DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

1. BAB I PENDAHULUAN

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

Tegangan Residu Keping Arester sebagai Fungsi dari Cacah Keping Arester

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB III LIGHTNING ARRESTER

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seng sedikit kurang padat dari pada besi dan berstruktur kristal heksagonal. 5

Rancangan Awal Prototipe Miniatur Pembangkit Tegangan Tinggi Searah Tiga Tingkat dengan Modifikasi Rangkaian Pengali Cockroft-Walton

Dasman 1), Rudy Harman 2)

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Vol.3 No1. Januari

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

I. PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat konsumsi tenaga listrik, yaitu gardugardu

BAB III LIGHTNING ARRESTER

LEMBAR PERSETUJUAN KAJIAN UNJUK KERJA KELISTRIKAN ARESTER PORSELEN DAN ARESTER POLIMER PADA SISTEM TEGANGAN 20 KV

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS KARPET INTERLOCKING PT. BASIS PANCAKARYA LAPORAN

PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MEDIA ISOLASI UDARA DAN MEDIA ISOLASI MINYAK TRAFO MENGGUNAKAN ELEKTRODA BIDANG

I. Tujuan Praktikum. kapasitor. muatan listrik pada kapasitor. 1. Mengetahui bentuk dan jenis Kapasitor.

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

SIMULASI PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN SELA BOLA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Preparasi, Pencetakan dan Penyinteran Varistor

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

Latihan soal-soal PENGHANTAR

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

BAB III LANDASAN TEORI

TEGANGAN RESIDU KEPING ARESTER SEBAGAI FUNGSI DARI CACAH KEPING ARESTER

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses Pembuatan varistor meliputi preparasi, pembentukan atau pencetakan,

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS

12/26/2006 PERTEMUAN XIII. 1. Pengantar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

Pengaruh Front Time terhadap Tegangan Residu Arester ZnO 18 kv

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

BAB III PERANCANGAN SISTEM

KARAKTERISTIK TEGANGAN-ARUS ARESTER BOCOR SiC PADA SUHU DAN KELEMBABAN BERBEDA

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG. Abstrak

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

1 BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

Transkripsi:

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com Intisari Indonesia terletak di daerah katulistiwa yang panas dan lembab, oleh karena itu Indonesia mempunyai hari guruh lebih tinggi dibanding negara lainnya yaitu antara100-200 hari guruh per tahun. Surja petir dapat menimbulkan tegangan lebih dan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tegangan rendah dan peralatan elektrik tegangan rendah. Kerusakan peralatan elektrik yang diakibatkan tegangan lebih berdasarkan angka statistik mencapai 31,68%. Prosentase ini merupakan terbesar dibanding prosentase karena sebab-sebab lain. Arester adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi peralatan dan sistem elektrik terhadap tegangan lebih yang salah satu penyebabnya adalah surja petir.karena banyak arester tegangan rendah yang dijual di pasaran dan dapat dimanfaatkan untuk melindungi peralatan listrik rumah tangga maka diperlukan penelitian untuk mengetahui tingkat perlindungan (margin) salah satu arester tegangan rendah setelah diterpa beberapa buah cacah impuls tegangan. Hasil penelitian memberikan informasi bahwa tingkat perlindungan arester terhadap peralatan yang dilindunginya dengan diberikan (6 dan 10) buah cacah impuls dengan puncak tegangan impuls 16 kv, 20 kv, 25 kv dan 30 kv, berturut-turut sebesar 15,7%, 11,20% untuk klas VW1 dan 57,8 %, 55,025 % untuk klas VW2; 83,14%, 82,06% untuk klas VW3. Untuk puncak tegangan impuls 20 kv berturut-turut 38,44%, 42,94% untuk klas VW1;18,48%, 22,94%, untuk klas VW2 dan19,0741,55%, 37,058% untuk klas VW3. Puncak tegangan impuls 25 kv berturut-turut 60,92%, 60,92% untuk klas VW1 ; 40,92%, 40,92%, untuk klas VW2 dan 19,07%, 19,07% untuk klas VW3. Puncak tegangan impuls 30 kv berturut-turut 78,91%, 74,41% untuk klas VW1 ; 58,91%, 54,41%, untuk klas VW2 dan 1,08%, 5,58% untuk klas VW3 Kata kunci: Surja petir, arester tegangan rendah, margin. 1. Pendahuluan Surja petir dapat menimbulkan tegangan lebih dan dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan tegangan rendah dan peralatan listrik tegangan rendah dengan beberapa mekanisme.mekanisme pertama melalui sambaran petir langsung pada jaringan tegangan rendah.mekanisme kedua adalah sambaran petir yang tidak langsung mengenai jaringan tegangan rendah tapi petir menyambar pohon ataupun tanah di sekitar jaringan tegangan rendah. Sambaran tidak langsung ini menyebabkan kopling elektromagnetik antara jaringan dan sambaran petir sehingga mengakibatkan tegangan induksi pada jaringan. [5] Mengingat semakin besar jumlah kerusakan yang ditimbulkan oleh surja petir karena semakin banyaknya pemakaian komponen elektronik oleh masyarakat luas dan industri maka diperlukan sistem proteksi petir yang mampu melindungi peralatan tegangan rendah. Arrester adalah peralatan yang digunakan untuk memproteksi peralatan dan sistem elektrik terhadap tegangan lebih yang salah satu penyebabnya adalah surja petir. Arester tegangan rendah pada umumnya terbuat dari bahan ZnO. [5] Ketahanan suatu peralatan memikul tegangan surja petir, jika dipasang pada suatu sistem bertegangan tertentu disebut BIL (Basic Impuls Level). Untuk setiap peralatan yang akan dipasang pada sistem tersebut selisih BIL peralatan yang dilindungi dengan tingkat proteksi arrester yang melindunginya disebut margin. Margin biasanya ditetapkan (20 30%) dari BIL peralatan yang dilindungi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat perlindungan arester terhadap peralatan yang dilindungi apabila arester tersebut diterpa oleh beberapa buah cacah impuls. 2. Dasar Teori 2.1. Petir Petir merupakan proses alam yang terjadi di atmosfer yang mungkin terjadi sebelum dan pada saat terjadi hujan (thunder strom). Muatan akan terkonsentrasi di dalam awan atau bagian dari awan dan muatan yang yang berlawanan akan timbul pada permukaan tanah di bawahnya. Apabila muatan bertambah, beda potensial antara awan dan tanah akan naik sehingga kuat medan di udarapun akan naik. Jika kuat medan ini melebihi kuat medan diantara awan-awan tersebut maka akan terjadi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 59

pelepasan muatan. Kuat medan yang diperlukan untuk memulai aliran (streamer) adalah E B = 10 40 kv/m, pada awan yang mempunyai ketinggian 1 2 km diatas tanah dapat menghasilkan tegangan 100 MV. [2] 2.2. Proses terjadinya petir Sambaran diawali oleh kanal muatan negatif, menuju daerah yang terinduksi positif dan sambaran yang terjadi umumnya adalah sambaran muatan negatifdari awan ke tanah. Tahapan sambaran petir diperlihatkan pada Gambar (1). Gambar 1.Tahapan sambaran petir ke tanah dan arus impuls yang terjadi( Sirait, 1987,Proteksi sistem tenaga) 2.3. Arester Arester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi peralatan lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan pengaruh follow current. Sebuah arester harus mampu bertindak sebagai isolator, mengalirkan beberapa miliamper arus bocor ke tanah pada tegangan sistem dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan ribuan amper arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah daripada tegangan withstand dari peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan arus susulan mengalir dari sistem melalui arester (power follow current) setelah surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan (Petunjuk Operasi &Pemeliharaan Lighling Arester, PLN, 2010). 2.4. Prinsip Kerja Arrester Prinsip kerja rangkaian proteksi surja / arester secara umum ditunjukkan dalam Gambar 2.Sebuah rangkaian proteksi surja tidak boleh mempengaruhi operasi normal dari sistem yang diproteksi. Artinya, impedan seri harus sangat kecil (Z1 << Z2) dan impedan paralel harus sangat besar (Z2 >> ZL) untuk tegangan dan frekuensi sinyal normal. Misalkan ZL adalah impedan beban. Gambar 2 Rangkaian proteksi surja secara umum (Vernon Cooray, 2010) Pengalihan surja ke konduktor referensi atau bumi memiliki kelemahan. Ketika arus gelombang surja yang besar menyebar melalui jaringan referensi dengan cara yang tidak terkendali, ini akan menyebabkan gangguan dalam sistem yang sehat lainnya. Oleh karena itu, perlindungan seri tampaknya lebih diinginkan.namun, sampai saat ini tidak ada perangkat non linier serial yang kuat, cepat dan handal yang dapat menggantikan perlindungan paralel.dari persyaratan tersebut di atas, pirantipiranti proteksi (proteksi surja) harus nonlinear.komponen komponennon-linear dapat dikelompok-kan menjadi tiga kelompok: 1. Perangkat yang memiliki tegangan konstan selama konduksi surja (pemotongan) Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 60

2. Perangkat yang mengubah keadaan dari insulator menjadi konduktor yang baik selama konduksi surja. 3. Perangkat yang memiliki impedan seri yang besar untuk tegangan CM (isolator disisipkan dalam seri, misalnya CM filter, trafo isolasi, opto-isolator. Proteksi surja seri yang lain atau piranti pembatas termasuk sekering, pemutus rangkaian, induktor dan temperature-dependent resistors). Spark gap terdapat dalam tabung keramik diisi dengan gas inert (gas tabung discharge) dan varistor oksida logam adalah piranti yang sangat populer dalam proteksi instalasi tegangan rendah (Vernon Cooray, 2010). 2.5. Arester tegangan Rendah MOV (Metal Oxide Varistor) Arester surja jenis MOV didesain tanpa menggunakan celah (gaplessa). Arester jenis MOV merupakan arester yang banyak diterapkan pada sistem tegangan rendah, karena memiliki kemampuan pemotongan tegangan rendah jenis MOV memiliki rating arus pelepasan sebesar 1 ka hingga 15 ka. Biasanya, varistor dibuat dalam bentuk piringan dan karenanya memiliki nilai kapasitansi yang besarnya pada kisaran 0,2-10 nf. Termasuk induktan kaki varistor akan melengkapi rangkaian setara dari varistor, yang ditunjukkan pada Gambar (3). Varistoradalah perangkat yang bertindak cepat dengan tanggapan waktu kurang dari 0,5. Kinerja varistor dipengaruhi oleh suhu. Kebocoran arus yang berlebihan dapat menaikkan suhu varistor tersebut. Karena varistor memiliki koefisien suhu negatif, arus akan meningkat jika varistor bertambah panas, yang akan meningkatkan arus lebih jauh, sehingga akhirnya timbul panas yang belebihan. Varistor biasanya digunakan untuk melindungi sistem elektronik dari tegangan lebih transien yang merambat pada listrik. Ada berbagai jenis model varistor yang telah dikembangkan pada masa lalu yang sedang digunakan untuk berbagai aplikasi dan tergantung pada jenis varistor yang digunakan. Energi yang diserap dalam keramik pada sebuah varistor didistribusikan di seluruh keramik pada butiran-butiran dibandingkan pada sebuah persimpangan tunggal seperti pada bahan semikonduktor. Varistor dapat menahan transien pulsa tunggal sampai dengan 150 persen dari arus pengenalnya, tetapi varistor mungkin rusak pada transien multipulse pada 75 persen dari arus pengenalnya dari puncak arus. Ketika varistor dioperasikan pada tegangan operasi sistem, varistor hanya bisa menahan 40 persen dari arus pengenal dalam lingkungan multipulse. Gambar 3 Model rangkaian ekivalen dari varistor (Vernon Cooray, 2010) 2.6. Karakteristik Arus- Surge Protection Device (SPD) Standar internasional IEC61643-1Edition2.0(03/2005) mendefinisikan karakteristik dan tes untuk Surge Protection Device pada sistem distribusi tegangan rendah seperti diperlihatkan padagambar (4). Gambar 4Karakteristik arus/waktu dari sebuah SPD dengan varistor.(overvoltage protection, Chapter J, Schneider Electric - Electrical installation guide 2010) 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode perbandingan, yaitu membandingkan arus bocor masing-masing arrester sebelum maupun setelah diterpa impuls dengan nilai yang ada pada Standar InternasionalIEC61643-1Edition2.0(03/2005). Hasil perbandingan tersebut diharapkan dapat menginformasikan tentang tingkat perlindungan arrester setelah diterpa beberapa impuls tegangan. 3.1.Bahan Penelitian Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tiga arester tegangan rendah yaitu arester merek Merin Gerin/Schneider type PF40 1P. Data spesifikasi arester terlihat pada tabel (1). Tabel 1. Data Teknis arester Data teknis 1 Maximum Current Discharge. I max (ka) 2 minal Discharge Current. I n (ka) 3 Voltage Protection Level. U p. (kv) 4 Rated Voltage Network. U n (V) 5 Maximum Continous Operating Voltage. U c (V) Merin Gerin PF40 1P 40 15 1,5 230 260 6 Operating Frequensi 50/60 Hz 7 Operating Voltage 230/260 V AC Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 61

Data teknis 8 Permanent operating Current. I c Merin Gerin PF40 1P <1mA 9 Respone time <25 ns 10 Operating Temperature -25 0 C s/d +60 0 C 11 Standard IEC 61643-1 T2 EN 61643-11 Type 2 3.2. Alat penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah satu unit generator impuls OGAWA SEIKI buatan jepang, resistor tegangan tinggi, kapasitor dan osiloscope LeCroy 9354 AL 500MHz. 3.3. Jalannya penelitian a. Pengujian besar arus bocor arester sebelum diterpa impuls tegangan (keadaan baru) dan setelah diterpa impuls tegangan Dasar dari penelitian ini adalah dengan memberikan tegangan kerja AC mulai dari 20 s.d. 400 volt pada arester, sebelum dan sesudah dikenai impuls. kerja yang diberikan pada masingmasing arester diberikan pada nilai dibawah sampai melebihi nilai tegangan operasi maksimum (Uc) masing-masing arester. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik arus bocor terhadap tegangan kerjapada arester sebelum dan sesudah arester tersebut diterpa impuls. Hasil pengujian ini akan menunjukkan karakteristik (V-I) arester sebelum dan sesudah diterpa impuls sehingga akan terlihat pula ketahanan arrester setelah diterpa impuls. Gambar 5 menunjukkan blok diagram pengujian arus bocor arester. Variac Trafo Step-Up Amper meter Arrester Volt meter Gambar 5. Blok diagram pengujian arus bocor arrester b. Membandingkan antara arus bocor arester hasil pengujian dengan Standar internasional IEC61643-1Edition2.0(03/2005) Standar internasional IEC61643-1Edition2.0(03/2005) mendefinisikan karakteristik dan tes untuk SPD pada sistem distribusi tegangan rendah seperti diperlihatkan padagambar4. 4. Hasil Pembahasan 4.1. Data hasil pengukuran Arus bocor arester dan tegangan pemotongan arester sebelum dan setelah diterpa 6 dan 10 buah cacah impuls dengan puncak tegangan impuls 16 kv; 20 kv; 25 kv dan 30 kv. Data hasil pengujian arester sebelum (keadaan baru) dan setelah diterpa 6 dan 10 buah cacah impuls pada puncak tegangan impuls 16 kv; 20 kv; 25 kv dan 30 kv diperlihatkan pada Tabel (2),tabel (3) dan tabel(4). Tabel.2. Data pengujian arus bocor AC sebelum diterpa impuls Pengujian Arester : MG PF40 1P Temperatur : 28 0 C, Waktu Pengujian : 18 Maret 2011/14s/d16 wib Tekanan : 985 mm Hg Tempat Pengujian : Lab. TTT bawah Kelembaban : 67, 5% Kerja (V) 1 20 20,5 2 40 42,1 3 60 65,7 4 80 86,8 5 100 108,8 6 120 130,2 7 140 150,1 8 160 172,6 9 180 210 10 200 250 11 220 330 12 240 450 13 260 640 14 280 880 15 300 1230 16 320 1670 17 340 2320 18 360 2950 19 380 3620 20 400 4250 Arus Bocor Arester (μa) Tabel.3. Data pengujian arus bocor AC pasca impuls Teg ang an Ker ja (V) Arus bocor AC pasca impuls (μa ) pada Impuls (KV) 16 20 25 30 Cacah Impuls (cacah) 6 10 6 10 6 10 6 10 1 20 24,7 25 207 199.8 221.6 225.5 230 230 2 40 47,8 50 470 318.2 450 360 370 360 3 60 71.00 70 730 580 710 580 580 560 4 80 96.2 80 970 760 960 750 740 760 5 100 117.9 100 1130 1000 1200 980 960 980 6 120 140,5 130 1230 1200 1460 1190 1190 1180 7 140 166,3 150 1390 1370 1690 1370 1390 1350 8 160 190,3 180 1580 1590 1960 1580 1560 1560 9 180 220 220 1780 1800 2180 1780 1780 1770 10 200 280 280 1980 1980 2460 1980 1970 1990 11 220 360 370 2200 2190 2720 2180 2180 2170 12 240 540 520 2380 2610 2940 2390 2400 2370 13 260 750 760 2590 2790 3200 2570 2560 2570 14 280 1090 1100 2790 3000 3480 2780 2780 2820 15 300 1530 1500 3000 3190 3720 2990 3000 2980 16 320 2120 2070 3180 3390 3990 3180 3160 3170 17 340 2830 2750 3410 3390 4280 3580 3390 3390 18 360 3630 3540 3590 3600 4540 3770 3580 3600 19 380 4520 4360 3780 3770 4900 3940 3760 3780 20 400 5480 5160 3950 3980 5370 5390 3950 3940 Tanggal 20/8/2 21/8/2 21/8/2 21/8/2 21/8/2 21/8/2 21/8/2 21/8/2 Pengujian 014 014 014 014 014 014 014 014 Temperature 28 29 27 29 28 28 28 28 Tekanan 1009 1001 1009 1001 1013 1011 1009 1009 udara Kelembaban 72 72 72 72 72 62 62 62 Waktu pengujian 08.00 09.30 10.00 11.00 10.09 10.09 13.00 14.00 Tabel.4. Data pengujian tegangan residu arester MG jenis PF40 1P osilo 1 10 200 569 16 6 cacah residu 29 814900 32 899200 27 758700 32 899200 30 843000 32 899200 27 758700 32 899200 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 62

osilo 6 cacah residu 22 618200 32 899200 24 674400 29 814900 30 843000 32 899200 29 814900 32 899200 Tgl Pengujian 30 Maret 2011 30 Maret 2011 Temperatur ( 0 C) 27 28 tekanan (mm Hg) 985 984 Kelembaban ( %) 70 67 Waktu Pengujian 08.00 10.30 osilo (kv) sk op residu 6 cacah 10 cacah 104 2922400 112 3147100 104 2922400 96 2697600 104 2922400 104 2922400 104 2922400 104 2922400 2 712 20 96 2697600 104 2922400 96 2697600 104 2922400 104 2922400 112 3147100 104 2922400 104 2922400 Tgl Pengujian 20 Agustus 2014 20 Agustus 2014 Temperatur ( 0 C) 27 28 tekanan ( %) 1013 1011 Kelembaban (mm Hg) 73 62 Waktu Pengujian 08.00 10.30 osilo (kv) sk op residu 6 cacah 10 cacah 144 4046400 144 4046400 144 4046400 128 3596800 144 4046400 3 10 200 888 25 144 4046400 Tgl Pengujian 20 Agustus 2014 20 Agustus 2014 Temperatur ( 0 C) 28 28 tekanan ( %) 1009 1009 Kelembaban (mm Hg) 62 62 Waktu Pengujian 12.30 13.30 osilo (kv) sk op residu 6 cacah 10 cacah 168 4720800 176 4945600 176 4945600 4 10 200 1067 30 168 4720800 168 4720800 Tgl Pengujian 20 Agustus 2014 20 Agustus 2014 Temperatur ( 0 C) 28 28 tekanan ( %) 1009 1009 Kelembaban (mm Hg) 72 72 Waktu Pengujian 14.30 15.30 Nilai Arus bocor arester Merin Gerin,pada tegangan operasi kerja maksimum (Uc) sebelum diterpa impuls/dalam kondisi baru, lebih kecil dari pada arus bocor baku ( 1 ma), (ABB Application Guidelines, 2010). Artinya bahwa kondisi arester yang diuji dalam kondisi laik-kerja. Nilai Arus bocor arrester, pada tegangan operasi kerja maksimum (Uc) setelah diterpa beberapa cacah impuls masih dibawah 1mA sampai dengan puncak impuls tegangan 16 kv, lebih dari 16 kv, arus bocor arrester sudah diatas 1mA, hal ini menunjukkan bahwa arrester sudah mengalami degradasi/ penurunan kualitas kerja. Berdasarkan data tegangan residu arrester setelah diterpa beberapa cacah impuls dan dengan dinaikkannya puncak tegangan impuls maka dapat dikatakan bahwa arester MG pada puncak tegangan impuls 16 kv dengan 6 dan 10 buah cacah impuls tegangan mempunyai nilai tegangan residu tertinggi masing-masing yaitu (814,900 volt dan 899,200 Volt). Nilai tegangan residu arester MG tersebut belum melebihi batas ketahanan tegangan klas VW1 dan VW2 pada standar SNI 04-7021.21-2004. Artinya tegangan residu arester masih di bawah standar klas VW1 maupun VW2 dan tegangan residu arester dalam batas aman untuk peralatan listrik yang beroperasi di bawah 250 volt. Untuk tegangan puncak 20 kv arester MG dengan 6 dan 10 buah cacah impuls tegangan mempunyai nilai tegangan residu tertinggi sebesar 2,922,400 volt. Nilai tegangan residu arester MG tersebut sudah melebihi batas ketahanan tegangan klas VW1 dan VW2, tetapi belum melebihi batas ketahanan tegangan VW3 pada standar SNI 04-7021.21-2004. Artinya tegangan residu arester sudah di atas standar klas VW1 maupun VW2 tetapi masih di bawah standar klas VW3, dan dikatakan tegangan residu arester sudah tidak aman untuk peralatan listrik yang beroperasi pada tegangan 60 DC, tetapi masih aman untuk peralatan yang beroperasi pada tegangan 250 volt. Untuk tegangan 25 kv arester MG dengan 6 dan 10 buah cacah impuls tegangan mempunyai nilai tegangan residu tertinggi sebesar 4,046,400 volt. Nilai tegangan residu arester MG tersebut sudah melebihi batas ketahanan tegangan klas VW1 dan VW2, tetapi belum melebihi batas ketahanan tegangan VW3 pada standar SNI 04-7021.21-2004. Artinya tegangan residu arester sudah di atas standar klas VW1 maupun VW2 tetapi masih di bawah standar klas VW3, dan dikatakan tegangan residu arester sudah tidak aman untuk peralatan listrik yang beroperasi pada tegangan 60 DC, tetapi masih aman Pada puncak tegangan impuls 30 kv arester MG dengan 6 dan 10 buah cacah impuls tegangan mempunyai nilai tegangan residu tertinggi sebesar 4,945,600 volt. Nilai tegangan residu arester MG tersebut sudah melebihi batas ketahanan tegangan klas VW1 dan VW2, tetapi belum melebihi batas ketahanan tegangan VW3 pada standar SNI 04-7021.21-2004. Artinya tegangan residu arester sudah di atas standar klas VW1 maupun VW2 tetapi masih di bawah standar klas VW3, dan dikatakan tegangan residu arester sudah tidak aman untuk peralatan listrik yang beroperasi pada tegangan 60 DC, tetapi masih aman untuk peralatan yang beroperasi pada tegangan 250 volt. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 63

Perbandingan antara tegangan residu untuk masing-masing puncak tegangan impuls 16kV, 20kV, 25kV dan 30kV dengan 6 dan 10 kali cacah impuls tegangan diperlihatkan pada Gambar 6dan 7. Tabel 5 Hasil perhitungan margin perlindungan tegangan residu Arrester residu 6 x 106 5 4 3 2 Grafik Residu Arrester 6 kali cacah puncak impulse 16,20,25,30kV Pck 16 kv Pck 20 kv Pck 25 kv Pck30 kv VW3 VW2 VW1 Klas ketahan an Tegang an Margin perlindungan tegangan residu Arester (%), 6kali dan 10 kali cacah impuls, Pada puncak tegangan impuls (kv) 16 kv 20 kv 25 kv 30 kv 6 kali 10 kali 6 kali 10 kali 6 kali 10 kali 6 kali 10 kali VW1 15,7 11,20-38,44-42,94-60,92-60,92-78,91-74,41 VW2 57,8 55,02 18,48-22,94-40,92-40,92-58,91-54,41 VW3 83,14 82,06 41,55 37,058 19,07 19,07 1,08 5,58 1 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Cacah impulse Gambar 6 Grafik tegangan residu arester pada puncak tegangan impuls 16kV, 20kV, 25kV dan 30kV dengan 6 kali cacah impuls Grafik margin perlindungan tegangan residu arester dengan puncak impuls tegangan 16, 20, 25 dan 30 kv untuk 6 kali dan 10 kali cacah impuls diperlihatkan pada Gambar 8 dan Gambar 9. 6 x 106 Grafik Residu Arrester 10 kali cacah puncak impulse 16,20,25,30kV 5 residu 4 3 2 pck 16kV pck 20kV pck 25kV pck 30kV VW3 VW2 VW1 1 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Cacah impulse Gambar 7 Grafik tegangan residu arester pada puncak tegangan impuls 16kV, 20kV, 25kV dan 30kV dengan 10 kali cacah impuls Gambar 8 Grafik Hubungan Margin perlindungan tegangan residu arrester dengan 6 kali cacah impuls terhadap BIL Peralatan 4.2 Hasil perhitungan margin perlindungan tegangan residu Arrester Selisih BIL peralatan yang dilindungi dengan tingkat proteksi arester yang melindungi (Margin) biasanya ditetapkan (20-30)% dari BIL peralatan yang dilindungi. Margin perlindungan tegangan residu arester dapat dicari. Perhitungan Margin perlindungan tegangan residu arester MG adalah sebagai berikut: Batas ketahanan tegangan klas VW1 (1000 volt) dengan 6 kali cacah impuls pada puncak tegangan impuls 16 kv: Selisih BIL peralatan yang dilindungi dengan tingkat proteksi arester yang melindungi adalah : 1000 volt 843,000 volt =157,00 volt. Dapat dikatakan bahwa 157,00 volt adalah 15,7% dari BIL peralatan yang dilindungi, hal ini berarti margin arester MG untuk peralatan yang beroperasi pada tegangan DC di bawah 60 volt dapat dikatakan kecil, V pemotongan < BIL peralatan. Untuk puncak tegangan impuls 20 kv, 25 kv dan 30 kv, masing-masing 6 kali dan 10 kali cacah impuls dengan batas ketahanan tegangan pada klas VW1, VW2 dan VW3, dapat dihitung dengan cara yang sama dan hasil perhitungan diperlihatkan pada tabel(5). Gambar 9 Grafik Hubungan Margin perlindungan tegangan residu arrester dengan 10 kali cacah impuls terhadap BIL Peralatan Artinya, margin atau tingkat perlindungan alat yang diuji pada penelitian ini dipengaruhi oleh banyaknya cacah impuls dan tingkat puncak impuls tegangan yang diberikan. Semakin banyak cacah impuls dan semakin tinggi puncak impuls tegangan maka tingkat perlindungan (Margin) dari arrester semakin rendah. alat yang diuji pada penelitian ini cocok digunakan untuk peralatan listrik dengan batas ketahanan tegangan klas VW2 (2000 volt) hanya pada puncak impuls tegangan 16 kv baik dengan 6 ataupun 10 kali cacah impuls dan untuk peralatan listrik dengan batas ketahanan tegangan klas VW3 (5000 volt) untuk puncak impuls tegangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 64

16 kv dan 20 kv baik pada 6 kali maupun 10 kali cacah impuls, karena mempunyai margin yang besar dan diatas yang distandarkan yaitu > 20%, serta tegangan residu masih dibawah 2000 volt dan 5000 Volt. Untuk peralatan listrik dengan batas ketahanan tegangan klas VW1 (1000 volt) perlu pertimbangan untuk memakai alat yang diuji walaupun tegangan residu masih dibawah 1000 volt untuk puncak tegangan impuls 16 kv. Hal ini dikarenakan margin yang didapatkan kecil (< 20%)dari BIL peralatan yang dilindungi. Berdasarkan tabel 4 dapat dinyatakan bahwa dengan puncak impuls tegangan yang lebih dari 25 kv arrester sudah tidak mampu melindungi peralatan listrik baik pada klas ketahanan tegangan VW1, VW2 maupun VW3. Hal ini dapat dikatakan bahwa semakin besar puncak tegangan impuls dan semakin banyak cacah impuls yang diberikan akan mengakibatkan besarnya arus bocor pada arrester atau bisa dikatakan arrester mengalami degradasi/ penurunan kualitas materialnya, sehingga arrester akan mengalami kerusakan. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Arus bocor semakin besar dengan meningkatnya puncak impuls tegangan dan banyak cacah impuls yang diterpakan pada arrester. 2. Besar tegangan puncak dan banyaknya cacah impuls yang diterpakan pada arrester mempengaruhi besar tegangan residu arrester dan tingkat perlindungan (margin) arrester dalam melindungi peralatan listrik. 3. Alat yang diuji pada penelitian ini cocok digunakan untuk peralatan listrik dengan batas ketahanan tegangan klas VW2 (2000 volt) hanya pada puncak impuls tegangan 16 kv baik dengan 6 ataupun 10 kali cacah impuls dan untuk peralatan listrik dengan batas ketahanan tegangan klas VW3 (5000 volt) untuk puncak impuls tegangan 16 kv dan 20 kv baik pada 6 kali maupun 10 kali cacah impuls, karena mempunyai margin yang besar dan diatas yang distandarkan yaitu > 20%, serta tegangan residu masih dibawah 2000 volt dan 5000 Volt. Untuk peralatan listrik dengan batas ketahanan tegangan klas VW1 (1000 volt) perlu pertimbangan untuk memakai alat yang diuji walaupun tegangan residu masih dibawah 1000 volt untuk puncak tegangan impuls 16 kv. Hal ini dikarenakan margin yang didapatkan kecil (< 20%)dari BIL peralatan yang dilindungi. [2] Sirait &Zorro., 1987, Proteksi Terhadap Lebih, Jurusan Teknik Elektro FTI ITB. [3] Tobing L.B., 2003, Peralatan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama. [4].,2010, Overvoltage protection, Chapter J, Schneider Electric - Electrical installation guide 2010 [5], Zoro R., 2009, Induksi dan Konduksi Gelombang Elektromagnetik akibat sambaran petir pada Jaringan Rendah, Makara Teknologi Vol. 13. 1, April 2009 : 25-32. [6]., 2010, Petunjuk Operasi & Pemeliharaan Lightning Arester Operation Manual, PLN. [7]., 2004, Peralatan dan Sistem Telekontrol Standart Nasional Indonesia (SNI) [8] Suwarti D., 2011, Pengaruh Kenaikan Impuls Terhadap Tingkat Perlindungan Peralatan Listrik Pada Arrester Rendah Prosiding SENOPUTRO [9] Widyanto A., 2009, Unjuk Kerja Arrester Rendah, UGM Daftar Pustaka [1] Cooray V., 2010, Lightning Protection, Institution of Engineering and Technology, London, United Kingdom Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 65