BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. beberapa konsep dasar yang dijadikan sebagai acuan yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi berbahasa. Tindak tutur merupakan tindakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. ada dua proses yang terjadi, yaitu proses kompetensi dan proses performansi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan berbahasa seorang manusia tidak luput dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kalimat. Objek dalam sebuah kalimat adalah tuturan. Suatu tuturan dapat dilihat

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I. dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. landasan teoretis yang melandasi penelitian ini. Kemudian, definisi operasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. lain, alat yang digunakan berkomunikasi tersebut adalah bahasa. Chaer

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Seperti yang sering

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB III METODE PENELITIAN

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. bahwa ragam bahasa itu memiliki ciri tertentu, baik bentuk linguistik maupun

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian, ada beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan topik penelitian yang pada intinya dibangun untuk menunjang teori yang diterapkan. Beberapa konsep tersebut diantaranya mengacu pada judul atau topik penelitian. Dalam penelitian ini ada beberapa konsep dasar yang dijadikan sebagai acuan yaitu: 2.1.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Yusuf (2000:162) (dalam Yuniarti 2010) mengemukakan bahwa anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2 6 tahun atau sering disebut sebagai usia Taman Kanak-kanak (TK). Masa ini diperinci lagi kedalam dua masa, yaitu: 1) masa vital, karena pada usia ini individu menggunakan fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya, dan 2) masa estetik karena pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Early childhood atau kadang dinamakan usia prasekolah adalah periode dari akhir masa bayi sampai umur lima atau enam tahun. Selama periode ini, anak menjadi makin mandiri, siap untuk bersekolah (seperti mulai belajar untuk mengikuti perintah dan mengidentifikasi huruf) dan banyak menghabiskan waktu bersama teman. Selepas taman kanak-kanak biasanya dianggap sebagai batas berakhirnya periode ini. Bermain juga merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Dalam masa prasekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan serta lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Bermain adalah medium, di mana si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif (Semiawan, 2008:22).

2.1.2 Bahasa Batak Toba Bahasa Batak Toba hingga saat ini masih merupakan alat komunikasi sehari-hari antarwarga masyarakat penturnya. Masyarakat Batak Toba akan lebih mudah dalam menyampaikan maksud dan perasaan jika menggunakan Bahasa Batak Toba kepada masyarakat penuturnya. Dalam dialognya penutur sering menggunakan ungkapan-ungkapan guna menjalin hubungan antar penutur dan lawan tuturnya. Jalinan komunikasi tersebut dapat berupa salam, mengakrabkan hubungan, dan dapat sebagai basa-basi pergaulan. Bahasa Batak Toba digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat penuturnya yang tersebar di beberapa kabupaten, yaitu: Kabupaten Daerah Tingkat II Samosir yang berpusat di Pangururan, Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Utara yang berpusat di Tarutung, dan Kabupaten Daerah Tingkat II Humbang Hasundutan yang berpusat di Dolok Sanggul serta kabupaten Daerah Tingkat II Toba Samosir yang berpusat di Balige. Tempat fokus penelitian peneliti tepatnya di daerah Motung Kec. Ajibata di Desa Lumban Bagasan yang masih penutur asli bahasa Batak Toba. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Tindak Tutur Tindak tutur atau tindak bahasa adalah bagian dari peristiwa tutur (speech event) yang merupakan fenomena aktual dalam situasi tutur (Rohmadi, 2004 : 7). (Widyahening 2013) mengatakan ada beberapa defenisi tentang tindak tutur yang dikemukakan oleh para ahli pragmatik. Searle (16:1969) memberi batasan tindak tutur sebagai suatu tanggapan atau penghasilan kalimat dalam kondisi tertentu yang bisa berupa kegiatan menyatakan, memerintah, menjawab pertanyaan, berjanji, dan sebagainya. Chaer dan Leonie (2004:50) menyatakan bahwa tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Yule (8:2006) menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

ditampilkan lewat tuturan dan dalam bahasa Inggris secara umum diberi label yang lebih khusus, misalnya permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan, janji atau permohonan. Begitupun dengan Searle (dalam Tampubolon 2013) yang membagi tindak tutur dalam lima kategori yaitu representatif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklaratif, diantaranya: 1) Representatif (disebut juga asertif) Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya. Misalnya mengatakan, melaporkan, dan menyebutkan. 2) Direktif Merupakan tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar lawan tutur tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang. 3) Ekspresif Merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi mengenai hal yang disebutkan dalam tuturan itu. Misalnya memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan menyelak. 4) Komisif Merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Misalnya berjanji, bersumpah, dan mengancam. 5) Deklaratif Merupakan tindak tutur yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan, dsb.) yang baru. Misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberi maaf.

Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindakan dalam tuturan akan terlihat dari makna tuturan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah aktivitas dengan menuturkan sesuatu. Tindak tutur yang memiliki maksud tertentu tersebut tidak dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Konsep tersebut memperjelas pengertian tindak tutur sebagai suatu tindakan yang menghasilkan tuturan sebagai produk tindak tutur. 2.2.2 Psikolinguistik Menurut Clark dan Clarck (1977) (dalam Dardjowidjojo 2005:7) psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama :komprehensi,produksi, dan pemerolehan bahasa. Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan kata linguistik yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing- masing berdiri sendiri dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai obyek formalnya. Kedua obyek tersebut memiliki materi yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa (Chaer 2003:5). Psikolinguistik menguraikan proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarkannya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia (Chaer 2003:5). Maka secara teoretis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakekat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakekat struktur bahasa dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur dan pada waktu memahami kalimat-kalimat penuturan itu (Chaer 2003:6). Dikaitkan dengan komunikasi, psikolinguistik memusatkan perhatian pada modifikasi pesan selama berlangsungnya komunikasi dalam hubungan dengan ujaran dan penerimaan atau pemahaman ujaran dalam situasi tertentu.

2.2.3 Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika anak memperoleh bahasa pertama bahasa ibunya. Pemerolehan biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa (language learning). Pembelajaran bahasa adalah proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua, setelah anak memperoleh bahasa pertamanya. Jadi pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167). Pemerolehan Bahasa merupakan proses yang dilakaukan manusia untuk mendapatkan kemampuan bahasa, menangkap, menghasilkan, dan menggunakan kata untuk pemahaman dan komunikasi. Kapasitas ini melibatkan berbagai kemampuan seperti sintaksis, fonetik, dan kosakata yang luas. Pemerolehan bahasa biasanya merujuk pada pemerolehan bahasa pertama yang mengkaji pemerolehan anak terhadap bahasa ibu mereka dan bukan pemerolehan bahasa kedua yang mengkaji pemerolehan bahasa tambahan oleh anak-anak atau orang dewasa. Kemampuan memperoleh bahasa pertama merupakan kemampuan berbahasa (language faculty) bawaan (innateness) manusia yang diberikan kepada setiap anak yang baru lahir (Cahyono 1995; 273). 2.2.4 Psikolinguistik Interaksionis (Roza 2009) mengemukakan bahwa Psikolinguistik Interaksionis adalah gabungan dari dua pendekatan yakni perpaduan antara faktor internal dan eksternal dalam proses pemerolehan dan pembelajaran berbahasa. Pandangan ini menganggap bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental anak dengan lingkungan bahasa. Hubungan antara keduanya adalah hasil interaksi aktual antara pembelajar dengan orang lain. Titik awal pendekatan ini adalah kemampuan kognitif manusia dalam menemukan sruktur bahasa di sekitarnya. Proses pemerolehan dan pembelajaran dipengaruhi oleh lingkungan

sekitarnya (Simanjuntak,1990:110). Kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami hal yang dipelajarinya. Kompetensi dan Performansi merupakan hal yang berkaitan dengan tata bahasa transformasi sebagai dasar kajian psikolinguistik yang juga berhubungan dengan psikologi interaksionis anak. Kompetensi tata bahasa inilah yang menjadi pengetahuan bahasa penutur bahasa itu yang memungkinkan dia melakukan performansi bahasa itu, yang terdiri dari menuturkan kalimat-kalimat dan memahami kalimat-kalimat yang didengarnya (Simanjuntak 2009:57). 2.2.5 Teori Kesantunan Dalam berinteraksi dengan menggunakan bahasa terdapat kesantunan berbahasa, atau disebut dengan kesantunan saja (Hasibuan 2005). Beberapa linguis memaparkan teori kesantunan, seperti Lakoff (1972), Brown dan Levinson (1987) dan Leech (1983). Penelitian ini menggunakan teori Brown dan Levinson sebagai alat untuk menganalisis kesantunan yang ada pada tindak tutur deklaratif. Menurut Brown dan Levinson dalam (Yuniarti 2010), teori kesantunan berbahasa berkisar pada nosi muka (face) yang dibagi menjadi muka negatif dan muka positif. Muka negatif adalah keinginan individu agar setiap keinginannya tidak dihalangi oleh pihak lain. Sedang muka positif adalah keinginan setiap penutur agar dia dapat diterima atau disenangi oleh pihak lain (dalamyule:1996). Dikatakan oleh Brown dan Levinson bahwa konsep tentang muka ini bersifat universal dan secara alamiah terdapat berbagai tuturan yang cenderung merupakan tindakan yang tidak menyenangkan (Face Threatening Act). Menurut Brown dan Levinson sebuah tindak ujaran atau tindak tutur dapat merupakan ancaman terhadap muka yang disebut sebagai facethreatening act (FTA). Karena ada dua sisi muka yang terancam yaitu muka negatif dan muka positif, kesantunanpun dibagi dua yaitu

kesantunan negatif (untuk menjaga muka negatif) dan kesantunan positif (untuk menjaga muka positif). Brown dan Levinson (dalam Yuniarti 2010) merangkum beberapa tindakan yang melanggar muka negatif meliputi: a. Ungkapan mengenai perintah dan permintaan, saran, nasihat, peringatan, ancaman, tantangan. b. Ungkapan mengenai tawaran atau janji. c. Ungkapan mengenai pujian, ungkapan perasaan negatif yang kuat seperti kebencian, kemarahan. Tindakan yang mengancam muka positif lawan meliputi: a. Ungkapan mengenai ketidaksetujuan, kritik, tindakan merendahkan atau yang mempermalukan, keluhan, kemarahan, dakwaan, penghinaan. b. Ungkapan mengenai pertentangan, ketidaksetujuan atau tantangan. c. Ungkapan emosi yang tidak terkontrol yang membuat lawan tutur menjadi takut atau dipermalukan. d. Ungkapan yang tidak sopan, menyebutkan hal-hal yang tidak sesuai dengan situasi, yaitu penutur tidak menghargai nilai-nilai lawan tutur. e. Ungkapan kabar buruk mengenai lawan tutur, menyombongkan berita baik, tidak menyenangkan lawan tutur dan tidak mebgindahkan perasaan lawan tutur. f. Ungkapan mengenai hal-hal yang membahayakan, memecah belah pendapat, menciptakan atmosfir yang memiliki potensi untuk mengancam muka lawan tutur.

g. Ungkapan yang tidak kooperatif antara penutur terhadap lawan tutur, menyela pembicaraan lawan tutur, tidak menunjukan kepedulian pada lawan tutur. h. Ungkapan yang menunjukan sebutan atau sesuatu pada lawan tutur pada perjumpaan pertama. Dalam situasi ini mungkin penutur membuat identifikasi yang keliru pada lawan tutur sehingga dapat mempermalukan lawan tutur baik sengaja atau tidak. Brown dan Levinson memberikan beberapa strategi yang digunakan untuk meminimalkan ancaman terhadap muka negatif maupun muka positif agar ujaran terdengar santun. Strategi untuk meminimalkan ancaman terhadap muka positif antara lain: a. Memberikan perhatian khusus pada lawan tutur; Wah, rambut baru ya?bagus sekali. Eh, boleh pinjam printer tidak? b. Melebihkan rasa ketertarikan, persetujuan, simpati pada lawan tutur; Rumah anda benarbenar bersih sekali. c. Meningkatkan rasa tertarik pada lawan tutur untuk terlibat dalam pembicaraan; Anda tahu maksud saya kan? d. Menggunakan penanda yang menunjukan kesamaan jati diri atau kelompok; Kamu mau membantuku kan, Sobat? e. Mencari persetujuan lawan; Benar tidak, ide itu luar biasa. f. Menghindari pertentangan dengan lawan tutur; Ya, idemu cukup bagus. g. Menimbulkan persepsi sejumlah persamaan penutur dan lawan tutur; Ya aku tahu, pasti sakit sekali rasanya kan? h. Membuat lelucon; Wah, kuenya pahit kalau cuma sedikit.

i. Membuat persepsi bahwa penutur memahami keinginan lawan tutur; Aku tahu kamu tidak suka nonton film, tapi film ini bagus. Tontonlah. j. Membuat penawaran dan janji; Kapan-kapan saya mampir. k. Menunjukan rasa optimisme; Saya yakin kamu pasti dapat dipercaya. l. Berusaha melibatkan penutur dan lawan tutur dalam suatu kegiatan tertentu; Ayo kita istirahat dulu sejenak. m. Memberikan dan meminta alasan; Bagaimana kalau kita ke pantai saja, lebih santai. n. Menawarkan suatu tindakan timbal balik; Saya akan meminjami kamu buku, kalau kamu juga mau meinjami aku majalahmu. o. Memberikan simpati pada lawan tutur; Kalau ada yang dapat aku bantu? antara lain: Sedangkan beberapa strategi untuk meminimalkan ancaman terhadap muka negatif a. Pakailah ujaran tak langsung; Dapatkah engkau menolongku? b. Pakailah pagar (hedge); Aku agak ragu, tapi bisakah kau menolongku? c. Tunjukan pesimisme; Aku sebenarnya mau minta tolong sama kamu, tapi aku takut merepotkanmu. d. Minimalkan paksaan; Bolehkah aku merepotkanmu sebentar? e. Berikan penghormatan; Aku ingin minta tolong sama kamu, karena aku tahu kamu satusatunya orang yang bisa saya mintai tolong dalam hal ini. f. Mintalah maaf; Sebelumnya aku minta maaf, tapi bisakah kamu menolongku?

g. Pakailah bentuk impersonal (yaitu dengan tidak menyebutkan penutur dan pendengar); Aku rasa setiap orang mengalami masa-masa sulit. h. Ujarkan tindak tutur itu sebagai ketentuan yang bersifat umum; Keadaan ekonomi sekarang ini sungguh sulit. 2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki atau mempelajari) Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon, (KBBI 2003: 912). Yuniarti (2010) dalam Thesisnya yang berjudul Kompetensi Tindak Tutur Direktif Anak Usia Prasekolah ( Kajian Pada Kelompok Bermain Anak Cerdas P2PNFI Regional II Semarang), membahas tentang mengidentifikasi realisasi bentuk pemahaman anak usia prasekolah terhadap Tindak Tutur Direktif (TTD), mengidentifikasi realisasi bentuk-bentuk TTD yang diterbitkan oleh anak usia prasekolah, dan mengidentifikasi keterkaitan perkembangan pemahaman serta penerbitan TTD anak usia prasekolah tersebut dengan kesantunan. Penelitian tentang bahasa di lingkungan taman kanak-kanak telah dilakukan oleh Gustianingsih (2002). Penelitiannya yang membahas Pemerolehan Kalimat Majemuk Bahasa Indonesia pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, menunjukkan bahwa anak usia taman kanak-kanak telah memperoleh kemampuan sintaksis dalam menyusun kalimat majemuk. Temuan ini akan menjadi gambaran pemerolehan bahasa terhadap fungsi tindak tutur anak secara sintaksis. Stiawati (2012) dalam artikelnya yang berjudul Kompetensi Tindak Tutur Direktif Anak Usia Prasekolah. Penelitian tersebut bertujuan mengkaji kompetensi tindak direktif anak usia prasekolah. Data berupa tuturan-tuturan yang berisi bentuk, fungsi, dan strategi tindak direktif. Subjek penelitian adalah anak usia 3;0 5;0 tahun dari keluarga terdidik. Ancangan

teori yang digunakan adalah teori Pragmatik dan Etnografi Komunikasi. Analisis data menggunakan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia prasekolah sudah menggunakan diantaranya: empat belas kompetensi bentuk tindak direktif, enam kompetensi fungsi tindak direktif; dan kompetensi strategi tindak direktif secara langsung dan tidak langsung. Hutabarat (2011) dalam Tesisnya yang berjudul Pemerolehan Sintaksis Bahasa Indonesia Anak Usia Dua Tahun dan Tiga Tahun Di Padang Bulan Medan, yaitu bagaimana anak-anak pada tahun pertama kehidupannya anak-anak mulai meniru kata-kata yang mereka dengar dari lingkungan sekitarnya dan dapat dikatakan pada saat itulah anak mulai menghasilkan kata-kata pertama mereka. Penelitian dilakukan berdasarkan teori biologiskognitif Chomsky yang menyatakan bahwa setiap anak dilahirkan dengan potensi biologis untuk bahasa dan pemerolehan serta perkembangan bahasa terjadi bukan karena potensi biologis tersebut saja tetapi juga karena adanya lingkungan bahasa yang mendukung. Selanjutnya, Nasution (2009) dengan judul penelitian Kemampuan Berbahasa Anak Usia 3 4 Tahun (Prasekolah) di Play Group Tunas Mekar Medan: Tinjauan Psikolinguistik, penelitian ini memaparkan bahwa anak usia 3 4 tahun telah memperoleh kemampuan fonologis, sintaksis, maupun semantik. Penelitian ini menginformasikan bahwa anak pada usia itu telah mampu menguasai kalimat-kalimat secara bertahap mulai dari bentuk kalimat yang sederhana hingga bentuk kalimat yang kompleks. Taningsih (2006) mengamati pentingnya Mengembangkan Kemampuan bahasa Anak usia (4 6 tahun) melalui Bercerita. Dalam tulisannya, dipaparkan bahwa cerita mendorong anak bukan saja senang menyimak cerita, tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tentang tata cara berdialog dan bernarasi sehingga terstimulasi/terangsang untuk menirukannya. Kemampuan pragmatik terstimulasi melalui bercerita karena dalam cerita ada negosiasi dan pola tindak-tutur yang baik seperti menyuruh, melarang, berjanji, mematuhi

larangan, dan memuji. Kajian ini menjadi referensi penelitian dalam mengamati tindak tutur anak taman kanak-kanak yang menjadi subjek peneliti. Marpaung (2006) dalam skripsinya yang berjudul Pemerolahan Bahasa Batak Toba Anak Usia 1 5 Tahun, menyimpulkan bahwa tahap-tahap perkembangan pemerolehan bahasa anak, adalah tahap holofrastik (tahap linguistik pertama), tahap ucapan-ucapan dua kata, tahap perkembangan tata bahasa, tahap tata bahasa menjelang dewasa dalam bahasa Batak Toba. Selanjutnya, Nasution (2009) dalam Thesisnya yang berjudul Kemampuan Berbahasa Anak Usia 3-4 tahun di Play Group Tunas Mekar Medan: Tinjauan Psikolingustik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia prasekolah terlibat dalam tindak tutur.