PERBEDAAN EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lilin Turlina*, Heny Ekawati** ABSTRAK

PERBEDAAN SKALA NYERI PADA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF DENGAN MASASE PUNGGUNG DAN TANPA MASASE PUNGGUNG

PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI BPS NY.MUJIYATI,

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

BAB I PENDAHULUAN. lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara

EFEKTIVITAS RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI KONTRAKSI UTERUS KALA I AKTIF PADA PERSALINAN NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES PANAS TERHADAP PENGURANGAN RASA NYERI PERSALINAN PADAIBUINPARTU KALA I

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari 24 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun bagi janin (Prawirohardjo,

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN PADA KALA 1 FASE AKTIF DI BPS BIDAN KOKOM KOMARIAH CIJATI-MAJALENGKA TAHUN 2016

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur an. terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif telah dilakukan pada bulan

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP RESPON ADAPTASI NYERI PADA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF DI BPM BIDAN P KOTA YOGYAKARTA

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS

Aplikasi Tekhnik Effleurage Sebagai Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Ibu Bersalin Di Bidan Praktik Mandiri Kecamatan Tembalang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan/ pertolongan dalam waktu kurang dari 24 jam (Maryunani, 2010).

EFEKTIFITAS EFFLEURAGE DAN ABDOMINAL LIFTING DENGAN RELAKSASI NAFAS TERHADAP TINGKAT NYERI PERSALINAN KALA I DI KLINIK BIDAN INDRIANI SEMARANG ABSTRAK

Kata Kunci: Pengetahuan Mahasiswi, Persalinan, Hypnobirthing

2 Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid, hormon ini dapat menyeba

PENGARUH PEMBERIAN TEKNIK AKUPRESUR TITIK PADA TANGAN TERHADAP NYERI PERSALINAN PADA IBU INTRANATAL KALA I DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), Angka Kematian. jiwa setiap tahun (Ayude, 2009). Tingginya AKI di Indonesia yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditentukan dengan cara menanyakan intensitas atau merujuk pada skala nyeri.

PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI BPS NY. MUJIYATI KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, persalinan

Sumiati Tenaga Pengajar Prodi. D III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

Diploma III Kebidanan, Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang. Abstrak

Volume 3 / Nomor 3 / November 2016 ISSN : EFEKTIVITAS RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA I DI BPM FAJAR ENDROWATI BOYOLALI

Heny Ekawati*, Karomatus Saniyah** ... ABSTRAK...

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia lebih dari ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN NYERI PERSALINAN PADA KALA I FASE AKTIF SEBELUM DAN SESUDAH MENDENGARKAN AYAT SUCI AL-QUR AN DI BPS DIANA ERNAWATI,

FASE A YANG YANG DIBERI SURAKARTA HERMAWATI. S1 Keperawatan

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN PERBANDINGAN EFEKTIFITAS MASSAGE DAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Ini didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

Siti Haniyah 1), Pramesti Dewi 2), Iis Setiawan 3)

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI PADA IBU BERSALIN DI RB. ANANDA DESA JABON KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender terhadap Nyeri Persalinan Kala I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

PENGARUH MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP PENGURANGAN RASA NYERI PADA PERSALINAN KALA I FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEMALANG

HUBUNGAN PENGGUNAAN TEKHNIK BIRTHBALL DENGAN TINGKAT NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BPM UMU HANI YOGYAKARTA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. karena disertai nyeri berat, bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental yang

PENGARUH AKTIVITAS FISIK, PARITAS USIA TERHADAP RUPTURE PERINEUM

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dismenore adalah nyeri sewaktu haid. Dismenore atau nyeri haid biasanya

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang ` Di RSUD Muntilan, Magelang terdapat 80 persalinan normal setiap bulannya. Perawat

EFEKTIFITAS PEMBERIAN BACKRUB

EFEKTIVITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP TINGKAT NYERI PERSALINAN KALA I DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TLOGOSARI WETAN SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

PENGARUH KOMPRES PANAS TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN PADA IBU BERSALIN KALA I

HUBUNGAN RELAKSASI NAFAS PANJANG DENGAN NYERI PERSALINAN DI PUSKESMAS BANGSAL MOJOKERTO

BAB V PEMBAHASAN. terhadap intensitas nyeri ibu nifas post sectio caesarea di RSUD Surakarta

PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN. Liva Maita STIKes Hangtuah Pekanbaru, Indonesia

UNTUK MENURUNKAN SKALA NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA

PEMBERIAN KOMPRES HANGAT PADA IBU BERSALIN KALA I BERPENGARUH TERHADAP PENGURANGAN NYERI PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN NIRMALA MEDAN

Pengaruh Pemberian Kompres Air Hangat terhadap Rasa Nyaman dalam Proses Persalinan Kala I Fase Aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asuhan intrapartum merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu

PENGARUH KOMUNIKASI TERAUPETIK DENGAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I FASE LATEN DI KLINIK DELIMA MEDAN TAHUN 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

Indriani Irsyadi* Heny Ekawati ** WS Tarmi *** Program Studi DIII Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI DISMENORE (Pada Mahasiswi Tingkat 1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Lamongan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan rasa nyeri (Prawirohardjo, 2008). Nyeri persalinan dapat

PERBEDAAN TINGKAT NYERI PERSALINAN PADA IBU PRIMIPARA DENGAN IBU MULTIPARA PADA KALA I PERSALINAN DI RUMAH SAKIT PARU BATU KOTA BATU ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMINOREA PADA MAHASISWI TINGKAT II AKBID GRIYA HUSADA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Persalinan merupakan waktu yang ditunggu tunggu setelah 9 bulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data statistik yang dikeluarkan World Health Organization. (WHO) sebagai badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani

Keywords: Adaptation patterns of breath, pain in labor, delivery time

PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA SISWI SMK PERBANKAN SIMPANG HARU PADANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Responden Penelitian. Responden dalam penelitian ini adalah adalah ibu primigravida

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. dengan persalinan (Cunningham, 2006). Menurut Kemenkes RI (2010), pada

Nining Sulistyowati & Evlin Desianti Siallagan Akademi Kebidanan Anugerah Bintan ABSTRAK

Transkripsi:

PERBEDAAN EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF Benny DJ Tarigan * *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email :admin@akbid-griyahusada.ac.id Abstrak Pendahuluan : Pemberian kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam merupakan upaya metode non farmakologi yang digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif. Berdasarkan hasil survey pada bulan Maret tahun 2016, dari 10 orang ibu bersalin normal, sebanyak 2 orang (20%) mengalami nyeri ringan, 5 orang (50%) mengalami nyeri sedang, dan 3 orang (30%) mengalami nyeri berat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan efektivitas kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala satu fase aktif..metode : Rancangan penelitian yang digunakan adalah inferensial dengan pra eksperimental dengan Two Group Pretest-Posttest Design Comparasion dan besar sampel 32 ibu bersalin yang mengalami nyeri kala I fase aktif di Rumah Sakit Kirana pada Tahun 2016 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Responden akan dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dimana tiap kelompok akan diukur intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif sebelum diberikan perlakuan. Kemudian kelompok I akan diberikan perlakuan berupa kompres hangat dan teknik relaksasi nafas dalam pada kelompok lainya. Setelah itu dilakukan pengukuran intensitas nyeri sebagai evaluasi paska perlakuan. Uji statistik yang digunakan yaitu wilcoxon dan man-whitney.hasil :Hasil dari data yang diuji dengan wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat bahwa nilai ρ 0,000 < 0,05 dan teknik relaksasi napas dalam 0,001 < 0,05, yang berarti ada pengaruh efektivitas sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan mann whitney diketahui bahwa besar nilai signifikan ρ = 0,010 dengan tingkat kepercayaan (α = 0,05). Nilai signifikan ρ < α maka dapat dikatakan H 0 ditolak atau H 1 diterima, artinya kompres hangat lebih efektif terhadap penurunan intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. Diskusi :Disarankan kepada responden agar dapat menerapkan metode kompres hangat sehingga dapat mengurangi nyeri yang dirasakan selama persalinan Kata Kunci :Inpartu, Skala Nyeri, kompres Hangat, Teknik, Persalinan PENDAHULUAN Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam kehidupan. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan ibu adalah melahirkan bayinya, sedangkan peranan keluarga memberikan dukungan pada ibu ketika terjadi proses persalinan (Walyani, 2015) Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, 70% sampai 80% wanita melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung tanpa rasa nyeri. Menurut penelitian dari Washington yang dilakukan oleh Bonkes tahun 2010 terhadap 2.700 pasien di 121 pusat obstetric dari 36 negara menemukan hanya 15% persalinan berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35% persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan disertai nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri sangat hebat. Nyeri ini selain karena kontraksi pada uterus juga disebabkan karena kekhawatiran, stress, serta rasa takut dalam menghadapi persalinan (Shaaron Smith Murray, 2010). Menurut data Survey Nasional pada tahun 2013 jumlah persalinan di Indonesia menunjukan 4.039.000 persalinan. Hampir seluruh wanita bersalin mengalami rasa nyeri. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2013 menunjukan dalam 690.282 ribu kelahiran hidup 7-14% wanita bersalin tanpa rasa nyeri atau nyeri ringan dan 90% wanita bersalin disertai rasa nyeri. Berdasarkan survey pendahuluan di Rumah Sakit Kirana bulan Maret tahun 2016, dari 10 orang ibu bersalin normal, sebanyak 2 orang 125

(20%) mengalami nyeri ringan, 5 orang (50%) mengalami nyeri sedang, dan 3 orang (30%) mengalami nyeri berat. Dari data tersebut, semua ibu bersalin mengalami nyeri persalinan saat kala I fase aktif. Nyeri yang timbul menyebabkan kekhawatiran dan biasanya menimbulkan rasa takut dan stress yang dapat mengakibatkan pengurangan aliran darah ibu ke janin (Andarmoyo, 2013). Jika hal ini tidak ditangani maka akan menyebabkan oksigen ke janin menurun sehingga menyebabkan denyut jantung janin (DJJ) menurun (Batbual, 2010). Nyeri persalinan yang lama menyebabkan hiperventilasi sehingga menurunkan kadar PaCO2 ibu dan peningkatan ph. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah maka kadar PaCO2 janin juga rendah sehingga menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin. Keadaan tersebut merangsang peningkatan katekolamin yang menyebabkan gangguan pada kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri, apabila hal tersebut tidak ditangani akan menyebabkan terjadinya partus lama (Andarmoyo, 2013). Selain itu dampak nyeri terhadap janin yaitu dapat menyebabkan terjadinya asfiksia atau dalam beberapa kasus dapat tejadi IUFD (Intra Uterine Fetal Death) (Harianto, 2010). Upaya yang dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan adalah menggunakan farmakologi maupun nonfarmakologi. Penatalaksanaan dengan farmakologi antara lain dengan pemberian analgetik non opioid, analgetik opiod, Adjuvan atau koanalgetik. Sedangkan pengendalian nyeri dengan non farmakologi dilakukan dengan cara stimulasi kutaneus (rangsangan permukaan kulit), akupuntur, dan distraksi yakni dengan cara mengalihkan perhatian melalui kegiatan membaca, mendengarkan radio serta dapat dilakukan dengan teknik relaksasi yang merupakan kombinasi dari distraksi dan terapi kognitif yang terdiri dari relaksasi otot, imajinasi terpimpin dan nafas dalam (Mander, 2003). Kompres hangat merupakan suatu cara memberikan rasa hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman mempengaruhi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu (Hidayat, 2008). Penggunaan kompres hangat untuk area yang tegang dan nyeri dianggap meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan iskemia, yang merangsang nyeri dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area tersebut. Teknik relaksasi nafas dalam merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis. Relaksasi sempurna dapat mengurangi ketegangan otot, rasa jenuh, dan kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri (Dina Dewi, dkk, 2009). Relaksasi memberikan efek secara langsung terhadap fungsi tubuh seperti penurunan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan, penurunan oksigen oleh tubuh, penurunan ketegagan otot, peningkatan kemampuan konsentrasi, menurunkan perhatian terhadap stimulus lingkungan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa perlu unntuk mencoba menerapkan terapi non farmakologi dan tertarik meneliti tentang Perbedaan Evektifitas Kompres Hangat Dan Teknik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala Satu Fase Aktif Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Kirana Sidoarjo tahun 2016 METODE PENELITIAN Rancangan penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi yang dipilih oleh peneliti dalam upaya menjawab masalah penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin yang mengalami nyeri persalinan kala I fase aktif di Rumah Sakit Kirana Tahun 2016 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 126

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu Di RS Kirana Tahun 2016. Umur Kompres Hangat Frekuensi (f) Presentasi (%) Frekuensi (f) Presentasi(%) < 20 Tahun 2 12,5 1 6,2 20-35 Tahun 12 75,0 15 93,8 > 35 Tahun 2 12,5 0 0 Jumlah 16 100 16 100 (Sumber: Data primer 2016) karakteristik responden teknik relaksasi napas Berdasarkan data pada tabel 1 diatas dapat dalam hampir seluruh responden (93,8%) yaitu diinterpretasikan bahwa karakteristik responden 15 orang berumur 20-35 tahun. kompres hangat berdasarkan umur yaitu Karakterisrik Responden Berdasarkan sebagian besar responden (75,0%) yaitu 12 Pendidikan orang berumur 20-35 tahun. Sedangkan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Di RS Kirana Tahun 2016 Kompres Hangat Pendidikan Frekuensi (f) Presentasi (%) Frekuensi (f) Presentasi (%) SD 0 0 1 6,2 SMP-SMA 13 81,2 12 75,0 Perguruan Tinggi 3 18,8 3 18,8 Jumlah 16 100 16 100 (Sumber: Data primer 2016) Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat diinterpretasi bahwa karakteristik responden kompres hangat berdasarkan pendidikan yaitu hampir seluruh responden (81,2%) yaitu 13 orang berpendidikan sekolah menengah. Sedangkan karakteristik responden teknik relaksasi napas dalam berdasarkan pendidikan sebagian besar (75%) yaitu 12 orang berpendidikan sekolah menengah. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di RS Kirana Tahun 2016 Pekerjaan Kompres Hangat Frekuensi (f) Presentasi (%) Frekuensi (f) Presentasi (%) IRT 9 56,2 12 75,0 Wiraswasta 7 43,8 4 25,0 PNS 0 0 0 0 Jumlah 16 100 16 100 (Sumber: Data primer 2016) Berdasarkan tabel 3 diinterpretasikan bahwa karakteristik responden kompres hangat berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden (56,2%) yaitu 9 orang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT). Sedangkan karakteristik responden teknik relaksasi napas dalam berdasarkan pekerjaan adalah sebagian besar (75,0%) yaitu 12 orang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT). Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas 127

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas Di RS Kirana Tahun 2016 Paritas Kompres Hangat Frekuensi (f) Presentasi (%) Frekuensi (f) Presentasi (%) Primipara 3 18,8 6 37,5 Multipara 13 81,2 10 62,5 Grandemulti 0 0 0 0 Jumlah 16 100 16 100 (Sumber: Data primer 2016) Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat diinterpretasikan bahwa karakteristik responden kompres hangat berdasarkan paritas hampir seluruh (81,2%) yaitu sebanyak 13 responden merupakan multipara. Sedangkan karakteristik responden teknik relaksasi napas dalam adalah sebagian besar (62,5%) yaitu 10 orang merupakan multipara. Identifikasi skala nyeri sebelum diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif Tabel 5 Distribusi frekuensi karakteristik skala nyeri sebelum diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Skala Nyeri Frekuensi (f) Presentasi (f) Tidak Nyeri 0 0 Nyeri Ringan 0 0 Nyeri Sedang 9 56,2 Nyeri Berat 7 43,8 Jumlah 16 100 Berdasarkan tabel 5 dapat diinterpretasikan bahwa skala nyeri sebagian besar (56,2%) yaitu 9 orang sebelum diberikan kompres hangat berskala nyeri ringan. Identifikasi skala nyeri sesudah diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif Tabel 6 Distribusi frekuensi karakteristik skala nyeri sesudah diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Skala Nyeri Frekuensi (f) Presentasi (f) Tidak Nyeri 0 0 Nyeri Ringan 13 81,2 Nyeri Sedang 3 18,8 Nyeri Berat 0 0 Jumlah 16 100 Berdasarkan tabel 6 dapat diinterpretasikan bahwa skala nyeri sesudah diberikan kompres hangat hampir seluruh responden (81,2%) yaitu 13 orang yang mengalami perubahan skala nyeri ringan. Identifikasi skala nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif Tabel 7 Distribusi frekuensi karakteristik skala nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Skala Nyeri Frekuensi (F) Presentasi (F) Tidak Nyeri 0 0 Nyeri Ringan 0 0 Nyeri Sedang 8 50,0 Nyeri Berat 8 50,0 Jumlah 16 100 Berdasarkan tabel 7 dapat diinterpretasikan bahwa setengah responden (50,0%) yaitu 8 orang sebelum diberikan teknik relaksasi napas dalam berskala nyeri berat dan sedang. Identifikasi skala nyeri sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif Tabel 8 Distribusi frekuensi karakteristik skala nyeri sesudah diberikan teknik relaksasi pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Skala Nyeri Frekuensi (F) Presentasi (F) Tidak Nyeri 0 0 Nyeri Ringan 6 37,5 Nyeri Sedang 8 50,0 Nyeri Berat 2 12,5 Jumlah 16 100 128

Berdasarkan tabel 8 diinterpretasikan bahwa skala nyeri sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam hampir setengah responden (37,5%) yaitu 6 orang yang mengalami perubahan skala nyeri menjadi skala nyeri ringan. Analisis perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif Tabel 9 Analisis perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016 Intensitas Nyeri Setelah Kompres Hangat Intensitas Nyeri Sebelum Kompres Hangat Total Sedang Berat Ringan Negative Rank : 15 Positive Rank : 0 Ties: 1 ρ value : 0,000 (Sumber: Data Primer, 2016) Berdasarkan hasil analisa melalui uji Wilcoxon dengan SPSS pada tabel rank didapatkan negative rank: 15 maka berarti ada 15 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian kompres hangat < sebelum pemberian kompres hangat yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke ringan sebanyak 8 responden, dari berat ke ringan sebanyak 5 responden, dan dari berat ke sedang sebanyak 2 orang. positive rank: 0 maka berarti tidak ada skor intensitas nyeri setelah pemberian kompres hangat > sebelum pemberian kompres hangat, ties: 1 maka berarti ada 1 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian kompres hangat = sebelum pemberian kompres hangat Sedang Total 8 1 9 88,90% 11,10% 100,00% 5 2 7 71,40% 28,60% 100% 13 3 16 81,20% 18,80% 100% yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke sedang sebanyak 1 responden. Sedangkan pada tabel test statistics didapatkan nilai ρ value Asymp. Sig. (2-tailed) : 0,000 dimana nilai ρ < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini berarti ada perbedaan efektivitas penggunaan kompres hangat terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Jadi terdapat perubahan antara sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. Analisis perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif Tabel 10 Analisis perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi napas dalam pada pasien inpartu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016 Intensitas Nyeri Sebelum Relaksasi Napas Dalam Total Sedan g Berat Intensitas Nyeri Setelah Relaksasi Napas Dalam Ringan Sedang Berat Total 6 2 0 8 100 75,0% 25,0% 0% % 0 6 2 8 100 0% 75,0% 25% % 6 8 2 16 100 37,5% 50,0% 12,5% % Negative Rank : 12 Positive Rank : 0 Ties: 4 ρ value : 0,001 Berdasarkan hasil analisa melalui uji Wilcoxon dengan SPSS pada tabel rank didapatkan negative rank: 12 maka berarti ada 12 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam 129

< sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke ringan sebanyak 6 responden dan dari berat ke sedang sebanyak 6 responden, positive rank: 0 maka berarti tidak ada skor intensitas nyeri setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam > sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam, ties: 4 maka berarti ada 4 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam = sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke sedang sebanyak 4 responden. Sedangkan pada tabel test statistics didapatkan nilai ρ value Asymp. Sig. (2-tailed) : 0,001 dimana nilai ρ < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini berarti ada perbedaan efektivitas penggunaan teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Jadi terdapat perubahan antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. Analisis Efektifitas Kompres Hangat dan Teknik Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien In Partu Kala 1 Fase Aktif Di RS Kirana Tahun 2016 Tabel 11 Analisis Efektifitas kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan skala nyeri pada pasien in partu kala 1 fase aktif di RS Kirana Tahun 2016. Sesudah Perlakuan Skala Nyeri Kompres Hangat Frekuensi (F) Presentasi (%) Frekuensi (F) Frekuensi (F) Tidak Nyeri 0 0 0 0 Nyeri Ringan 13 81,2 6 37,5 Nyeri Sedang 3 18,8 8 50 Nyeri Berat 0 0 2 12,5 Jumlah 16 100 16 100 Ρ : Value : 0,010 α : 0,05 Z : 2,567 Berdasarkan hasil analisa melalui uji mann whitney menunjukan nilai U sebesar 69, nilai W sebesar 205 dan nilai Z -2,567 sedangkan nilai Sig atau ρ value didapatkan Asymp. Sig. (2- tailed) : 0,010 dimana nilai ρ < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima hal ini berarti ada perbedaan efektifitas kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RS Kirana tahun 2016. Jadi, kompres hangat lebih efektif terhadap penurunan nyeri persalinan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan nilai Negative Rank dan ρ value dimana terjadi penurunan skala nyeri. PEMBAHASAN Karakteristik Intensitas Nyeri Ibu Berssalin Kala I Fase Aktif Sebelum Dilakukan Kompres Hangat Berdasarkan tabel 5 dapat diinterpretasikan bahwa skala nyeri sebagian besar (56,2%) responden mengalami nyeri sedang yaitu 9 responden, hampir setengah (43,8%) nyeri berat yaitu 7 responden dan nyeri ringan (0%) yaitu sebanyak 0 responden. Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha (Judha,2012). Meurut Rachmawati 2003 dalam Maryunani 2010 nyeri yang dirasakan seseorang bersifat personal dan unik, dimana setiap individu berbeda dan tidak dapat disamakan meskipun mempunyai kondisi yang sama. Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan dengan berbeda oleh dua orang berbeda (Tamsuri, 2007). Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan uterus dan ligament pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dengan distensi lanjut, peregangan dan trauma pada serat otot dan ligament yang menyokong struktur ini. Nyeri persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah presepsi 130

nyeri dan arti nyeri. Presepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif secara kognitif). Presepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nosiseptor yang akan mempengaruhi presepsi nyeri persalinan. Faktor tersebut salah satunya yaitu umur dan paritas (Yuliatun, 2008). Karakteristik intensitas neri ibu bersalin kala I fase aktif sesudah dilakukan kompres hangat. Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel 6 didapatkan bahwa setelah dilakukan kompres hangat hampir setengahnya (81,2%) mengalami nyeri ringan sebanyak 13 responden, dan sebagian kecil (18,8%) mengalami nyeri sedang yaitu 3 responden. Hasil penelitian membuktikan bahwa ada perubahan yang signifikan terjadi setelah pemberian kompres hangat dalam mengurangi nilai skala nyeri pada 15 dari 16 resonden yang dilakukan kompres hangat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan peneliti sebelumnya bahwa sumber nyeri persalinan adalah iskemia jaringan, penipisan dan pembukaan serviks, penekanan dan penarikan pada susunan panggul seperti: ligament, vesika urinaria, perinium, distensi vagina dan perinium. Semakin besar dilatasi pembukaan serviks semakin meningkat intensitas nyeri. Dengan demikian terapi kompres hangat adalah salah satu terapi manajemen nyeri persalinan disamping terapi alternatif lainnya. Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry and Potter, 2005). Secara teori menurut French (2005) bahwa cara pengompresan sederhana dengan kantong buli-buli air hangat, kolor yang diberikan selama pengompresan akan memberikan efek bagi rahim yakni melunakan ketegangan otot dinding rahim akibat kontraksi sistemik, dan melebarkan pembuluh darah sehingga oksigen akan mudah bersirkulasi diikuti dengan penurunan kadar prostaglandin, sehingga nyeri persalinan akan berkurang. Terbukti dengan adanya penurunan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif yang menggunakan kompres hangat di RSIA Kirana tahun 2016. Hal ini didukung oleh Erika (2011) pada penelitian sebelumnya menunjukan bahwa sebelum dilakukan kompres hangat nyeri berat (33,39%) dan nyeri tertinggi setelah dilakukan kompres hangat adalah nyeri sedang (46,7%) hal ini menunjukan bahwa kompres hangat dapat mempengaruhi intensitas nyeri persalinan. Kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi. Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah (Price & Wilsin, 2006). Terapi kompres hangat juga telah banyak digunakan sebagai terapi nyeri dibidang keilmuan lain misalnya mengurangi rasa nyeri persendian, nyeri post operasi. Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan signal ke hipotalamus melalui spinal cord. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan signal yang melalui berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi oksigenasi mencegah terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat membuat otot tubuh lebih rileks, dan menurunkan rasa nyeri. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan satu kali pemberian dan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dari menit ke 15-2- selama tindakan (Kusmiati, 2009). Kompres hangat dilakukan ketika ibu mengalami nyeri yang sulit diatasi selama persalinan. Pengompresan dilakukan selama 20 menit pada daerah punggung sehingga nyeri yang dirasakan dapat dihambat. Prinsip dalam pengompresan ini yaitu mengurangi ketegangan yang dirasakan ibu sehingga ibu dapat menjalani proses persalinan dengan aman dan nyaman. Kompres hangat merupakan metode non farmakologis yang tidak menyebabkan efek samping pada ibu dan bayi. Perlu diperhatikan posisi ibu dan kenyamanan saat melakukan kompres hangat. Bila ibu tidak menginginkan atau merasa panas dalam pengompresan maka tidakan yang dilakukan dihentikan agar hasil yang diharapkan tercapai. Karakteristik Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sebelum Dilakukan Teknik Berdasarkan tabel 10 dapat diinterpretasikan bahwa skala nyeri (50,0%) responden mengalami nyeri sedang dan berat yaitu 8 131

responden, dan nyeri ringan (0%) yaitu sebanyak 0 responden. Nyeri persalinan sebagai kontraksi miometrium, merupakakan proses fisiologis dengan intensitas nyeri yang berbeda pada masing-masing individu (Cunningham, 2012). Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subyektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan dengan berbeda oleh dua orang berbeda (Tamsuri,2007). Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan uterus dan ligament pelvis. Banyak penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi serviks dan segmen bawah uterus, dengan distensi lanjut, peregangan dan trauma pada serat otot dan ligament yang menyokong struktur ini. Nyeri persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah presepsi nyeri dan arti nyeri. Presepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif secara kognitif). Presepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nosiseptor yang akan mempengaruhi presepsi nyeri persalinan. Faktor tersebut salah satunya yaitu umur dan paritas (Yuliatun, 2008). Hidayat (2006) mengatakan bahwa ibu yang melahirkan pertama dengan usia tua umumnya merasakan lebih nyeri jika dibandingkan dengan usia muda, sedangkan dari hasil penelitian didapatkan ibu dengan umur 20-35 tahun seluruhnya adalah multigrafida hal ini menunjukan bahwa faktor lain juga berperan cukup penting tentang bagaimana respon individu terhadap nyeri. Menurut Bobak (2000) dalam Judha (2012) pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana sebagian besar ibu yang mengeluh nyeri berat adalah multigravida. Karakteristik Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sesudah Dilakukan Teknik Beradasarkan tabel 8 dapat diinterpretasikan bahwa yang mengalami nyeri berat (12,5%) yaitu sebanyak 2 responden, nyeri sedang (50,0%) yaitu sebanyak 8 orang, dan nyeri ringan (37,5%) yaitu sebanyak 6 responden. Menurut Smeltzer (2002) dalam Trullyen (2013), teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan yang mana mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Teknik relaksasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah presepsi. Presepsi nyeri merupakan penilaian sangat subyektif, temptanya pada korteks. Presepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi nosiseptor yang akan mempengaruhi presepsi nyeri persalinan. Presepsi yang dirasakan pada saat persalinan akan mempengaruhi penggunaan teknik relaksasi pernapasan pada kala I fase aktif, pada umumnya ibu mengalami nyeri hebat pada kala I persalinan dan membuat ibu sulit untuk mengontrol dirinya. Namun hal ini dapat diatasi ketika rasa nyeri datang bersamaan dengan datangnya kontraksi, ibu dapat melakukan relaksasi bernapas, maka otot-otot yang semula tegang akan melemas, sehingga ibu merasa rileks nyaman, ibu dapat mengontrol dirinya dan persepsi nyeri yang semula dirasa berat menjadi berkurang. Analisa Efektifitas Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Kompres Hangat Berdasarkan hasil analisa melalui uji Wilcoxon dengan SPSS pada tabel rank didapatkan negative rank: 15 maka berarti ada 15 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian kompres hangat < sebelum pemberian kompres hangat yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke ringan sebanyak 8 responden, dari berat ke ringan sebanyak 5 responden, dan dari berat ke sedang sebanyak 2 orang. positive rank: 0 maka berarti tidak ada skor intensitas nyeri setelah pemberian kompres hangat > sebelum pemberian kompres hangat, ties: 1 maka berarti ada 1 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian kompres hangat = sebelum pemberian kompres hangat yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke sedang sebanyak 1 responden. Sedangkan pada tabel test statistics didapatkan nilai ρ value Asymp. Sig. (2-tailed) : 0,000 dimana nilai ρ < 132

0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini berarti ada perbedaan efektivitas penggunaan kompres hangat terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RSIA Kirana Tahun 2016. Jadi terdapat perubahan antara sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. Menurut Wlash (2008) bahwa penggunaan kompres hangat untuk daerah yang tegang dan nyeri dianggap meredakan nyeri dengan mengurangi spasme otot yang disebabkan oleh iskemia, yang merangsang nyeri dan menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah kearah tersebut. Kompres hangat sangat membantu ketika wanita bersalin sedang mengalami nyeri punggung yang disebabkan oleh posisi posterior oksiput janin atau tegangan umum pada otot punggung. Melalui teori ini dapat dibuktikan bahwa kompres hangat dapat mengurangi nyeri persalinan, dibuktikan bahwa hampir seluruh responden yang mendapat perlakuan kompres hangat intensitas nyerinya mengalami penurunan. Analisa Efektifitas Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sebelum dan Sesudah Dilakukan Teknik Berdasarkan hasil analisa melalui uji Wilcoxon dengan SPSS pada tabel rank didapatkan negative rank: maka berarti ada 12 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam < sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke ringan sebanyak 6 responden dan dari berat ke sedang sebanyak 6 responden, positive rank: 0 maka berarti tidak ada skor intensitas nyeri setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam > sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam, ties: 4 maka berarti ada 4 responden yang skor intensitas nyerinya setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam = sebelum pemberian teknik relaksasi napas dalam yaitu penurunan intensitas nyeri dari sedang ke sedang sebanyak 4 responden. Sedangkan pada tabel test statistics didapatkan nilai ρ value Asymp. Sig. (2-tailed) : 0,001 dimana nilai ρ < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Hal ini berarti ada perbedaan efektivitas penggunaan teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RSIA Kirana Tahun 2016. Jadi terdapat perubahan antara sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam terhadap intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif. Analisa Efektifitas Intensitas Nyeri Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Sesudah Dilakukan Kompres Hangat dan Teknik Relaksasi Napas Dalam Berdasarkan hasil analisa melalui uji mann whitney menunjukan nilai U sebesar 69, nilai W sebesar 205 dan nilai Z -2,567 sedangkan nilai Sig atau ρ value didapatkan Asymp. Sig. (2- tailed) : 0,010 dimana nilai ρ < 0,05 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima hal ini berarti ada perbedaan efektifitas kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri ibu bersalin kala I fase aktif di RSIA Kirana tahun 2016. Jadi, kompres hangat lebih efektif terhadap penurunan nyeri persalinan. Hal ini dapat dilihat dari perubahan frekuensi sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat dan perubahan frekuensi sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi napas dalam. Menurut Simikin (2007) nyeri persalinan kala I adalah akibat kontraksi uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan dann trauma pada serat otot dan ligament. Faktor penyebab nyeri persalinan adalah tekanan kepala bayi dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan turunnya kepala bayi menekan pada saluran kemih, kandung kemih dan anus. Meregangnya otot dasar panggul dan jaringan vagina, ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya hormon stres dalam jumlah besar yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan berat. Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry and Potter, 2005). Sedangkan Menurut Smeltzer (2002) dalam Trullyen (2013), teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan yang mana mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Menurut peneliti, nyeri selama persalinan kala I fase aktif dapat dihindari atau dikurangi dengan metode non farmakologis yaitu kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam sehingga ibu dapat bersalin dengan nyaman dan 133

dapat beradaptasi dengan nyeri selama persalinan. Apabila ibu dalam keadaan panik dan stres, tubuh akan melepaskan hormon stres yaitu katekolamin yang dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan ibu dan janin. Pengompresan hangat pada daerah punggung dapat mengurangi tingkat kecemasan dan sirkulasi darah meningkat, selain itu terjadi pelepasan hormon endorfin sehingga terjadi penurunan nyeri saat bersalin. Kompres hangat juga membantu ketika wanita bersalin sedang mengalami nyeri punggung atau tegangan pada otot punggung yang disebabkan oleh kontraksi dimana terjadi pembukaan mulut rahim (serviks). Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuktikan bahwa kompres hangat lebih efektif dalam menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar ibu in partu kala I fase aktif dengan nyeri persalinan yang diberikan kompres hangat di RS Kirana tahun 2016 mengalami penurunan nyeri yang cepat dengan kriteria nyeri ringan dan sebagian besar ibu in partu kala I fase aktif dengan nyeri persalinan yang diberikan teknik relaksasi napas dalam mengalami penurunan nyeri yang sedang Saran Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa kompres hangat dan teknik relaksasi napas dalam bisa menurunkan nyeri selama persalinan. Diharapkan agar setiap ibu bersalin dapat menggunakan metode non farmakologis untuk mengurangi nyeri saat bersalin. DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Persalinan Tanpa Nyeri Berlebihan. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media. Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika Audrey, Berman. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Ed. 5. Jakarta: EGC Batbual, Bringiwatty. 2010. Hypnosis Hipnobirthing, Nyeri Persalinan dan Berbagai Metode Penanganannya. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Harianto, Minarni. 2010. Aplikasi Hypnosis dalam Asuhan Kebidanan Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Judha, Mohamad. 2012. Teori Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika Mander, R. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC. Manuaba, Ida Ayu Chanranita. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB. Jakarta: EGC. Maryunani, Anik. 2010. Nyeri Dalam Persalinan, Teknik dan Cara Penanganannya. Jakarta: Trans Info Media. Perry, P.A & Potter, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Prihardjo, R. 2005. Perawatan Nyeri. Jakarta: EGC Rahmawati, I.N. 2007. Nyeri Pada Persalinan dan Penatalaksanaannya Secara Reproduksi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Rukiah, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. Jakarta: Trans Info Media Sari, Eka Puspita dan Rimandini, Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care). Jakarta: Trans Info Media Shaaron, Smith Muray, 2010. Foundation Of Maternal Newborn Nursing. Jakarta: EGC. Simkin, Penny & Ancheta, R. 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2005. Perawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 1. Alih Bahasa: Agung Waluyo.Jakarta: EGC Uliyah, Musrifatul dan Aziz, A.A.H. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. 134

Varney, Helen, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC. Walyani, dan Endang, 2015. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Yeyeh, Ai, dkk. 2014. Asuhan kebidanan 2 (persalinan). Jakarta: Trans Info Media Yuliatun, Laily. 2008. Penatalaksanaan Nyeri Persalinan dengan Metode Nonfarmakologis. Malang: Bayumedia Publishing 135