ENERGI DAN KESEJAHTERAAN Saat ini tidak ada negara yang berhasil secara substansial mengurangi kemiskinan tanpa meningkatkan effesiensi penggunaan energi. Energi modern berpengaruh besar dalam pengentasan kemiskinan dengan meningkatkan produktifitas masyarakat miskin yang berdampak pada peningkatkan pendapatan. Energi juga mengurangi tingkat kemiskinan melalui : penyediaan penerangan dan peralatan modern rumah tangga, listrik membantu meningkatkan tingkat kesehatan dan pendidikan bagi orang miskin energi modern juga mencerahkan pekerjaan rumah tangga kaum perempuan dan mengurangi kerusakan lingkungan dari penggunaan bahan bakar tradisional Energi dan Pengentasan Kemiskinan Bayangkan jika terpaksa untuk tinggal dalam kegelapan, tidak dapat menyalakan lampu atau memasak dengan nyaman Harus bergantung pada kayu bakar, kotoran atau limbah tanaman untuk memasak bagaimana dengan efek yang fatal dari asap beracun yang dilepaskan oleh bahan bakar ini? Bayangkan saat menderita sakit parah dan tidak ada klinik yang mampu melayani walau untuk pengobatan yang paling sederhana sekalipun karena tidak adanya listrik Bayangkan jika tanpa lemari pendingin, hidup anak-anak kita akan di bawah bayang-bayang penyakit yang mengancam jiwa karena tidak ada tempat untuk menyimpan vaksin-vaksin penting Bayangkan jika Anda atau pasangan Anda sedang hamil dan pergi ke tenaga medis di malam hari namun tidak ada cahaya, tidak tersedia obat pereda nyeri dan tidak ada cara menyelamatkan Anda atau pasangan Anda ataupun bayi jika ada komplikasi. Tidak ada Pendidikan yang layak Tanpa Energi Pendidikan diakui sebagai faktor penting dalam membantu setiap orang untuk keluar dari kemiskinan. Dalam masyarakat dimana akses energi modern terbatas, anak-anak sering dipaksa keluar dari sekolah untuk membantu mengumpulkan bahan bakar tradisional, atau untuk membantu mencarikan penghasilan bagi keluarga. Sehingga waktu yang manfaatkan untuk pendidikan akan sangat berkurang Dan ketika anak-anak pergi ke sekolah tanpa sarana transportasi modern yang terjangkau maka perjalanan ke sekolah akan sangat melelahkan
Waktu belajar pun terbatas, pembelajaran akan terhenti jika hari gelap karena mendung ataupun saat malam hari- karena tidak ada listrik Ketika mereka tiba di rumah untuk melakukan pekerjaan sekolah mereka, mereka tidak memiliki cahaya untuk belajar dan semua yang menyapa mereka adalah kegelapan dan asap tebal dari api terbuka. Atau mereka harus bergantung pada minyak tanah untuk menyediakan cahaya yang berharga, yang mahal dan juga berbahaya Kondisi Global, Nasional, dan Aceh: Energi Modern dan Kesejahteraan Sumber: Diolah dari data The World Bank, 2010
40,00% 35,00% 30,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% Konsumsi Energi dan Kemiskinan di Indonesia 2008 Aceh Sumatera Utara DKI Jakarta DI Yogyakarta Papua 4.000,00 3.500,00 3.000,00 2.500,00 2.000,00 1.500,00 1.000,00 500,00 0,00 Kemiskinan Provinsi (%) Kemiskinan Nasional (%) kwh/cap Provinsi kwh/cap Nasional Sumber: BPS, 2009 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Konsumsi Energi dan Kemiskinan Aceh per Kab/Kota 2009 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 poverty rate (%) Kwh/cap Sumber: PLN dan BPS, 2009
Aceh Menuju Ketahanan Energi dalam Visi Progresif Gubernur Aceh Sesuai dengan kebijakan Pemerintah Aceh, pengembangan energi Aceh diarahkan untuk terwujudnya pengelolaan energi dengan memprioritaskan pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan energi dan kesejahteraan rakyat Aceh melalui Diversifikasi Energi, Intensifikasi Energi dan Konservasi Energi. Target Sasaran: 1. Terpenuhinya kebutuhan energi listrik di Aceh yang berasal dari sumber pembangkit setempat pada akhir tahun 2015. 2. Terpenuhinya kebutuhan energi listrik di Aceh yang berasal dari sumber pembangkit energi terbarukan setempat pada tahun 2025. 3. Relokasi/ penghapusan secara bertahap Pembangkit Listrik berbahanbakar fosil. 4. Kemitraan Strategis dengan pihak swasta baik lokal, nasional dan internasional untuk pengembangan Energi Terbarukan. 5. Pengurangan emisi dari sektor Energi. Walaupun tantangan dari sisi regulasi kadangkala menjadi kendala untuk dapat dilakukan percepatan pembangunan di sektor energi, berbagai usaha terus dilakukan Pemerintah Aceh untuk melakukan terobosan-terobosan pembangunan di sektor energi diantaranya : a) Merintis pembiayaan proyek Geothermal Seulawah Agam untuk Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Seulawah Agam 1 x 55 MW dan mendapat dukungan komitmen dari pemerintah Jerman pada tahun 2007 sebesar 7 juta euro. b) Rehabilitasi dan Rekontruksi Turbin Gas PT. Arun untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) 2 x 22 MW. c) Revitalisasi Kawasan Industri Arun dengan proyek Terminal Gas yang dikelola oleh PT. Arun Perta Gas untuk memenuhi kebutuhan gas domestik di Aceh dan Sumatera Utara. d) Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) untuk daerah yang belum terlayani oleh listrik PT. PLN (persero) sebanyak 17 Titik PLTMH yang telah terbangun di Aceh. e) Mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan Energi Terbarukan, Biodisel dan Biomassa. Kesimpulan Ketahanan energi nasional sangat tergantung pada kebijakan energi yang merupakan bagian dari kebijakan ekonomi yang lebih luas.
Tetapi energi juga sangat berkaitan dengan banyak isu lainnya, seperti lingkungan, sosial, politik, pertahanan dan keamanan nasional. Problem energi tidaklah berdiri sendiri. Sifat kebijakan energi adalah interdisipliner yang meliputi ekonomi, politik, hukum, teknik, geologi, kesehatan, dan lingkungan (Manne et. al., 1979). Oleh karena itu, agar pembangunan nasional dapat lebih efektif, berbagai kebijakan harus saling mendukung, bukan saling meniadakan, seperti yang dipesankan dalam pasal 2 UU 30 tahun 2007. Kerjasama antar Pemerintah dan Daerah berikut peran serta masyarakat umum adalah kunci kesuksesan ketahanan energi nasional Ditulis oleh Fahrul Rizal, ST, M.Si Staf Distamben Aceh Bidang Migas, Listrik dan Pemanfaatan Energi