BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu untuk dapat memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kepuasan kerja, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya, kepuasan kerja juga merupakan seperangkat perasaan pegawai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. arahan yang positif demi tercapainya tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. pola tingkah laku, serta kebutuhan yang berbeda-beda. Keberadaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. organisasi saling menunjang dan melengkapi, atau dengan kata lain bersinergi satu

BAB I PENDAHULUAN. Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat dan Banten Area Pelayanan dan Jaringan Bandung yang bergerak

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, sangat memerlukan adanya sistem manajemen yang efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Memasuki era globalisasi aktivitas bisnis saat ini, dengan semakin

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dunia usaha belakangan ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dalam perusahaan untuk mencapai tujuan bukan hanya tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. tertutup bagi dunia luar, tekhnologi informasi dan komunikasi telah merangsang

BAB I PENDAHULUAN. maupun swasta memegang peranan yang sangat dominan. Berhasil atau. sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu memanfaatkan sumberdaya- sumberdaya lainnya. Beberapa hal yang perlu diantisipasi adalah kondisi yang tidak didukung

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tercapai tanpa peran aktif karyawan walaupun perusahaan tersebut memiliki alat alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi aset penting yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan merupakan makhluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas

BAB II. Tinjauan Pustaka. pendukung dari hasil penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. PLN P3B RJBR sadar akan hal tersebut sehingga berusaha melakukan penilaian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan semakin

BAB II LANDASAN TEORI

Fenomena pengangguran, pemutusan hubungan kerja, demonstrasi dan. unjuk rasa merupakan masalah kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kumpulan resources yang tidak berguna. Selain itu, sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan perusahaan untuk menjaga eksistensi dan kelangsungan perusahaannya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Prastuti, 2014). Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan sumber daya dengan sebaik-baiknya. Sumber daya yang paling penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang menggerakkan dinamika organisasi, semakin besar organisasi, masalah

BAB I PENDAHULUAN. PT. Kereta Api (Persero) DAOP II Bandung dituntut agar selalu

BAB I PENDAHULUAN. karena elemen manusia dalam perusahaan sebagai perencana, pelaksana dan pengendali

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan pangsa pasar yang akan dimasuki. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. begitu ketat menuntut setiap perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya suatu koordinasi yang baik antara fungsi-fungsi yang ada di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demikian bukanlah sekedar merupakan aset produksi, melainkan juga menjadi kunci strategi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V PEMBAHASAN MASALAH. karyawan. Jenis-jenis kompensasi yang dibahas adalah kompensasi finansial baik

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk mempersiapkan sumber daya yang berkualitas, salah satunya sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perusahaan yang telah disepakati oleh semua karyawan. Karyawan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola dan pembuat gagasan. Menurut Hasibuan (200:9), manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu negara salah satu yang mencakup di

Bisma, Vol 1, No. 4, Agustus 2016 KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT SIME INDO AGRO DI SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. akhir-akhir ini adalah perusahaan jasa di bidang transportasi. Sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan yang harus dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang sangat pesat dan persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dan salah satu alat yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan, visi dan misi dari perusahaan. karyawan serta banyaknya karyawan yang mangkir dari pekerjaannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistem penjualan, sistem pembelian, sistem persediaan bahan baku, sistem

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ekonomi yang terus mengalami perubahan, maka

BAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. cabang Purbaleunyi adalah Badan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 2. Tinjauan Pustaka. Setiap orang pada dasarnya orang yang bekerja mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beroperasi suatu perusahaan mengkombinasikan antara sumber

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan sampai dengan evaluasi yang mampu memanfaatkan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan, sudah seharusnya memberikan pelayanan maksimal kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pada era global yang semakin kompetitif sekarang ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menginginkan agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai tepat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi persaingan usaha, perusahaan dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karyawan, adanya pengembangan karir sampai faktor kepemimpinan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi saat ini adalah berkaitan dengan motivasi kerja karyawan. Dalam

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu untuk dapat memberikan manfaat bagi lingkungan internal dan eksternal. Dalam menjalankan setiap aktivitasnya, perusahaan perlu ditata agar dapat berjalan dengan baik dan tujuan tercapai. Oleh karena itu diperlukan manajemen. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu (Hasibuan,2011:9). Keberadaan sumber daya manusia mempunyai peranan yang penting untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen demi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Besar dan kecilnya jumlah sumber daya manusia tidak menjamin suatu perusahaan terkelola dan berjalan dengan baik. Untuk itu dibutuhkan tenaga-tenaga kerja yang kompeten dibidangnya, sehingga dapat berkontribusi secara maksimal sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Untuk meningkatkan kinerja pegawai, perusahaan diharapkan dapat memperhatikan dan memenuhi fungsi operatif manajemen sumber daya manusia mulai dari pengadaan, pengembangan, pemberian balas jasa, integrasi, pemeliharaan tenaga kerja sampai kepada pemutusan hubungan kerja.

2 Pemberian balas jasa atau yang sering disebut sebagai kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung ataupun tidak langsung yang diterima pegawai sebagai imbalan balas atas jasa yang diberikan kepada perusahaan, kompensasi juga merupakan salah satu upaya perusahaan untuk meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi pegawai. Maka dari itu kompensasi yang diberikan oleh perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan dasar setiap pegawainya. Dalam hal ini, perusahaan juga mengharapkan kompensasi yang diberikan dapat memberikan timbal balik yang positif berupa kepuasan kerja pegawai yang nantinya secara langsung ataupun tidak langsung akan berdampak pada produktivitas pegawai dan perusahaan. Menurut Mondy (2008:5) kompensasi terdiri dari kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi finansial berupa gaji, upah, insentif, bonus, tunjangan anak, tunjangan hari raya, asuransi dan lain-lain. Pemberian kompensasi menuntut transparansi antara pihak perusahaan dan pegawai agar tidak terjadi hal-hal yang dapat merugikan kedua belah pihak. Kompensasi finansial suatu perusahaan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pegawai karena dapat mempengaruhi kepuasan kerja, motivasi dan lain lain.kepuasan kerja merupakan sikap terhadap pekerjaan yang didasarkan pada aspek-aspek yang berbeda bagi setiap pekerja. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya tersebut mengambarkan pengalaman-pengalaman

3 menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pekerjaan dan harapan-harapan dalam waktu yang akan datang. Tolak ukur tingkat kepuasan yang mutlak tidak ada, karena setiap individu mempunyai persepsi masing-masing dan mempunyai standar kepuasan yang berbeda-beda. Indikator kepuasan kerja pegawai dapat dilihat dari kedisiplinan, moral kerja dan turn over Kepuasan kerja adalah persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memeberikan hal yang dinilai penting (Luthans, 2006: 243). Menurut Robbins (2009: 110) kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: balas jasa yang adil, penempatan yang tepat sesuai keahlian, berat ringannya pekerjaan, suasana dan lingkungan pekerjaan, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pimpinan dan sifat pekerjaan itu sendiri. Setiap perusahaan tentunya mengharapkan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan dengan kompensasi yang diberikan. Begitu juga halnya dengan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung, salah satu BUMN di Indonesia yang mempunyai kebijakan kompensasi finansial dan non finansial sebagai bentuk balas jasa kepada pegawai yang berkontribusi di perusahaan tersebut. Beberapa bentuk kompensasi finansial di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung terdiri dari gaji pokok, tunjangan jabatan, tunjangan kinerja, asuransi dan lain-lain.

4 Sesuai usulan Menteri BUMN tahun 2013 bahwa seluruh BUMN di Indonesia harus menerapkan sistem remunerasi yaitu sistem penggajian berbasis kinerja (performance based) guna menjadikan kondisi BUMN yang lebih berkualitas, sehat dan maju. PT. Kereta Api Indonesia sendiri sedang dalam tahap penyesuaian sistem remunerasi. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja dan dapat membantu menyejahterakan pegawai serta dapat menarik minat calon pegawai baru yang berkualitas. Namun pada praktiknya, para pegawai belum merasa puas dengan sistem penggajian yang baru tersebut. Ketidakpuasan dengan sistem kompensasi ini mengakibatkan kepuasan kerja menurun. Menurut Kenneth (2005: 156) tinjauan literatur menemukan hubungan yang konsisten antara ketidakpuasan dengan penarikan diri pegawai dalam bentuk perpindahan, absensi dan segala macam bentuk ketidakdisiplinan lainnya. Di kantor DAOP 2 ditemukan beberapa fenomena yang mengindikasikan kepuasan kerja yang menurun, diantaranya yaitu pegawai mangkir meningkat dengan alasan-alasan yang tidak jelas. Pegawai yang tidak puas cenderung lebih sering mangkir (Keith Davis, 2009: 108). Pegawai yang tidak puas tidak harus merencanakan untuk mangkir, tetapi mereka merasa lebih mudah bereaksi terhadap kesempatan untuk melakukan itu. Berikut ini data mangkir pegawai kantor DAOP 2 pada semester pertama tahun 2013. Tabel 1.1 Data Mangkir Pegawai Daop 2 Semester 1 Tahun 2013 (dalam %) Bulan Tanpa

5 Keterangan Januari 3,8 % Februari 3,6% Maret 3,5% April 3,03% Mei 4,3% Juni 4,7% Sumber : Unit SDM dan umum DAOP 2 Bandung (2013) 5,00% 4,50% 4,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% Mangkir 4.70% 4.30% 3.80% 3.60% 3.50% 3.03% Januari Febuari Maret April Mei Juni Mangkir Gambar 1.1 Data Mangkir Pegawai Daop2 Semester 1 Tahun 2013 ( dalam % ) Sumber : Unit SDM dan umum DAOP 2 Bandung (2013) Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa ada kenaikan dalam persentase pegawai yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas atau mangkir. Walaupun

6 dari bulan Januari hingga bulan April mengalami penurunan, tetapi pada bulan Mei pegawai yang mangkir kembali meningkat, begitu pula pada bulan Juni dengan jumlah persentase sebesar 4,7 %. Selain persoalan mangkir, sering ditemui pegawai datang terlambat dan pulang sebelum waktunya. Hal ini merupakan fenomena lain dari kedisiplinan yang menurun sebagai reaksi dari ketidakpuasan. Berikut data keterlambatan pegawai disajikan dalam table dan grafik. Tabel 1.2 Data Keterlambatan dan Pulang Sebelum Waktunya Pegawai DAOP 2 Semester 1 Tahun 2013 Pulang Sebelum Bulan Terlambat (orang) Waktunya (orang) Januari 17 6 Februari 31 11 Maret 29 18 April 9 10 Mei 15 18 Juni 28 23 Sumber : Unit SDM dan umum DAOP 2 Bandung

7 60 50 40 30 20 Pulang sebelum waktunya Terlambat 10 0 Januari Februari Maret April Mei Juni Gambar 1.2 Data Keterlambatan dan Pulang Sebelum Waktunya Pegawai Daop 2 Semester 1 Tahun 2013 (orang) Sumber : Unit SDM dan umum DAOP 2Bandung (2013) Gambar di atas menunjukkan masih ada pegawai yang datang terlambat dan pulang lebih cepat, walau terjadi penurunan di bulan April namun bulan berikutnya kembali meningkat, ini merupakan indikasi kepuasan kerja yang menurun. Menurut Robbins (2009: 118) kepuasan kerja memprediksi banyak perilaku khusus, termasuk upaya pembentukan serikat kerja, penyalahgunaan hakikat, pencurian, ditempat kerja, pergaulan yang tidak pantas dan kelambanan. Para peneliti berpendapat bahwa perilaku ini adalah indikator sebuah sindrom yang lebih luas yang kita sebut perilaku menyimpang di tempat kerja. Respon seorang pekerja yang tidak menyukai lingkungan pekerjaannya mungkin akan keluar dan

8 pekerja lain merespon dengan cara menggunakan jam kerja untuk menjelajah internet, membawa pulang persediaan di tempat kerja untuk penggunaan pribadi dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak SDM DAOP 2, terdapat fakta bahwa sering dijumpai pegawai bermain games disela-sela jam kerja dan memanfaatkan komputer untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dan juga memperpanjang waktu istirahat. Danang Sunyoto (2013: 214) berpendapat bahwa timbulnya keinginan untuk pindah kerja merupakan respon pegawai terhadap ketidakpuasan pada tempat bekerja sekarang. Penyebab ketidakpuasan itu beraneka ragam, seperti penghasilan rendah atau dirasakan kurang memadai, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hingga hubungan dengan rekan kerja yang tidak harmonis. Hal ini memperlihatkan bahwa ada korelasi antara tingkat kepuasan dengan kuat lemahnya keinginan untuk pindah kerja. Seperti diungkapkan oleh Manajer SDM dan Umum DAOP 2 Bandung dalam wawancara langsung, bahwa pensiun dini merupakan program pensiun yang dilakukan diluar syarat pensiun biasa. Pegawai yang mengikuti program ini adalah mereka yang kebanyakan berkeinginan untuk berkarir di bidang lain, salah satu contohnya adalah berwirausaha dan mereka yang mengajukan pensiun dini diharuskan sudah memenuhi sejumlah persyaratan dalam program tersebut.

9 Berikut disajikan data jumlah pegawai DAOP 2 yang mengikuti pensiun dini dari tahun 2011 sampai September 2013. Tabel 1.3 Data Jumlah Pegawai Pensiun Dini DAOP 2Tahun 2011-2013 No. Tahun Jumlah 1 2011 9 orang 2 2012 11 orang 3 (September)2013 15 orang Jumlah 35 orang Sumber: Unit SDM dan umum DAOP 2 Bandung (2013) Pensiun Dini 16 14 15 12 10 8 6 9 11 Pensiun Dini 4 2 0 2011 2012 2013 (september) Gambar 1.3 Data Pensiun Dini Pegawai Sumber : Unit SDM dan umum DAOP2Bandung (2013)

10 Dari data mangkir, keterlambatan dan pensiun dini beserta alasannya diatas menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan tingkat kepuasan pegawai. Masalah ini jika dibiarkan berkelanjutan maka akan berdampak pada kesehatan perusahaan sendiri. Kelambanan serta ketidakdisiplinan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan akan menghambat pekerjaan lain dan target jangka pendek maupun panjang akan terganggu. Apabila terjadi pergantian pegawai yang cukup sering akan berdampak pada meningkatnya biaya perekrutan yang tidak sedikit. Hal-hal tersebut jika tidak segera dikaji ulang akan mengganggu mengganggu tujuantujuan organisasi yang telah ditetapkan. Jika sumber ketidakpuasan telah ditemukan, maka beberapa pendekatan dapat digunakan untuk mengatasi masalahnya. Satu pendekatan diantaranya adalah mengadakan perubahan-perubahan dalam kondisi kerja, pengawasan, kompensasi atau rancangan pekerjaan. Pendekatan kedua untuk kasus-kasus tertentu, memindahkan pekerja ke pekerjaan yang lain untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik antara karakteristik pekerja dengan karakteristik pekerjaannya. Pendekatan ketiga, termasuk suatu usaha untuk mengubah persepsi atau harapan dari pekerja yang tidak puas. Pendekatan ini cocok bila para pekerja memiliki kesalahan konsepsi yang didasarkan pada informasi yang tidak memadai atau tidak benar (Kenneth, 2005: 158). Kepribadian dan sikap mempresentasikan pentingnya variable-variabel mikro yang berorientasi kognitif dalam studi perilaku organisasi. Hal tersebut

11 dikarenakan kepribadian merepresentasikan konsep keseluruhan. Kepribadian mencakup persepsi, pengetahuan, motivasi dan lain sebagainya. Penghargaan diri, interaksi orang-situasi dan proses sosialisasi dari perkembangan kepribadian merupakan hal yang sangat relevan untuk memahami dan mengaplikasikan perilaku organisasi (Luthans, 2006: 251) 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Menurut Luthan (2006: 243) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah pembayaran, seperti gaji dan upah, pekerjaan itu sendiri, promosi pekerjaan, supervisi dan rekan kerja. Pegawai DAOP 2 menunjukkan indikator ketidakpuasan dengan beragam reaksi yaitu mangkir, ketidakdisiplinan dan pensiun dini. Beberapa tahun belakangan PT. Kereta Api Indonesia menjalankan sistem penyesuaian gaji. Sistem panggajian berdasarkan kinerja ini memungkinkan pegawai pada level yang sama dapat menerima gaji yang berbeda. Remunerasi ini dianggap pegawai belum adil pada praktiknya dan tidak sesuai harapan. Jenis kompensasi DAOP 2 sendiri tidak jauh berbeda dengan BUMN lainnya, yaitu gaji pokok, tunjangan anak istri, tunjangan kinerja, tunjangan jabatan, tunjangan perumahan, tunjangan transportasi dan lain-lain. Pada akhir tahun 2013, kompensasi pegawai telah dinaikkan secara bertahap, namun kenaikan ini baru terjadi pada beberapa level saja. Untuk level pelaksana sendiri, pegawai hanya

12 mendapat gaji pokok dan tunjangan yang disebut premi. Gaji tersebut selanjutnya dipotong oleh berbagai iuran, seperti iuran pegawai, iuran iuran perusahaan, iuran kematian, pajak, jamsostek dan lain-lain sehingga pegawai merasa gaji yang mereka terima belum dapat memenuhi kebutuhan hidup secara optimal. Karakteristik pekerjaan yang diberikan kepada pegawai DAOP 2 juga dapat memicu menurunnya kepuasan. Pekerjaan yang monoton menyebabkan kejenuhan dan keterampilan tidak terasah maksimal. Kejenuhan tersebut dapat mengalihkan pegawai pada kegiatan-kegiatan diluar kepentingan pekerjaan seperti bermain game, berselancar di internet atau sekedar mengahabiskan waktu mengobrol dengan sesama rekan kerja. Untuk meraih posisi jabatan, selama ini yang terjadi di DAOP 2 adalah tradisi urut kacang, dimana pegawai senior mendapat kesempatan lebih besar untuk mendapatkan promosi jabatan yang lebih dulu dengan mengenyampingkan kemampuaan pegawai lain yang mungkin lebih layak untuk mendapat promosi. Selain itu, persaingan antarkelompok juga sangat terasa di lingkungan kerja yang tidak jarang mengakibatkan hubungan sesama rekan kerja menjadi tidak sehat. Supervisi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. sdalam hal ini, pegawai DAOP 2 beranggapan pimpinan mereka kurang memberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pekerjaan mereka. Dengan kata lain, komunikasi antara atasan

13 dengan bawahan tidak terjalin dua arah. Pegawai juga merasa tidak ada pengawasan dan penilaian yang signifikan dari pimpinan selama ini. Dalam penelitian ini, karakteristik pekerjaan dan gaji/upah merupakan faktor menonjol yang terdapat di kantor DAOP 2 Bandung. Menurut Kenneth (2009: 146) karakteristik pekerjaan dan kompleksitas pekerjaan menghubungkan antara kepribadian dengan kepuasan kerja dan jika persyaratan kreatif pekerjaan karyawan terpenuhi, maka mereka cenderung menjadi puas. Menurut Luthans (2006: 244) upah dan gaji dikenal menjadi signifikan dan merupakan faktor multidimensi dalam kepuasan kerja. Uang tidak hanya membantu orang memperoleh kebutuhan dadar, tetapi juga alat untuk memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat yang lebih tinggi. Karyawan mamandang gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan. Kesalahan dalam menetapkan kompensasi dapat membuat perusahaan mengalami kerugian. Berdasarkan pengalaman banyak perusahaan, biaya sumber daya manusia mencapai 75 persen dari total produksi dan penjualan. Situasi lain, kompensasi yang kurang menarik menimbulkan sebagian sumber daya manusia akan keluar dari perusahaan, menyebabkan meningkatnya perputaran tenaga kerja (Wilson Bangun, 2012:254). Dari beberapa beberapa fenomena yang muncul, penelitian ini membatasi permasalahan hanya dalam lingkup gaji/upah. Berdasarkan uraian diatas, penulis

14 tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kompensasi finanial dan kepuasan kerja dengan judul PENGARUH KOMPENSASI FINANSIAL TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAERAH OPERASI 2 BANDUNG Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran kompensasi finansial PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung 2. Bagaimana gambaran kepuasan kerja pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung 3. Bagaimana pengaruh kompensasi finansial terhadap kepuasan kerja pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui gambaran kompensasi finansial PT.Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung 2. Untuk mengetahui gambaran kepuasan kerja pegawai PT.Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung 3. Untuk mengetahui pengaruh kompensasi finansial terhadap kepuasan kerja pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung

15 1.4 Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pengembangan ilmu dan wawasan pengetahuan pada penulis sendiri serta rekanrekan mahasiswa program studi Manajemen, khususnya mengenai kompensasi finansial dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan informasi tambahan pada PT.Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 2 Bandung dalam mengambil keputusan,serta memberikan bahan masukan yang dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi pembuat keputusan dan kebijakan mengenai halhal yang berkaitan dengan pengevaluasian kompensasi finansial yang berpengaruh langsung terhadap kepuasan kerja pegawai.