PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL

dokumen-dokumen yang mirip
Hariadi Aziz E.K

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Penambahan Abu Terbang (Fly Ash) Terhadap Kuat Tekan Mortar Semen Tipe PCC Serta Analisis Air Laut Yang Digunakan Untuk Perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Di negeri kita yang tercinta ini, sampah menjadi masalah yang serius.

ANALISA SIFAT ADSORPSI LOGAM BERAT PADA ECENG GONDOK DALAM PENGELOLAAN AIR LIMBAH ELEKTROPLATING

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

STABILISASI SOLIDIFIKASI LIMBAH MENGANDUNG KROM DAN HIDROKARBON MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN BENTONIT

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

PEMANFAATAN LUMPUR SIDOARJO SECARA MAKSIMAL DENGAN CAMPURAN FLY ASH DALAM PEMBUATAN MORTAR GEOPOLIMER

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan kertas sebagai bahan campuran lebih praktis dan efektif,

KARAKTERISTIK MORTAR DAN BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

MANFAAT LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA Alisastromijoyo, ST, MT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

AMOBILISASI LOGAM BERAT Cd 2+ dan Pb 2+ DENGAN GEOPOLIMER. Warih Supriadi

AMOBILISASI ION Pb 2+ OLEH GEOPOLIMER HASIL SINTESIS DARI ABU LAYANG PT. IPMOMI PROBOLINGGO

Studi Pemanfaatan Limbah Karbon Aktif sebagai Bahan Pengganti Agregat Halus pada Campuran Beton Ringan (Studi Kasus di PT PETRONIKA)

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III DASAR TEORI Semen. Semen adalah suatu bahan pengikat yang bereaksi ketika bercampur

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

Judul Tugas Akhir STABILISASI LIMBAH MENGANDUNG Cu DENGAN CAMPURAN SEMEN PORTLAND DAN BENTONIT

Studi Keberadaan Unsur Logam Ni, Pb, Cr dan Cd Pada Hasil Zeolitisasi Abu Terbang Dengan Larutan NaOH

Mahasiswa Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang - Semarang

KATA PENGANTAR. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

Pemanfaatan Fly Ash Batubara sebagai Adsorben Emisi Gas CO pada Kendaraan Bermotor

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN ALAT INCINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT TANPA MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) D-104

Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

KAJIAN TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN LIMBAH BATU BARA (FLY ASH) PADA PRODUKSI PAVING BLOCK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator Pada Ruang Bakar utama

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

III. METODE PENELITIAN

selanjutnya penulis mengolah data dan kemudian menyusun tugas akhir sampai

BAB IV DATA DAN ANALISIS

PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MgCl 2 PADA SINTESIS KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT BERBAHAN DASAR BATU KAPUR DENGAN METODE KARBONASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

ANALISIS KADAR ABU DAN MINERAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

PAVING GEOPOLIMER DARI COAL ASH LIMBAH PABRIK

BAB III METODE PENELITIAN

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISA PERCOBAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

STUDI AWAL PEMBUATAN HIGH VOLUME LIGHT WEIGHT SIDOARJO MUD CONCRETE BRICK

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan banyak

Karakteristik Fisik dan Kimia Fly Ash dari Perusahaan Ready Mix Beton dan Limbah Pabrik terhadap Sifat Mekanik Pasta dan Mortar

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

POTENSI ABU CANGKANG KERANG DARAH (Anadara Granosa) SEBAGAI ADSORBEN ION TIMAH PUTIH

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PEMISAHAN LOGAM BERAT (PB DAN CD) DALAM BIOSOLID DENGAN PROSES EKSTRAKSI (LEACHING) ASAM BASA PENELITIAN OLEH :

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

Lingkungan, BKT Teknik Sipil FTSP UII dan laboratorium terpadu Universitas. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen yang dilaksanakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan panas bumi dan Iain-lain. Pertumbuhan industri akan membawa dampak positif,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni 2013 dan berakhir pada bulan Desember 2013.

Disusun oleh : Lintas Jalur - S1 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

MANUAL PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH LABORATORIUM

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL Ade Ramos Ferdinand *, Agus Tri Prasetyo, Athanasius Priharyoto Bayuseno Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang, Semarang 50275. *Email: ramos_pasaribu@yahoo.com Abstrak Abu berat (bottom ash) hasil pembakaran incinerator limbah rumah sakit digunakan sebagai material semen, bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dalam pembuatan semen. Abu hasil insinerasi diuji dengan XRF (X-Ray Fluorescence) dan XRD (X-Ray Diffraction) untuk mengetahui kandungan unsur logam dan fasa-fasa yang terbentuk di dalamnya. Hasil XRD menunjukkan fasa utama yang terbentuk antara lain Calcite (CaCO 3 ), Quartz (SiO 2 ), Halite (NaCl), Calcium Titanate (CaTiO 3 ), Gehlenite (Ca 2 Al 2 SiO 7 ) dan Aluminate (Al 2 O 3 ). Adapun besar kandungan logam yang menunjang dalam pembuatan semen berdasarkan hasil XRF adalah Ca 46%, Si 8,2%, Al,8%, dan S,5% sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai material semen. Hasil uji AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) menunjukkan nilai pelepasan unsur Pb dari abu sebesar 2,89 ppm sehingga termasuk aman untuk lingkungan dimana nilai maksimal dari Kementerian Lingkungan Hidup adalah 5 ppm. Pengujian hidrotermal dengan larutan NaOH dan KOH dengan konsentrasi 2M dilakukan untuk mempromosikan terbentuknya fasa semen di dalam abu untuk menambah nilai kekuatan semen. Abu dan semen dicampur air dengan perbandingan air/pengikat 0,5. Didapat bahwa komposisi semen-abu 90%-0%, 70%-30%, maupun 50%-50% memiliki nilai kekuatan yang cukup baik. Kata kunci: limbah rumah sakit, abu berat, hidrotermal, bahan semen PENDAHULUAN Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah rumah sakit di Indonesia sudah mencapai.959 unit per Mei 202. Seiring bertambah banyaknya jumlah unit rumah sakit di Indonesia, bertambah pula sampah atau limbah yang dihasilkan. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. Biasanya pengelolaan limbah-limbah ini dibagi dengan dua cara, yaitu untuk limbah yang bisa dipakai kembali seperti limbah non medis berupa kertas, kaleng, dan botol dijual, sedangkan limbah lainnya yang bersifat racun, infeksius, dan radioaktif untuk alasan kesehatan harus dibakar dengan suhu yang tinggi agar bakteri, virus, atau kuman yang melekat di dalamnya dapat mati dan tidak membahayakan lingkungan sekitar dengan alat khusus yang disebut dengan incinerator. Skema incinerator dapat dilihat pada Gambar. Gambar. Skema dari Medical Waste Incinerator 72

D.2 Hasil dari limbah yang dibakar dengan incinerator pada suhu tinggi (pada penelitian ini suhu yang digunakan adalah 000 0 C) adalah berupa abu yaitu bottom ash dan fly ash. Karena secara umum jumlah bottom ash sangat besar yaitu sekitar 70% dari total keseluruhan abu yang dihasilkan, maka bottom ash yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian ini. Tetapi masalah besar timbul dalam pengelolaan bottom ash karena abu ini termasuk golongan beracun. Hal ini disebabkan karena bottom ash biasanya mengandung; (i) zat partikulat halus, (ii) logam berat (As, Pb, dll), (iii) senyawa organik (polychlorined dibenzodioxins, furans, dll) yang tidak sesuai dengan regulasi lingkungan yang berlaku karena kadarnya yang tinggi sehingga dapat membahayakan kesehatan lingkungan sekitar. Selain memiliki kandungan unsur logam berat yang berbahaya, bottom ash juga memiliki kandungan unsur kalsium, silicon, aluminium, dan sulfur yang dapat berguna sebagai bahan campuran (mortar) semen. Dengan mengurangi penggunaan semen diharapkan dapat mengurangi polusi udara CO 2 yang dihasilkan dari proses pembuatannya, seperti yang ditunjukkan oleh reaksi kimia berikut: 5 CaCO 3 + 2 SiO 2 3 CaO.SiO 2 + 2 CaO.SiO 2 + 5 CO 2 () Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan menstabilkan kandungan unsur logam berat dengan menggunakan proses hidrotermal, dimana dalam penelitian ini yang dikaji adalah unsur logam berat Pb, agar tidak mudah lepas ke lingkungan dimana standar konsentrasi dalam ekstraksi limbah dari Kementrian Lingkungan Hidup sebesar 5 mg/l serta membandingkan kekuatan lentur campuran semen dengan bottom ash pada beberapa variasi. METODE PENELITIAN. Material Bottom ash yang digunakan adalah abu hasil pembakaran limbah rumah sakit incinerator pada suhu 000 0 C di sebuah rumah sakit swasta yang terletak di Ungaran, Semarang. Abu kemudian ditumbuk dan di mesh 00. 2. Karakteristik Material Untuk mengetahui karakteristik dari abu dilakukan pengujian XRD dan XRF. XRD dilakukan untuk mengetahui fasa yang terbentuk sedangkan XRF untuk mengetahui kandungan unsur dan besarannya yang terdapat d dalam abu. 3. Hidrotermal Hidrotermal yang digunakan adalah jenis tipe Morey seperti pada Gambar 2. Gambar 2. Alat hidrotermal tipe Morey Perlakuan hidrotermal dilakukan menggunakan larutan NaOH dan KOH dimana perbandingan abu dan larutan :0 dengan waktu 24 jam pada suhu 200 0 C. Prosiding SNST ke-4 Tahun 203 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 73

4. Leaching Test Abu hasil hidrotermal dicampur aquades dengan perbandingan abu/aquades :0 kemudian diaduk pada magnetic stirrer dengan frekuensi 200/menit dengan lama 6 jam. Hasil pengadukan disaring dengan menggunakan kertas Whatmann, dan air setelah penyaringan kemudian diuji dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) untuk mengetahui nilai ekstraksi unsur logam berat Pb. 5. Uji Fleksural Mortar Abu hasil proses hidrotermal kemudian dibuat menjadi campuran (mortar) semen. Adapun variasi perbandingan abu/semen antara lain :9, 3:7, dan 5:5 dengan berat perbandingan kandungan air/mortar adalah :2. Mortar dikeringkan dengan lama waktu dan 7 hari. 6. Densitas Densitas digunakan untuk membandingkan massa jenis dan kepadatan dari beberapa variasi mortar. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Material Dari hasil pengujian XRD diketahui fasa-fasa yang terdapat di abu antara lain fasa Calcite (CaCO 3 ), Quartz (SiO 2 ), Halite (NaCl), Calcium Titanate (CaTiO 3 ), Gehlenite (Ca 2 Al 2 SiO 7 ) dan Aluminate (Al 2 O 3 ). Sedangkan unsur-unsur dan besar kandungannya hasil pengujian XRF dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Hasil pengujian XRF Unsur Kandungan (wt%) Al.8 Si 8.2 Cl 23 Ca 46 Ti 4.68 Fe 4.8 Zn 5.02 Mo 2 Pb 0.2 Nilai kandungan unsur yang meningkatkan fasa semen (C-S-H) yaitu Ca dan Si besar nilainya sehingga baik digunakan sebagai bahan sekunder untuk mengurangi pemakaian semen. 2. Leaching Test Hasil dari pengujian AAS unsur logam berat Pb ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian AAS Kode Sampel Pb (ppm) Non Perlakuan 2.89 NaOH 3M 2.38 KOH 3M 2.46 KOH 2M 2.73 Dari hasil pengujian AAS diketahui bahwa ekstraksi unsur logam Pb pada abu hasil pembakaran sudah berada di bawah standar Kementrian Lingkungan Hidup yaitu sebesar 5 ppm sehingga sudah aman untuk lingkungan. 74

D.2 3. Kekuatan Fleksural Perbandingan kekuatan fleksural dari beberapa mortar disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 3 dengan lama pengeringan dan 7 hari. 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2,5 0,5 0 hari 7 hari Full Semen NaOH 9, NaOH 7,3 NaOH 5,5 KOH 9, KOH 7,3 KOH 5,5 Non Hidro 9, Non Hidro 7, 3 Non Hidro 5, 5 Gambar 3. Grafik kekuatan fleksural dengan variasi mortar Dilihat dari Gambar 3 kekuatan fleksural mortar semua variasi di atas standar kekuatan fleksural umumnya yaitu 0,4 MPa, sehingga penggunaan abu hasil pembakaran incinerator efektif untuk mengurangi penggunaan semen. Dari Gambar 3 juga didapat kesimpulan bahwa mortar yang menggunakan abu tanpa perlakuan hidrotermal lebih rendah dibandingkan mortar yang menggunakan abu dengan perlakuan hidrotermal, kecuali hanya satu pada mortar KOH 7:3. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sangat efektif meningkatkan kekuatan fleksural mortar dengan menggunakan abu perlakuan hidrotermal. 4. Densitas Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin banyaknya jumlah abu yang digunakan pada mortar berbanding terbalik dengan kepadatan mortar. Mortar yang menggunakan abu hidrotermal lebih besar densitasnya dibandingkan dengan yang tidak menggunakan perlakuan hidrotermal, tetapi masih di bawah nilai densitas full semen. Abu yang menggunakan larutan NaOH saat hidrotermal juga lebih besar nilai densitasnya dibandingkan yang menggunakan larutan KOH. Prosiding SNST ke-4 Tahun 203 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 75

2,2 2, 2,9,8,7,6,5,4,3,2, 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0, 0 hari 7 hari Full Semen NaOH 9, NaOH 7,3 NaOH 5,5 KOH 9, KOH 7,3 KOH 5,5 Non Hidro 9, Non Hidro 7, 3 Non Hidro 5, 5 Gambar 4. Grafik densitas dengan variasi mortar KESIMPULAN Dari beberapa pengujian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:. Abu sampah yang digunakan sebagai sampel memiliki nilai ekstraksi yang rendah, 2.89 ppm, di bawah standar Kementrian Lingkungan Hidup yaitu sebesar 5 ppm sehingga aman untuk lingkungan. 2. Proses hidrotermal efektif untuk mengurangi nilai ekstraksi unsur logam berat Pb pada abu. 3. Penggunaan abu sebagai bahan sekunder untuk mengurangi pemakaian semen efektif, sebab nilai fleksural dari semua variasi mortar di atas standarisasi kekuatan fleksural yang nilainya 0,4 MPa. 4. Proses hidrotermal juga efektif untuk meningkatkan kekuatan fleksural mortar dibandingkan dengan mortar yang menggunakan abu tanpa perlakuan hidrotermal. DAFTAR PUSTAKA Chiang, Y.W., Ghyselbrecht, K., Santos, R.M., Meesschaert, B., Martens, J.A., (20), Synthesis of Zeolitic Type Adsorbent Material from Municipal Solid Waste Incinerator Bottom Ash and Its Application in Heavy Metal Adsorption, Journal of Catalysis Today, vol. 90, pp 23-30. Jing, Z., Ran, X., Jin, F., Ishida, E. H., (2009), Hydrohermal Solidification of Municipal Solid Waste Incineration Bottom Ash with Slag Addition, Journal of Waste Management, vol. 0, pp. 52-527. Sukandar, S., Yasuda, K., Tanaka, M., and Aoyama, I., (99), Metal Leachability from Medical Waste Incinerator Fly Ash: A Case Study on Particle Size Comparison, Journal of Environmental Pollution, vol. 44, pp. 726-735. 76