BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara


BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. Diare merupakan salah satu dari gangguan kesehatan yang lazim. dan Indonesia (Ramaiah, 2007:11). Penyakit diare merupakan masalah

Kata Kunci : Diare, Anak Balita, Penyediaan Air Bersih, Jamban Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. segala umur. 1.5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare. Faktor

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: PUJI ANITASARI J

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

ANALISIS DISTRIBUSI PENYAKIT DIARE DAN FAKTOR RESIKO TAHUN 2011 DENGAN PEMETAAN WILAYAH DI PUSKESMAS KAGOK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit potensial penyebab Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering di sertai dengan kematian. Menurut Riskesdas 2013, insiden diare berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalence diare pada anak balita sebesar 10,2%.) Insiden diare anak balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%), tinggal di daerah perdesaan (5,3%). Kelompok umur anak balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare. Sampai saat ini, penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari penyebab kunjungan Puskesmas atau balai pengobatan, diare termasuk dalam 3 kelompok penyakit penyebab utama selain Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan febris. Angka kesakitannya sekitar 200 400 kejadian diare per 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya (Suraatmaja, 2010). Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat kecenderungan adanya peningkatan insiden. Pada tahun 2000 Insiden Rate (IR) penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 1 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5756 orang dengan kematian 100 orang (CFR

1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 orang dengan kematian 73 orang (CFR 1,74%) (Kemenkes RI, 2011). Pada tahun 2013 jumlah penderita pada KLB diare masih tinggi dengan 646 kasus. Insiden KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus (Kemenkes RI, 2013). Sebagian besar kuman-kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal-oral. Agen pathogen itu dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, tangan atau jari-jari, makanan yang disiapkan dalam panci yang telah di cuci dengan air tercemar dan lain-lain. Ibu dengan latar belakang pendidikan yang tinggi akan melindungi anak-anak mereka terhadap diare yang lebih baik daripada ibu yang tidak memiliki pendidikan. Pelaksanaan program-program pendidikan kesehatan yang efektif mengenai pentingnya sanitasi lingkungan dan kesehatan akan mengurangi angka kejadian diare dan morbiditas di wilayah tersebut (Mihrete et al., 2014). Anak dengan status gizi yang tidak normal akan memiliki tingkat imunitas yang rendah sehingga lebih mudah terserang penyakit terutama penyakit diare dan penyakit menular lainnya. Rata-rata balita status gizi tidak normal menderita kwarsiorkor dan marasmus (Nyeko et al., 2010). Diare terjadi pada anak balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan di mana anak tinggal. Faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare yaitu memberikan susu formula dalam botol bayi, penyimpanan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan atau sebelum menyuapi anak atau sesudah buang air

besar dan sesudah membuang tinja anak dan tidak membuang tinja dengan benar. Faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia (Mihrete et al., 2014) Perilaku pencegahan diare anak balita dalam mencuci tangan menggunakan sabun dengan cara yang benar dan dilakukan pada waktu yang tepat serta menggunakan air yang tidak tercemar berperan dalam menggurangi penyebaran penyakit infeksi dan sangat efektif untuk mencegah penyakit diare anak balita. Menurut panduan pencegahan diare, mencuci tangan menggunakan sabun dilakukan lima waktu penting yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegangi bayi, setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan (Nasili, 2011). Pendapatan juga merupakan faktor terjadinya diare pada balita. Anak balita yang berasal dari keluarga berpenghasilan kurang dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) memiliki risiko lebih tinggi terkena diare dari pada berpendapatan yang cukup. Pendapatan akan menentukan kualitas dan kuantitas makanan di mana erat hubungannya antara pendapatan dan gizi keluarga. Pendapatan keluarga yang rendah akan memengaruhi permintaan pangan sehingga menentukan hidangan dalam keluarga tersebut, baik segi kualitas, jumlah dan variasi hidangan. Sebagian besar diare sering dikaitkan dengan kesehatan, air dan sanitasi (Supariasa, 2002). Keluarga dengan penghasilan cukup akan menggunakan sabun untuk mencuci tangan, menggunakan air bersih dan desinfektan di rumah mereka untuk melindungi kontaminasi bakteri dalam air dan juga di bangun toilet keluarga namun keluarga yang berpenghasilan kurang akan lebih sering terkena diare karena ketidakmampuannya memiliki standart fasilitas kesehatan minimum (Gebru et al., 2014). Sementara itu, jarak tempat pembuangan tinja dapat menentukan kualitas air karena dapat menjadi agen penyebaran kuman atau bakteri

penyebab diare. Jarak antara tempat pembuangan tinja dengan sumber air adalah 10 15 meter (Pfadenhauer et al., 2015) Kajian kajian terkait kejadian diare pada anak balita sudah banyak di lakukan. Kasus diare sering berhubungan dengan pola makan dan lingkungan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian terdahulu belum ditentukan kontribusi untuk tiap variabel, belum menentukan besaran determinan masing-masing faktor dan dilakukan di negara yang berbeda. Studi pendahuluan didapatkan data bahwa Puskesmas Sangkrah membawahi 3 kelurahan yaitu kelurahan Sangkrah, Kelurahan Kedunglumbu dan Kelurahan Semanggi. Angka kejadian diare pada balita usia 1 4 tahun pada tahun 2014 terbanyak di Kelurahan Semanggi yaitu sejumlah 206 kejadian. Dari hasil wawancara dengan bidan penanggungjawab, tingginya angka kejadian diare anak balita disebabkan oleh faktor lingkungan yang kumuh, dekat dengan sungai yang tercemar limbah dan perilaku hygiene perseorangan, misalnya : kebiasaan cuci tangannya salah maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Determinan Penyakit Diare Pada Anak Balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta? 2. Apakah terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta? 3. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta

4. Apakah terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta? 5. Apakah terdapat hubungan antara kepemilikan jamban dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta? 6. Apakah terdapat hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada anak balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. C. Tujuan 1. Tujuan umum Untuk menganalisis determinan penyakit diare pada anak balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. 2. Tujuan khusus a) Mendeskripsikan kejadian penyakit diare pada anak balita di Wilayah Puskesmas Sangkrah Kota Surakarta. b) Menganalisis hubungan antara pendidikan ibu dan kejadian diare anak balita c) Menganalisis hubungan antara status gizi dan kejadian diare anak balita d) Menganalisis hubungan antara kebiasaan cuci tangan dan kejadian diare anak balita e) Menganalisis hubungan antara pendapatan keluarga dan kejadian diare anak balita f) Menganalisis hubungan antara kepemilikan jamban dan kejadian diare anak balita g) Menganalisis hubungan antara penyediaan air bersih dan kejadian diare anak balita. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tentang determinan sosial ekonomi penyakit diare pada anak balita. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas Sebagai tambahan atau masukan khususnya mengenai sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih sehat demi peningkatan kesehatan. b. Bagi profesi Sebagai tambahan atau referensi bagi praktisi kesehatan untuk menentukan metode pencegahan diberikan untuk ibu yang memiliki anak balita yang mengalami diare. c. Bagi responden Sebagai wacana bagi ibu yang memiliki anak balita sehingga meningkatkan pengetahuan mengenai penyebab penyakit diare sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan. d. Bagi peneliti Mengaplikasikan teori dan mengetahui determinan sosial ekonomi penyakit diare pada anak balita dan sebagai upaya memberikan pengalaman dalam penerapan ilmu pengetahuan dan sebagai tambahan bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya.