukan pasangan yang tepat atau belum siap berkomitmen. Apabila seorang wanita belum juga menikah saat usia tiga puluhan, mereka akan cenderung menukar tujuan hidupnya kearah nilai dan tujuan hidup baru yang berorientasi pada pekerjaan, kesuksesan dalam karir dan kesenangan peribadi. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengambilan keputusan menunda menikah pada wanita karir? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan menunda menikah pada wanita karir? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah : 1. Mendapatkan gambaran mengenai pengambilan keputusan menunda menikah pada wanita karir. 2. Mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan menunda menikah pada wanita karir. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam bidang ilmu psikologi mengenai faktor-faktor yang

7 mempengaruhi wanita karir yang memutuskan untuk menunda menikah dan memperoleh pengakuan dari masyarakat sosial. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pilihan menunda menikah pada wanita karir di era modern saat ini. F. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi terdiri dari Bab I sampai Bab V yang dijabarkan sebagai berikut : 1. BAB I Pendahuluan Berisi tentang uraian pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Pada bab ini, peneliti menjelaskan alasan mengapa topik pengambilan keputusan pada wanita karir yang menunda menikah diteliti. 2. BAB II Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi konsep dan teori dalam bidang yang dikaji. Pada bab ini, berisi penjelasan mengenai definisi dari pengambilan keputusan, wanita karir, dan penundaan pernikahan. Dengan demikian, pembaca akan terlebih dahulu memiliki pemahaman mengenai pengambilan keputusan, wanita karir dan penundaan pernikahan sebelum mendapatkan penjelasan mengenai gambaran pengambilan keputusan pada wanita karir yang menunda menikah. 3. BAB III Metode Penelitian Metode penelitian berisi tentang penjabaran rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti lokasi dan subjek

8 penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik keabsahan data. 4. BAB IV Hasil dan Pembahasan Hasil dan pembahasan berisi tentang pengolahan dan pembahasan atau analisis data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pada bab ini, akan ditemukan penjelasan bagaimana pengambilan keputusan pada wanita karir yang menunda menikah. 5. BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan dan Saran berisi tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.