BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen [(3-benzophenyl)-propionic acid] adalah turunan asam

dokumen-dokumen yang mirip
Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

RIFDA AMALIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

PENGGUNAAN ETIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN SEDIAAN LEPAS LAMBAT SISTEM MATRIKS BERBASIS ETILSELULOSA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DENGAN TEKNIK DISPERSI SOLIDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti

1. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Pembuatan kurva baku... 35

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

PENGGUNAAN METIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL: STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

PENGARUH HPMC DAN GLISEROL TERHADAP TRANSPOR TRANSDERMAL PROPRANOLOL HCl DALAM SEDIAAN MATRIKS PATCH DENGAN METODE DESAIN FAKTORIAL

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

banyak digunakan dalam pengobatan akut dan jangka panjang dari asma bronkial, bronkitis kronis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik dengan

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

santalin, angolensin, pterocarpin, pterostilben homopterocarpin, prunetin (prunusetin), formonoetin, isoquiritigenin, p-hydroxyhydratropic acid,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

Penghantaran obat secara transdermal dibuat dalam bentuk patch. Dimana patch terdiri dari berbagai komponen, namun komponen yang paling penting dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk agglomerat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. per oral sangat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya berkorelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

OPTIMASI KARBOKSIMETILSELULOSA NATRIUM SEBAGAI MATRIKS DAN TWEEN 60 SEBAGAI ENHANCER

Farmaka Volume 4 Nomor 3 Suplemen 1 1

Farmaka Suplemen Volume 14 Nomor 1 136

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik

PENGARUH KADAR POLIETILEN GLIKOL (PEG) 400 TERHADAP PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DARI SEDIAAN TRANSDERMAL PATCH TYPE MATRIKS

Natrium diklofenak merupakan suatu anti radang non steroid yang digunakan pada

Puspitasari, et al, Optimasi Hidroksipropil Metilselulosa dan Carbopol terhadap...

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PENETRASI PERKUTAN IN VITRO

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

MATRIKS DENGAN KOMBINASI POLIMER POLIVINIL ALKOHOL DAN ETIL SELULOSA SERTA PENINGKAT PENETRASI PEG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Gambar. Daftar Lampiran. Intisari... BAB I. PENDAHULUAN..1. A. Latar Belakang.1. B. Perumusan Masalah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS RAHMADEVI

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN PATCH TRANSDERMAL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MATRIK KOMBINASI MENGGUNAKAN POLIMER ETIL SELULOSE DAN PVP K 30

FORMULASI KOSMETIK UNTUK MENDAPATKAN EFEK YANG MAKSIMAL

STUDI EFEK MINYAK WIJEN, MINYAK ALMOND, DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI SECARA IN VITRO DARI BASIS GEL ALGINAT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen [(3-benzophenyl)-propionic acid] adalah turunan asam propionat yang mempunyai aktivitas antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2000) dengan mekanisme kerja menghambat metabolisme asam arakidonat melalui jalur siklooksigenase. Ketoprofen mampu meredakan nyeri pada pasien yang mengalami gangguan muskuloskeletal, seperti osteoarthritis, rheumatoid arthritis, dan juga nyeri traumatik pada pasien yang mengalami low back pain akut maupun gangguan pada jaringan lunak.seperti pada obat analgesik non-steroid lainnya, baik pemberian oral maupun intrarektal, ketoprofen juga memiliki efek samping seperti gangguan pada saluran pencernaan (Ichiro dkk., 2010). Pada pemakaian oral ketoprofen dilaporkan memiliki efek samping yang lebih besar dibandingkan dengan efek samping analgesik sejenis turunan asam propionat seperti ibuprofen (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Konsentrasi maksimum ketoprofen dalam plasma pada pemakaian oral (Cp maksimal) terjadi setelah penggunaan selama 1-2 jam, waktu paruh 2 jam, dan kadar obat dalam plasma sebesar 98 % (Ramchandani dan Balakhrisnan, 2012). Pemberian patch ketoprofen secara transdermal diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien dibandingkan jika pemberian secara oral karena dapat meminimalkan frekuensi pemakaian obat. 1

2 Dibandingkan dengan sediaan peroral maka sediaan transdermal tidak hanya meningkatkan kepatuhan pasien tetapi juga menjaga keseragaman konsentrasi obat dalam plasma selama pemakaian. Patch lebih dipilih dibandingkan pemberian secara intravena karena tidak menimbulkan rasa sakit, kerusakan jaringan dan menghilangkan rasa takut pasien. Syarat suatu obat dapat dibuat dalam bentuk patch diantaranya; 1) waktu paruh yang pendek, 2) tidak memberikan efek toksik pada kulit, 3) berat molekul kurang dari 500 Da, 4) memiliki koefisien partisi 1-3 (Kumar dan Phillip, 2007; William, 2003). Kemampuan pelepasan obat dari polimer merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu patch. Partikel obat pertama-tama harus terlarut sehingga terbentuk molekul yang dapat berdifusi melewati polimer, kemudian obat akan berpenetrasi melewati kulit. Ada 2 sistem transdermal patch yaitu tipe matriks atau monolitik dan tipe membran atau reservoir (Ansel, 1989). Tipe membran tersusun dari backing layer, drug reservoir, membran rate controlling dan adhesive. Tipe matriks tersusun oleh backing layer, polymeric drug reservoir, dan adhesive. Terkadang dalam sistem juga hanya terdapat backing layer dan obat yang telah dicampur dengan perekat (Venkatraman dkk., 2002). Pada sistem matriks, material polimer akan berikatan dan mengendalikan laju pelepasan dari sediaan sedangkan pada tipe membran, yang mengontrol laju pelepasan adalah lapisan membran dan lapisan perekat yang merupakan halangan yang menghambat laju pelepasan obat dari sediaan. Sistem membran pada umumnya memberikan laju pelepasan obat yang mengikuti orde-nol (konstan).

3 Patch dengan tipe matriks pembuatannya lebih mudah dan sederhana jika dibandingkan dengan tipe membran. Polimer yang digunakan sebagai pembawa pada tipe matriks ada dua jenis, yaitu polimer hidrofilik seperti hidroksipropil metilselulosa, hidroksipropil selulosa dan polivinilpirolidon, serta polimer hidrofobik seperti etilselulosa, metilselulosa, polietilen dan polivinil klorida (Sinko, 2006). Penggunaan polimer hidrofilik menyebabkan permeabilitas patch semakin meningkat, sehingga difusi obat berjalan cepat (Jinghua dkk., 2001). Pemakaian polimer hidrofobik akan memperlambat laju pelepasan obat, semakin tinggi konsentrasi yang digunakan, maka laju pelepasannya akan semakin lambat. Agar pelepasannya efektif perlu dilakukan modifikasi sifat polimer dengan menggunakan campuran kedua polimer tersebut. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mempelajari kombinasi efek kedua polimer tersebut dalam membantu pelepasan obat. Vijayan dkk.,(2010), meneliti bahwa kombinasi hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dengan metilselulosa (MC) 1:1 pada patch losartan menghasilkan transpor obat sebesar 75,96 % selama 24 jam lebih tinggi dari kombinasi HPMC dengan Eudragit RS100 yakni sebesar 45,55 % dan HPMC dengan etilselulosa (EC) sebesar 61,33 %. Gottipati dkk.,(2012), dalam hasil penelitiannya menggunakan kombinasi HPMC dengan MC (1:1) menghasilkan transpor valsartan sebesar 87,55 % lebih tinggi dari kombinasi HPMC dengan Eudragit RS100, HPMC dengan Eudragit RL100 dan HPMC dengan EC yakni berturut-turut sebesar 52,24 %, 71,25 %, 63,5 %. Beny dkk..(2009), dalam penelitiannya menggunakan kombinasi 3 % HPMC

4 dan 2 % MC menghasilkan patch ketorolak tromethamin dengan release rate yang konstan serta durasi yang cukup panjang sehingga mampu mengurangi frekuensi pemakaian obat. Oleh karena itu penting untuk dilakukan penelitian tentang formulasi patch dengan menggunakan kombinasi polimer HPMC dan MC untuk mengetahui seberapa besar jumlah ketoprofen yang dapat tertranspor dan fluks ketoprofen sehingga diharapkan mampu memberikan efek terapi. Pada penelitian ini ingin diketahui bagaimana pengaruh polimer kombinasi antara hidroksipropil metilselulosa dan metilselulosa terhadap karakter fisik patch, profil pelepasan dan profil transpor perkutan ketoprofen dari matriks, dengan penambahan mentol sebagai enhancer dan polietilenglikol 400 sebagai plasticizer serta Eudragit RL100 sebagai bahan perekat sehingga diperoleh formula yang optimal untuk pembuatan patch transdermal. 1. Perumusan Masalah yaitu: Dari uraian latar belakang masalah tersebut dirumuskan beberapa masalah a. Bagaimana pengaruh kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC) terhadap karakter fisik matriks patch ketoprofen? b. Bagaimana pengaruh kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC) terhadap profil pelepasan dan transpor perkutan ketoprofen dari matriks patch ketoprofen?

5 c. Berapakah jumlah kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC) yang menghasilkan formula yang optimal? d. Bagaimana mekanisme pelepasan ketoprofen dari matriks patch dengan kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC)? 2. Keaslian Penelitian Hasil penelusuran pustaka pada beberapa data base yang sudah dilakukan berkaitan dengan formulasi ketoprofen transdermal dan uji transpor transdermal beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, penulis menemukan: a. Ichiro dkk., (2010) membandingkan jumlah dan laju ketoprofen yang diabsorpsi pada tendon dan otot setelah pemberian ketoprofen patch (20 mg) atau tablet ketoprofen sustained release (150 mg). Hasilnya, kadar maksimal ketoprofen dalam plasma melalui pemakaian patch dicapai setelah 6 jam dan berangsur-angsur menurun sampai pada jam ke-20. Akan tetapi pada jam ke-20, menunjukkan bahwa jumlah ketoprofen masih tetap tinggi dibandingkan dari jam ke-1. Pada jam ke-14 jumlah melalui pemakaian patch, kadar ketoprofen dalam plasma menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan terhadap pemakaian melalui oral. b. Abid dkk., (2012) meneliti tentang pengaruh almond oil sebagai enhancer terhadap laju penetrasi ketoprofen secara in-vitro dan ex-vivo menggunakan kulit kelinci. Hasilnya, almond oil mampu meningkatkan penetrasi ketoprofen

6 baik dalam bentuk gel maupun patch dengan pemakaian sebanyak 3 % dalam formula. c. Shashikant dkk., (2009) membandingkan pengaruh antara asam oleat, propilenglikol, dan PEG 400 sebagai enhancer terhadap laju permeasi patch ketoprofen. Hasilnya, asam oleat merupakan enhancer yang paling baik karena menghasilkan persentase disolusi efisiensi selama 24 jam (DE 24) yang paling besar. d. Maria dkk., (2006) meneliti tentang pengaruh interaksi ketoprofendioleyphosphatidycholine (DOPC) terhadap permeasi ketoprofen. Hasilnya, interaksi DOPC-ketoprofen akan meningkatkan kelarutan dari ketoprofen yang berdampak terhadap peningkatan permeasinya dengan nilai fluks sebesar 51,007 µg/cm 2 /jam. e. Singh dkk., (2009) membandingkan dan mengevaluasi laju penetrasi secara invitro dan in-vivo ketoprofen transdermal dengan menggunakan berbagai macam polimer bioadhesive seperti: karboksimetilselulosa, xanthan gum, poloxamer 407, dan karbopol 935P serta asam oleat sebagai enhancer. Hasilnya, pada pemakaian dalam jumlah yang sama yakni sebanyak 15 % v/b, poloxamer menghasilkan fluks yang lebih cepat dibandingkan dengan polimer lainnya sebesar 0,421 mg/cm 2 /jam. f. Ceschel dkk., (2002) meneliti tentang hubungan antara permeasi ketoprofen transdermal dengan pelarut campuran buffer phosphat ph 6,5 dan pelarut lainnya seperti etanol, isopropil alkohol, gliserol, transkutol, propilenglikol,

7 dan PEG 400. Hasilnya, konstante difusi ketoprofen tidak dipengaruhi oleh campuran berbagai macam co-solvent dan koefisien partisi ketoporfen berbanding terbalik dengan peningkatan jumlah pemakaian campuran co-solvent tersebut. g. Ladda dkk., (2005) mengevaluasi tentang pengaruh zat adhesive kombinasi Eudragit NE30D dan Eudragit E100 terhadap laju permeasi ketoprofen transdermal dengan bahan tambahan propilenglikol, butilenglikol, dan asam oleat. Hasilnya, laju permeasi ketoprofen yang mengandung asam oleat dan propilenglikol lebih tinggi daripada butilenglikol h. Tanasait dkk., (2012) memformulasi dan mengevaluasi ketoprofen patch dengan menggunakan polimer acrylic pressure sensitive adhesive (PSA) seperti Acrylac ER-7306. Hasilnya, peningkatan PSA akan meningkatkan rasio weight/area dan pemakaian terpenes dalam formula akan meningkatkan permeasi ketoprofen dengan enhancement ratio dari 1,4 sampai 2.6. i. Attiguppe dkk., (2011) memformulasi dan mengevaluasi ketoprofen patch dengan menggunakan biopolimer seperti: natrium alginat, locust bean gum (LBA). Hasilnya, pemakaian campuran natrium alginat-lba menghasilkan pelepasan ketoprofen yang efektif setelah 24 jam dan pemakaian biopolimer tersebut tidak mengakibatkan edema, erythema atau ulceration. j. Swetha dkk., (2010) memformulasi dan mengevaluasi ketoprofen patch dengan menggunakan basis mucilago buah Ficus reticulate. Hasilnya, pemakaian mucilago buah Ficus reticulate menghasilkan patch yang tidak

8 bersifat iritatif. Percobaan selama 12 jam memperlihatkan bahwa pelepasan ketoprofen terus menerus meningkat. Sejauh ini berdasarkan searching database tidak ditemukan penelitian mengenai formulasi ketoprofen transdermal dengan kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC) dengan enhancer menthol, platicizer PEG 400 dan polimetakrilat (PMA) (Eudragit RL100) sebagai perekat. 3. Manfaat Penelitian a. Manfaat bagi peneliti: Untuk mengetahui pengaruh kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC) terhadap formula patch ketoprofen, pelepasan dan transpor perkutan ketoprofen serta jumlah kombinasi polimer tersebut yang menghasilkan pelepasan dan transpor perkutan yang optimal dalam upaya untuk mengembangkan sistem penghantaran obat secara transdermal. b. Manfaat bagi instansi: Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang teknologi formulasi khususnya sistem penghantaran obat secara transdermal. c. Manfaat bagi ilmu pengetahuan: Sebagai pengetahuan dasar dalam mengembangkan sistem penghantaran obat secara transdermal sebagai jalur alternatif dalam pengobatan.

9 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC) terhadap karakter fisik matriks patch ketoprofen. 2. Mengetahui pengaruh kombinasi polimer hidroksipropil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC) terhadap profil pelepasan dan transpor perkutan ketoprofen dari matriks patch ketoprofen. 3. Mengetahui jumlah kombinasi polimer hidroksi propil metilselulosa (HPMC) dan metilselulosa (MC) yang menghasilkan formula yang optimal. 4. Mengetahui bagaimana mekanisme pelepasan ketoprofen dari matriks patch transdermal.