III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PROSPEK PERDAGANGAN KOPI ROBUSTA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. (Indonesian Robusta Coffee Trade Prospects In The International Markets)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

PERAMALAN PENJUALAN TEH HIJAU DENGAN METODE ARIMA (STUDI KASUS PADA PT. MK)

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

4 BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN EVALUASI. lebih dikenal dengan metode Box-Jenkins adalah sebagai berikut :

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii. HALAMAN PENGESAHAN...iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... vi. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prediksi Laju Inflasi di Kota Ambon Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins

Penerapan Model ARIMA

Spesifikasi Model. a. ACF

PERAMALAN NILAI EKSPOR DI PROPINSI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

Metode Box - Jenkins (ARIMA)

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

Peramalan Permintaan Paving Blok dengan Metode ARIMA

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

AKURANSI ARIMA DALAM PERAMALAN INFLASI KOTA BANDUNG

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS FORECASTING DALAM SPSS : APLIKASI KOMPUTER STATISTIK

BAB 2. Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN JUMLAH PENUMPANG BANDARA I GUSTI NGURAH RAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA PEMBUKAAN IHSG MENGGUNAKAN MODEL ARIMA

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan oleh pihak lain selain dari penelitian itu sendiri. Jenis data yang dipakai

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Analisa Performansi Dan Peramalan Call Center PT.INDOSAT, Tbk dengan Menggunakan Formula Erlang C

MODEL AUTOREGRESSIVE (AR) ATAU MODEL UNIVARIATE

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG

Contoh Analisis Deret Waktu: BJSales

OPTIMALISASI PERENCANAAN PRODUKSI DENGAN PREEMPTIVE GOAL PROGRAMMING (STUDI KASUS: UD. DODOL MADE MERTA TEJAKULA, SINGARAJA)

Diagnostik Model. Uji Ljung-Box-Pierce (modified Box-Pierce)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL. i. LEMBAR PERSETUJUAN ii LEMBAR PENGESAHAN. iii LEMBAR PERNYATAAN.. iv

PERAMALAN STOK BARANG UNTUK MEMBANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN BARANG PADA TOKO BANGUNAN XYZ DENGAN METODE ARIMA

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA

JSIKA Vol. 5, No. 9, Tahun 2016 ISSN X

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

VERIFIKASI MODEL ARIMA MUSIMAN MENGGUNAKAN PETA KENDALI MOVING RANGE

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

BAB II LANDASAN TEORI

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sumber tetap yang terjadinya berdasarkan indeks waktu t secara

ARIMA and Forecasting

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERAMALAN HASIL PRODUKSI ALUMINIUM BATANGAN PADA PT INALUM DENGAN METODE ARIMA

Penerapan Model ARIMA

Metode Variasi Kalender untuk Meramalkan Banyaknya Penumpang Kereta Api

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Total Hasil Penjualan

Artikel Ilmiah. Peneliti : Auditya Gianina Bernadine Amaheka ( ) Michael Bezaleel Wenas, S.Kom., M.Cs.

PERAMALAN PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DI MEDAN DENGAN METODE ARIMA

Metode Deret Berkala Box Jenkins

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

Martaleli Bettiza, S.Si.,M.Sc Dosen Teknik Informatika, FT UMRAH Nurul Hayaty, S.T.,M.Cs ABSTRAK

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Transkripsi:

38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar operasional yang terkait dengan penelitian ini adalah: Data yang digunakan adalah data deret waktu (Time Series), yaitu data yang dikumpulkan dari untaian waktu tertentu dan menggambarkan perkembangan suatu kegiatan yang berlangsung. Data sekunder adalah data yang didapat dari lembaga atau instansi tertentu yang mendukung tujuan penelitian, dalam bentuk data publikasi. Produksi gula adalah gula yang diproduksi dalam negeri per tahun, diukur dalam satuan ton. Volume ekspor gula adalah jumlah ekspor gula dari Indonesia per tahun, diukur dalam satuan ton. Volume impor gula adalah jumlah gula yang diimpor Indonesia per tahun, diukur dalam satuan ton.

39 Posisi perdagangan gula adalah posisi yang menunjukkan apakah suatu negara termasuk ke dalam kategori negara eksportir atau negara importir. B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder dengan untaian waktu (time series), dimulai dari tahun 1972 sampai dengan tahun 2011. Sumber data penelitian adalah beberapa instansi terkait, yaitu Biro Pusat Statistik, Dewan Gula Indonesia, dan Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. Data yang digunakan antara lain adalah volume impor gula, produksi gula dalam negeri, dan volume ekspor gula Indonesia. C. Metode Analisis Data Metode analisis data disesuaikan tujuan penelitian yaitu analisis posisi perdagangan gula Indonesia di perdagangan internasional menggunakan metode indeks spesialiasasi perdagangan, analisis tingkat ketergantungan Indonesia terhadap impor gula dianalisis dengan metode import dependency ratio dan untuk meramal jumlah impor gula nasional dalam sepuluh tahun yang akan datang dianalisis dengan model Autoregressive Integreted Moving Average (ARIMA). 1. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Posisi perdagangan gula Indonesia dapat dianalisis dengan menggunakan metode Indeks Spesialisasi Perdagangan. Indeks ini digunakan untuk melihat apakah suatu negara, cenderung menjadi negara eksportir atau importir terhadap jenis produk tertentu. Dalam penelitian ininegara yang dimaksud adalah negara

40 Indonesia. Secara matematis, indeks spesialisasi perdagangan dapat dirumuskan sebagai (Tambunan,2004) : ISP = ( X ia - M ia ) / ( X ia + M ia )... (7) di mana X dan M masing-masing adalah ekspor dan impor; i dan a masing-masing adalah barang jenis i dan negara a. Secara implisit, indeks spesialisasi perdagangan mempertimbangkan sisi permintaan dan sisi penawaran (ekspor impor) di pasar domestik (identik dengan penawaran domestik permintaan domestik), dan pada perdagangan internasional sesuai dengan teori vent for surplus, yaitu ekspor suatu barang akan terjadi apabila ada kelebihan atas barang tersebut di pasar domestik. Dengan mengamati indeks spesialisasi perdagangan sepanjang waktu atas komoditi atau industri, maka dapat dibahas kesenjangan permintaan dan penawaran di pasar domestik, dan sekaligus dapat mengukur derajat daya saing komoditi atau industri bersangkutan. Nilai dari indeks spesialisasi perdagangan adalah antara -1 sampai +1. Jika nilai dari indeks spesialisasi perdagangan positif (0<ISP 1), maka komoditi bersangkutan mempunyai daya saing yang kuat atau negara tersebut cenderung sebagai pengekspor komoditi tersebut (supply domestik lebih > permintaan domestik). Sebaliknya, daya saing rendah atau cenderung sebagai pengimpor (supply domestik < permintaan domestik) jika nilainya negatif (-1 ISP<0). Jika indeksnya naik berarti daya saingnya naik, dan sebaliknya (Tambunan, 2004).

41 Menurut Tambunan (2004) indeks spesialisasi perdagangan juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat pertumbuhan suatu komoditi dalam perdagangan yang terbagi ke dalam 5 tahap, yaitu: 1. Tahap Pengenalan Tahap pengenalan adalah tahap ketika suatu industri (forerunner) di suatu negara (sebut A) mengekspor produk-produk baru dan industri pendatang belakangan (latercomer) (negara B) mengimpor produk-produk tersebut. Dalam tahap ini, nilai indeks ISP negara B adalah -1,00 sampai -0,50. 2. Tahap Subtitusi Impor Pada tahap subtitusi impor, nilai indeks ISP naik menjadi - 0,51 sampai 0,00. Pada tahap ini, industri di negara B menunjukkan daya saing yang sangat rendah, karena tingkat produksinya tidak cukup tinggi untuk mencapai skala ekonominya. Industri tersebut mengekspor produk-produk dengan kualitas yang kurang bagus dan produksi dalam negeri masih lebih kecil daripada permintaan dalam negeri. Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada tahap ini negara B lebih banyak mengimpor daripada mengekspor. 3. Tahap Pertumbuhan Pada tahap pertumbuhan nilai indeks ISP negara B naik antara 0,01 sampai 0,80, dan industri di negara B melakukan produksi dalam skala besar dan mulai meningkatkan ekspornya. Di pasar domestik, penawaran negara B untuk komoditi tersebut lebih besar daripada permintaan. 4. Tahap Kematangan Pada tahap kematangan nilai indeks negara B berada pada kisaran 0,81 sampai 1,00. Pada tahap ini produk yang bersangkutan sudah pada tahap standardisasi,

42 terutama dalam hal yang menyangkut teknologi yang dikandungnya. Pada tahap ini negara B merupakan negara net exporter. 5. Tahap kembali mengimpor Pada tahap kembali mengimpor nilai indeks ISP negara B kembali menurun antara 1,00 sampai 0,00. Pada tahap ini industri di negara B kalah bersaing di pasar domestiknya dengan industri dari negara A, dan produksi dalam negeri lebih sedikit dari permintaan dalam negeri. 2. Import Dependency Ratio (IDR) Import Dependency Ratio atau rasio ketergantungan impor adalah alat yang digunakan untuk melihat sejauh mana ketergantungan impor suatu negara terhadap suatu komoditas tertentu. Secara matematis, rasio ketergantungan impor dapat dirumuskan sebagai (Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2009) : IDR = x 100....(8) di mana : M X i a = impor = ekspor = jenis barang = negara. Dengan menghitung Import Depedency Ratio maka akan diketahui seberapa besar ketergantungan impor suatu negara atas suatu komoditas. Semakin besar nilai IDR maka ketergantungan impor negara tersebut terhadap suatu komoditas juga semakin tinggi, dan sebaliknya semakin kecil nilai IDR, maka ketergantungan impor suatu negara juga semakin rendah.

43 3. Model Autoregressive Integreted Moving Average (ARIMA) Informasi mengenai peramalan impor gula Indonesia di masa mendatang dapat diketahui dengan menggunakan forecasting (peramalan). Peramalan (forecasting) didefinisikan sebagai alat atau teknik untuk memprediksi atau memperkirakan suatu nilai pada masa yang akan datang dengan memperhatikan data atau informasi yang relevan, baik data atau informasi masa lalu maupun data atau informasi saat ini. Jumlah impor gula di masa mendatang dapat dilihat dari analisis peramalan. Data yang digunakan dalam analisis peramalan ini adalah data volume impor gula Indonesia dari tahun 1972 hingga tahun 2011. Proses peramalan dilakukan dengan menggunakan metode analisis time series linear dengan model ARIMA menggunakan software Minitab 16. Berbeda dengan metode forecasting lainnya, metode ARIMA tidak memerlukan penjelasan mana variabel dependen atau mana variabel independen. Metode ini juga tidak melihat pola-pola data seperti pada time series decomposition, data yang akan diprediksi tidak perlu dipecah menjadi komponen trend, seasonal, siklus atau ireguler seperti perlakuan pada time series pada umumnya. Metode ini secara murni melakukan prediksi hanya berdasar data-data historis yang ada. Terdapat beberapa langkah dalam menjalankan analisis forecasting menggunakan metode ARIMA, yaitu (Chandra, 2013): a. Identifikasi Tahap pertama dalam membangun model ARIMA adalah tahap identifikasi. Proses identifikasi dengan Minitab pada dasarnya adalah melihat pola data, khususnya hasil dari autokorelasi dan autokorelasi parsial. Tujuan dari proses ini

44 untuk melihat apakah data awal perlu dilakukan differencing atau tidak. Identifikasi data dilakukan dengan cara analisis pola data historis yang sudah dilogkan, hasil analisis pola data volume impor gula Indonesia dapat dilihat dalam output yang berbentuk grafik autokorelasi dan tabel ACF (Autocorrelation Function). Jika pada grafik autokorelasi dihasilkan bar berwarna biru yang tidak melebihi garis batas berwarna merah, maka hal itu menunjukkan bahwa data tidak menunjukkan gejala autokorelasi, sehingga tidak perlu dilakukan proses differencing. Namun, jika pada grafik autokorelasi dihasilkan bar berwarna biru yang melebihi garis batas berwarna merah, maka data menunjukkan adanya autokorelasi dan perlu dilakukan differencing. Selain itu, pada tabel ACF, jika nilai ACF pada lag tertentu bernilai 0,1 berarti data tidak ada autokorelasi, sedangkan jika nilai ACF pada lag tertentu bernilai > 0,1 berarti data ada autokorelasi. b. Estimasi dan diagnostik Proses estimasi dan diagnostik dengan bantuan komputer dapat dilakukan secara bersama. Sebuah model diajukan, lalu diturunkan persamaan dari model tersebut (estimasi), namun model juga langsung didiagnosa (diuji) dengan melihat tingkat kesalahan model. Pada metode forecasting ARIMA, pemilihan model juga menggunakan unsur science (ilmu). Selain itu, faktor parsimoni juga perlu dipertimbangkan. Parsimoni adalah konsep yang mengutamakan kesederhanaan. Dalam ARIMA konsep parsimoni tersebut menekankan lebih baik memilih model dengan parameter sedikit daripada parameter banyak, serta mengutamakan tingkat kesalahan prediksi yang terkecil. Selain itu yang harus diperhatikan dalam

45 memilih model yang tepat adalah nilai probabilitas (p) pada persamaan estimasi finalnya. Model yang tepat adalah model yang memiliki nilai probabilitasnya di bawah 0,05. Proses estimasi dilakukan dengan memasukkan beberapa kemungkinan model dengan parameter p, d, dan q. Angka p menunjukkan ordo atau derajat autoregressive (AR), d adalah tingkat proses differencing, dan q menunjukkan ordo atau derajat moving average (MA), sehingga model dapat dituliskan ARIMA (p,d,q). Setelah proses pengujian model-model ARIMA, maka akan dihasilkan output berupa grafik ACF residual dan grafik PACF (partial autocorrelation) residual. Jika grafik menunjukkan bar berwarna biru tidak melampaui garis batas merah, dapat dikatakan bahwa residu dari model bersifat random, sehingga model ARIMA tersebut dapat digunakan untuk peramalan pada masa yang akan datang. Namun jika output grafik ACF residual dan PACF residual menunjukkan sebaliknya, maka model ARIMA tidak dapat digunakan untuk peramalan. Bagian penting dari proses diagnostik adalah besaran statistiknya. Hal yang perlu diperhatikan adalah nilai mean of square (MS). Nilai MS nanti akan dibandingkan dengan angka MS pada model-model ARIMA yang lainnya. Pembandingan angka MS adalah bagian dari kegiatan diagnostik, khususnya untuk mencari model dengan MS terkecil namun lulus uji grafik ACF dan PACF. Selanjutnya persamaan untuk estimasi diambil dari bagian tengah output statistik, di mana akan didapatkan koefisien model dan konstanta untuk dimasukkan ke dalam persamaan peramalan ARIMA. Model ARIMA merupakan model

46 campuran berisi gabungan dari model AR dan model MA. Bentuk umum model ARIMA dapat dinyatakan dalam persamaan (Sartono dalam Chandra, 2012) : Yt = B 0 + B 1 Y t-1 + + B n Y t-n A 1 W t-1 - - A n W t-n + e t.... (9) di mana: Y t = nilai series yang stasioner Y t-1, Y t-2 = nilai lampau series yang bersangkutan W t-1, W t-2 = variabel bebas yang merupakan lag dari residual e t = eror B 0 = konstanta B 1, B n, A 1, A n = koefisien model Persamaan (9) merupakan persamaan untuk data yang sudah stasioner. Namun jika data historis mengandung autokorelasi dan perlu dilakukan differencing, maka persamaan (9) menjadi : Y t Y t-1 = B 0 + B 1 (Y t-1 Y t-2 ) +... + B n (Y t-n Y t-n-1 ) A 1 (W t-1 W t-2 ) -... A n (W t-n W t-n-1 ) + e t..(10) dan dapat ditulis sebagai : Y t = Y t-1 + B 0 + B 1 (Y t-1 Y t-2 ) +... + B n (Y t-n Y t-n-1 ) A 1 (W t-1 W t-2 ) -... A n (W t-n W t-n-1 ) + e t (11) c. Peramalan (forecasting) Setelah didapatkan model terbaik dan persamaan dari proses diagnostik, maka langkah selanjutnya adalah melakukan peramalan. Dengan memasukkan nilainilai dalam persamaan yang telah didapatkan, maka dapat dihitung prediksi terhadap volume impor gula Indonesia di masa yang akan datang.