BAB I PENDAHULUAN. demi mencapai tujuan dari organisasi, terutama anggaran. Anggaran merupakan pernyataan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Pemerintahan pusat maupun pemerintah daerah melaksanakan amanat

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal. Pemberitahuan otonomi daerah berakibat pada terlanjurnya

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dimana, asas ini memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara atas kepercayaan yang diamanatkan kepada mereka. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. administrasi publik memicu timbulnya gejolak yang berakar pada. ketidakpuasan. Tuntutan yang semakin tinggi diajukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari masyarakat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan tujuan masyarakat daerah yang sejahtera sebagai suatu implikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era reformasi dalam perkembangan akuntansi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam operasionalnya memiliki tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang. akan dicapai oleh suatu organisasi dalam periode tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. adil dan makmur, yang merata secara material dan spritual berdasarkan

suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi digunakan dalam pengendalian disiapkan dalam rangka menjamin bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja yang hendak di capai selama periode waktu tertentu dalam ukuran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kinerja Aparat Pemerintah Daerah. Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Anggaran terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. anggaran, evaluasi anggaran - general, evaluasi anggaran punitive, umpan balik

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila sila ke

BAB I PENDAHULUAN. rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena kinerja pemerintah telah mengarah ke good governance.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. digerakkan oleh sektor bisnis (Privat) dan sektor publik (entitas publik).

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan paradigma anggaran daerah dilakukan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. aspek transparasi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai pengaruh Komitmen

BAB I PENDAHULUAN. yang baik perlu upaya perbaikan manajemen keuangan publik. Hal ini seiring

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

BAB I PENDAHULUAN. mulai mencoba mengenalkan konsep baru dalam pengelolaan urusan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan yang efektif,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan politik di Indonesia saat ini mewujudkan administrasi negara yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dituntut dapat disajikan secara transparan dan akuntabel. Oleh karena itu,

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. negara, tidak terkecuali di Indonesia. Baik pada sektor publik maupun pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. pemberian otonomi daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Proses penganggaran daerah diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun

PENGARUH PARTISIPASI ANGGARAN DAN AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP)

10. Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil. Jl. Melanton Siregar No Dinas Pertanian, Perikanan, Peternakan, Perkebunan Dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan masyarakat, tidak dipergunakan untuk kepentingan masingmasing

BAB 1 PENDAHULUAN. agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik tidak dapat diukur semata-mata hanya dari perspektif

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam sektor pemerintahan, dalam melaksanakan tugas yang diemban mutlak memiliki rencana-rencana yang disusun dan dijadikan pedoman dalam melaksanakan tugas demi mencapai tujuan dari organisasi, terutama anggaran. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Menurut Kennis (1979) dalam Fazli dan Muslim mendefinisikan: Partisipasi sebagai tingkat keterlibatan manajer dalam penyiapan anggaran dan besarnya pengaruh manajer terhadap budget goals unit organisasi yang menjadi tanggungjawabnya. Sedangkan Menurut freeman dan shoulders (2003) dalam Deddi Nordiawan mendefinisikan bahwa anggaran sebagai berikut : Anggaran merupakan suatu proses pengalokasian sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak terbatas (unlimited demands). Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial. Anggaran ini dimaksudkan agar pemerintah mengetahui sebatas mana kemampuan yang dimiliki pemerintah dalam melaksanakan tugasnya agar selaras dengan tujuan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Penyusunan anggaran dalam pemerintahan harus benar-benar memfokuskan tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat bukan hanya untuk mewujudkan kepentingan pribadi atau golongan semata. Untuk itulah diperlukan informasi yang benar-benar akurat

dalam penyusunan anggaran pemerintah daerah, jangan sampai usulan-usulan yang telah disampaikan oleh masyarakat tidak terakomodasi dalam anggaran Dengan demikian proses penyusunan dan penetapan anggaran dalam pemerintahan menerapkan anggaran partisipatif. Menurut Anthony dan Govindarajan menyatakan bahwa : Partisipasi anggaran yaitu proses dimana pembuat anggaran terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penentuan besar anggaran. Sedangkan menurut Mulyadi menyatakan bahwa : Partisipasi anggaran merupakan proses pengambilan keputusan bersama oleh dua pihak atau lebih yang mempunyai dampak masa depan bagi pihak yang membuat keputusan. Komitmen organisasional menunjukkan sejauh mana seseorang memihak sebuah organisasi serta tujuan-tujuannya dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan sebagai anggota organisasi. menurut Sunyoto dan Burhanudin mengatakan bahwa komitmen organisasi adalah alasan individu untuk mempertahankan keanggotaannya didalam suatu organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi. Sedangkan menurut Mowday (1982) yang dikutip juga oleh sopiah mendefinisikan komitmen organisasional sebagai dimensi perilaku penting yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan sebagai anggota organisasi, komitmen organisasional merupakan identifikasi dan keterlibatan seseorang yang relatif kuat terhadap organisasi untuk tetap mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi dan bersedia berusaha keras bagi pencapaian tujuan organisasi. Kinerja atau prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku, dalam kurun waktu tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan tindakannya dalam Suwatno. Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan /program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi Mahsun. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) merupakan pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh seorang kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas entitasnya, misalnya : dinas kesehatan, dinas kependudukan dan catatan sipil, dinas pendididkan, dinas pemuda dan olah raga dan lainnya. Kinerja suatu unit kerja pemerintah daerah dapat diukur melaui pencapaian aktivitas-aktivitas yang dibiayai oleh APBD untuk dapat memenuhi tuntunan akan akuntabilitas publik diperlukan adanya paragdigma baru dalam manajemen keuangan daerah : APBD harus berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan publik; APBD merupakan dana publik yang penggunaannya harus berorientasi pada kinerja yang baik (ekonomis, efisien dan efektif); Penyusunan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban daerah harus dilakukan berdasarkan prinsip transparans1i dengan memberikan akses yang seluasluasnya kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan APBD. Kinerja (prestasi) manajer publik dinilai berdasarkan berapa target yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapkan yang dapat diukur melalui pencapaian aktivitas-aktivitas yang dibiayai oleh APBD dalam Mardiasmo. Pengungkapan kinerja pemerintah daerah secara tepat dan objektif akan memungkinkan terlaksananya evaluasi kinerja, baik secara internal maupun eksternal. Evaluasi semacam ini pada tahap selanjutnya akan menumbulkan perbaikan atau peningkatan kinerja yang berkelanjutan. Dengan demikian, pengungkapan kinerja akan mendorong Pemerintah Daerah untuk lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat dan menuntun perbaikan dalam memberikan pelayanan masyarakat.

Fenomena yang terjadi tentang kinerja instansi di Pemerintah Kota Bandung tahun 2013 telah mendapatkan fakta dimana kinerja dinilai kurang baik. Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Jawa Barat, Haneda Tri Lastoto memaparkan 18 SKPD di Pemerintah Kota Bandung termasuk dalam kategori zona merah, 11 SKPD masuk dalam zona kuning dan hanya satu SKPD saja yang masuk dalam predikat zona hijau (tingkat kepatuhan tinggi) terhadap pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik. (http://daerah.sindonews.com/). Adanya permasalahan terhadap 18 SKPD ini menunjukan bahwa kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Bandung dianggap tidak terlaksana dengan baik. Sehingga hal ini menyebabkan harus adanya pemetaan terhadap faktor yang menyebabkan tidak baiknya kinerja SKPD. Penulis dalam hal ini memandang bahwa partisipasi penyusunan anggaran dan komitmen organisasi menjadi dua hal yang cukup menarik untuk diteliti lebih lanjut terkait hubungannya terhadap kinerja Aparat Pemerintah Daerah Kota Bandung. Fenomena yang terjadi tentang Kinerja tahun 2014 Penggunaan anggaran di Pemerintah kota Padang ternyata masih lemah, terlihat dari pola penyerapan anggaran yang masih cenderung menumpuk diakhir tahun anggaran. Sejumlah SKPD tidak mampu merealisasikan pekerjaannya sesuai target yang ditetapkan. Ini membuktikan beberapa kinerja SKPD kota padang dinilai buruk. Faktor-faktor ini disebabkan karena pengelolaan yang tidak hati-hati-hati, adanya pemborosan atas biaya yang tidak perlu, penggunaan sumber daya yang tidak memadai serta pencapaian target dan kebijakan yang tidak tepat. Seperti Dinas Pertanian Peternakan Kehutanan dan Perkebunan (Dispernakhutbun) pemerintah kota Padang, dana alokasi khusus untuk pertanian dan kehutanan tersisa sebanyak Rp155,9 juta selama tahun 2011 sampai tahun 2013. Akibatnya banyak program

Dispernakhutbun tidak diselesaikan dengan baik. Lemahnya perencanaan kegiatan akibat para satker (satuan kerja) yang kurang siap dalam menyusun rencana anggaran, pelaksanaan kegiatan banyak yang tertunda dari jadwal, dan penyerapan anggaran pun menjadi tidak optimal. Seyogianya kinerja SKPD dapat dilihat dari seberapa mampu mencapai target dan prosentase fisik dan keuangan program/kegiatan. Banyaknya anggaran yang hanya sebagian terserap akibat berbagai kendala yang dihadapi SKPD, seperti penerapan sistem pengendalian intren yang kurang baik dalam pelaksanaan program. Kendala lainya yaitu kulitas sumber daya manusia, seperti masih banyaknya pegawai SKPD yang tidak menjalankan tanggungjawab dengan baik sehingga program atau kegiatan yang dikerjakan tidak selesai dan terlambat sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. ( http://www.antaranews.com/berita). Fenomena yang terjadi pada tahun 2016 pada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul terancam dicopot dari jabatan, apabila SKPD yang bersangkutan memiliki kinerja keuangan buruk, ditunjukkan dari laporan anggaran yang rendah (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja) Selain teori tersebut, Penelitian ini pernah dilakukan sebelumnya oleh Rafika Anggaraeni (2009) menguji Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Labuhan Batu. Metode penelitian pada penelitian ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 36 responden dari 12 dinas sebagai SKPD yang ditelti. Jenis data yang dipakai adalah data primerdan sekunder. Hasil penelitian menujukkan, 1) partisipasi anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Labuhan Batu,2) komitmen organisasi juga tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD pemerintahan Labuhan Batu,3) partisipasi anggarandan

komitmen organisasi secara simultan tidak berpengaruh terhadap kinerja SKPD Pemerintahan Kabupaten Batu. masing-masing tanggung jawab atas tugas yang diemban. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bambang (2007) menyatakan bahwa ada hubungan positif antara partisipasi anggaran terhadap kinerja aparat Pemerintah Daerah. Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menduga bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah daerah, karena partisipasi yang tinggi yang terdapat dalam diri setiap individu dalam proses pennyusunan anggaran akan meningkatkan kinerja aparat pemerintah daerah. Dengan adanya partisipasi oleh aparat pemerintah daerah, maka aparat tersebut berusaha untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diembannya. Dengan adanya tanggung jawab ini maka, akan menjadikan kinerja yang baik bagi organisasi pemerintah, sehingga semakin tingginya partisipasi aparat pemerintah daerah akan meningkatkan kinerja di satuan Pemerintah Daerah. Dugaan ini oleh peneliti akan di uji pada hipotesis H1, Partisipasi Anggaran berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Penelitian yang dilakukan Restu Agisti (2012) ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat Pemda dan untuk melihat seberapa besar pengaruh moderating desentralisasi dan budaya organisasi terhadap hubungan partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkalis. Hipotesis pertama diajukan adalah untuk menguji apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparat pemda di Kabupaten Bengkalis. Dengan kata lain, apakah semakin meningkatnya partisipasi dalam penyusunan anggaran maka kinerja aparat pemda akan semakin meningkat pula.jika p value (sign) < dari 0,05 maka H1 diterima,sebaliknya apabila p value (sign) > 0,05 maka H1 ditolak. Dalam penelitian ini, nilai

p value (sign) 0,000 yang artinya lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, hasil penelitian ini berhasil menerima hipotesis pertama yang menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparatur pemda. Penelitian yang dilakukan Dian Meta Sari ini bertujuan untuk menguji pengaruh paatisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan kepuasan kerja dan dan komitmen organisasi sebagai variabel moderating di pemerintah daerah kabupaten bandung. Responden dari penelitian ini adalah kepala dinas, kepala sub bagian, kepala bidang. Kepala sub bidang atau kepala masing masing seksi dan UPTD (Unit Pelaksana Teknis daerah) dimasing masing dinas dilingkungan SKPD kabupaten bandung. Kuisioner yang disebarkan sebanyak 75 buah. Kuisioner yang kembali berjumlah 75 dan kemudian dimasukan dalam pengolahan data. Dari analisis data yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh partisipasi penyusunan anggran terhadap kinerja aparat diperoleh persamaan Y = 18,608 + 0,588 PPA.kemudian untuk hipotesis keduan dari ketiga diperoleh persamaan regresi moderasi sebagai berikut : Y = 19,841 1,080 PPA + 0,269 KK + 0,032 PPA *KK dan Y = 11,512 0,853 PPA + 0,446 KO + 0,022 PPA *KO yang menunjukan bahwa interaksi partisipasi penyusunan anggaran kepuasan kinerja dan komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Dalam penelitian ini hipotesis dapat diterima, yaitu kinerja aparat ditunjukan dengan nulai t hitung sebesar 2,122 > t tabel 2,000 dengan angka signifikasi lebih kecil dari 0,05. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nurhalimah darwis dan Syukriy Abdullah bertuijuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran dan kejelasan sasaran anggaran terhadap kinerja aparatur perangkat daerah di Pemerintah Aceh. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparatur yang ada dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD) yang meliputi dinas, kantor dan badan. Pada SKPD Pemerintah Aceh terdapat 33 SKPD yang keseluruhan pegawainya berjumlah ±7675 orang.sedangkan sampel penelitian ini adalah kepala SKPD, sekretaris SKPD, dan kepala bagian yang berjumlah 3 orang pada setiap badan, dinas dan kantordi Pemerintah Aceh. Sehingga jumlah responden dalam sampel ini sebanyak 99 orang. Penelitian ini merupakan penelitian sensus, dan pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang berisikan 18 pernyataan. Sedangkan alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan program SPSS. Hasil penelitian secara terpisah menunjukkan bahwapartisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja aparatur perangkat daerah, sedangkan kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap kinerja aparatur perangkat daerah di Pemerintah Aceh. Penulis menggunakan penelitian terdahulu yang dimaksudkan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dengan adanya beberapa perbedaan dan persamaan di dalam penelitian ini dengan peneliti terdahulu. Berdasarkan teori dan uraian di atas dan didukung dengan beberapa fakta yang ada, penulis ingin meneliti lebih jauh dan mendalam mengenai Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi Survey pada Dinas Pemerintah Kota Bandung). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Partisipasi Anggaran pada Pemerintah Kota Bandung 2. Bagaimana Komitmen Organisasi pada Pemerintah Kota Bandung 3. Bagaimana Kinerja Instansi pada Pemerintah Kota Bandung

4. Seberapa besar Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Instansi pada Pemerintah Kota Bandung 5. Seberapa besar pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Instansi pada Pemerintah Kota Bandung 6. Seberapa besar pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Instansi pada Pemerintah Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan penelitian 1.3.1 Maksud penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang akan digunakan dalam penelitian mengenai pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Daerah pada Pemerintahan Kota Bandung. 1.3.2 Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana Partisipasi Anggaran pada Pemerintah Kota Bandung 2. Untuk mengetahui bagaimana Komitmen Organisasi pada Pemerintah Kota Bandung 3. Untuk mengetahui bagaimana Kinerja Instansi pada Pemerintah Kota Bandung 4. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Kota Bandung

5. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Instansi pada Pemerintah Kota Bandung 6. Untuk mengetahui besarnya Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Daerah pada Pemerintahan Kota Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini mempunyai dua manfaat, yaitu kegunaan secara praktis dan kegunaan secara teoritis yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan. Adapun manfaat atau kegunaan yang dapat diperoleh antara lain; 1. Bagi Penulis a. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang dan untuk meraih gelar sarjana (S1) pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan mengenai metode penelitian yang menyangkut masalah untuk menyikapi isu-isu kekinian dalam pengembangan akuntansi itu sendiri. c. Hasil penelitian ini juga akan melatih kemampuan teknis analitis yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan dalam melakukan pendekatan

terhadap suatu masalah, sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi khususnya bagi pihak pihak lain yang meneliti dengan kajian yang sama yaitu Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah. 3. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai keadaan dalam Proses Anggaran, Komitmen Organisasi dan Kinerja Instansi Pemerintah Daerah khususnya pada Pemerintah Kota Bandung. a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghimpun informasi sebagai bahan sumbangan pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah guna meningkatkan kinerja dalam pengorganisasian Kinerja Instansi Pemerintah Kota Bandung. b. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran awam mengenai pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Instansi Pemerintah pada Pemerintahan Kota Bandung.

1.4.2 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dalam memperbanyak pengetahuan yang berhubungan dengan Partisipasi Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Kinerja Instansi Pemerintah Daerah pada Dinas Pemerintah Kota Bandung. Serta dapat mengetahui seberapa besar pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organsisasi, terhadap Kinerja Instansi Pemerintah Daerah pada Pemerintah Kota Bandung.