BAB I PENDAHULUAN. (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Industri Kerajinan Aneka Rotan

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan perekonomian dunia serta meningkatnya dampak pemanasan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. temurun. Sedangkan industri kecil kerajinan barang-barang dari kulit seperti jaket,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi lainnya yang berperan meningkatkan perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka. pada bab ini akan disampaikan kesimpulan yang menjawab

BAB I PENDAHULUAN. Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak. kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Eksistensi dan Perkembangan. Menurut Danik, eksistensi artinya kehadiran, keberadaan yang

Pengertian 8/22/2015. Oleh Maria Etik Sulistiyani. Kerajinan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. negara dan telah terbukti terutama di saat resesi ekonomi pada tahun 1985 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. ancaman bagi para pelaku usaha agar dapat memenangkan persaingan dan

BAB I PENDAHULUAN. industri konveksi mengharuskan setiap perusahaan untuk menentukan strategi. memberikan keuntungan perusahaan agar dapat bertahan.

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas

Studi Penggunaan Material Anyam Kulit Perkamen sebagai Material Substitusi dan Kombinasi pada Desain Furnitur Rotan

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

BAB II Tinjauan Pustaka. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan

KERAJINAN DARI BAHAN ALAM

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan hasil utama sebagian besar penduduk Lampung Barat secara

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. industri tersebut membuat para pengusaha melakukan berbagai cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. kerajinan tangan baik yang dikerjakan secara manual maupun modern dengan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

4 GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROTAN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB IV ANALISI STRATEGI PENINGKATAN MUTU PRODUK USAHA SANDAL KULIT DALAM PENINGKATAN JUMLAH PRODUKSI DI KELURAHAN MIJI

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Proposal Usaha Kerajinan Rotan

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Barat antara Bujur Timur, Sebelah Timur

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

DAFTAR LAMPIRAN. Halaman

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti adalah keragaan dan strategi pemasaran agroindustri

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

TUGAS AKHIR. SISTEM INFORMASI MANUFACTURE DENGAN PROGRAM BORLAND DELPHI 7 (Studi Kasus : CV. PERMATA 7 FURNITURE, WONOGIRI)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis telah berkembang pesat saat ini baik dalam pasar domestik

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk memberikan desain interior yang baik bagi rumah serta dapat

STRATEGI PENGEMBANGAN UKM ATAU SENTRA INDUSTRI KRAWANG DI KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil merupakan salah satu sektor keberhasilan yang penting dalam

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xiv. A. Latar Belakang Masalah...

Jenis Usaha dan Kegiatan Ekonomi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dengan cara menghasilkan dan memberdayakan kemampuan berkreasi

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN LIMBAH KULIT JAGUNG MENJADI HIASAN LAMPU PKM KEWIRAUSAHAAN. Disusun Oleh. Nadia Venturini F /2015

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil

PENERAPAN TEKNOLOGI IRAT BAMBU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KIPAS PADA MASYARAKAT PENGRAJIN JIPANGAN BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2.3. Perkembangan Usaha Kerajinan Tangan Eceng Gondok

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena

BAB I PENDAHULUAN. UMKM dan penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

Transkripsi:

1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhtumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan tersebut memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu jenis tumbuhan tersebut adalah rotan. Menurut G. Margono (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya sampai 100 metar, batang yang beruas panjang, kulit licin, mengkilap, dan bersifat elastis kuat dan kokoh. Adapun menurut Januminro (2000: 37) bahwa tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang elastis dan kenyal, memiliki keunikan dan ciri khas yang berfungsi sebagai tali pengikat yang ulet dan kuat yang ternyata tidak dimiliki oleh jenis tumbuhan lainnya. Dengan adanya sifat rotan tersebut sehingga rotan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Tumbuhan rotan di Indonesia dimanfaatkan untuk beberapa kegunaan yaitu bahan baku kerajinan dan bahan baku kuliner, terutama pada bagian batang rotan. Di daerah Palangkaraya dan Subulusalam (Kalimantan) serta Tapanuli (Aceh) tumbuhan rotan dijadikan bahan baku utama kuliner. Tumbuhan rotan yang dapat digunakan sebagai bahan baku kuliner yaitu rotan yang berdiameter kecil dengan batang rotan yang masih muda dan rotan yang berdiameter besar hanya pada bagian pucuk batang rotan yang panjangnya sekitar 100 cm dari batang rotan dewasa (Sanusi, 2012:134-135). Untuk pengolahan bahan kuliner, pengolahan rotan dilakukan dengan cara dibakar sampai hitam kemudian dibersihkan kulitnya ataupun langsung dikupas

2 bagian kulit rotan tanpa dibakar terlebih dahulu. Kemudian rotan tersebut hanya diambil pada bagian dalam rotan yang berwarna putih dan lunak. Selanjutnya rotan tersebut siap untuk diolah sebagai sayur, atau yang dinamakan umbut rotan. Untuk bahan baku kerajinan seperti di daerah Jawa yang merupakan pusat perdagangan produk-produk rotan dengan pelabuhan berfasilitas container, yang dapat mendukung transportasi pengiriman barang ke daerah lain hingga ke manca negara, pengolahan dilakukan secara sistematis. Selain memerlukan keahlian dan keterampilan tenaga kerja yang lebih tinggi, serta sarana dan prasarana yang lengkap seperti mesin pembelah rotan, pengulit rotan, pelurus rotan, gergaji potong, pengamplas rotan, mesin pengulit rotan dan sejenisnya. Hal ini sangat mendukung pengolahan bahan baku rotan secara maksimal, sehingga dapat menghasilkan produk yang bervariasi jenis dan bentuknya, seperti meja, kursi, aneka keranjang, kap lampu, tas, sandal, topi dan sejenisnya. Di Gorontalo umumnya tumbuhan rotan dimanfaatkan sebagai bahan baku produk kerajinan. Keterbatasan alat untuk mengolah rotan, berimbas pada kurangnya beragam jenis dan bentuk produk kerajinan yang dihasilkan seperti meja, kursi, aneka keranjang dan kap lampu. Walaupun produk yang dihasilkan terbatas, namun hal tersebut mampu menopang perekonomian masyarakat (pengrajin rotan) di Gorontalo. Di daerah ini terdapat beberapa titik yang merupakan penghasil produk kerajinan berbahan rotan yaitu di Jln Prof. HB. Jassin yang dikenal dengan Jln. KH. Agus Salim kota Gorontalo, di Desa Tolongio Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara dan Beberapa di Kabupaten Gorontalo. Industri

3 pengolahan rotan menjadi produk kerajinan di beberapa wilayah tersebut merupakan industri turun temurun. Khususnya di Kabupaten Gorontalo, menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) Provinsi Gorontalo pada tahun 2012, terdapat 81 industri bambu dan rotan. Industri-industri tersebut menyebar di beberapa daerah yang ada di Kabupaten Gorontalo, seperti di Desa Molas Kecamatan Bongomeme, Desa Motoduto Kecamatan Boliyohuto, Desa Haya-Haya Kecamatan Limboto Barat, Desa Huyula Kecamatan Motilango, Desa Talumopatu Kecamatan Motilango, Desa Botumoputi o Kecamatan Tibawa, Desa Tenggela Kecamatan Tilango dan Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya yang merupakan sentra kerajinan rotan yang dikenal. Berdasarkan data yang ada di Desa Luwo o pada tahun 2012 Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo terdapat 5 industri kerajian rotan, salah satunya adalah industri kerajinan Aneka Rotan yang dikelola oleh Alfian Nggule. Didirikan pada tahun 2002 setelah Alfian Nggule mengundurkan diri bekerja di industri kerajinan Sepakat milik orang tuanya. Dan, mulai bekerja sama dengan DISPERINDAG pada tahun 2004, keberadaan industri ini terbilang baru dibandingkan industri-industri lainnya. Walaupun terbilang masih baru, industri kerajinan Aneka Rotan dapat terus bertahan dan bersaing dengan industri kerajinan lainnya di Gorontalo hingga saat ini. Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan sejak tahun 2002 terus mengalami perubahan jenis dan bentuknya. Hal ini berimbas pada pemasaran yang tidak hanya terbatas di Gorontalo akan tapi hingga ke luar

4 daerah, bahkan pernah ada konsumen dari luar negeri yang memesan langsung produk di industri kerajinan Aneka Rotan tersebut. Dalam pengolahan bahan baku rotan menjadi produk kerajinan, awalnya industri aneka rotan menggunakan bahan setengah jadi menjadi produk kerajinan, namun naiknya harga barang dan ketersediaan alat yang kurang memadai menyebabkan Alfian Nggule harus membeli bahan baku yang siap pakai pada industri pengolahan rotan mentah CV. Surya Sakti. Hal ini menyebabkan biaya produksi untuk sebuah produk kerajinan rotan menjadi lebih tinggi. Demikian halnya dengan peralatan yang digunakan oleh industri Aneka Rotan dalam pengolahan bahan baku, masih menggunakan peralatan sederhana seperti alat pemotong menggunakan gergaji manual, mengamplas dengan menggunakan kertas pasir amplas dan sejenisnya. Hal ini berimbas pada pengolahan bahan baku kurang maksimal dibandingkan dengan peralatan yang digunakan oleh industri kerajinan rotan di Jawa yang memiliki mesin pengamplas, mesin potong, mesin pelurus dan sejenisnya, yang dapat memaksimalkan hasil produk menjadi lebih bervariasai jenis dan bentuknya. Ditengah keterbatasan peralatan dan minimnya bahan baku rotan siap olah, industri kerajinan Aneka Rotan tetap eksis dan berkembang dari waktu ke waktu. Terbukti sejak tahun 2002, Aneka Rotan terus memproduksi aneka produk kerajinan dan mampu mempekerjakan pengrajin/tenaga kerja dengan jumlah yang terus bertambah. Hingga saat ini tercatat ada 13 orang tenaga kerja yang siap membantu Alfian Nggule dalam menghasilkan produk kerajinan. Dimana 7

5 diantaranya merupakan pengrajin tetap dan sisanya merupakan pekerja yang siap dilibatkan apabila banyak pesanan yang datang. Berdasarkan observasi di lapangan, produk kerajinan yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan lebih bervariasi jenis dan bentuknya dibandingkan dengan industri kerajinan rotan Sepakat tempat Alfian bekerja sebelumnya sejak tahun 1974. Saat ini sebagian besar produk industri kerajinan dari Aneka Rotan seperti meja, kursi, aneka keranjang, kap lampu, miniatur, dan sejenisnya juga dipasarkan oleh industri Sepakat. Oleh karena itu, produksi pada industri kerajinan Aneka Rotan secara tidak langsung terus bertambah dan memperluas jaringan pemasaran produksi. Industri kerajinan Aneka Rotan juga pernah meraih beberapa prestasi, diantaranya, menjadi pemenang lomba cipta desain handycraft terbaik 1 tingkat Provinsi Gorontalo (2005), terbaik 1 konvensi GKM se-provinsi Gorontalo, dan terbaik 1 pekan kreatif RRI se-provinsi Gorontalo (2010). Industri kerajinan Aneka Rotan juga pernah mengikuti pameran produk ekspor Indonesian Solo Exhibition di Shianghai Cina (2006), pameran nasional di Jakarta (2008) dan pernah mengikuti pameran Festival Tong-Tong di Denhag Belanda (2009). Melihat beberapa prestasi yang pernah diraih industri kerajinan Aneka Rotan, dan bagaimana mereka mampu bertahan tetap eksis dan berkembang dalam hal ketersediaan bahan baku, jenis/bentuk produk, keterlibatan pengrajin/tenaga kerja serta proses pemasaran produk tentu karena ada sejumlah faktor yang mempengaruhi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan

6 kerajinan rotan pada industri Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Diharapkan kedepannya industri kerajinan Aneka Rotan dapat terus bertahan dan bersaing dalam dunia industri kerajinan di Gorontalo maupun di luar Gorontalo, dan hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu kontribusi dalam mengembangkan kerajinan rotan yang ada di Gorontalo. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang, maka teridentifikasi beberapa masalah yang lebih menarik untuk dikaji sebagai berikut: 1. Proses pengolahan bahan kerajinan anyam pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo mengalami keberlanjutan dan perubahan sesuai dengan kondisi zaman. 2. Jenis produk yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan mengalami keberlanjutan dan perubahan bentuk teknik pembuatannya. 3. Keterlibatan pengrajin/karyawan pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo bertambah dari waktu ke waktu. 4. Proses pemasaran produk kerajinan anyaman pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo mengalami perluasan baik dalam hal strategi maupun segmen yang ditempuh.

7 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi di atas, maka peneliti dapat merumusan permasalahan dalam penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan kerajinan rotan pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo, akan digolongkan menjadi 2 periode. Periode I dimulai sejak tahun 2002-2007 dan periode II dimulai sejak tahun 2008-2013. Pembagian periode ini didasarkan adanya perubahan bahan baku yang digunakan, jenis/bentuk produk yang dihasilkan, keterlibatan pengrajin/tenaga kerja dan pemasaran produk yang mengalami perkembangan. 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan kerajinan rotan pada industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. 1.5. Manfaat Penelitian. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut; 1. Manfaat Teoritis

8 Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang industri kerajinan, khususnya kerajinan rotan dan eceng gondok di Gorontalo. 2. Manfaat praktis a. Bagi penulis, hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan perkembangan kerajinan rotan di Gorontalo. b. Bagi lembaga UNG, menjadi literatur tambahan tentang perkembangan industri kerajinan di Gorontalo. c. Bagi pemerintah, sebagai data dasar dalam pengembangan industri kerajinan di Gorontalo. d. Bagi masyarakat, menjadi salah satu sumber informasi tentang faktorfaktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan kerajinan rotan pada Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo.