PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN METODE PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI TRIGONOMETRI

PENGARUH PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SEGIEMPAT DI SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PEMANFAATAN DIAGRAM DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN KELAS VII SMP NEGERI 6 PONTIANAK

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM

MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMAN 1 BATANG ANAI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

RME DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SERTA HUBUNGANNYA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DITINJAU DARI KEMAMPUANKOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA SEMESTER 5 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X SMAN 5 BATAM TAHUN PELAJARAN 2014/2015

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia Volum 2 Nomor 2 bulan September Page p-issn: e-issn:

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

PENERAPAN PEMBELAJARAN INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMECAHAN MASALAH MATERI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DI MTS

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VII SMPN 2 LUHAK NAN DUO

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA MATERI KELAINAN DAN PENYAKIT REPRODUKSI MANUSIA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IX SMP

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia Vol. 2 No. 2 Tahun 2017

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH

Desi Suryaningsih et al., Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan...

PENGARUH PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PADA MURID SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATERI KULIAH GEOMETRI ANALITIK DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP PGRI PONTIANAK

Seminar Nasional PGSD UNIKAMA Vol. 1, Desember 2017

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBANTUAN ALTERNATIVE SOLUTIONS WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

THE IMPLEMENTATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN STUDENT S LEARNING OUTCOMES

Journal of Innovative Science Education

EFEKTIVITAS RESPONSI TERHADAP HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH TEORI BILANGAN

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PECAHAN DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN SELF CONFIDENCE MATEMATIS SISWA ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UNIVERSITAS AL ASYARIAH MANDAR

STUDI KORELASI ANTARA KEMAMPUAN MATEMATIKA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMA PGRI SUMBERREJO BOJONEGORO TAHUN AJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI SD

ABSTRAK. Kata kunci: Pembelajaran Matematika, Matematika Realistik, komunikasi matematika.

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

Diniatul Hidayani Sipahutar 1, Dinda Kartika Prodi Pendidikan Matematika Unimed Medan.

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MULTI REPRESENTASI PADA PENJUMLAHAN PECAHAN TERHADAP KEMAMPUAN SISWA MTS

BAB III METODE PENELITIAN

Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MODEL PEMBELAJARAN CONNETED MATHEMATICS PROJECT (CMP)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TPS BERBASIS RME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN INSTRUMENTAL DAN RELASIONAL SISWA SMP.

KEMAMPUAN KONEKSI DAN KOMUNIKASI MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA SISWA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTUAN MEDIA PEMBELAJARAN RODA LOGIKA

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, J.PMIPA, FKIP, UNS. Alamat Korespondensi:

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

BAB I PENDAHULUAN. rendahnya kualitas atau mutu pendidikan matematika. Laporan Badan Standar

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 1 SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

Yulia Herma, Sehatta Saragih, Suhermi No.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

MODEL PEMBELAJARAN OSBORN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Reskiwati Salam Universitas Negeri Makassar Abstract

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. individu. Karena dalam pendidikan mengandung transformasi pengetahuan, nilainilai,

HUBUNGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA Iwit Prihatin Prodi Pendidikan Matematika, IKIP-PGRI Pontianak, Jl. Ampera No. 88 Pontianak e-mail: iwitprihatin82@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII SMP Negeri 8 Pontianak setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) pada materi trapesium. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah setelah diberi model PBM. (2) Rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberi model PBM pada materi trapesium sebesar 0,619 dengan kategori sedang. (3) Kemampuan pemecahan masalah siswa dilihat dari tiap indikator adalah sebagai berikut, pada pre-test: indikator pertama dengan kriteria tinggi, indikator kedua dengan kriteria cukup, indikator ketiga dengan kriteria rendah, dan indikator keempat dengan kriteria rendah, sedangkan pada post-test: indikator pertama dengan kategori sangat tinggi, indikator kedua dengan kategori tinggi, indikator ketiga dengan kategori tinggi, indikator keempat dengan kategori cukup. (4) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari tiap indikator yaitu pada indikator pertama dengan kategori sedang, indikator kedua dengan kategori sedang, indikator ketiga dengan kategori sedang, dan indikator keempat dengan kategori sedang. Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Kemampuan Pemecahan Masalah Abstract The purpose of this study was to determine the increase in mathematical problem solving ability of students of class VII SMP Negeri 8 Pontianak after application of problem-based learning model (PBM) on the material trapezoid. This study was an experimental study. The results showed that: (1) There is an increased problem-solving ability after being given a PBM models. (2) The average increase students' problem solving abilities after being given the material trapezoid PBM models of 0.619 with medium category. (3) The ability of the student problem solving views of each indicator is as follows, on the pre-test: first indicator with high criteria, a second indicator with sufficient criteria, the third indicator with low criteria and indicators fourth with low criteria, while the posttest: The first indicator categorized as very high, both indicators with high category, the third indicator with high category, the fourth indicator with enough category. (4) Improved troubleshooting capabilities of each indicator is seen on the first indicator of the medium category, the second indicator in the medium category, the third indicator medium category, and fourth indicator medium category. Keywords: Problem Based Learning (PBM), Troubleshooting Capabilities 78

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains Vol. 4, No. 1, Juni 2015 PENDAHULUAN Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing di era global (Trianto, 2010: 4). Permasalahan yang sering muncul dalam dunia pendidikan adalah lemahnya siswa dalam memahami konsep untuk menyelesaikan suatu masalah. Oleh karena itu, setiap penggalan dari proses mengajar yang dirancang dan diselenggarakan harus mampu memberikan kontribusi yang konkret bagi pencapaian tujuan pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran matematika telah mengalami perubahan, tidak lagi hanya menekankan pada peningkatan hasil belajar, namun juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan: (1) komunikasi matematis (mathematical communication); (2) penalaran matematika (mathematical reasioning); (3) pemecahan masaah metematika (mathematical problem solving); (4) mengaitka ide-ide matematika (mathematical connections); (5) representasi matematika (mathematical representation) (NCTM, 2000). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.22 tahun 2006, bahwa tujuan mata pelajaran matematika adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau metode lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan tersebut maka kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang utama dalam pembelajaran matematika. 79

Menurut Meliyani (2013: 14), kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan kemampuan pengetahuan yang dimiliki setiap orang yang dalam pemecahannya berbeda-beda tergantung pada apa yang dilihat, diamati, diingat dan dipikirkannya sesuai pada kejadian kehidupan nyata. Klurik dan Rudnik (1995: 4) juga mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu usaha individu menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya untuk menentukan solusi dari suatu masalah. NCTM (Fadillah: 2008), memecahkan masalah bermakna menjawab suatu pertanyaan dimana metode untuk mencari solusi dari pertanyaan tersebut tidak dikenal terlebih dahulu. Untuk menemukan suatu solusi, siswa harus menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya dan melalui proses dimana mereka akan mengembangkan pemahamanpemahaman matematika baru. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika adalah suatu potensi yang harus dimiliki siswa dalam menjawab suatu pertanyaan di mana untuk menjawab pertanyaan tersebut menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari. Dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah siswa diharuskan memahami konsep dari soal tersebut. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan memecahkan masalah (Purwanti, 2013: 3). Menurut Moffit (dalam Rusman, 2013: 241), Model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2013: 241) menyatakan bahwa Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi yang berorentasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. 80

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains Vol. 4, No. 1, Juni 2015 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang didalamnya terdapat serangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam menyelesaikan masalah tersebut siswa harus menggali kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya sehingga menuntut siswa untuk lebih berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Melalui model pembelajaran berbasis masalah ini, kemampuan pemecahan masalah diharapkan dapat ditingkatkan. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada materi trapesium di kelas VII SMP Negeri 8 Pontianak. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah, (2) besar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah, (3) kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dilihat dari masing-masing indikator, dan (4) peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dilihat dari masing-masing indikator. METODE Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian pre experimental. Pre- Eksperimental adalah salah satu bentuk desain penelitian eksperimen yang memanipulasi variabel bebas ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. Pre- Eksperimental digunakan untuk mendapatkan informasi awal terhadap rumusan masalah yang ada dalam penelitian. Subjek dalam penelitian yang menggunakan desain pre-eksperimental tidak memiliki variabel kontrol sehingga hasil eksperimen variabel terikat masih dipengaruhi oleh variabel bebas. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design. Bentuk rancangan penelitian tersebut disajikan pada Tabel 1. 81

Tabel 1. Rancangan Penelitian Kelompok Pretest Treatment Posttest Eksperimen T 1 X T 2 (Subana dan Sudrajat, 2011: 99) Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 8 Pontianak yang terdiri dari enam kelas yaitu kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, dan VII F. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Cluster random Sampling. Pemilihan sampel dilakuan dengan cara pengundian dengan syarat populasinya homogen. Terpilih siswa kelas VII B sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengukuran. Teknik pengukuran dilakukan dengan pemberian tes untuk melihat kemampuan pemecahan masalah. Tes diberikan sebelum dan sesudah perlakuan. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data atau instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Menurut Budiyono (2003: 54), Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subyek penelitian. Tes yang digunakan berupa tes essay sebanyak 5 nomor dan telah divalidasi. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Teknik Analisis Data Berdasarkan masalah-masalah yang telah di uraikan sebelumnya, data yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dianalisis secara statistik. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data sebagai berikut. 82

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains Vol. 4, No. 1, Juni 2015 1. Masalah 1 dan hipotesis, untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberikan model pembelajaran berbasis masalah dilakukan prosedur perhitungan uji statistik sebagai berikut:. (a) Menguji normalitas skor pre-tes dan post-test menggunakan rumus chi Square;. (b) Jika data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji-t satu kelompok;. tetapi (c) Jika data tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik non-parametric (uji Wilcoxon). 2. Masalah 2 dan 4 dijawab dengan, menggunakan rumus Gain Ternormalisasi sebagai berikut: (1) dengan kriteria: g < 0,3 : tergolong rendah 0,3 g 0,7 : tergolong sedang g > 0,7 : tergolong tinggi Hake (dalam Gordah, 2009: 57) 3. Masalah 3 dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu dengan menentukan skor pada setiap indikator sesuai dengan kriteria penskoran yang telah ditetapkan. Adapun indikator yang dilihat dari soal kemampuan pemecahan masalah adalah: (1) memahami masalah, (2) merencanakan penyelesaian, (3) menyelesaikan masalah, dan (4) memeriksa kembali. Pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikansi = 0,05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pre-test diberikan sebelum peneliti memberikan perlakuan pada kelas ekperimen. Adapun rangkuman data hasil pre-test kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilihat pada Tabel 2. 83

Tabel 2. Rangkuman Hasil Pre-Test Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap indikator Indikator 1 2 3 4 Jumlah 207 167 164 48 Rata-rata 5.91429 4.77143 4.68571 1.37143 Persentase 73.9286 47.7143 33.4694 34.2857 Berdasarkan Tabel 2, terlihat jelas persentase rata-rata tiap indikator kemampuan pemecahan masalah. Adapun uraiannya sebagai berikut: (1) Persentase kemampuan memahami masalah sebesar 73,93% dengan kategori tinggi. (2) Persentase kemampuan merencanakan penyelesaian sebesar 47,71% dengan kategori cukup. (3) Persentase kemampuan menyelesaikan masalah sebesar 33,47% dengan kategori rendah. (4) Persentase kemampuan memeriksa kembali sebesar 34,29% dengan kategori rendah. Post-test diberikan setelah peneliti memberikan perlakuan pada kelas eksperimen. Adapun rangkuman data hasil post-test kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rangkuman Hasil Post-Test Kemampuan Pemecahan Masalah Tiap Indikator Indikator 1 2 3 4 Jumlah 252 240 316 83 Rata-rata 7.2 6.85714 9.02857 2.37143 Persentase 90 76.1905 75.2381 59.2857 Berdasarkan Tabel 3, terlihat jelas persentase rata-rata tiap indikator kemampuan pemecahan masalah. Adapun uraiannya sebagai berikut: (1) Persentase kemampuan memahami masalah sebesar 90% dengan kategori sangat tinggi. (2) Persentase kemampuan merencanakan penyelesaian sebesar 76,19% dengan kategori tinggi. (3) Persentase kemampuan menyelesaikan masalah sebesar 75,24% dengan kategori tinggi. (4) Persentase kemampuan memeriksa kembali sebesar 59,29% dengan kategori cukup. 84

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains Vol. 4, No. 1, Juni 2015 Dari data hasil pre-test dan post-test di atas dapat dilihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada tiap indikator. Peningkatan tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi. Adapun peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada tiap indikator adalah sebagai berikut. Indikator pertama sebesar 0,616 dengan kategori sedang, indikator kedua sebesar 0,399 dengan kategori sedang, indikator ketiga sebesar 0,466 dengan kategori sedang, dan indikator keempat 0,380 dengan kategori sedang. Analisis yang digunakan untuk menguji signifikansi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu menggunakan uji statistik. Langkahlangkah yang dilakukan sebagai berikut. Pertama disajikan perhitungan uji normalitas, diperolehlah 2 hitung < 2 tabel (pada pre-test yaitu 5,86 < 7,815 dan pada post-test yaitu 4,93 < 7,815). Artnya, data nilai pre-test dan post-test berdistribusi normal. Karena data nilai pre-test dan post-test berdistribusi normal maka perhitungan dilanjutkan dengan uji t. Adapun rangkuman hasil perhitungannya sebagai berikut. t 0,95;db db Tabel 4. Rangkuman Perhitungan Uji t Keputusan 34 42,43 1,6909 ditolak Dari hasil perhitungan diperoleh t hitung > t tebel atau 42,43 > 1,6909 sehingga H 0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberi model pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan data hasil penelitian di atas diperoleh informasi bahwa ratarata pre-test sebesar 46,57 dan rata-rata post-test sebesar 79,66. Data ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Negeri 8 Pontianak mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberikan model pembelajaran berbasis masalah dihitung 85

menggunakan rumus gain ternormalisasi dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,619 dengan kategori sedang. Pembahasan Pada pertemuan pertama peneliti memberikan pre-test. Pemberian pre-test bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan dan sebagai tolak ukur untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa sebelum diberi model pembelajaran berbasis masalah. Setelah itu pada pertemuan berikutnya peneliti memberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen. Dalam pelaksanaannya guru membagikan LKS pada tiap anak kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Guru meminta tiap kelompok untuk mendiskusikan masalah-masalah atau soal-soal yang ada di LKS. Kemudian salah satu kelompok mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas, sedangkan guru dan kelompok lain memperhatikan dan memeriksa presentasi kelompok lain. Pertemuan berikutnya peneliti memberikan post-test pada siswa. Post-test ini bertujuan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberi perlakuan. Setelah memperoleh data pre-test dengan post-test, maka data dihitung menggunakan statistik yang sesuai yaitu kedua data dihitung uji normalitasnya menggunakan rumus chi square. Hasil yang diperolah dapat kedua data berdistribusi normal. Oleh karena kedua data berdiatribusi normal maka perhitungan dilanjutkan dengan uji t. Hasil yang diperoleh adalah t hitung > t tabel yang berarti H o ditolak dan H a diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberi model pembelajaran berbasis masalah pada materi trapesium di kelas VII SMP Negeri 8 Pontianak. Besar peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dihitung dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi. Perhitungan gain ternormalisasi diperoleh rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sebesar 0,619 dengan kategori sedang. Kemampuan pemecahan 86

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains Vol. 4, No. 1, Juni 2015 masalah matematis siswa pada setiap indikator dapat dilihat dari persentase ratarata tiap indikatornya. Persentase kemampuan pemecahan masalah siswa sebelum diberi model pembelajaran berbasis masalah (pre-test) dilihat dari tiap indikator yaitu pada indikator pertama sebesar 73,93% dengan kriteria tinggi, indikator kedua 47,71% dengan kriteria cukup, indikator ketiga 33,46% dengan kriteria rendah, dan indikator keempat 34,29% dengan kriteria rendah. Data hasil pre-test menunjukkan bahwa dari keempat indikator kemampuan pemecahan masalah hanya pada indikator pertama yang mencapai kategori tinggi yakni sebesar 73,93%, sedangkan untuk indikator yang lain belum mencapai kriteria tersebut. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran konvensional siswa sudah memiliki kemampuan memahami masalah. Namun pada kemampuan merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali siswa masih kurang memahami. Persentase kemampuan pemecahan masalah siswa sesudah diberi model pembelajaran berbasis masalah (post-test) pada tiap indikator yaitu pada indikator pertama sebesar 90% dengan kriteria sangat tinggi, indikator kedua sebesar 76,19% dengan kriteria tinggi, indikator ketiga sebesar 75,24% dengan kriteria tinggi, indikator keempat sebesar 59,29% dengan kriteria cukup. Data hasil posttest menunjukkan bahwa dari keempat indikator kemampuan pemecahan masalah hanya pada indikator keempat yang belum mencapai kriteria tinggi. Hal ini disebabkan karena siswa masih kurang paham bagaimana memeriksa kembali jawaban soal dengan menggunakan cara yang berbeda. Setelah memperoleh hasil persentase pre-test dan post-test maka selanjutnya dilihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa pada tiap indikatornya. Rumus yang digunakan untuk melihat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa tiap indikator yaitu dengan rumus gain ternormalisasi. Adapun hasil yang diperoleh yaitu pada peningkatan kemampuan memahami masalah sebesar 0,616 dengan kategori sedang, peningkatan kemampuan merencanakan penyelesaian sebesar 0,399 dengan kategori sedang, peningkatan kemampuan menyelesaikan masalah sebesar 0,466 dengan kategori sedang, dan 87

peningkatan kemampuan memeriksa kembali sebesar 0,380 dengan kategori sedang. Berdasarkan penjelasan di atas peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dilihat tiap indikator seluruhnya mengalami peningkatan dengan kategori sedang. Namun jika dilihat dari persentase hasil pre-test dan post-test pada indikator keempat belum mencapai kategori yang diinginkan. Pada hasil pretest kemampuan siswa memeriksa kembali soal masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena siswa tidak terbiasa dalam memeriksa kembali jawaban siswa. Selama ini jika siswa sudah mendapatkan hasil dari soal yang diberikan, siswa tidak memeriksa kembali kebenaran dari jawaban yang diperolehnya. Situasi ini berpengaruh pada saat peneliti menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan memberikan soal post-test. Hasil yang diperoleh siswa untuk kemampuan memeriksa kembali hanya mencapai kategori cukup, sedangkan untuk kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sudah mencapai kategori tinggi sebagaimana diharapkan. Untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti membandingkan dengan penelitian terdahulu yang relevan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meliyani yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMK, dimana pada siklus 1 mencapai ketuntasan sebesar 51,16% dan pada siklus 2 sebesar 86,04% dengan peningkatan sebesar 34,88%. Ini menunjukkan bahwa penelitian terdahulu dan penelitian yang dilakukan penelitian relevan yaitu terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap data penelitian yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan yang mengacu pada rumusan masalah sebagai jawaban dari hipotesis penelitian sebagai berikut. 88

Jurnal Pendidikan Informatika dan Sains Vol. 4, No. 1, Juni 2015 1. Terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberi model pembelajaran berbasis masalah di kelas VII SMP Negeri 8 Pontianak pada materi trapesium. 2. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa setelah diberi model pembelajaran berbasis masalah di kelas VII SMP Negeri 8 Pontianak pada materi trapesium sebesar 0,619 dengan kategori sedang. 3. Kemampuan pemecahan masalah siswa dilihat dari tiap indikator mendapatkan persentase sebesar sebagai berikut: pada pre-test indikator pertama sebesar 73,93% dengan kriteria tinggi, indikator kedua 47,71% dengan kriteria cukup, indikator ketiga 33,46% dengan kriteria rendah, dan indikator keempat 34,29% dengan kriteria rendah, sedangkan pada post-test indikator pertama sebesar 90% dengan kategori sangat tinggi, indikator kedua 76,19% dengan kategori tinggi, indikator ketiga 75,24% dengan kategori tinggi, indikator keempat 59,29% dengan kategori cukup. 4. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dilihat dari tiap indikator, yaitu peningkatan kemampuan memahami masalah sebesar 0,616 dengan kategori sedang, peningkatan kemampuan merencanakan penyelesaian sebesar 0,399 dengan kategori sedang, peningkatan kemampuan menyelesaikan masalah sebesar 0,466 dengan kategori sedang, dan peningkatan kemampuan memeriksa kembali sebesar 0,380 dengan kategori sedang. DAFTAR PUSTAKA Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. Fadillah, S. 2008. Menumbuh kembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Representasi Matematis Melalui Pembelajaran Open Ended. (Online), tersedia: http://fadillahatick.blogspot.com/2008/06/pendekatan-openended. Html, diakses tanggal 25 Februari 2014. Gordah, E. K. 2009. Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Open Ended. Tesis pada Program Studi Matematika UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. 89

Klurik, S & Rudnick, J. A. 1995. The New Source Book for Teaching Reasoning and Problem Solving in Elementary School. Boston, London, Toronto: Allyn and Bacon. Meliyani. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMK.Skripsi Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan. (Online), tersedia: http://digilib.unimed.ac.id. Html, diakses tanggal 24 Februari 2014. NCTM. 2000. Principles and Standard for School Mathematics. Resto, Virginia: The National Council of Teacher of Mathematics, Inc. Purwati, Riska. 2013. Pembelajaran Berbasis Masalah. (Online), tersedia: http://riskapurwati.blogspot.com/2013/06/pembelajaran-berbasismasalah. html, diakses tanggal 14 Februari 2014. Rusman. 2013. Model-model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali. Subana, M.& Sudrajat. 2011. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV Pustaka Setia. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana. 90