BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. seluruh tanah air hingga kini masih tersimpan karya-karya sastra lama. Penggalian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama penentu kemajuan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah gagasan dan nilai- nilai, seperti etika dan norma-norma yang mempengaruhi tingkah laku warga sebuah masyarakat lainnya. Budaya menunjukkan suku bangsa, karena seperti diketahui Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa memiliki sendiri budaya serta adat kebiasaannya sebagai jati diri dari masing-masing suku bangsa tersebut. Kebudayaan dalam arti luas adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang diperoleh melalui belajar. Istilah kebudayaan digunakan untuk menunjukkan hasil fisik karya manusia, meskipun hasil fisik karya manusia sebenarnya tidak lepas dari pengaruh pola berpikir (gagasan) dan pola perilaku (tindakan) manusia (Nuraeni, A. 2013:16). Sehubungan dengan bermacam-macam budaya dan adat kebiasaan, maka dalam upaya membangun masyarakat diperlukan pengembangan kebudayaan nasional yang fungsinya sebagai kerangka acuan yang dapat memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kebudayaan nasional bersumber pada puncak-puncak kebudayaan lokal atau kebudayaan daerah di seluruh Indonesia, yang selaras dengan norma-norma berbangsa dan bernegara. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang di wariskan secara turun-temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya di ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain. Dalam mengembangkan budaya nasional itu, perlu diperhatikan akar budaya bangsa sebagai jati diri yang membedakan dengan kebudayaan-

2 kebudayaan suku bangsa lain. Demikian pula di bidang sastra, Indonesia sangat kaya dengan karya sastra. Melalui karya sastra dapat diketahui eksistensi kehidupan suatu masyarakat di suatu tempat meskipun hanya pada sisi-sisi tertentu. Karya sastra mengandung unsur keindahan yang dapat menimbulkan perasaan senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, dan menyegarkan penikmatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Noor (2011: 17) bahwa indah dan baik ini menjadi fungsi sastra yang terkenal dengan istilah dulce et utile yang artinya indah dan baik. Kedua istilah ini mempunyai kaitan arti yang erat untuk memahami makna sastra secara keseluruhan. Pengalaman jiwa yang terdapat dalam karya sastra akan dapat memperkaya kehidupan batin pembaca, sehingga pembaca dapat mengoreksi diri untuk mencapai keadaan yang lebih sempurna. Di samping itu, pengungkapan karya sastra umumnya lebih estetis dan artistik bila dibandingkan dengan karya yang lain. Hal ini, akan menjadikan karya sastra lebih mempesona dan dapat membuat pembaca tidak segera bosan untuk menikmatinya, bahkan semakin tertarik menyelami maksud yang terkandung didalamnya. Semua karya sastra (fiksi) ada kemiripan dengan sesuatu dalam hidup karena bahannya memang diambil dari pengalaman hidup. Pengalaman itu, menurut Sudjiman (1988: 12-13 ), dapat berupa pengalaman langsung yaitu yang dialami langsung oleh pengarang dan pengalaman tak langsung, berupa pengalaman orang lain yang secara tak langsung sampai kepada pengarang, misalnya karena sipengarang banyak membaca. Noor (2001: 27) mengatakan bahwa karya sastra adalah merupakan salah satu cerminan nilai-nilai budaya dan tidak terlepas dari sosial budaya serta kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Berkaitan dengan itu, Teeuw (1988: 15) mengatakan bahwa ciri umum sastra prosa, dalam hal ini sastra Indonesia periode 1955-1965, bersifat realistis, yang berakar pada realitas Indonesia pada masa itu dengan segala keragaman negeri yang sangat luas.

3 Peneliti menyimpulkan melalui pendapat di atas bahwa karya sastra merupakan pengalaman hidup baik yang dialami langsung oleh pengarang atau pun pengalaman orang lain yang mencerminkan nilai-nilai budaya yang digambarkan dalam kehidupan masyarakat yang berakar pada segala keragaman. Cerita rakyat merupakan salah satu dari karya sastra. Pengertian cerita rakyat adalah salah satu bentuk foklor lisan (Bunanta 1998:21) Cerita rakyat merupakan tradisi lisan yang secara turun temurun diwariskan dalam kehidupan masyarakat. Cerita rakyat biasanya berbentuk tuturan yang berfungsi sebagai media pengungkapan perilaku tentang nilai-nilai kehidupan yang melekat di dalam kehidupan masyarakat. Bentuk-bentuk foklor banyak dijumpai di Indonesia. Hal ini, turut memperkaya khazanah kesusasteraan Indonesia. Salah satu di antaranya adalah sastra Batak Karo yang dijumpai di Sumatera Utara, khususnya cerita rakyat dari masyarakat Batak Karo yang umumnya bermukim di Kabupaten Karo. Cerita rakyat Batak Karo ini sangat banyak jumlahnya, baik yang diungkapkan dalam bentuk lisan maupun yang telah diungkapkan dalam bentuk tulisan. Secara umum cerita rakyat ini masih diungkapkan dalam bahasa Batak Karo. Hal ini mengingat bahwa secara geografis bahasa Batak Karo masih dipergunakan sebagai sarana komunikasi oleh suku Batak Karo yang tinggal di daerah asal maupun perantauan. Dalam upaya memperkaya khazanah kesusasteraan Indonesia, Robson mengatakan bahwa sastra daerah termasuk sastra klasik Indonesia yang sampai sekarang masih terlantar. Hal ini menunjukkan minat bangsa Indonesia sendiri masih kurang untuk melakukan penelitian terhadap sastra daerah tersebut. Apabila keadaan seperti itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin pada suatu saat tidak ada lagi orang yang menaruh minat terhadap sastra daerah itu. Salah satu diantara sekian banyak jalan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dan menumbuhkan minat terhadap sastra daerah adalah melalui pengajaran di sekolah. Memahami sebuah isi cerita rakyat, bukanlah hal yang mudah, sehingga saat ini karena sudah banyak cerita sinetron yang ada di televisi, masyarakat

4 Batak Karo khususnya orang tua, sudah malas menceritakan atau mendongeng kepada anaknya sebelum tidur, sehingga orang tua masyarakat Karo tersebut nyaris melupakan cerita rakyat Batak Karo. Bahkan anak- anaknya sama sekali tidak pernah mendengar cerita rakyat Batak Karo. Pada zaman dahulu, orang tua masyarakat Karo sudah menjadi tradisinya untuk bercerita atau mendongengkan cerita rakyat karo kepada anaknya. Apalagi kondisi siswa sekarang ini jauh berbeda dari siswa zaman dulu karena Sekarang ini,siswa lebih tertarik pada halhal yang sifatnya instan. Siswa lebih suka membaca komik daripada membaca buku-buku yang membutuhkan telaah untuk memahaminya. Bahkan pada masa sekarang siswa lebih sering menggunakan internet untuk bermain game, face book, dan lain-lain. Sehingga untuk membaca cerita rakyat, siswa tidak berminat lagi. Apabila di sekolah, guru tidak pandai memilih bahan ajar sastra dan memilih metode yang tepat dan sesuai, dalam membaca cerita rakyat bisa-bisa ditinggal tidur oleh siswanya. Karena alasan inilah maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji fungsi, nilai budaya cerita rakyat Batak Karo sehingga siswa saat ini dapat mendengar dan mengkaji cerita rakyat Batak Karo di sekolah dari guru dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra yang menarik dan menyenangkan. Diangkatnya masalah Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat di Kabupaten Karo serta Penerapan Hasilnya dalam Menyusun Bahan Pembelajaran Sastra di SMP secara umum bagi masyarakat Batak Karo merupakan suatu upaya untuk meningkatkan motivasi membaca dan menggali budaya cerita rakyat Batak Karo dan secara khusus untuk siswa SMP suatu upaya meningkatkan motivasi mengkaji sastra pada diri siswa, khususnya dalam bidang cerita rakyat. Dengan demikian, diharapkan guru bisa memilih alternatif bahan ajar apresiasi sastra yang tidak membosankan siswa. Agar tujuan itu dapat tercapai perlu kiranya diadakan pengkajian terhadap cerita rakyat sebagai salah satu dari kekayaan milik bangsa, sehingga nantinya cerita rakyat tersebut memiliki kelayakan untuk dijadikan bahan ajar sastra khususnya di tingkat sekolah menengah pertama. Kajian semestinya dilakukan

5 dari berbagai segi dan pendekatan agar pengkajian terhadap cerita rakyat dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi siswa SMP. Menurut (Oemarjati, 1992), seperti berikut ini. Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi efektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam, menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa hormatnya terhadap tata nilai baik dalam konteks individual, maupun sosial. Menurut Rusyiana (1984:322), kemampuan mengalami pengalaman pengarang yang tertuang di dalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada pembaca. Selanjutnya dikatakan, Kenikmatan itu timbul karena: (1) merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain; (2) bertambah pengalaman sehingga dapat menghadapi kehidupan lebih baik; (3) menikmati sesuatu demi sesuatu itu sendiri, yaitu kenikmatan estetis. Dari kedua pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa melalui pengajaran sastra dapat memperkaya pengalaman siswa dengan tujuan dapat menumbuhkan kepekaan terhadap masalah sehingga pengalaman yang tertuang di dalam karya sastra dapat menimbulkan rasa nikmat kepada pembaca. Analisis fungsi dan nilai budaya merupakan salah satu hal penting dalam pembelajaran sastra. Dikatakan penting, karena dengan adanya analisis fungsi dari sebuah karya sastra, contohnya cerita rakyat akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi siswa mengenal makna sebuah cerita rakyat tersebut. Disamping itu, juga dapat memperkaya pengetahuan siswa tentang nilai-nilai, salah satunya nilai budaya. Cerita rakyat yang merupakan cerminan kehidupan, maka siswa dapat mengambil pelajaran atau hikmah dan belajar tentang hidup yang sebenarnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai dasar pegangan untuk memilih objek bahan pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan apresiasi siswa. Prinsip dasar dalam pemilihan bahan pembelajaran harus sesuai dengan

6 kemampuan siswa pada suatu tahap pengajaran tertentu. Kemampuan siswa berke mbang sesuai dengan tahap perkembangan jiwanya. Oleh karena itu, karya sastra yang disajikan hendaknya diklasifikasikan berdasarkan derajat kesukaran di samping kriteria kriteria lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan tidak akan berjalan optimal. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. Yosiabdiantindaon. Blogspot. Com / 2012 /04 / Prinsip-prinsip dalam memilih bahan. Html [Februari 04, 2014] Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan analisis struktur, konteks penuturan, dan fungsi sosial yang terkandung dalam cerita rakyat pernah dilakukan oleh Andriana, A. tahun 2010 sebagai sebuah Skripsi di Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian yang dilakukan Andriana A. ini pada cerita Curug Santri dengan judul Curug Santri di Kabupaten Karawang: Analisis struktur, konteks penuturan, dan fungsi sosial. Andriana, A. memposisikan cerita Curug Santri ini ke dalam genre sastra lisan, tepatnya legenda. Legenda Curug Santri ini mengisahkan tentang lima orang santri yang mendapat perintah untuk pergi mencari sumber air ke gunung. Kelima santri ini

7 kemudian mendapatkan sebuah Curug yang kemudian aliran air tersebut diarahkan ke pondok pesantren untuk kebutuhan sehari-hari. Penelitian terhadap cerita Curug Santri ini menyimpulkan bahwa dari analisis yang telah dilakukan, terdapat pesan simbolik, yaitu seseorang harus melaksanakan amanat yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya. Penelitian yang dilakukan oleh Andriana, A. ini tidak dilakukan untuk menggali nilai budaya, namun menggali fungsi sosialnya sehingga menitikberatkan pada analisis terhadap informasi yang diberikan informan, sementara pengemukaan mengenai fungsi sosial berdasarkan teks akan mengaburkan penelitian karena hanya berdasarkan pada asumsi peneliti sendiri. Penelitan yang sejenis pula pernah dilakukan oleh Ucu tahun 2013 sebagai Tesis di Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Ucu pada cerita Curug Sawer, Curug Batu Layang, Curug Cimahi, Curug Penganten, Curug Malela, dan Curug Maribaya dengan judul Tesis Legenda di Kabupaten Bandung Barat: Struktur, Nilai Budaya, Konteks Penuturan, dan Fungsi serta pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA Kelas X dilakukan Ucu sebagai sebuah proses kajian dan pendokumentasian sebuah cerita rakyat yang hidup di dalam masyarakat Bandung Barat. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa analisis struktur dan nilai budaya yang terkandung di dalam cerita rakyat menunjukkan hasil yang signifikan dalam memotivasi siswa untuk mengapresiasi karya sastra sedangkan penelitian terdahulu berkaitan dengan Analisis Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya Dalam Cerita Rakyat Di Kabupaten Karo serta Penerapan Hasilnya dalam Menyusun Bahan Pembelajaran Sastra di SMP sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan. Atas dasar itulah, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap cerita rakyat tersebut agar tidak dilupakan masyarakat Karo dan ingin menjadikannya sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra di sekolah menengah pertama.

8 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Legenda yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah legenda Terjadinya Danau Lau kawar dan Bukit Gundaling yang berada di desa kawar kecamatan Simpang Empat dan di Berastagi Kecamatan Berastagi. Perlu diketahui bahwa legenda pada dasarnya merupakan sastra lisan yang biasanya dituturkan secara lisan yang beredar di masyarakat. Legenda biasanya hidup dalam tradisi suatu masyarakat. Dengan keberadaan tersebut, maka peneliti melakukan upaya perekaman terhadap penutur cerita untuk kemudian peneliti analisis. Analisis terhadap legenda ini dilakukan pada struktur cerita, konteks penuturan, fungsi cerita, dan nilai budayanya. Analisis terhadap struktur cerita dilakukan pada alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Analisis terhadap konteks penuturan dilakukan terhadap keberadaan penutur, kesempatan bercerita, tujuan bercerita, dan hubungan cerita dengan masyarakatnya. Analisis terhadap fungsi cerita dilakukan muatan cerita serta pendapat penutur mengenai fungsi cerita tersebut. Adapun analisis terhadap nilai budaya dilakukan berdasarkan pendapat Koentjoroningrat (2009: 154) yang membagi nilai budaya tersebut berdasarkan lima pokok permasalahan manusia dalam hidup, yaitu 1) masalah mengenai hakikat manusia, 2) masalah mengenai hakikat dari karya manusia, 3) masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, 4) masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar, dan 5) masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya. Berkaitan dengan hakikat legenda sebagai sastra lisan dan upaya pengumpulan data yang dilakukan peneliti, berdasarkan kondisi geografis kabupaten karo, kabupaten karo terdiri dari 18 kecamatan. Dari 18 Kecamatan tersebut adalah kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi. Legenda lau kawar dan Legenda Bukit Gundaling terdapat di desa kawar kecamatan Simpang Empat dan di Berastagi Kecamatan Berastagi. Kajian penelitian ini didasarkan atas :

9 1) Informasi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Karo yang kemudian telah peneliti telusuri. 2) Waktu yang dimiliki peneliti dalam melakukan penelitian ini cukup singkat. 3) Peneliti melakukan pengkajian pada a. analisis struktur, konteks penuturan dan fungsi cerita, b. analisis nilai-nilai budaya, dan c. pemanfaatan cerita tersebut sebagai bahan ajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. 1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah difokuskan pada perlunya diadakan penelitian terhadap cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo sebagai upaya penyelamatan, pewarisan, dan pelestarian dengan cara mengubahnya dari bentuk lisan ke bentuk tulisan. Dengan demikian cerita rakyat Batak Karo akan terhindar dari kepunahan. Penelitian terhadap cerita rakyat Batak Karo dapat dilakukan dari berbagai aspek dan kepentingan. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada struktur dan nilai budaya yang terkandung didalam cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Untuk lebih jelasnya, masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur (alur, tokoh, latar, tema, dan amanat) cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo? 2. Apa fungsi utama cerita rakyat Batak Karo bagi masyarakat dan bagi siswa SMP? 3. Nilai-nilai budaya apa sajakah yang terdapat di dalam cerita rakyat Batak Karo yang masih berlaku dalam kehidupan masyarakat Batak Karo sekarang ini?

10 4. Bagaimana pemanfaatan legenda yang terdapat di Kabupaten Karo, sebagai bahan pembelajaran sastra di SMP? 1.3 Tujuan Pelaksanaan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo. Berdasarkan hal di atas, secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal berikut: 1. Mengetahui struktur (alur, tokoh, latar, tema, dan amanat) cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo. 2. Mengetahui fungsi utama cerita rakyat Batak Karo bagi masyarakat dan siswa SMP. 3. Menemukan dan mendeskripsikan keberlakuan nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam cerita rakyat Batak Karo dalam kehidupan masyarakat Batak Karo saat ini. 4. Menemukan desain bahan ajar yang dapat diberikan dari hasil analisis struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat secara teoritis adalah sebagai berikut: a) Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan dalam pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur, funsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo. b) Penelitian ini memberikan wawasan tentang contoh rencana pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo.

11 c) Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber yang diperlukan dalam kajian ilmiah terhadap analisis struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo. d) Penelitian ini dapat sebagai bahan rujukan dalam penelitian lain, baik dalam ilmu foklor maupun pembelajaran sastra. 2. Manfaat secara praktis adalah sebagai berikut: a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam menentukan rencana pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat Batak Karo. b) Hasil penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo. c) Hasil penelitian ini dapat memberikan bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka pemeliharaan dan pembinaan budaya nusantara sebagai sumber budaya nasional. d) Hasil penelitian ini dapat menumbuhkan minat sekaligus mewujudkan kreatifitas apresiasi karya sastra daerah bagi yang ingin mendalaminya.