BAB I PENDAHULUAN. Salah satu lembaga negara yang ada di Indonesia adalah Badan Pemeriksa

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BAB 1 INTRODUKSI. riset, problem riset, pertanyaan riset, motivasi riset, tujuan riset, kontribusi riset,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. penghitungan kerugian keuangan negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa

Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pemulihan kerugian Daerah agar dapat berjalan lebih

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. tindak pidana korupsi sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang No. 31

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

TERDAKWA KASUS KORUPSI DANA BANSOS DITUNTUT 4 TAHUN 6 BULAN PENJARA

Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pemulihan kerugian Daerah agar dapat berjalan lebih

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

PEMBELAAN TIM PENASEHAT HUKUM TAK RELEVAN JAKSA TETAP MINTA TAMHER-RAHAYAAN DIPENJARAKAN DUA TAHUN

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

Nama : ALEXANDER MARWATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TENTANG TATA CARA TUNTUTAN GANTI KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

PH TAMHER-RAHAYAAN TEPIS TUNTUTAN JAKSA

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

Instrumen Perdata untuk Mengembalikan Kerugian Negara dalam Korupsi

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN TUNTUTAN KERUGIAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERAN KEMENTERIAN KEUANGAN DALAM PEMULIHAN ASET TINDAK PIDANA KORUPSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2011 NOMOR : 03 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

RILIS MEDIA A. Dakwaan B. Tuntutan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2002 TENTANG

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

Sudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

II. TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN SEBAGAI PEMBERI KETERANGAN AHLI DAN SAKSI DALAM KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu lembaga negara yang ada di Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dasar hukumnya adalah Pasal 23E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945). Pada ayat ini dinyatakan, Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Hal ini diatur dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan yang menyatakan sebagai berikut: BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK adalah laporan hasil pemeriksaan. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, hasil pemeriksaan BPK harus berdasarkan standar pemeriksaan. Ketentuan tersebut berbunyi sebagai berikut: Hasil Pemeriksaan adalah hasil akhir dari proses penilaian kebenaran, kepatuhan, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan data/informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan secara independen, objektif, dan 1

profesional berdasarkan Standar Pemeriksaan, yang dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan2 sebagai keputusan BPK. Standar yang digunakan dalam pemeriksaan adalah berdasarkan Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, atau yang biasa disebut dengan SPKN. Salah satu hal yang diatur di dalam SPKN adalah Standar Pelaporan. Terdapat tiga Standar Pelaporan di dalam SPKN, yaitu: 2 1. Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan di dalam Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP) 03; 2. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja di dalam PSP 05; dan 3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu di dalam PSP 07. Berdasarkan SPKN, Pelaporan Pemeriksaan Keuangan antara lain harus memuat Pelaporan tentang Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan. Laporan atas kepatuhan mengungkapkan: (1) ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk pengungkapan atas penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana; dan (2) ketidakpatutan yang signifikan. 1 Pengungkapan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan mengenai penyimpangan yang mengandung unsur tindak pidana tersebut ada kaitannya dengan hubungan BPK dengan instansi yang berwenang. 1 Lihat Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4707)

3 Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Ketentuan mengenai hal tersebut diatur lebih rinci dalam Pasal 8 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan paling lama satu bulan sejak diketahuinya adanya unsur pidana tersebut. Laporan BPK tersebut dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tindak pidana yang berkaitan dengan kerugian negara adalah tindak pidana korupsi (TPK). Tindak pidana tersebut secara khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Pasal 26 undang-undang tersebut menyatakan: Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana korupsi dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini. Hukum acara pidana yang berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, atau yang biasa disebut

4 dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Berdasarkan Pasal 106 KUHAP, penyidik yang mengetahui, menerima laporan, atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan. Mengacu pada ketentuan tersebut, maka penyidik dapat melakukan penyidikan yang bukan didasarkan pada laporan, atau dalam hal ini adalah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK. Penyidik dapat melakukan penyidikan berdasarkan sesuatu yang diketahuinya atau berdasarkan pengaduan. Meskipun tidak didasarkan pada LHP BPK, penyidikan atas suatu TPK masih dapat berhubungan dengan BPK. Keterlibatan BPK dalam penanganan perkara yang bukan didasarkan pada LHP BPK antara lain berkaitan dengan kewenangan BPK sebagaimana diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006, yaitu menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan oleh perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan oleh bendahara, pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga atau badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan negara. Dalam pelaksanaannya terdapat temuan dalam LHP BPK yang tindak lanjut rekomendasinya berupa putusan pengadilan. Permasalahan yang muncul adalah ketika putusan pengadilan menyatakan bahwa nilai kerugian keuangan negara yang ditimbulkan dalam perkara tersebut tidak sama dengan nilai kerugian negara yang dalam LHP BPK direkomendasikan untuk dikembalikan. Hal tersebut dapat mempengaruhi status tindak lanjut rekomendasi temuan tersebut dalam pemantauan.

5 Salah satu contohnya adalah temuan dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Kulon Progo Tahun Anggaran (TA) 2005. Dalam LHP tersebut terdapat dua temuan yang berujung pada putusan pengadilan yang sama, yaitu Putusan Nomor 132/Pid.B/2008/PN.Wt. Rekomendasi BPK antara lain sebagai berikut: 1. Bupati Kulon Progo agar menegur dan memerintahkan Plt. Sekretaris Daerah supaya segera mengembalikan pinjaman pribadi kepada Pemegang Kas Sekretariat Daerah sebesar Rp109.500.000,00 (Rp47.500.000,00 + Rp62.000.000,00) dan menarik kerugian daerah atas bantuan penyelenggaraan tugas pemerintahan sebesar Rp112.950.000,00 serta menyetorkannya ke Kas Daerah. 2. Bupati Kulon Progo agar menegur Kepala BPKD yang telah mentolerir adanya penggunaan uang daerah untuk kepentingan pribadi dan memerintahkan agar pinjaman uang daerah sebesar Rp100.000.000,00 segera dikembalikan kepada Pemegang Kas. 3. Bupati Kulon Progo agar memerintahkan Kepala BPKD untuk menegur Pemegang Kas BPKD dan segera menyetorkan sisa UUDP yang menjadi tanggung jawabnya ke Kas Daerah sebesar Rp108.182.250,00. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah melakukan beberapa tindak lanjut terhadap rekomendasi dari BPK tersebut. Tindak lanjut dari Pemerintah Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut: 1. Teguran

6 2. STS atas kerugian daerah bantuan sebesar Rp112.950.000,00. 3. Sebagian sisa UUDP telah disetor ke Kas Daerah sebesar Rp8.162.250,00 pada tanggal 10 Juni 2006. 4. Kasus tersebut telah dilimpahkan ke pengadilan. Berdasarkan Putusan Nomor 132/Pid.B/2008/PN.Wt tanggal 23 Februari 2009, Plt. Sekretaris Daerah Kabupaten Kulon Progo dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi terus-menerus sebagai perbuatan yang dilanjutkan. Majelis Hakim mejatuhinya hukuman pidana penjara selama dua tahun, pidana denda sebesar Rp50.000.000,00 dengan ketentuan apabila terdakwa tidak membayar denda tersebut maka dapat diganti dengan hukuman kurungan selama satu bulan, dan pidana tambahan membayar uang pengganti sebesar Rp592.410.088,00 dengan ketentuan apabila terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama satu bulan setelah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya disita dan dilelang. Dengan telah dilakukannya penyetoran sebagian uang tersebut, maka dalam pemantauan tindak lanjut rekomendasi oleh BPK tercatat bahwa masih terdapat sisa nilai rekomendasi sebesar Rp309.500.000,00. Nilai tersebut berbeda dengan nilai uang pengganti yang harus dibayar oleh terdakwa berdasarkan putusan pengadilan. Di antara keduanya terdapat selisih sebesar Rp282.910.088,00. Contoh yang kedua adalah perkara TPK yang ditangani oleh Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) Yogyakarta, yaitu Putusan Nomor 27/Pid.Sus/2013/P.Tpkor-Yk. Penyidikan yang dilakukan dalam perkara tersebut

7 bukan atas LHP BPK. Peran BPK dalam penanganan perkara tersebut berupa Laporan Penghitungan Kerugian Negara serta pemberian keterangan ahli di persidangan. Penghitungan kerugian keuangan negara tersebut dilakukan atas permintaan Tim Penyidik Kejaksaan Tinggi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagaimana tertuang dalam Surat Kepala Kejaksaan Tinggi DIY Nomor R-732/0.4/Fd.1/12/2012 tanggal 12 Desember 2012 tentang Bantuan Penghitungan Kerugian Keuangan Negara/Daerah terhadap TPK dalam Kegiatan Operasional Bus Trans Jogja oleh PT JTT yang Dibiayai dari APBD Provinsi DIY. Dalam laporan tersebut disimpulkan bahwa telah terjadi indikasi kerugian negara/daerah sebesar Rp413.437.743,00. Sementara itu, dalam Putusan Pengadilan Tipikor Yogyakarta Nomor 27/Pid.Sus/2013/P.Tpkor-Yk dinyatakan bahwa terdakwa dinyatakan telah sah menurut hukum dan meyakinkan berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan, melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan. Majelis Hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 10 (sepuluh) bulan dan denda sebesar Rp50.000.000,00 dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan. Majelis Hakim tidak menjatuhkan pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti. Terhadap putusan tersebut telah dilakukan upaya hukum. Di tingkat banding, Majelis Hakim menguatkan Putusan Pengadilan Tipikor Yogyakarta Nomor 27/Pid.Sus/2013/P.Tpkor.Yk. Sementara pada tingkat kasasi Mahkamah

Agung membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Tipikor pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta Nomor 8/TIPIKOR/2014/PT.Y tanggal 30 Mei 2014. 8 Putusan Kasasi tersebut menyatakan bahwa terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan TPK secara bersama-sama sebagai perbuatan berlanjut. Mahkamah menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan pidana denda sebesar Rp200.000.000,00 dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama enam bulan. Mahkamah juga menghukum terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp413.437.743,00, dengan ketentuan jika terdakwa tidak membayar uang pengganti tersebut dan terdakwa tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang pengganti maka diganti dengan pidana penjara selama dua tahun. Sebelum sampai pada putusan, salah satu tahapan yang harus ditempuh dalam penanganan suatu perkara di pengadilan adalah pembuktian. Dasar pembuatan keputusan oleh hakim adalah alat-alat bukti yang ada dalam persidangan. Alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 ayat (1) KUHAP adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Berdasarkan penggolongan tersebut, laporan dari BPK termasuk dalam kategori alat bukti surat. Ketentuan mengenai batasan agar suatu surat dapat digunakan sebagai suatu alat bukti diatur dalam Pasal 187 KUHAP. Salah satunya adalah surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang

menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan. 9 Berkaitan dengan tugasnya sebagai pemeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, maka alat bukti dari BPK digunakan dalam proses pembuktian perkara yang berkaitan dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dalam perkara TPK, peran BPK adalah dalam proses pembuktian unsur yang dapat merugikan negara. Hal ini berkaitan dengan kewenangan BPK untuk menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, terdapat dua rumusan masalah yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kekuatan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai alat bukti dalam penentuan nilai kerugian negara oleh hakim dalam Putusan Nomor 132/Pid.B/2008/PN.Wt dan Putusan Nomor 27/Pid.Sus/2013/P.Tpkor.Yk? 2. Bagaimana mekanisme tindak lanjut terhadap rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan apabila Putusan Nomor 132/Pid.B/2008/PN.Wt dan Putusan Nomor 27/Pid.Sus/2013/P.Tpkor.Yk menyatakan nilai kerugian negara yang berbeda dengan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan?

10 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui kekuatan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan sebagai alat bukti dalam penentuan nilai kerugian negara oleh hakim dalam Putusan Nomor 132/Pid.B/2008/PN.Wt dan Putusan Nomor 27/Pid.Sus/2013/P.Tpkor.Yk. 2. Mengetahui mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan terhadap rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan apabila Putusan Nomor 132/Pid.B/2008/PN.Wt dan Putusan Nomor 27/Pid.Sus/2013/P.Tpkor.Yk menyatakan nilai kerugian negara yang berbeda dengan Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan. D. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran yang dilakukan penulis, belum ada penulisan hukum dengan judul Implikasi Perbedaan Penghitungan Nilai Kerugian Negara dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dengan Putusan Pengadilan terhadap Penyelesaian Kerugian Negara. Di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada terdapat beberapa penulisan yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan rencana penelitian ini, yaitu antara lain:

1. Dasar-dasar Penentuan Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Delik Korupsi terhadap Kekayaan Negara yang Dipisahkan pada BUMN 2 11 Penulisan hukum tersebut memiliki rumusan masalah sebagai berikut. a. Apakah dasar penentuan kerugian keuangan negara pada kekayaan negara yang dipisahkan pada BUMN? b. Bagaimana menentukan kerugian keuangan negara? 2. Penyelesaian Kerugian Negara terhadap Bendahara Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2007 3 Penulisan hukum tersebut memiliki rumusan masalah sebagai berikut. a. Bagaimana mekanisme penyelesaian kerugian negara terhadap bendahara berdasarkan Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007? b. Bagaimana kedudukan Peraturan BPK Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Kerugian Negara terhadap Bendahara dalam hierarki peraturan perundang-undangan Indonesia? c. Apakah penyelesaian kerugian negara terhadap bendahara berhasil guna untuk pemulihan keuangan negara dan peningkatan tanggung jawab pengelolaan keuangan negara? 2 Esther Kumalasari, 2010, Dasar-dasar Penentuan Kerugian Keuangan Negara Sebagai Salah Satu Delik Korupsi terhadap Kekayaan Negara yang Dipisahkan pada BUMN, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 3 Riyanita Wulandari, 2010, Penyelesaian Kerugian Negara terhadap Bendahara Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2007, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

3. Tanggung Jawab Pegawai Negeri Bukan Bendahara terhadap Penyelesaian Kerugian Negara dalam Pengelolaan Barang Milik Negara 4 12 Penulisan hukum tersebut memiliki rumusan masalah sebagai berikut. a. Bagaimana tanggung jawab pegawai negeri bukan bendahara terhadap penyelesaian kerugian negara dalam pengelolaan barang milik negara? b. Apa kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelesaian kerugian negara oleh pegawai negeri bukan bendahara dalam pengelolaan barang milik negara? Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaannya adalah bahwa penelitian ini bukan mengkaji mengenai bagaimana cara menentukan nilai kerugian negara atau bagaimana penyelesaian kerugian negara, melainkan lebih spesifik mengkaji mengenai kerugian negara yang sampai menjadi perkara di pengadilan. Penelitian ini berusaha menjawab apa fungsi Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan dalam proses penanganan perkara di pengadilan dan bagaimana tindak lanjut terhadap putusan pengadilan yang menyatakan nilai kerugian negara yang berbeda dengan nilai yang dinyatakan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksaan Keuangan. 4 Arif Rahmanto, 2014, Tanggung Jawab Pegawai Negeri Bukan Bendahara terhadap Penyelesaian Kerugian Negara dalam Pengelolaan Barang Milik Negara, Tesis, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

13 E. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini dapat menjadi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Hasil penelitian ini dapat menyumbang pemikiran dalam upaya penyelesaian kerugian negara.