BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB IV GERAKAN SEPARATISME BOUGAINVILLE. Pada bab ini akan dikaji mengenai beberapa aspek penting berkaitan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Elfa Michellia Karima, 2013 Kehidupan Nyai Di Jawa Barat Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bangka, Singkep dan Belitung merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi tahun 1980an telah berdampak pada tumbuhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dalam suatu usaha secara menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB III METODE PENELITIAN

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam merekonstruksi fakta-fakta historis mengenai dinamika industri

BAB III METODE PENELITIAN. Kajian tentang Perkembangan Perusahaan Dodol Pusaka Terhadap. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suci Kaler Kecamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Polisi pamong praja sebenarnya sudah ada ketika VOC menduduki Batavia

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Jean Jacques Rousseau dalam Bidang Politik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

penelitian ini mengambil objek dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini merupakan penjelasan tentang metodologi penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB I PENDAHULUAN. manusia, agama Kristen dapat dikatakan sebagai agama yang paling luas tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejarah yang merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan hal yang sangat penting dalam. meningkatkan kesempatan kerja serta memperbaiki kualitas pertumbuhan

2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

2016 PERANG ENAM HARI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humaeniah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permulaan abad ke-20 merupakan salah satu periode penting dalam

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

BAB III DESAIN/PENDEKATAN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang berusaha menelaah kembali

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki tahun 1983, bangsa Indonesia dikejutkan dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada tanggal 16 September 1975. Sebelumnya negara ini berada di bawah mandat teritori Australia dan atas kebijakan PBB tersebut PNG diatur untuk menjadi sebuah negara merdeka. Secara geografis, PNG terletak di antara dua negara yaitu Indonesia di bagian barat dan Australia di bagian selatan. Luas seluruh PNG 461.690 Km 2, dengan luas tanah sekitar 451.710 Km 2 dan berada pada 141 0 dan 160 0 Bujur Timur serta 1 0 dan 12 0 Lintang Selatan. Wilayah tersebut meliputi satu pulau besar yang disebut New Guinea Timur dan rangkaian 600 pulau-pulau kecil, diantaranya pulau-pulau New Britain (36.500 Km 2 ), dan New Ireland (9.600 Km 2 ) di gugusan kepulauan Bismarck, Manus (2.100 Km 2 ) dan Bougainville, Buka dan lain-lain membentuk 9.600 Km 2 (Hamid,1996: 69-70). Penduduk PNG terdiri dari berbagai kelompok etnis yaitu orang-orang Melanesia, Cina, Eropa, Polinesia, dan lain-lain. Faktor tersebut menunjukkan heterogenitas penduduk PNG, heterogenitas PNG terlihat juga dalam konteks bahasa. Dalam artikel yang ditulis oleh Keith Suter (http:// www.findarticles.com /p/ articles/ mi_m2242/ is_n1590_v273/ ai_21024487 ), disebutkan bahwa bahasa yang digunakan di PNG mencapai lebih dari 700 bahasa. Bahasa resmi yang dipakai adalah bahasa Inggris, tetapi penggunaannya terbatas di kalangan orangorang terpelajar dan pejabat-pejabat pemerintah. Bahasa utama lainnya yaitu bahasa Pidgin di New Guinea dan bahasa Motu di Papua. Bahasa Pidgin pada 1

perkembangannya menyerap bahasa Inggris yang kemudian menjadi bahasa Pidgin-English. Masyarakat PNG menganut kepercayaan terhadap nenek moyang mereka. Dengan datangnya bangsa Eropa yang disertai kaum misionaris membawa pengaruh dalam kehidupan agama penduduk setempat, yaitu munculnya kepercayaan terhadap Tuhan. Salah satu wilayah yang berjauhan dengan pusat ibukota adalah Bougainville. Pulau Bougainville adalah pulau yang letaknya paling timur dari wilayah PNG. Pulau ini juga merupakan bagian wilayah PNG yang letaknya paling jauh dari pusat pemerintahan, yaitu sekitar 600 Km dari Port Moresby, ibukota PNG. Dengan demikian, Bougainville adalah wilayah yang memiliki akses rendah terhadap pusat pemerintahan. Di sisi lain Bougainville merupakan wilayah yang sangat kaya. Secara ekonomi, Bougainville kaya akan sumber daya alam seperti tembaga, emas, dan hasil perkebunan seperti kopi, coklat dan kopra. Pulau ini menghasilkan 1/6 dari kopra yang dihasilkan oleh PNG, dengan hasil kepulauan 0,48 ton per hektar. Hasil itu merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya di PNG. Bougainville juga menghasilkan 1/6 kopi yang didapat dari seluruh PNG dengan rata-rata kebun menghasilkan 0,23 ton per hektar. Menurut Sanapid (Hamid, 1996:96), wilayah Bougainville kaya akan sumber mineral. Daerah Panguna diperkirakan terdapat kandungan mineral sebesar 1 milyar ton, dengan 0,48% terdiri dari tembaga dan 0,32 kg emas per ton mineral. Keadaan itu mendorong Perusahaan Conzino Rio Tinto dan North 2

Broken Hill dari Australia menanamkan modalnya sebesar 300 juta Dollar untuk menambang sebanyak 160.000 ton tembaga dan 500.000 ons emas setiap tahun. Masyarakat Bougainville dilihat dari ciri-ciri fisik yang sedikit lebih berbeda dari masyarakat PNG yang lainnya, orang-orang Bougainville lebih hitam dengan terdapat 19 bahasa ibu yang dipakai oleh sekitar 14 suku dan terdapat suku yang hanya mengerti 3 bahasa ibu dan ada pula satu bahasa Ibu yang hanya dimengerti oleh kurang dari 50 orang (Premdas, 1977:30). Secara geografi dan secara antropologis, masyarakat Bougainville lebih dekat ciri-ciri dan letaknya dengan Negara Kepulauan Solomon sehingga hal-hal yang memungkinkan untuk memisahkan diri dari pemerintah pusat lebih besar. Perbedaan-perbedaan yang terlihat antara penduduk yang tinggal di Bougainville dengan penduduk yang ada di Port Moresby menimbulkan permasalahan tersendiri bagi Pemerintah PNG. Masalah integrasi menjadi masalah umum bagi sebagian besar negara yang baru merdeka. Ketidaksamaan pemikiran dalam hal integrasi yang disatukan dalam sebuah negara akan mengancam negara tersebut untuk pecah, sehingga akan menghambat laju pembangunan yang dijalankan sebuah negara seperti pembangunan ekonomi, kestabilan politik, pembangunan pendidikan sampai pada infra struktur lainnya akan terkesampingkan. Masalah integrasi yang dialami oleh Papua New Guinea menjadi masalah mendasar yang harus dihadapi Pemerintah Papua dalam menyelesaikan konflik yang berkepanjangan di salah satu wilayah Bougainville Pada tahun 1975, para tokoh masyarakat Bougainville menyatakan kemerdekaan Bougainville dan menamakan wilayah ini sebagai Republik 3

Solomon Utara. Gerakan pemisahan diri Bougainville disebut sebagai gerakan penentuan nasib sendiri. Mereka menyatakan bahwa klaim PNG atas Bougainville adalah sebuah kolonialisme dan bertentangan dengan semangat nasionalisme. Para pemimpin gerakan pemisahan diri tersebut menggunakan argumen anti kolonial dalam perjuangan mereka, antara lain dari kesatuan yang ada. Mereka mendasarkan tuntutannya atas penyatuan yang salah antara wilayahwilayah kolonial khususnya Australia sebagai Mandat Teritori Papua New Guinea. Francis Ona dibawah naungan Bougainville Revolutionary Army (BRA) memunculkan masalah yang berkepanjangan dengan terjadinya aksi-aksi pemboikotan yang berujung pada serangkaian konfrontasi sampai tahun 1992. Sementara itu pemerintah dan BRA melakukan perundingan di Honiara pada tanggal 23 Januari 1991 yang menghasilkan deklarasi Honiara. Perundingan yang dilakukan pemerintah pada masa Perdana Mentri Rabbie Namaliu menjadi awal pemecahan masalah integrasi di Papua New Guinea Gerakan separatisme di Bougainville akhirnya berkembang pesat, banyak tokoh-tokoh Bougainville yang simpati terhadap gerakan separatis ini. Selain itu, gerakan separatisme ini ternyata mendorong keterlibatan negara lain diantaranya Australia dan New Zealand dalam mengatasi masalah di Bougainville. Apakah masalah separatisme di Bougainville ini hanya karena perbedaan etnis saja? atau ada faktor lain dengan adanya keterlibatan negara lain. Berdasarkan fakta-fakta di atas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai permasalahan yang dihadapi pemerintah PNG dengan Bougainville 4

Revolutionary Army (BRA) yang melakukan gerakan separatisme terhadap PNG dengan judul Gerakan Separatisme Bougainville di Papua New Guinea tahun 1975-1992. 1.2. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah Untuk memudahkan penulis dalam menyusun skripsi ini, adapun permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut Bagaimanakah gerakan separatisme Bougainville yang terjadi di Papua New Guinea tahun 1975-1992. Untuk lebih mengarahkan jalannya penelitian, selanjutnya diajukan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Mengapa terjadi gerakan separatisme Bougainville di Papua New Guinea? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan Pemerintah Papua New Guinea dalam mengatasi gerakan separatisme di Bougainville tahun 1975-1992? 3. Apa dampak politik dan ekonomi yang ditimbulkan gerakan separatisme Bougainville di Papua New Guinea? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun penelitian skripsi ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis latar belakang terjadinya gerakan separatisme Bougainville di Papua New Guinea tahun 1975-1992. 2. Mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Papua New Guinea dalam mengatasi gerakan pemisahan diri Bougainville dari tahun 1975-1992. 5

3. Menemukan dampak politik dan ekonomi yang ditimbulkan oleh gerakan separatisme Bougainville di Papua New Guinea 1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian skripsi ini adalah untuk: 1. Memperkaya penulisan sejarah tentang kawasan Papua New Guinea khususnya wilayah Bougainville. 2. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan penelitian sejarah mengenai gerakan separatis yang terjadi di negara Papua New Guinea. 1.5. Metode dan Teknik Penelitian Metode yang akan penulis pergunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif analitis, dimana metode tersebut berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan apa yang ada bisa mengenai kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung dan akibat atau efek yang terjadi (Sumanto, 1992:71). Untuk memperjelas penelitian tersebut didukung dengan metode historis yang merupakan suatu metode yang lazim dipergunakan dalam penelitian sejarah. Metode historis adalah suatu usaha untuk mempelajari dan menggali fakta-fakta serta menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa lampau. Selain itu metode historis juga mengandung pengertian 6

sebagai suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986:32). Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Helius Sjamsuddin, (2007:85-155) metode historis mencakup langkah-langkah sebagai berikut : 1. Heuristik (pengumpulan sumber-sumber sejarah), dalam hal ini penulis menghimpun dan mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan untuk bahan penelitian ; 2. Kritik sumber, yaitu memberikan penafsiran terhadap data-data yang diperoleh selama penelitian berlangsung ; 3. Interpretasi, yaitu memberikan penafsiran terhadap data-data yang diperloh selama penelitian berlangsung ; 4. Historiografi, merupakan proses penyusunan dan penuangan seluruh hasil penelitian ke dalam bentuk tulisan. Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi, penulis melakukan satu teknik penelitian. Teknik penelitian yang dimaksud adalah cara-cara atau usaha-usaha yang dilakukan untuk memperoleh data. Adapun teknik penelitian yang digunakan penulis adalah studi literatur. Pada tahap ini penulis mencari, membaca, serta meneliti sumber-sumber tertulis berupa arsip, buku, artikel dan sumber relevan lainnya yang ada hubungannya dengan Gerakan Separatisme Bougainville di Papua New Guinea tahun 1975-1992. 7

1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini, sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan tentang munculnya gerakan separatisme Bougainville dilihat dari masalah aspek ekonomi dan politik. Dengan melihat kedua aspek tersebut dan diperinci menjadi rumusan masalah dan pembatasan masalah yang relevan sehingga dapat dikaji dalam penulisan skripsi. Bab ini juga terdiri dari tujuan dan manfaat penelitian yang digunakan untuk menguatkan penulisan skripsi ini. Pada bagian akhir Bab ini memuat tentang metode penelitian yang dijadikan sebagai kerangka dalam menuliskan kajian sejarah yang akan dibahas beserta dengan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini dijelaskan tentang beberapa kajian dan materi yang berkaitan dengan Gerakan Separatisme Bougainville di Papua New Guinea tahun 1975-1992, diantaranya berbagai tinjauan mengenai gerakan separatisme Bougainville di Papua New Guinea dilihat dari latar belakang kehidupan masyarakat Bougainville yang secara umum dari berbagai literatur yang ada menurut sumber yang relevan. Bab III Metodologi Penelitian. Bab ini akan dijelaskan tentang serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan masalah yang sedang dikaji oleh penulis, diantaranya heuristik yaitu proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Kritik yaitu proses pengolahan data sejarah sehingga menjadi fakta yang reliabel dan otentik, interpretasi yaitu 8

penafsiran sejarawan terhadap fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan dan metode penafsiran tertentu, serta historiografi yaitu proses penulisan fakta-fakta sejarah. Bab IV Pembahasan. Pada bab ini penulis membahas tentang Gerakan Separatisme Bougainville di Papua New Guinea. Di dalamnya menguraikan mengapa terjadi gerakan separatis Bougainville tahun 1975-1992, serta dampak yang ditimbulkan dari gerakan separatis Bougainville terhadap aspek politik dan ekonomi di Papua New Guinea serta memaparkan upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Papua New Guinea dalam mengatasi gerakan separatis Bougainville di Papua New Guinea. Bab V Kesimpulan. Bab ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam perumusan masalah serta sebagai inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan menguraikan hasilhasil temuan penulis tentang permasalahan yang dikaji penelitian ini. 9