GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG BESARAN BIAYA DAN PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Provinsi Bali telah melaksanakan Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara dan mengembangkan kartu elektronik JKBM untuk memberikan jaminan kesehatan bagi masyarakat Bali yang telah memenuhi persyaratan dengan biaya dan mutu yang terkendali; b. bahwa pola tarif yang berlaku di Rumah Sakit Jejaring JKBM di Provinsi dan Kabupaten/Kota memiliki besaran biaya dan mekanisme penggunaan yang bervariasi sesuai fasilitas dan jenis pelayanan kesehatan; c. bahwa dalam rangka mewujudkan standar besaran biaya dan prosedur pelayanan kesehatan pada masyarakat pengguna program Jaminan Kesehatan Bali Mandara perlu diadakan pengendalian besaran biaya agar sesuai dengan pola tarif JKBM; d. bahwa Perjanjian Kerjasama Gubernur Bali dengan Bupati/Walikota se Bali tentang Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara sepakat untuk mengembangkan Jaminan Kesehatan untuk seluruh masyarakat Bali; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Besaran Biaya dan Prosedur Pelayanan Kesehatan Peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara di Rumah Sakit;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 45,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 920/MENKES/PER/XII/86 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik, Khusus Bentuk Pelayanan Medik Spesialistik; 13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 131/Menkes/SK/III/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 14. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat; 15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/Menkes/PER/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit; 16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 686/Menkes/SK/VI/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG BESARAN BIAYA DAN PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DI RUMAH SAKIT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Provinsi adalah Provinsi Bali. 2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Bali. 3. Gubernur adalah Gubernur Bali. 4. Bupati/Walikota adalah Pemerintah Kabupaten/Walikota se-bali. 5. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/Kota se-bali. 6. Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara yang selanjutnya disebut JKBM adalah program Pemerintah Provinsi bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan cara memberikan pelayanan kesehatan. 7. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
8. Rumah Sakit Kelas A adalah Rumah Sakit Umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis. 9. Rumah Sakit Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Penunjang Medik Spesialis lain dan 2 (dua) Pelayanan Medik Sub Spesialis Dasar. 10. Rumah Sakit Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Spesialis Penunjang Medik. 11. Rumah Sakit Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar. 12. Rumah Sakit Khusus adalah Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap. 13. Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) adalah pelayanan spesialistik yang dilaksanakan di Puskesmas, Rumah Sakit Daerah, Rumah Sakit Indera Masyarakat, Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Sanglah. 14. Rawat Inap Tingkat lanjut (RITL) adalah pelayanan rawat inap di Rumah sakit Pemerintah kelas III yang bekerja sama dengan Program Jaminan Kesehatan Bali (Mandara (JKBM). 15. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) adalah fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan kesehatan dasar sampai ke pelayanan tingkat lanjutan di Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah. 16. Gawat Darurat/Emergency adalah suatu keadaan dimana diperlukan pelayanan medis segera dan tidak dapat ditunda dalam waktu 12 jam untuk menyelamatkan jiwa atau mencegah terjadinya cacat tubuh atau fungsi yang permanen. 17. Asuhan Persalinan Normal yang selanjutnya disebut APN adalah suatu upaya mewujudkan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. 18. Penduduk Bali adalah setiap orang yang berdomisili di Bali, terdaftar dalam kartu keluarga dan memiliki Kartu Tanda Penduduk Bali. 19. Kartu Keluarga yang selanjutnya disebut KK adalah kartu identitas keluarga yang memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga. 20. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disebut KTP adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
21. Kartu Elektronik JKBM adalah kartu identitas peserta JKBM yang berisi nomor peserta JKBM dan digunakan untuk mendapatkan pelayanan JKBM dan terakses dalam jaringan elektronic government 22. Indonesia Case Base Groups yang disingkat dengan INA-CBGs adalah suatu system klasifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan prosedur/tindakan pelayanan disuatu rumah sakit yang pembiayaan dikaitkan dengan mutu dan efektivitas pelayanan terhadap pasien. 23. Klaim INA-CBGs adalah pembayaran biaya pelayanan kesehatan secara paket berdasarkan klasifikasi kombinasi beberapa jenis penyakit dan prosedur/tindakan pelayanan di suatu rumah sakit. BAB II IDENTITAS PESERTA DAN TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN Pasal 2 Identitas peserta untuk mendapatkan pelayanan JKBM di rumah sakit adalah dengan menunjukkan identitas asli dan menyerahkan: a. foto copy KTP Bali bagi masyarakat yang berumur diatas 17 (tujuh belas) tahun; b. foto copy KK bagi yang berumur dibawah 17 (tujuh belas) tahun; c. foto copy identitas orang tua dan surat keterangan kelahiran untuk bayi berumur kurang dari 1(satu) tahun;dan d. foto copy Surat Keterangan mengalami kelainan jiwa dari Kelian Banjar atau Kepala Desa bagi masyarakat yang mengalami kelainan jiwa. Pasal 3 Tempat pelayanan kesehatan melalui program JKBM adalah Rumah Sakit jejaring JKBM di semua Kabupaten/Kota di dalam wilayah Provinsi. BAB III PROSEDUR DAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Pasal 4 (1) Prosedur pelayanan kesehatan melalui program JKBM adalah sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan JKBM. (2) Bagi pasien non emergency membawa surat rujukan dari PPK I (rawat jalan tingkat pertama) ke PPK II (rawat jalan spesialistik) atau dari PPK II (rawat jalan spesialistik) ke PPK III (rawat inap). (3) Untuk pasien emergency menyerahkan surat jaminan pembayaran dari rumah sakit daerah asal KTP/KK pasien.
Pasal 5 Fasilitas pelayanan peserta JKBM meliputi: a. rumah sakit daerah Kabupaten/Kota; b. rumah sakit indera; c. rumah sakit jiwa; d. rumah sakit pusat rujukan Sanglah Denpasar;dan e. rumah sakit lain jejaring JKBM. BAB IV JENIS DAN BESARAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN Pasal 6 Jenis pelayanan kesehatan peserta JKBM meliputi: a. rawat jalan tingkat lanjutan; b. rawat inap tingkat lanjutan; c. gawat darurat;dan d. One day care. Pasal 7 Komponen yang termasuk dalam biaya paket pelayanan kesehatan adalah semua kebutuhan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medik pasien yang terdiri dari: a. jasa medis/jasa pelayanan;dan b. jasa sarana. Pasal 8 Komponen jasa medis/jasa pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, dimanfaatkan sebagai berikut: a. biaya jasa medis atau jasa pelayanan ditetapkan oleh direktur rumah sakit paling banyak 44% atas biaya pelayanan kesehatan yang dilakukan;dan b. jasa medis/jasa pelayanan tersebut meliputi biaya untuk pemberi pelayanan dalam rangka observasi, diagnose, pengobatan, tindakan medis, perawatan, konsultasi, visite, dan/atau pelayanan medis lainnya, serta untuk administrasi pelayanan. Pasal 9 Komponen jasa sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b, mencakup: a. obat-obatan; b. bahan medis habis pakai; c. tindakan medik penunjang diagnostik; d. biaya rawat inap (bagi pasien rawat inap); e. biaya pemeliharaan;dan f. lain-lain sesuai dengan kebutuhan rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan.
Pasal 10 (1) Penetapan besaran biaya di rumah sakit jejaring JKBM berdasarkan INA-CBGs kecuali di rumah sakit Indera dan rumah sakit Jiwa. (2) Besaran biaya INA-CBGs sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut klasifikasi rumah sakit yang dibedakan menjadi: a. rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus kelas A; b. rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus kelas B; c. rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus kelas C dan D;dan d. rumah Sakit Khusus. (3) Besaran biaya paket pelayanan kesehatan untuk rumah sakit Indera dan rumah sakit Jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berdasarkan Peraturan Daerah yang berlaku. (4) Besaran biaya paket pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebagaimana tercantum dalam Lampiran tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini. BAB V PENDANAAN, PEMANFAATAN DANA Pasal 11 (1) Pendanaan untuk pembiayaan program JKBM di rumah sakit jejaring JKBM merupakan sharing Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JKBM; (2) Pendanaan untuk manajemen operasional dianggarkan tersendiri oleh Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pasal 12 Pemanfaatan dana JKBM di rumah sakit setelah menjadi kinerja, adalah sebagai berikut: (1) Bagi rumah sakit yang pengelolaan keuangannya sudah sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pemanfaatannya mengacu pada peraturan BLUD. (2) Bagi rumah sakit yang pengelolaan keuangannya belum berbentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), maka pemanfaatannya sebagai berikut: 1. jasa pelayanan dapat dipergunakan secara langsung di Puskesmas yang pendistribusiannya diatur oleh penanggungjawab Program JKBM di Rumah Sakit Jejaring JKBM; 2. jasa sarana disetorkan ke kas daerah Provinsi untuk rumah sakit Provinsi dan Kas Daerah Kabupaten/Kota untuk rumah sakit Kabupaten/Kota mengikuti mekanisme daerah dan dalam pemanfaatannya diusulkan melalui DPA rumah sakit untuk penyediaan obat, bahan habis pakai, biaya pemeliharaan dan lain-lain yang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Jejaring JKBM;dan
3. jasa pelayanan dan jasa sarana sebagaimana dimaksud angka 1 dan angka 2 secara bruto dilaporkan ke kas daerah sebagai pendapatan daerah. BAB VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 13 (1) Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh Tim Pengelola Provinsi dan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. (2) Kegiatan Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara terjadwal dan terus menerus dengan melibatkan tim pengawas internal dan eksternal, masyarakat, swasta sesuai dengan kompetensi masing-masing. (3) Pelaporan dilakukan oleh Tim Pengelola Provinsi dan Tim Pengelola Kabupaten/Kota. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 14 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juni 2011 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Bali. Ditetapkan di Denpasar pada tanggal 10 Mei 2011 GUBERNUR BALI, Diundangkan di Denpasar pada tanggal 10 Mei 2011 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI BALI, MADE MANGKU PASTIKA I MADE JENDRA BERITA DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2011 NOMOR 20